Qushay bin Kilab

tanpa prioritas, kualitas: b
Dari wikishia
(Dialihkan dari Qusai bin Kilab)
Qushay bin Kilab
Datuk Rasulullah saw
Pemakaman Hajun
Nama lengkapQushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab
LakabQuraisy• Mujamma'
Afiliasi agamaTauhid
Kerabat termasyhurMuhammad saw (cucu)• Imam Ali as (cucu)
LahirMekah
Tempat tinggalMekah
Tempat dimakamkanPemakaman Hajun
EraSebelum Islam
Peran pentingHijabah (Kiswah)• Siqayah (memberi air minum para jemaah haji)• Rifadah (menjamu makan Quraisy lewat harta benda yang dikumpulkan)• Darun Nadwah wa Liwa (panji pertempuran)
AktivitasMembangun Masy'ar al-Haram• Menggali sumur dan mensuplai air ke Mekah• Merenovasi Ka'bah

Qushay bin Kilab (bahasa Arab:قصي بن كلاب) Qushay bin Murrah bin Ka'ab, datuk keempat Rasulullah saw dan pemimpin Quraisy di Mekah. Ia membebaskan kota ini dari penguasaaan Bani Khuza'ah dan memimpin kembali Quraisy. Penggalian sejumlah sumur, melayani para peziarah Baitullah al-Haram dan merenovasi kembali Ka'bah termasuk kinerjanya. Meski memiliki popularitas dan banyak kontribusi, sejak masa kelahiran, bahkan wafat, dan beografi dan kehidupannya tidak terlalu diketahui.

Keluarga Qushay bin Kilab

Nampaknya, Kilab bin Murrah, ayah Qushay hanya memiliki dua orang putra (Qushay dan Zuhrah) dan seorang putri bernama Nu'am. Ibu mereka, Fatimah, putri Sa'ad bin Sayal dari bani Jadarah, klan dari kabilah Yamani Azdi. [1] Qushay selain memiliki saudara dan saudari, ia juga memiliki saudara seibu bernama Rizah, dan ayahnya adalah Rabi'ah bin Haram. [2]

Silsilah keluarga Nabi saw
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Qushay
wafat: 400 M
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdul Uzza
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdu Manaf
wafat: 430 M
 
 
 
 
 
 
 
Abd al-Dar
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Asad
 
 
 
Muththalib
 
 
Hasyim
wafat: 464 M
 
 
 
Nawfal
 
'Abd Shams
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Khuwaylid
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdul Muththalib
wafat: 497 M
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Al-'Awwam
 
Khadijah Sa
 
Hamzah
 
 
Abdullah
lahir: 545 M
 
 
 
Abu Thalib
 
Abbas
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Zubair
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nabi Muhammad saw
lahir: 571 M
 
Ali as
llahir: 599 M
 
'Aqil
 
Ja'far
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Fatimah binti Muhammad sa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muslim
 
Abdullah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Hasan as
lahir: 625 M
 
 
 
 
 
 
Husain as
lahir: 626 M
 
 
Zainab sa
lahir: 627 M
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Keturunan

Nama keturunan Qushay dituturkan sebagai berikut: Abdi Manaf atau Mughirah, Abdullah atau Abd ad-Dar, Abd al-Uzza, Abd bin Qushay. [3] Dikatakan Qushay hidup pada masa kekuasaan Bahram Gōr atau Bahram, raja Sasanian kelima (438/439 M). [4]

Sebab Dinamakan Qushay

Mayoritas sejarawan menulis nama asli Qushay adalah Zaid. [5] Terkait sebab dinamai dengan Qushay dikatakan bahwa ibunya Fatimah, setelah Kilab wafat, menikah lagi dengan Rabi'ah bin Haram (dari kabilah bani 'Udzrah) yang datang ke Mekah untuk melaksanakan amalan-amalan haji, dan Rabi'ah membawa Fatimah serta bayinya, Qushay bersamanya ke tempat sanak familinya di kawasan Syam.

