Jihad Ibtida'i
Artikel ini merupakan artikel deskriptif umum tentang masalah fikih. |
Jihad Ibtida'i (bahasa Arab: جهاد الإبتدائي) adalah dimulainya peperangan oleh kaum Muslimin atas orang-orang musyrik, kafir dengan tujuan menyebarkan Islam menegakkan tauhid dan keadilan. Sebagian besar Fukaha Syiah menganggap kehadiran Imam maksum as, kekuatan yang memadai dari kaum Muslimin untuk berjihad dan meyeru orang kafir untuk masuk Islam sebelum dimulainya perang merupakan diantara syarat-syarat jihad ibtida’i; tetapi sebagian Fukaha, termasuk Syekh Mufid (336 H atau 338-413H), Sayid Abul Qasim Khui (1278-1371 S), Sayid Ali Khamenei (L. 1318 S), Husain Ali Muntazheri (1301-1388S) dan Muhammad Mu’min (1316-1397 S) mengatakan bahwa kehadiran Imam Maksum as bukanlah syarat wajibnya jihad ibtida’i.
Sebagian Fukaha dan sejarawan menganggap peperangan-peperang di zaman Nabi saw dan para Imam as adalah perang defensif, adapun, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi (1313-1399 S) menganggap semua peperangan Islam itu defensif karena memiliki aturan-aturan dan nilai-nilai yang diterima saat ini yang diterapkan dibanyak negara-negara di dunia. Para ulama Syiah dalam menjawab syubhat terkait kontradiksi jihad ibtida’i dengan kebebasan keyakinan dan ayat آیه لا اکراه فی الدین, kita tidak dapat menyimpulkan dari ayat-ayat jihad bahwa orang-orang musyrik harus dipaksa untuk menerima Islam. Sebab tujuan dari jihad ibtida’i adalah membantu orang-orang terzalimi, melawan penindasan dan menyediakan dasar kebebasan memilih agama.
Konseptualisasi
Salat Wajib: Salat Jumat • Salat Id • Salat Ayat • Salat Mayit Ibadah-ibadah lainnya Hukum-hukum bersuci Hukum-hukum Perdata Hukum-hukum Keluarga Hukum-hukum Yudisial Hukum-hukum Ekonomi Hukum-hukum Lain Pranala Terkait |
Jihad Ibtida’i adalah perang dengan orang-orang musyrik dan kafir untuk menyeru mereka kepada Islam, tauhid dan menegakkan keadilan; di mana yang memulai adalah kaum Muslimin.[1] Ayatullah Muntazheri (salah seorang marja' taklid) menganggap jihad ibtida’i adalah sarana untuk mengenalkan agama Islam dan nilai-nilainya ke seluruh negara-negara; di mana berusaha untuk menghilangkan kezaliman, pemimpin yang zalim dan menyiapkan dasar untuk terealisasinya agama Ilahi dengan kehendak dan pilihan masyarakat.[2]
Subtansi
Muhammad Taqi Misbah Yazdi (1313-1399 S) salah seorang Fukaha Syiah, menyebut jihad ibtida’i sebagai "Dharuriyat fikih Islami" dan Fukaha Syiah dan Sunni juga meyepakati akan pensyariatannya.[3] Menurut sebagian jihad ibtida’i, sesuai dengan pendapat Fukaha masyhur hukumnya adalah wajib kifa’i[4] dan sebagian besar ulama Syiah terkhusus Fukaha abad ke 10 H, percaya bahwa jihad ibtida’i adalah wajib atas orang-orang ini; orang kafir, sekelompok ahlul kitab (seperti Yahudi, Kristen dan Zoroaster) di mana mereka tidak mau membayar upeti dan hidup dengan aturan-aturan pemerintahan Islam.[5]
Husain Ali Muntazheri,[6] Nashir Makarim Syirazi (L. 1305 S)[7] salah seorang Fukaha Syiah dan Ni’matullah Shalihi Najaf Abodi (1302-1385 S)[8] menyebut jihad pada permulaan Islam sebagai jihad defensif; yang bertujuan menyelamatkan orang-orang terzalimi dan menghilangkan hambatan-hambatan penyebaran Islam. Adapun, Muhammad Taqi Misbah Yazdi (1313-1399 S) percaya semua peperangan Islam itu defensif sesuai pandangan sejarawan muslim dalam artian karena memiliki aturan-aturan dan nilai-nilai yang dapat diterima saat ini dan diterapkan dibanyak negara-negara di dunia (seperti Liberalism dan pencari kebebasan).[9]
Syarat-syarat Jihad Ibtida'i
Menurut pendapat para ulama masyhur Syiah, jihad ibtida’i memiliki 3 syarat:
- Kehadiran Maksum as: Oleh karena itu, pada zaman kegaiban jihad ibtida’i tidak diperbolehkan.
