Hijr Ismail
Hijr Ismail (bahasa Arab: حجر اسماعيل) adalah area kosong diantara bangunan Kakbah dan tembok setengah lingkaran yang membentang dari utara Kakbah (disebut juga Rukun Araqi) sampai sisi barat (disebut rukun Syami). Sebagian orang menyebutnya Hadzirah.
Setelah Nabi Ibrahim as bersama Hajar dan bayinya (Nabi Ismail as) sampai di Lembah Mekah, dengan petunjuk Malaikat Jibril mereka berada di tempat dimana Hijr Ismail sekarang berada. Lalu Hajar dan Ismail as bersama kambing-kambing mereka, tinggal didalam kemah dari kayu yang dibuat di sekitar tempat itu. Hajar dan Ismail dikuburkan ditempat itu ketika mereka wafat.
Hijr Ismail dihormati sejak sebelum Islam. Nabi Muhammad saw pun setelah diutus menjadi Nabi, beliau duduk di Hijr Ismail. Selain melakukan ibadah dan membaca Alquran, ditempat itu beliau juga menjawab pertanyaan-pertanyaan kaum muslimin. Menurut ulama Imamiah, berdasarkan pada hadis terpercaya Hijr Ismail bukan bagian dari bangunan Kakbah.
Penyebab Penamaan
Hijr artinya penghalang dan pelindung, dipakai juga untuk makna penjagaan dan perlindungan, juga tempat suci; asal kata Hajr dan Hujr juga banyak dipakai untuk makna ini. [1] Dengan alasan inilah ruang antara tembok Kakbah dan tembok setengah lingkaran antara rukun Araqi dan rukun syami disebut Hijr Ismail, tembok ini memisahkan orang yang melakukan tawaf di sekitar Kakbah. [2]
Dalam hadis, Hijr Ismail biasanya disebut dengan Hijr tapi kadang disebut juga dengan Jadr yakni tembok [3] dan Hathimun. [4] Madzhab Hanafi juga menyebut area Hijr Ismail dengan Hathim [5] sebagian lagi menyebut Hijr Ismail dengan Hadzirah, ada juga yang menamainya Mahutha. [6]
Sejarah Ringkas
Tempat tinggal Hajar dan Ismail as
Sesuai laporan beberapa sumber, Setelah Nabi Ibrahim as bersama Hajar dan bayinya (Nabi Ismail as) sampai di Lembah Mekah, dengan petunjuk Jibril mereka berada di tempat dimana Hijr Ismail sekarang berada. Lalu Hajar dan Ismail bersama kambing-kambing mereka, tinggal didalam kemah dari batang kayu yang dibuat disekitar tempat itu [7] dari sini sebagian sumber menyebut tempat kediaman Hajar dan Ismail dengan Baitu Ismail. [8]
Kuburan para Nabi as
Berdasarkan sumber hadis dan rujukan sejarah, Hajar dimakamkan ditempat tersebut ketika wafat. Ismail as membuat tempat itu lebih tinggi biar tidak diinjak-injak masyarakat. [9] Nabi Ismail as juga dimakamkan ditempat ini ketika meninggal dunia. [10] Menurut beberapa riwayat beberapa anak perempuan Ismail as dan beberapa nabi as juga dimakamkan ditempat ini. [11]
Pemugaran sebelum Islam
Menurut beberapa sumber, lima tahun sebelum Bi’tsah Nabi Muhammad saw, setelah dihancurkannya Ka’bah, Bani Quraisy mengajukan syarat ketika dilakukan pemugaran, yaitu pemugaran dilakukan menggunakan harta halal, tapi karena lemahnya ekonomi untuk pemugaran menyeluruh, beberapa bagian dari Kakbah dipendam, kurang lebih 6 dzira yakni sekitar 3 meter berada di bagian Hijr Ismail. [12] permukaan Hijr Ismail pun diberi penghalang sehingga orang-orang yang tawaf, melakukan tawaf diluar batasan itu. [13]
Renovasi setelah Islam