Qushay menetap di situ sampai atau menjelang akil baligh, kemudian ia pergi ke Mekah bersama kelompok para jemaah haji bani Qadha'ah, pada salah satu bulan haram. [6] Dikarenakan Zaid selama ini jauh dari tempat kelahirannya Mekah dan sanak familinya, maka mereka menamainya dengan Qushay, yakni orang yang jauh dari kota dan tanah kelahirannya. [7]

Gelar Qushay

  • Quraisy: salah satu gelar Qushay adalah Quraisy. Kemungkinan nama kabilah Quraisy diambil dari gelarnya. [8] Terkait alasan penamaan tersebut, mereka menyebutkan karena penguasaan Qushay atas Mekah dan melakukan kinerja-kinerja bagus dan terpuji, atau dikarenakan perilaku-perilaku baik terkumpul pada diri Qushay, karena salah satu dari arti Quraisy adalah pengumpulan.
  • Mujamma': Qushay disebut dengan Mujamma' dengan arti pengumpul, karena setelah menguasai Mekah dan kepemimpinannya di Mekah dari satu sisi, ia mengumpulkan Quraisy dari lembah dan perbukitan sekitar Mekah dan menempatkan mereka di Mekah. [9]

Perang dengan Kabilah Khuza'ah

Setelah Qushay menetap di Mekah, ia menikah dengan putri Hulail bin Hubsyah, pemimpin terakhir bani Khuza'ah penguasa Mekah. [10] Saat keturunan Qushay tersebar dan harta bendanya melimpah ruah serta mendapatkan kemuliaan besar, bersamaan dengan itu Hulail pun meninggal. [11] Menjelang ajal, Hulail memanggil Qushay dan menyerahkan kepemimpinan Baitullah al-Haram dan kunci Ka'bah, namun sepeninggalnya, Khuza'ah mengambil kunci Ka'bah yang berada di tangan Hubba, namun ia menghalangi Qushay. Qushay meminta bantuan Quraisy dan bani Kinanah serta saudara seibunya Rizah dan para mitranya untuk mengambil haknya dan pada akhirnya dapat mengalahkan Khuza'ah. [12]

Dikatakan, dalam pertempuran dengan Khuza'ah, Qushay mendapatkan bantuan imperatur Romawi. [13] Dalam riwayat lain, sepeninggal Hulail, anaknya, Abu Ghibsyan Muhtarisy, memegang kepemimpinan; namun menukarkan rumah Ka'bah dengan onta laki-laki dan satu girbah arak pada Qushay. [14]

Qushay dan Jabatan Mekah

Qushay memangku sejumlah jabatan penting Mekah, yakni "Hijabah" (kiswah), "Siqayah" (memberi air minum para jemaah haji), "Rifadah" (menjamu makan Quraisy lewat harta benda yang dikumpulkan), Darun Nadwah wa Liwa (panji pertempuran) dan orang pertama dari keturunan Ka'ab bin Luay, yang memegang kepemimpinan dan setelah itu kepemimpinan dan jabatan ini diemban oleh keturunan Qushay.[15]