- Kekuatan kaum Muslimin yang memadai untuk memulai perang.
- Menyeru orang kafir kepada Islam dan meyempurnakan argumentasi atas mereka, sebelum perang dimulai.[10]
Kehadiran Imam Maksum asdan izinnya atau wakil khususnya,[11] menurut pendapat masyhur Fukaha Syiah seperti Syekh Thusi (385-460 H),[12] Qadhi Ibnu Barraj (kisaran 400-481 H),[13] Ibnu Idris (kisaran 543-598 H),[14] Muhaqiq Hilli (602-676 H),[15] Allamah Hilli (648-726 H),[16] Syahid Tsani (911-955 atau 965 H),[17] dan Shahib Jawahir (1202-1266 H),[18] adalah syarat terlaksananya jihad ibtida’i[19] dan tidak mencakup wakil-wakil umum (Fukaha).[20] Tetapi sebagian Fukaha seperti [[Syekh Muf,[21]Abu al-Shalah Halabi (374-447 H),[22] dan Sallar al-Daylami (W. 448 H),[23] tidak menganggap kehadiran Imam Maksum as adalah syarat jihad ibtida’i, oleh karena itu mereka memperbolehkan melakukannya pada zaman kegaiban.[24] Sebagian Fukaha kontemporer, seperti Abul Qasim Khu’i (1278-1371 H),[25] Sayid Ali Khamene’i (L.1318 S),[26] Husain Ali Muntazheri (1301-1388 S),[27] dan Muhammad Mu’min(1316-1397 S), kita tidak dapat menetapkan syarat kehadiran Imam Maksum as dari ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat-riwayat Maksumin as, oleh karena itu jihad ibtida’i hukumnya wajib selama persyaratanya terpenuhi sekali pun pada zaman kegaiban;[28] Menurut sebagian ungkapan "Imam Adil" dalam hadis-hadis jihad tidak diartikan sebagai Imam Maksum as.[29]
Kontradiksi dengan Kebebasan Keyakinan
Menurut keyakinan sebagian ulama jihad ibtida’i, itu bertujuan untuk meyebarkan Islam melalui pemaksaan atas masyarakat dan bertentangan dengan ayat لاَ إِكْراهَ فی الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَیِّ[30] (Tidak ada paksaan untuk (masuk) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat).[31] Para ulama Syiah dalam menjawab syubhat ini, melalui pendekatan yang yang berbeda-beda; seperti:
- Semua ayat jihad dalam Islam, baik yang menyebutkan secara eksplisit atau pun implisit tentang jihad haruslah bertujuan untuk membantu orang-orang yang terzalimi, melawan penindas dan menyiapkan prasarana kebebasan memilih agama, bukan untuk memaksakan agama. Beberapa orang menganggap semua jihad adalah jihad defensif.[32]
- Tidak ada satu pun ayat jihad yang mewajibkan berperang dengan orang-orang Musyrik, memaksa mereka untuk memeluk Islam dan jika mereka tidak memeluk Islam maka bunuhlah mereka.[33] Lebih lanjut Ayatullah Khamene'i, pemimpin tertinggi Republik Islam Iran, memperluas keyakinan dengan paksaan tidaklah dapat diterima.[34]
- Muhammad Taqi Mishbah Yazdi(1313-1399 S / 1934-2020 M) percaya bahwa adanya syariat jihad ibtida’i dalam Islam,[35] dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dan sistem, peyembahan Allah dan untuk terwujudnya hakim agama Allah. Bukan untuk mencari kekuasaan, memanipulasi ekonomi dan material masyarakat mana pun;[36] Sebab meyembah Allah di seluruh belahan dunia adalah salah satu hak prerogratifnya hingga dengan perantaraan jihad ibtida’i (Di mana itu merupakan defensif atas Tauhid) dan hilangnya kesyirikan, kekafiran, Kezaliman, kerusakan orang-orang musyrik dan orang-orang kafir. Dan berkuasanya sistem monotoisme. Bukan dalam artian bahwa semua orang di dunia dipaksa untuk masuk Islam.[37] Menurut Ayatullah Montazeri, makna ini sesuai dengan ayat 256 Surah Al-Baqarah.[38]
Monografi
- Jihad ibtida’i dalam kitab Sunnat va Sire-e Nabawi karya Muhammad Murvarid, Masyhad, Bunyad Pazhuhesyha-e Eslami Astan-e Quds-e Razavi, 1400 S.
