Masy'ar
Masy’ar (Bahasa Arab: مَشْعَر ) atau Masy’ar al-Haram (Bahasa Arab: مَشْعَرُالحرام) yang juga masyhur dengan Muzdalifah [1] adalah sebuah kawasan daerah yang terletak antara Arafat dan Mina, yang panjangnya berjarak sekitar 4 km.
Kawasan ini letaknya berada di sekitar Tanah Haram Mekah dan wukuf di sana pada waktu subuh hari Idul Kurban adalah termasuk dari bagian rukun haji. Kebanyakan jemaah haji mengumpulkan batu kerikil di tempat ini yang nantinya digunakan untuk melempar jumrah.
posisi
Kawasan yang terletak di dalam Tanah Haram Mekah ini, adalah sebuah lembah yang tidak luas berada diantara Arafat dan Mina dan panjangnya kurang lebih 4 km. Di daerah ini, ada sebuah masjid besar yang biasa disebut dengan "Masjid Muzdalifah”. Luas utama masjid ini sekitar 1.700 meter persegi, [2] yang pada periode Abbasiyah mencapai 4000 meter.
Masjid pada saat itu tidak memiliki atap dan hanya pagar di sekelilingnya saja. Setelah beberapa kali rekonstruksi dan pembangunan, sekarang dalam bentuk persegi panjang yang luas areanya sekitar 6000 meter persegi. [3]
Dalam Al-Qur'an disebutkan nama tempat ini dan di tempat ini juga masyarakat diminta untuk mengingat Allah swt:
Batasan Masy’ar
Masy’aril Haram berada setelah wadi atau lembah "Ma’zimain" [5].
Para jemaah haji setelah matahari terbenam hari Arafah, yaitu setelah wukuf ikhtiyari di Arafat, diharuskan untuk bergerak ke arah ini dan tinggal di tempat ini sampai matahari terbit di keesokan harinya (10 Dzulhijjah, Idul Kurban).
Batasan daerah Muzdalifah ditandai dengan plang-plang besar, dan batasannya dapat diketahui dengan tulisan kalimat "Bidayat Muzdalifah" atau "Nihayat Muzdalifah" (awal dan akhir Muzdalifah). Panjangnya sekitar 4000 meter dan luasnya sekitar 12,5 kilometer persegi. Sebagian meyakini bahwa "Masy’ar" sebenarnya adalah nama daerah dan sebuah gunung yang terletak di ujung Muzdalifah yang memanjang sampai wadi atau lembah "Muhassir" dan kemudian keseluruhan wilayah Muzdalifah disebut dengan nama ini.
Di tempat ini selain bermalam dan beribadah, di malam harinya, dapat pula mengumpulkan batu-batu kerikil yang dilihat dari bentuk dan jenisnya hanya dapat ditemukan di daerah ini untuk melempar Jumrah di Mina. [6] [7]
Ma’zimain
Para peziarah di sepanjang jalan yang kembali dari Arafat menuju ke Mekah, maka mereka akan melewati lembah Ma’zimain yang berada diantara dua gunung. " Ma’zimain " berarti jalan sempit yang dengan kata lain yaitu selat, kata ini mengacu pada dua jalan pulang dan perginya jalan sempit daerah ini dan para peziarah dengan melewati lembah ini mereka akan sampai ke Muzdalifah atau kawasan Masy’aril Haram.
Berbagai macam nama
Berikut beberapa nama yang digunakan untuk tempat ini:
- Masy’ar adalah bentuk "isim makan" (nonima untuk tempat) berasal dari akar " syu’ur ", karena di kawasan daerah ini setelah pengenalan di Arafat maka perasaan dan kesadaran harus dicapai.
- Masy’aril Haram: Masy’ar terletak di batasan Tanah Haram Mekah dan oleh karena itu tempat ini dikatakan Masy’aril Haram.