Kontribusi Qushay

  1. Menggali sumur dan mensuplai air ke Mekah: Qushay bagi penduduk Mekah dan para jemaah, telah melakukan banyak pengabdian krusial. Ia membuat sejumlah kolam dari jenis kulit dan memasok airnya dari sumur Maimun dan selainnya, yang ada di luar Mekah, guna memberi minum penduduk di Mekah, Mina dan Arafah. [16] Demikian juga untuk pertama kalinya, ia menggali sebuah sumur di kota Mekah dan menamainya dengan Ajul. Sumur ini masih tetap ada selama Qushay masih hidup. Setelah itu tidak dipakai dan terletak di kediaman Ummu Hani, putri Abu Thalib dan selanjutnya bagian dari Masjid al-Haram. Nampaknya, dengan melihat minimnya air di Mekah, sumur Ajul memiliki urgensi yang sangat tinggi dan selain Quraisy, para jemaah haji juga mendapatkan manfaat dari air tersebut. [17] Ada sebuah pendapat yang mengatakan, Qushay juga menggali sumur Khumm dan Badzar. [18]
  2. Menjamu makan para peziarah Baitullah al-Haram: Selain itu semua, Qushay juga memberi makan para peziarah Baitullah al-Haram dan berpendapat para jemaah haji adalah para tamu Allah dan Quraisy yang dekat dengan bait-Nya, layak untuk menjamu mereka. Karenanya ia mengajak Quraisy untuk melakukan hal tersebut dan mendorong mereka dan bekerjasama dengan mereka, menyiapkan anggaran makan dan minuman para jemaah haji. [19] Qushay adalah orang petama, setelah Nabi Ibrahim as dan Ismail as yang memasang tanda-tanda batasan Haram sejak awal, guna membimbing para jemaah haji. [20]
  3. Memuliakan Quraisy atas Mekah: Quraisy sebelum datang ke Mekah, tinggal di lembah dan perbukitan sekitar Mekah. Setelah Qushay memegang tampuk kepemimpinan, ia membagi kota Mekah menjadi empat bagian dan menempatkan setiap bagian dengan kelompok Quraisy. [21] Qushay meminta Quraisy agar membangun rumah-rumah mereka di sekitar Kakbah. Karenanya, rumah-rumah Quraisy dibangun di empat arah Kakbah. Jarak rumah sampai Kakbah seukuran Mataf (tempat Tawaf). [22] Qushay menentukan tempat Quraisy, berdasarkan nasab, di Mekah. Quraisy yang tinggal di lembah dinamai dengan Quraisy Bithah atau Bathha', sementara yang tinggal di luar lembah dinamai dengan Quraisy Dzahiri atau Dzawahir. [23] Dengan demikian, Qushay untuk pertama kalinya yang menyatukan, mengorganisir, menghormati, dan memuliakan Quraisy[24] dan mengambil pajak sepersepuluh dari non Quraisy yang memasuki Mekah. [25]
  4. Mendirikan Darun Nadwah: Qushay membangun Darun Nadwah, rumah untuk dirinya, menyambung dengan Masjid al-Haram, di arah Syam (Utara) Kakbah, yang terbuka menuju Kakbah dan Quraisy berkumpul di tempat tersebut untuk perkara-peraka penting dan mengambil keputusan-keputusan mendasar, seperti perang, menghakimi konflik dan akad pernikahan dan lain-lain dan hanya orang yang berumur 40 tahun keatas yang dapat masuk ke tempat tersebut untuk bermusyawarah. Pembatasan semacam ini tidak berlaku untuk keturunan Qushay. [26]
  5. Membangun Masy'ar al-Haram: Qushay membangun Masy'ar al-Haram di Muzdalifah, yang menjadi tempat wukuf dan baitutah para jemaah haji dan di situ ia menyalakan api, sehingga orang yang pergi ke situ dari Arafah dapat menemukan jalan dan tidak tersesat. Tradisi ini terus berlanjut bahkan setelah munculnya Islam. [27]
  6. Renovasi Kakbah: dikatakan Qushay adalah orang pertama setelah Nabi Ibrahim as yang merenovasi kembali Kakbah dan memberikan atap. [28] Ia menambah panjang tembok Kakbah yang sebelumnya 9 hasta menjadi 18 hasta dan meninggikannya sampai 255 hasta dan memberi atap dengan pelepah kurma dan kayu pohon ad-Dum dan Kakbah sampai pada masa itu belum memiliki struktur sedemikian rupa. [29]

Penghormatan dan Kedudukan Qushay

Quraisy pada masa hidup Qushay dan sepeninggalnya sangat mengormati dan memberikannya kedudukan, yang menganggap wajib untuk mengikuti amalan-amalannya seperti hukum-hukum agama. [30] Bahkan sepeninggal Qushay dan munculnya Islam, dimana kaum musyrikin Mekah menentang Rasulullah saw, meminta beliau agar menghidupkan kembali Qushay guna berbicara tentang kenabian Rasulullah dan hari kebangkitan. [31] Sebelum meninggal, Qushay menyerahkan pembagian tugas, jabatan haji dan Mekah kepada keturunannya, pengelolalan kota dan urusan haji kepada mereka. [32]

Wafat

Qushay meninggal di Mekah dan jasadnya dikuburkan di kaki gunung Hajun[33], ia masih tetap dihormati dan kuburnya dijadikan tempat ziarah. Setelah itu, penduduk Mekah menguburkan sanak kerabatnya yang meninggal dunia di Hajun, dimana merupakan pemakaman pertama Mekah. [34]