Dalam karya ini, penulis menerangkan konsep jihad dan jenis-jenisnya, dia percaya bahwa jihad ibtida’i sekalipun berbeda dengan jihad defensif; Dalam sejarah hidup Rasulullah saw dengan kriteria jihad defensif bertujuan utuk mengukuhkan stabilitas keamanan dan kemandirian kaum Muslimin.[39]
- Jihad Ibtida’i dalam Al-Qur'an Karim karya Muhammad Javad Fadhil Lankarani, Catatan dan tulisan Muhammad Husain Danisy, Qom, Intisyarat-e Markaz-e Fiqh Aimmah Athhar ad, 1397 S.
Dalam karya ini, penulis menggunakan pendekatan fikih dan tafsir, ayat-ayat yang menunjukkan pada jihad ibtida’i dengan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, adalah objek kajian dan menetapkan pensyariatan jihad ibtida’i. Kemudian dia menjawab Syubhat orang yang menganggap beberapa ayat Al-Qur'an bertentangan dengan pesyariatan jihad ibtida’i dan dia menjawab dengan cara ijtihadi dan fikih.[40]
Catatan Kaki
- ↑ Sharami, Adalat Nezad, Jahad, jld. 11, hlm. 434.
- ↑ Muntazeri, Mujazatha-e Eslami Wa Huquq-e Basyar, hlm. 90.
- ↑ Mishbah Yazdi, Jang Wa Jahad Dar Qur'ān, hlm. 139.
- ↑ Anshari, al-Mausū'ah al-Fiqhiyyah al-Muyassarah, jld. 4, hlm. 24; Sharami, Adalat Nezad, Jahad, jld. 11, hlm. 434.
- ↑ Bahrami, Nezam-e Seasi-e Ejtema'i-e Eslam, hlm. 139-141.
- ↑ Muntazeri, Hukumat-e Dini Wa Huquq-e Ensan, hlm. 60; Muntazeri, Posukh Be Porsesyha'i Peiramun-e Mujazatha-e Eslami Wa Huquq-e Basyar, hlm. 90.
- ↑ Jahad-e Ebteda'i, Site Makarem.
- ↑ Shalehi Najaf Abodi, Jahad Dar Eslam, hlm. 34-35.
- ↑ Mishbah Yazdi, Akhlaq Dar Qur'ān, jld. 3, hlm. 408.
- ↑ Amid Zanjani, Feqh-e Seyasi, jld. 3, hlm. 139.
- ↑ Sharami, Adalat Nezad, Jahad, jld. 11, hlm. 435.
- ↑ Syekh Thusi, al-Mabshūth, jld. 2, hlm. 8.
- ↑ Qadhi Ibnu Barraj, al-Muhaddzab, jld. 1, hlm. 296.
- ↑ Ibn Idris Hilli, as-Sarā'ir, jld. 2, hlm. 3.
- ↑ Muhaqqiq Hilli, Syarāyi' al-Islām, jld. 1, hlm. 278.
- ↑ Allamah Hilli, Tadzkirah al-Fuqahā', jld. 9, hlm. 19.
- ↑ Syahid Tsani, ar-Raudhah al-Bahiyyah, jld. 2, hlm. 381.
- ↑ Shahib Jawahir, Jawāhir al-Kalām, jld. 21, hlm. 11.
- ↑ Jawid, Huquq-e Basyar-e Mu'asher Wa Jahad-e Ebteda'i Dar Eslam-e Mu'asher, Jurnal Pazuhesy Name-e Huquq-e Eslami, tahun 11, vol. 2, hlm. 129-134.
- ↑ Sharami, Adalat Nezad, Jahad, jld. 11, hlm. 435.