- Muzdalifah yang nama lain dari daerah kawasan ini adalah bentuk "isim fa'il" (nomina untuk pelaku) dari "Izdilaf":
- Berarti prioritas atau dekat dan diambil dari akar kata "zu la fa" karena orang-orang di tempat ini dekat dengan Tuhan mereka atau para jemaah haji di tempat ini berkumpul dan saling berdekatan.
- Muzdalifah berarti tempat keramaian, karena bergabungnya semua jemaah haji pada malam hari di sana pada malam ke-10 Dzulhijjah.[8]
- Dikutip dari Imam Shadiq as: Malaikat Jibril setelah wukuf di Arafah berakhir berkata kepada Ibrahim as: یا إِبْرَاهِیمُ ازْدَلِفْ إِلَی الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ… “Wahai Ibrahim beranjaklah kamu menuju Masy’aril Haram”. [9]
- Mua'wiyah bin Ammar menukil dari Imam Shadiq as, beliau bersabda: Muzdalifah dinamakan Muzdalifah karena para jemaah haji keluar dari Arafat menuju ke arahnya.
- Jam’; Imam Shadiq as bersabda: untuk Masy’ar dikatakan, "jam’", karena Nabi Adam as menjamak salat antara salat Maghrib dan Isya’. [10]
- Ibthah; Imam Shadiq as bersabda: Kawasan ini dinamakan Ibthah karena Nabi Adam as diperintah untuk menetap sampai subuh di perjalanan Masy’ar. Kemudian diperintah untuk naik ke atas gunung dan karena matahari bersinar padanya, dia mengakui akan dosa-dosanya dan pengakuan Adam ini menjadi sebuah tradisi diantara anak-anaknya. [11]
Amalan Haji
Seusai waktu maghrib hari Arafah, para jemaah haji keluar dari Arafat dan beranjak menuju Masy’aril Haram. Waktu wukuf di Masy’aril Haram dimulai dari terbit fajar hari Idul Kurban hingga terbit matahari. Di Masy’ar, selain wukuf tidak ada perbuatan yang wajib dilakukan meskipun banyak hal-hal yang sifatnya mustahab untuk dilakukan dan salah satunya adalah berzikir dan menyebut nama Allah dan mengumpulkan bebatuan kecil untuk pelemparan jumrah.
Catatan Kaki dan Daftar Pustaka
- ↑ Dengan dhommah kemudian sukun, dan huruf dal berharakat fathah, dan lam kasrah dan fa, Mu’jam al-Buldān, jld.5, hlm.120
- ↑ situs Haji dan Ziarah
- ↑ Ātsār Islami Mekah wa Madinah, Rasul Ja’fariyan, Penerbit: Masy’ar, hlm. 162
- ↑ QS. Al-Baqarah: 197-199
- ↑ dari al-Jawahiri: al-Ma’zim dengan hamzah sukun kemudian kasrah huruf za, adalah setiap jalan sempit diantara dua gunung dan oleh karenaya, tempat yang terletak diantara Jam' (Masy'ar) dan Arafah disebut Ma’zimain.
- ↑ situs Haji dan Ziarah
- ↑ Kelas Haji
- ↑ Ātsār Islami Mekah wa Madinah, Rasul Ja’fariyan, Penerbit: Masy’ar, hlm. 161-162.
- ↑ Ilal al-Syarāyi’, jld.2, hlm. 436.
- ↑ Wasail al-Syiah, jld.2, bab. 6, min Abwabil Wukuf bil Masy’ar, hadis 7.
- ↑ و سمّی الابطح ابطحا لأنّ آدم علیهالسلام امر ان ینبطح فی بطحاء جمع فانبطح حتّی انفجر الصّبح و انّما امر آدم علیهالسلام بالاعتراف لیکون سُنّة فی ولده Lawami Shahib Qarani, Muhamamd Taqi Majlisi, cetakan litografi, penerbit Mirza Ali Asghar, jld 7, hlm. 57.