Kriteria Qushay

Qushay dalam kebijaksanaan dan akurasi, kejujuran, kedermawanan, dan kemuliaan adalah orang yang paling menonjol pada masanya[35] dan menurut keyakinan Syiah Imamiah, ia adalah seorang mukmin dan bertauhid seperti para ayah dan datuk Rasulullah saw lainnya. [36] Qushay mengimani Tuhan yang Esa dan tidak menyembah berhala Latta, Uzza dan berhala-berhala lainnya serta melarang penduduk Arab untuk menyembah selain Allah swt. [37]

Dalam beberapa literatur, dinisbatkan ucapan-ucapan bijak padanya. Ia berkata kepada keturunannya, siapa saja yang memiliki cela besar, maka dia memiliki mitra buruk. Barang siapa yang menganggap perbuatan buruk adalah baik, maka ia berpartisipasi dalam keburukan dan barang siapa yang tidak memperbaiki kemuliaan kalian, maka tunjukkanlah kehinaannya kepadanya, dimana obat dapat mencabut akar rasa sakit. [38]

Ia berkata kepada anak-anaknya, muliakanlah dan hormatilah diri kalian yang sesungguhnya sehingga kaum dan kabilah kalian memperlakukan kalian dengan penuh martabat dan penghormatan. Jangan menzalimi kaum kalian, yang akan menyebabkan kebinasaan. Jauhilah pengkhianatan, karena hal itu di keharibaan Allah akan menyebabkan kehinaan dan pencelaan. [39] Jauhilah minuman keras, karena jika seandainya ia bisa menyehatkan badan, tetapi ia dapat merusak otak pikiran. [40]