- ↑ Syekh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 810.
- ↑ Abu ash-Shalah Halabi, al-Kāfī Fī al-Fiqh, hlm. 246.
- ↑ Salar Dailami, al-Marāsim Fī Fiqh al-Imāmī, hlm. 261.
- ↑ Jawid, Huquq-e Basyar-e Mu'asher Wa Jahad-e Ebteda'i Dar Eslam-e Mu'asher, Jurnal Pazuhesy Name-e Huquq-e Eslami, tahun 11, vol. 2, hlm. 127-129.
- ↑ Khu'i, Minhāj ash-Shālihīn, jld. 1, hlm. 364.
- ↑ Khamene'i, Resale-e Āmuzesyi, jld. 1, hlm. 322.
- ↑ Muntazeri, Dirāsāt Fī Wilāyah al-Faqīh, jld. 1, hlm. 116-119.
- ↑ Mukmin, Jahad-e Ebteda'i Dar Ashr-e Gheibat, Majalah Feqh-e Ahl-e Beit, vol. 26, hlm. 51.
- ↑ Muntazeri, Dirāsāt Fī Wilāyah al-Faqīh, jld. 1, hlm. 118.
- ↑ QS. al-Baqarah:256.
- ↑ Kamyab, Barresi-e Syubhe-e Jahad-e Ebteda'i Dar Tafsir-e Āye-e لا إكراه في الدين, Majalah Muthale'at-e Tafsiri, vol. 11, hlm. 8.
- ↑ Kamyab, Barresi-e Syubhe-e Jahad-e Ebteda'i Dar Tafsir-e Āye-e لا إكراه في الدين, Majalah Muthale'at-e Tafsiri, vol. 11, hlm. 27.
- ↑ Kamyab, Barresi-e Syubhe-e Jahad-e Ebteda'i Dar Tafsir-e Āye-e لا إكراه في الدين, Majalah Muthale'at-e Tafsiri, vol. 11, hlm. 28.
- ↑ Adrikni, Muqimi Haji, Jahad, hlm. 424.
- ↑ Mishbah Yazdi, Akhlaq Dar Qur'ān, jld. 3, hlm. 408.
- ↑ Mishbah Yazdi, Akhlaq Dar Qur'ān, jld. 3, hlm. 412.
- ↑ Mishbah Yazdi, Jang Wa Jahad Dar Qur'ān, hlm. 152-154.
- ↑ Muntazeri, Mujazatha-e Eslami Wa Huquq-e Basyar, hlm. 89-90.
- ↑ Jahad-e Ebteda'i Dar Sunnat Wa Sire-e Nabawi, Site Islamic-rf.
- ↑ Jahad-e Ebteda'i Dar Qur'ān-e Karīm, Site Fazellankarani.
Daftar Pustaka
- Alquran
- Abus Shalah Halabi, Taqi bin Najm. Al-Kāfī Fī al-Fiqh. Riset Ridha Ustadi. Isfahan: Perpustakaan Amirul Mu'minin Ali (as) al-'Ammah.
- Adrikni, Muhammad Jawad, Abul Qasim Muqimi Haji. Jahad. Salah satu makalah dalam Andisye Name-e Enqelab-e Eslami. Tehran: Yayasan Pazuhesyi-e Farhanggi-e Enqelab-e Eslami, 1398 HS/2020.
- Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Tadzkirah al-Fuqahā'. Qom: Yayasan Āl al-Bait (as) Li Ihya' at-Turats, 1414 H.
- Amid Zanjani, Abbas Ali. Feqh-e Seyasi. Tehran: Amir Kabir, 1377 HS/1999.
- Anshari (Khalife SYusytari), Muhammad Ali. Al-Mausū'ah al-Fiqhiyyah al-Muyassarah. Qom: Majma' al-Fikr al-Islami, 1415 H.
- Bahrami, Qudartullah. Nizam-e Seyasi-e Ejtema'i-e Eslami. Qom: Sepah-e Pasdaran-e Enqelab-e Eslami, 1380 HS/2002.
- Ibn Idris Hilli, Muhammad bin Manshur. As-Sarā'ir al-Hāwī Li Tahrīr al-Fatāwā. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1410 H.
- Jahad-e Ebteda'i Dar Qur'ān-e Karīm. Site Fazellankarani. Diakses tanggal 20 Desember 2022.