Pada tahun 64 H, Abdullah bin Zubair ketika ingin memperbaharui bangunan Kakbah yang rusak akibat serangan Yazid bin Muawiyah yang memanfaatkan hadis yang dinuqil dari Aisyah dari Nabi saw, dia sedikit memberi tambahan dan kembali menyatukan Hijr Ismail dengan Kakbah. [14] Hajaj Attsaqafi selepas mengambil kembali Mekah dari Abdullah bin Zubair, pada tahun 64 H, dia membangun Kakbah dan Hijr Ismail seperti kondisi sebelumnya sesuai perintah raja Abdul Malik bin Marwan. Kakbah dibangun seperti bangunan Quraisy. Abdul Malik setelah mengetahui riwayat yang dinukil Aisyah dia menyesali perintahnya. [15] Perubahan pada bangunan Kakbah dan Hijr Ismail menjadi penyebab munculnya silang pendapat para fuqaha terkait hukum yang berhubungan dengannya, perbedaan pendapat terjadi apakah Hijr Ismail bagian dari bangunan Kakbah atau bukan. [16]
Tembok Hijr
Tembok Hijr Ismail sampai pemerintahan raja Manshur Abbasi (136-158 H) dibuat dari batu biasa dari sahara, pada tahun 140 H. Ketika Manshur melakukan manasik haji, dia memerintahkan pimpinan Mekah agar menggantinya dengan batu marmer rukham. [17] Sejak saat itu disebabkan terjadinya beberapa kali kerusakan lantai dan tembok Hijr Ismail pun diperbaiki atau diganti. [18]
Ukuran Hijr Ismail
Jarak antara tembok utara Kakbah sampai tengah tembok Hijr Ismail sekitar 4,48 m dengan tinggi tembok 3,11 m. Jarak antara pintu masuk timur dan barat berkisar antara 8 m. Pintu masuk timur Hijr Ismail sampai gundukan sekeliling bangunan Kakbah kurang lebih 3,02 m dan pintu masuk barat Hijr Ismail kurang lebih 2,32 m. [19] Mungkin saja adanya perbedaan ukuran Hijr Ismail disebabkan adanya beberapa kali perombakan pada bangunan dalam waktu yang berbeda-beda. [20] Pipa air Kakbah menghadap ke arah Hijr Ismail dan aliran air dari atap Kakbah langsung jatuh ke area Hijr Ismail.
Kesucian dan Penghormatan terhadap Kakbah
Hijr Ismail sudah dihormati dan disucikan sejak sebelum Islam. Abdul Muththalib pembesar Mekah dan kakek dari Nabi Muhammad saw, memiliki kedudukan khusus di Hijr Ismail, untuknya disiapkan permadani khusus yang tidak berhak duduk kecuali olehnya. [21] Disebutkan juga beberapa mimpi benarnya seperti diperdalamnya sumur Zamzam dan lahirnya Nabi Muhammad saw serta kenabiannya ia lihat ketika berada di Hijr Ismail. [22] Juga disebutkan dalam riwayat bahwa Abu Thalib juga melihat dalam mimpinya kelahiran dan kebesaran Ali as serta masa depan gemilangnya di Hijr Ismail. [23]
Nabi Muhammad saw pun setelah pengutusannya sebagai nabi, ia duduk di Hijr Ismail. Selain melakukan ibadah dan membaca Alquran, ditempat itu ia juga menjawab pertanyaan masyarakat. [24] Dan ditempat ini pula sebagian Quraisy pernah meminta mukjizat berupa membelah bulan. [25] Begitu juga dalam beberapa hadis tempat mulai isra mi'raj di Masjidil Haram tepat berada di Hijr Ismail. [26] Para Imam Ahlulbait as juga berdoa dan melakukan ibadah di Hijr Ismail atau duduk disana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat.[27]
Hijr Ismail dalam Al-Qur'an
Kata Hijr Ismail tidak terdapat dalam Alquran, tapi menurut Ayyasyi, melalui sanad dari Imam Shadiq as [28] salah satu bentuk riil dari Ayat bayyinat (آیات بینات) tanda yang nyata dalam ayat 97 surah Ali Imran itu berada di Masjidil Haram, tanda yang nyata tersebut adalah Hijr Ismail. [29]
Pembahasan Fikih Berhubungan dengan Hijr Ismail
Berhubungan atau tidak ada hubungan antara Hijr Ismail dengan bangunan Kakbah.