Catatan Kaki

  1. Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 109-110.
  2. Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 124; bandingkan, Sam'ani, jld. 2, hlm. 195.
  3. Ibn Kalbi, hlm. 26; Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 110-111; bandingkan Baladzuri, 1417, jld. 1, hlm. 59, 65; Ya'qubi, jld. 1, hlm. 239.
  4. Rujuklah, Abu Hilal 'Askari, hlm. 25; Muqaddasi, jld. 4, hlm. 126.
  5. Rujuklah: Ibn Sa'ad, jld. 1, hlm. 67; Ya'qubi, jld. 1, hlm. 237; Thabari, jld. 2, hlm. 254.
  6. Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 124; Ibn Sa'ad, jld. 1, hlm. 67; al-Azraqi, 1403, jld. 1, hlm. 104-105.
  7. Baladzuri, 1417, jld. 1, hlm. 55; Ya'qubi, jld. 1, hlm. 237; Suhaili. jld, 2, hlm. 33-34.
  8. Al-Muntadzam, jld. 2, hlm. 230.
  9. Rujuklah, Ibn Sa'ad, jld. 1, hlm. 71-72; Ibn Qutaibah, hlm. 117, 641; Sam'ani, jld. 4, hlm. 485; Ibn Atsir, jld. 2, hlm. 27.
  10. Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 122-123; al-Azraqi, jld. 1, hlm. 105.
  11. Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 123.
  12. Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 123, 124, 130-131; al-Azraqi, jld. 1, hlm. 105-107; Suhaili, jld. 2, hlm, 28-29, 32-33, 45-46.
  13. Rujuklah, Ibn Qutaibah, hlm. 640-641; bandingkan Jawad Ali, jld. 4, hlm. 39.
  14. Baladzuri, 1417, jld. 1, hlm. 56; bandingkan Mas'udi, jld. 2, hlm. 175.
  15. Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 131-132; Ibn Habib, hlm. 164-165.
  16. Ibn Sa'ad, jld. 1, hlm. 73; Salihi Syami, jld. 1, hlm. 275.
  17. Fakihi, jld. 2, hlm. 173, jld. 4, hlm. 97; Baladzuri, 1413, hlm. 48; Baladzuri, 1417, jld. 1, hlm. 58; Yaqut Hamawi, dibawah kata al-'Ajul, hlm, 58; Ibn Dhiya', hlm. 67.
  18. Fakihi, jld. 4, hlm. 98-99.
  19. Ibn Sa'ad, jld. 1, hlm. 72-73; Baladzuri, 1417, jld. 1, hlm. 58.
  20. Al-Azraqi, jld. 2, hlm. 129; Fakihi, jld. 2, hlm. 273, jld. 5, hlm. 225.
  21. Rujuklah, Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 131-132; Ya'qubi, jld. 1, hlm. 240.
  22. Halabi, jld. 1, hlm. 297.
  23. Rujuklah, Mas'udi, jld. 2, hlm. 176-177.
  24. Ya'qubi, jld. 1, hlm. 240.
  25. Mas'udi, jld. 2, hlm. 176.
  26. Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 132; al-Azraqi, jld. 1, hlm. 109, jld. 2, hlm. 109; Baladzuri, 1417, jld. 1, hlm. 58-59; Ibn Katsir, jld. 2, hlm. 207.
  27. Ibn Sa'ad, jld. 1, hlm. 72; Ibn Habib, hlm. 236, 319; Thabari, jld. 2, hlm. 265; Ibn Abd Rabbah, jld. 3, hlm. 266.
  28. Mawardi, hlm. 418-419; bandingkan Ibnu Duraid, hlm. 155; setelah Tubba'; Thabrani, hlm. 63; setelah Kilab bin Murrah; Fakihi, jld. 5, hlm. 138: Quraisy kemungkinan yang dimaksud adalah Qushay, setelah Jurhum dan Amalek; al-Qalqashandi, jld. 4, hlm. 250: setelah Amalek dan selanjutnya Jurhum.
  29. Ya'qubi, jld. 1, hlm. 240; al-Qalqashandi, jld. 4, hlm. 250-251.
  30. Ibn Sa'ad, jld. 1, hlm. 70; Ya'qubi, jld. 1, hlm. 249; Baladzuri, 1417, jld. 1, hlm. 59.
  31. Rujuklah, Thabarsi, dan Abu Hayyan al-Gharnati, di bawah surah Ad-Dukhan: 36.
  32. Rujuklah, Ya'qubi, jld. 1, hlm. 241; bandingkan Ibn Hisyam, jld. 1, hlm. 136-137.
  33. Di atas Mekah, rujuklah Yaqut Hamawi, di bawah kata al-Hajun.
  34. Fakihi, jld. 4, hlm. 58-59; Baladzuri, 1417, jld. 1, hlm. 59.
  35. Baladzuri, 1417, jld. 1, hlm. 55.
  36. Rujuklah, Syekh Mufid, hlm. 139; Allamah Majlisi, jld. 12, hlm. 49; jld. 15, hlm. 117.
  37. Rujuklah, Syahristani, jld. 2, hlm. 248.
  38. Rujuklah, Ya'qubi, jld. 1, hlm. 241.
  39. Suyuthi, jld. 1, hlm. 163-164.
  40. Ibn Abd Rabbah, jld. 8, hlm. 52; Ibn Babawaih, hlm. 51-52; Suyuthi, jld. 1, hlm. 164.