- Jahad-e Ebteda'i Dar Sunnat Wa Sire-e Nabawi. Site Islamic-rf. Diakses tanggal 20 Desember 2022.
- Jahad-e Ebteda'i. Site Makarem. Diakses tanggal 13 Juli 2017.
- Jawid, Muhammad Jawad, Ali Muhammad Dust. Huquq-e Basyar-e Mu'asher Wa Jahad-e Ebteda'i Dar Eslam-e Mu'asher. Jurnal Pazuhesy Name-e Huquq-e Eslami. Tahun 11. Vol. 2, 1389 HS/2011.
- Kamyab, Husein, Ahmad Qudsi. Barresi-e Syubhe-e Jahad-e Ebteda'i Dar Tafsir-e Āye-e لا إكراه في الدين. Majalah Muthale'at-e Tafsiri. Vol: 11, 1391 HS/2013.
- Khamene'i, Sayyid Ali. Muthabeq Ba Fatawa-e Hazrat-e Ayatullah Khamene'i. Tehran: Yayasan Pazuhesyi-e Farhangg-e Enqelab-e Eslami, 1398 HS/2020.
- Khu'i, Sayyid Abul Qasim. Minhāj ash-Shālihīn. Qom: Madinah al-'Ilm, 1410 H.
- Mishbah Yazdi, Muhammad Taqi. Akhlaq Dar Qur'ān. Qom: Entesyarat-e Muassese-e Amuzesyi Wa Pazuhesyi-e Emam Khomeini, 1391 HS/2013.
- Mishbah Yazdi, Muhammad Taqi. Jang Wa Jahad Dar Qur'ān. Qom: Entesyarat-e Muassese-e Amuzesyi Wa Pazuhesyi-e Emam Khomeini, 1383 HS/2005.
- Muhaqqiq Hilli, Ja'far bin Hasan. Syarā'i' al-Islām Fī Masā'il al-Halāl Wa al-Harām. Qom: Esma'iliyan, 1408 H.
- Mu'min, Muhammad. Jahad-e Ebteda'i Dar Ashr-e Gheibat. Majalah Feqh-e Ahl-e Beit. Vol: 26, 1380 HS/2002.
- Muntazeri, Husein Ali. Dirāsāt Fī Wilāyah al-Faqīh Wa Fiqh ad-Daulah al-Islāmiyyah. Qom: Al-Markaz al-'Alami Li ad-Dirasat al-Islamiyyah, 1409 H.
- Muntazeri, Husein Ali. Mujazatha-e Eslami Wa Huquq-e Basyar. Qom, 1429 H.
- Muntazeri, Husein Ali. Pasokh Be Porsesyha'i Peiromun-e Mujazatha-e Eslami Wa Huquq-e Basyar. Qom: Orghan-e Danesy, 1387 HS/2009.
- Qadhi Ibn Barraj, Abdul Aziz. Al-Muhaddzab. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1406 H.
- Salar Dailami, Hamzah bin Abdul Aziz. Al-Marāsim Fī Fiqh al-Imāmī. Riset Mahmud Bustani. Qom: Mansyurat al-Haramain, 1404 H.
- Shahib Jawahir, Muhammad Hasan. Jawāhir al-Kalām Fī Syarh Syarā'i' al-Islām.Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-'Arabi, 1404 H.
- Shahib Najaf Abadi, Ni'matullah. Jahad Dar Eslam. Tehran: Nasyr-e Nei, 1386 HS/2008.
- Sharami, Saifullah, Adalat Nezad, Sa'id. Jahad. Jurnal Danesyname-e Jahan-e Eslam. Tehran: Bunyad-e Dayirah al-Ma'arif-e Eslami, 1386 HS/2008.
- Syahid Tsani, Zainuddin bin Ali. Ar-Raudhah al-Bahiyyah Fī Syarh al-Lum'ah ad-Damisyqiyyah. Riset Kalantar. Qom: Perpustakaan ad-Dawari, 1410 H.
- Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Muqni'ah. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1410 H.
- Sykeh Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Mabsūth Fī Fiqh al-Imāmiyyah. Tehran: Perpustakaan al-Murtadhawiyyah Li Ihya' al-Ātsar al-Ja'fariyyah, 1387 H.
[[kategori: Hukum Jihad]