Salah satu pembahasan fikih tentang Hijr Ismail adalah apakah Hijr Ismail itu bagian dari Kakbah atau bukan? Sebagian kelompok Ahlusunnah menilai seluruh area Hijr Ismail adalah bagian dari Kakbah. [30] Sebagian yang lain menilai Hijr Ismail bukan bagian dari bangunan Kakbah. [31]
Menurut pendapat masyhur ulama Imamiah dengan berlandaskan pada hadis-hadis terpercaya Hijr Ismail tidak termasuk bangunan Kakbah. [32] Dalilnya di Hijr Ismail dimakamkan Hajar dan Nabi Ismail as dan beberapa Nabi lainnya, dengan memperhatikan kesucian Kakbah tidak mungkin orang dikubur ditempat tersebut. [33] Sebagian ulama Imamiah juga ada yang berpendapat bahwa Hijr Ismail adalah bagian dari Kakbah [34] bahkan Syahid awal, menyebut pendapat ini dengan pendapat masyhur [35] sanad yang dipakai mungkin dari adanya perintah untuk melakukan tawaf diluar area Hijr Ismail. [36]
Keharusan Tawaf diluar area Hijr Ismail
Pandangan kebanyakan dalam fikh Imamiah dan juga Ahlusunnah bahwa ketika tawaf maka harus menghindari area Hijr Ismail jadi diluar area tersebut, jadi jika melanggar maka tawafnya batal dan harus diulangi. [37]
Fukaha Imamiyah sebagai dalil selain dengan sanad sirah nabawi mereka juga merujuk pada beberapa hadis para Imam as serta dalil Ijma'.[38]
Dibolehkannya salat menghadap Hijr Ismail
Salah satu pembahasan terkait Hijr Ismail adalah sah dan tidaknya salat menghadap Hijr Ismail dimana dalam posisi tidak disebut sedang menghadap Kakbah.
Sebagian fakih Imami menilai salat menghadap Hijr Ismail itu benar [39] tapi menurut pendapat lainnya shalat ini tidak sah, ini didasarkan pada hadis-hadis yang menyatakan bahwa Hijr Ismail bukan bagian dari Kakbah. Juga berdasarkan pada pendapat sebagian besar alim ulama Imami, tidak bisa diyakini bahwa Hijr Ismail adalah bagian dari Kakbah, keraguan ini tertutupi dengan yakin bahwa salat harus menghadap ke arah Kakbah. [40].
Amalan Mustahab di Hijr Ismail
Beberapa amalah mustahab dilakukan di Hijr Ismail:
- Doa dan menyampaikan hajat kepada Allah swt, berdasarkan hadis dan sirah Nabi Muhammad saw dan Imam as, tempat terbaik untuk berdoa di Hijr Ismail adalah dibawah pipa dari Kakbah yang menghadap ke Hijr Ismail. [41]
- Menjadi muhrim dalam haji Tamattu' dilakukan di Hijr Ismail atau maqam Ibrahim dengan melakukan salat dua rakaat sebelum ihram. [42]
Catatan Kaki
- ↑ Jauhari, al-Shihah, Fayyumi, al-Mishbah al-Munir, pada item yang dimaksud.
- ↑ Misykini, Mushthalahāt al-Fiqh, hlm. 199.
- ↑ Lih. Darimi, Sunan al-Darimi, jld. 2, hlm. 54.
- ↑ Lih. Hurr Amili, jld. 13, hlm. 355.
- ↑ Rasul Ja'fariyan, Atsar Islami Mekah wa Madinah, hlm. 116 yang dinukil dari kitab al-Zahur al-Muqtathafah, hlm. 73.