Daftar pustaka

  • Abdul Malik Ibn Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, cet. Musthafa al-Saqa Ibrahim al-Abyari dan Abdul Hafidz al-Syalbi, Kairo, 1355/1936.
  • Abdullah Ibn Qutaibah, al-Ma'arif, cet. Tsarwat 'Akasyah, Kairo, 1960.
  • Abdur Rahman bin Abdullah Suhaili, al-Raudh al-Anif, cet. Abdur Rahman Wakil, Kairo, 1410/1990.
  • Abdur Rahman Suyuthi, al-Mazhaf fi Ulum al-Lughah wa Anwaihâ, cet. Muhammad Ahmad Jad al-Maula, Ali Muhammad Bajawi, Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim, Kairo, Dar Ihya al-Maktab al-Gharbiyyah, Bi Ta.
  • Abu Hayan Gharnati, Muhammad bin Yusuf, Tafsir al-Bahr al-Muhith, cet. Adil Ahmad Abdul Maujud, Ali Muhammad Maudh, Beirut, 1422/2001.
  • Abu Hilal Askari, al-Awâil, Thanta (Mushir), 1408.
  • Ahmad bin Yahya Baladzuri, Futuh al-Buldan, cet. Dakhawiyah, Leiden, 1866, Frankfrut, 1413/1992.
  • Ahmad bin Yahya baladzuri, kitab Jumal min Ansab al-Asyraf, cet. Suhail Zakar, Riyadh Zarkili, Beirut, 1417/1997.
  • Ahmad Ibn Abd Rabbah, al-'Aqd al-Farid, cet. Mufid Muhammad Qamihah, Beirut, 1404.
  • Al-Azraqi, Akhbar Makkah wa Ma Ja'a fiha min al-Atsar, cet. Rushdi Salih Mulhis, Beirut, 1416.
  • Ali bin Burhanuddin Halabi, al-Sirah al-Halabiyyah, Beirut, 1400.
  • Hisyam bin Muhammd Ibn Kalbi, Jamharah al-Nasab, cet. Naji Hasan, Beirut, 1407/1986.
  • Ibn al-Jauzi (m 598), al-Muntadzam fi Tarikh al-Imam wa al-Muluk, Riset. Muhammad 'Abdul Qadir 'Atha, Mustafa 'Abdul Qadir 'Atha, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. 1, 1412/1992.
  • Ibn Atsir.
  • Ibn Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, Beirut.
  • Ismail Ibn Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, Beirut, 1404/1986.
  • Jawad Ali, al-Mufashshal fi Tarikh al-Arab Qabla al-Islam, Beirut, 1413/1993.
  • Mas'udi, Muruj al-Dzahab (Beirut).
  • Muhammad bin Abdul Karim Syahristani, al-Milal wa an-Nihal, cet, Muhammad Sayid Kilani, Beirut, Dar al-Ma'rifah.
  • Muhammad bin Ahmad Ibn Dhiya Makki Hanafi, Tarikh Makkah al-Musharrafah wa al-Masjid al-Haram wa al-Madȋnah al-Syarȋfah wa al-Qabr al-Syarȋf, cet. Ala' Ibrahim Azhari, dan Aiman Nasr, Beirut, 1422/2004.
  • Muhammad bin Ali bin Babawaih, al-Âmâli, Qom, 1417.
  • Muhammad bin Habib, Kitab al-Muhabbar, cet, Ilzah liyakhtan Syataitar, Hyderabad Dakan, 1361.
  • Muhammad bin Ishaq Fakihi, Akhbar Makkah fi Qadim al-Dahr wa Haditsihi, cet. Abdul Malik bin Abdullah bin Dahish, Beirut, 1419/1998.
  • Muhammad bin Yusuf Salihi Shami, Subul al-Huda wa al-Rashad fi Sirah Khair al-'Ibad, cet. Adil Ahmad Abdul Maujud, Ali Muhammad Maudh, Beirut, 1414/1993.
  • Muhammd bin Hasan Ibn Duraid, Kitab al-Isytiqâq, cet. Abdul Salam Muhammad Harun, Baghdad, 1399/1979.
  • Muhammd bin Muhammad Mufid, Tashih I'tiqadat al-Imamiyyah, cet. Hussein Dargahi, Beirut, 1414/1993.
  • Muthahhar bin Thahir Muqaddasi, al-Bada wa al-Tarikh, cet. Kilman Hiwar, Paris, 1899-1916, cet. Offset,Tehran, 1962/1341 s.
  • Qalqasyandi, Ali bin Mawardi, al-Ahkam al-Sulthaniyyah wa al-Wilayat ad-Diniyyah, cet. Muhammd Jasim Haditsi, Baghdad, 1422/2001.
  • Sam'ani.
  • Sulaiman bin Ahmad Thabrani, Kitab al-Awâil, cet, Muhammad Syakur bin Muhammad Haji Amrir, Beirut, 1408/1987;
  • Thabari, Tairkh (Beirut).
  • Thabarsi.
  • Ya'qubi, Tarikh.
  • Yaqut Hamawi.
  • Yusuf Ibn Abd al-Barr, al-Isti'ab fi Ma'rifah al-Ashhâb, cet, Ali Muhammad Bajawi, Beirut, 1412/1992.