- ↑ Untuk contoh lih. Ibnu Najim, al-Bahr al-Raiq, jld. 2, hljm. 574.
- ↑ Lih. Azraqi, Akhbār Makah wa Majaa fiha, jld. 1, hlm. 54; Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 201; Hurr Amili, Wasāil al-Syiah, jld. 13, hlm. 355.
- ↑ Lih. Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 210; Hurr Amili, Wasāil al-Syiah, jld. 13, hlm. 354.
- ↑ Lih. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 6; Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat, jld. 1, hlm. 52; Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 210; Hurr Amili, Wasāil al-Syiah, jld. 13, hlm. 354-355.
- ↑ Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 6; Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 210; Ibnu Babwaih, Ilal al-Syarāyi, jld. 1, hlm. 38; untuk lebih detail bisa lih. Azraqi, Akhbār Makah, jld. 1, hlm. 312, 317.
- ↑ Lih. Azraqi, Akhbār Makah, jld. 2, hlm. 66; Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 210; Hurr Amili, Wasāil al-Syiah, jld. 13, hlm. 354-355.
- ↑ Lih. Azraqi, Akhbār Makah, jld. 1, hlm. 159, 160, 163; Fasi, Syifa' al-Gharam, jld. 1, hlm. 182-183.
- ↑ Azraqi, Akhbār Makah, jld. 1, hlm. 288-289.
- ↑ Azraqi, Akhbār Makah, jld. 1, hlm. 206; Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, jld. 5, hlm. 89.
- ↑ Azraqi, Akhbār Makah, jld. 1, hlm. 210-211; Fasi, Syifa' al-Gharam, jld. 1, hlm. 189-190.
- ↑ Lihat lanjutan makalah.
- ↑ Azraqi, Akhbār Makah, jld. 1, hlm. 313; Fasi, Syifa' al-Gharam, jld. 1, hlm. 408-409.
- ↑ Lih. Azraqi, Akhbār Makah, jld. 1, hlm. 313-314, 317, 321; Fasi, Syifa' al-Gharam, jld. 1, hlm. 409-410; Husain Abdullah Basalamah, Tarikh al-Ka'bah al-Mu'azzhamah, hlm. 132-133; Muhammad Thahir Kurdi, al-Tarikh al-Qawim, jld. 2, juz 3, hlm. 67.
- ↑ Untuk lebih lengkapnya lih. Azraqi, Akhbār Makah, jld. 1, hlm. 320-322; Fasi, Syifa' al-Gharam, jld. 1, hlm. 411-412.
- ↑ Lih. Husain Abdullah Basalamah, Tarikh al-Ka'bah al-Mu'azzhamah, hlm. 122-123, 138-139.
- ↑ Azraqi, Akhbār Makah, jld. 1, hlm. 314-315.
- ↑ Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 92-94; Majlisi, Biharul Anwar, jld. 15, hlm. 254-255.
- ↑ Lih. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, hlm. 254-255; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 38, hlm. 47-48.
- ↑ Lih. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 1, hlm. 76-77.
- ↑ Lih. Quthb Rawandi, al-Kharaij wa al-Jaraih, jld. 1, hlm. 141-142.
- ↑ Lih. Ibnu Thawus, Sa'du al-Su'ud, hlm. 195-196; Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathu al-Bari, jld. 7, hlm. 155; Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 18, hlm. 317, 390.
- ↑ Lih. Humairi, Qurb al-Isnad, hlm. 316; Ayyasyi, al-Tafsir, jld. 3, hlm. 106-107; Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 187-188; Ibnu Babawaih, Ilal al-Syarāyi, jld. 2, hlm. 448; Nuri, Mustadrak al-Wasāil, jld. 9, hlm. 427.
- ↑ Lih. Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 223.
- ↑ Ayyasyi, al-Tafsir, jld. 1, hlm. 326.
- ↑ Lih. Nawawi, al-Majmu', jld. 8, hlm. 25.
- ↑ Lih. Nawawi, al-Majmu', jld. 8, hlm. 25; Ibnu Najim, al-Bahr al-Raiq, jld. 2, hlm. 574.
- ↑ Lih. Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 210; Musawi Amili, Madārik al-Ahkām, jld. 8, hlm. 128-129; Hurr Amili, Wasāil al-Syi'ah, jld. 5, hlm. 276 dan jld. 13, hlm. 353, 355; Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 19, hlm. 293.
- ↑ Lih. Hasan Zadeh Amuli, Durus Ma'rifat al-Waqat wa al-Qiblah, hlm. 517-519.
- ↑ Lih. Allamah Hilli, Kitab Muntaha al-Mathlab, jld. 2, hlm. 691; Hamu, Tadzkirah al-Fuqaha, jld. 3, hlm. 22.
- ↑ Al-Durus al-Syar'iyah, jld. 1, hlm. 394.
- ↑ Lih. Bahrani, al-Hadāiq al-Nādhirah, jld. 16, hlm. 104-105, 108; Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 19, hlm. 292-294.
- ↑ Lih. Hurr Amuli, Wasāil al-Syi'ah, jld. 13, hlm. 356-357; Khomaeni, Manāsik Haj, hlm. 244-246; Nawawi, al-Majmu', jld. 8, hlm. 25-26.
- ↑ Lih. Syahid Tsani, al-Raudah al-Bahiyyah, jld. 2, hlm. 249-250; Hurr Amuli, Wasāil al-Syi'ah, jld. 13, hlm. 356-357; Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 19, hlm. 292.
- ↑ Lih. Allamah Hilli, Nihāyah al-Ahkām, jld. 1, hlm. 392, 397; Hamu, Tadzkira al-Fuqaha, jld. 3, hlm. 22.
- ↑ Lih. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 7, hlm. 326-329; Hasan Zadeh Amuli, Durus Ma'rifah al-Waqt wal Qiblah, hlm. 520-521.
- ↑ Lih. Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 214, 525, 526; al-Fiqh al-Mansub li al-Imam al-Ridha alahissalam, hlm. 222; Fasi, Syifa' al-Gharam, jld. 1, hlm. 413-414; Hurr Amuli, Wasāil al-Syi'ah, jld. 5, hlm. 274-276, jld. 13, hlm. 334-335, 425; Majlisi, Bihār al-Anwar, jld. 90, hlm. 349.
- ↑ Lih. Hurr Amuli, Wasāil al-Syi'ah, jld. 11, hlm. 339; Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 19, hlm. 23.
Daftar Pusaka
- Ibnu Babawaih. Ilal al-Syarāyi. Najaf: 1385-1386 H.Cet. Offset Qom, tanpa tahun.
- Ibnu Hajar al-Asqalani. Fathu al-Bari: Syarah Shahih al-Bukhari. Bulaq: 1300-1301 H. Cet. Offset Beirut, tanpa tahun.
- Ibnu Sa'ad. Al-Thabaqāt. Beirut.
- Ibnu Syahr Asyub. Manāqib Al Abi Thalib. Cet. Hasyim Rasul Muhallati. Qom: tanpa tahun.
- Ibnu Thawus. Sa'du al-Sa'ud li al-Nufus. Qom: 2001.
- Ibnu Najim. Al-Bahru al-Raiq Syarh Kanzu al-Daqāiq. Beirut: 1418 H/1997.
- Ibnu Hisyam. Al-Sirah al-Nabawiyah. Cet. Musthafa Saqa, Ibrahim Abyari dan Abdul Hafidz Syalbi. Beirut: Dar Ahya al-Turats al-'Arabi, tanpa tahun.
- Azraqi, Muhammad bin Abdullah. Akhbār Makah wa Mājāa fiha min al-Atsār. Cet. Rusydi Shalih Malhas. Beirut: 1403 H/1983. Cet. Offset Qom: 1369 HS.
- Al-Fiqh al-Mansub li al-Imam al-Ridha alaihissalam dan al-Musytahar bi Fiqhi al-Ridha. Masyhad: Muassasah Al al-Bait, 1406 H.
- Bahrani, Yusuf bin Ahmad. Al-Hadāiq al- Nādhirah fi Ahkām al-'Itrah al-Thahirah. Qom: 1984-1988.
- Baihaqi, Husain. Al-Sunan al-Kubra. Beirut: Darul Fikr, tanpa tahun.
- Jauhari, Ismail bin Hamad. Al-Shihah: Tāj al-Lughah wa Shihah al-'Arabiyah. Kairo: Cet. Ahmad bin Abdul Ghaffar 'Aththar. Beirut: cet. Offset, 1407 H.
- Hurr Amuli, Wasāil al-Syi'ah.
- Hasan Zadeh Amuli, Hasan. Durus Ma'rifah al-Waqt wa al-Qiblah. Qom: 1416 H.
- Husain Abdullah Basalamah. Tarikh al-Ka'bah al-Mu'azzhamah. Kairo: cet. Yahya Hamzah Waznah, 1420 H/2000.
- Humairi, Abdullah bin Ja'far. Qurbu al-Isnad. Qom: 1413 H.
- Khomaini, Ruhullah. Manāsik Haj: Muthabiq ba Fatawa-i Hadhrat Ayatullah al-Uzhma Imam Khomaeni Salamullah 'alaih ba Hawāsyi Marāji' Mu'azzhami Taqlid. Teheran: 2005.
- Darimi, Abdullah bin Abdurrahman. Sunan al-Darimi. Cet. Muhammad Ahmad Dahman. Damaskus: Maktabah al-I'tidal, tanpa tahun.
- Syahid Awal, Muhammad bin Makki. Al-Durus al-Syar'iyah fi Fiqh al-Imamiyah. Qom: 1412-1414 H.
- Syahid Tsani, Zainudddin bin Ali. Al-Raudah al-Bahiyyah fi Syarh al-Lum'ah al- Dimasyqiyah. Cet. Muhammad Kalantar. Beirut: 1403 H/1983.
- Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Tadzkirah al-Fuqaha. Qom: 1414 H.
- Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Kitab Muntaha al-Mathlab. Cet. Sanngi Tabriz, 1316-1333 HS. Cet. Offset, tanpa kota, tanpa tahun.
- Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Nihāyah al-Ahkām fi Ma'rifah Ahkām. Cet. Mahdi Rajaai. Qom: 1410 H.
- Ayyasyi, Muhammad bin Mas'ud. Al-Tafsir. Qom: 1421 H.
- Fasi, Muhammad bin Ahmad. Syifa' al-Gharam bi Akhbār al-Balad al-Haram. Cet. Iman Fuad Sayid dan Musthafa Muhammad Dzahabi, Mekah, 1999.
- Fuyyumi, Ahmad bin Muhammad. Al-Mishbah al-Munir fi Gharib al-Syarh al-Kabir li al-Rafi'i. Beirut: Darul Fikr, tanpa tahun.
- Quthb Rawandi, Sa'id bin Habatillah. Al-Kharāij wa Jarāih. Qom: 1409 H.
- Kulaini. Al-Kafi.
- Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-nwar.
- Muhammad Thahir Kurdi. Al-Tarikh al-Qawim li Makkah wa Baitillah al-Karim. Beirut: 1420 H/2000.
- Misykini, Ali. Musthahalāt al-Fiqh. Qom: 1998.
- Musawi, Amili, Muhammad bin Ali. Madārik al-Ahkām fi Syarhi Syarā'i al-Islam. Qom: 1410 H.
- Najafi, Muhammad Hasan bin Baqir. Jawāhir al-Kalām fi Syarhi Syarā'i al-Islam. Beirut: 1981.
- Nuri, Husain Muhammad Taqi. Mustadrak al-Wasāil wa Mustanbat al-Masāil. Qom, 1407-1408 H.
- Nawawi, Yahya bin Syarf. Al-Majmu': Syarhul Mahadzdzab. Beirut: Darul Fikr, tanpa tahun.