Masjidil Haram

Prioritas: aa, Kualitas: b
Dari wikishia
Masjidil Haram
Masjidil Haram di Kota Suci Mekkah
Masjidil Haram di Kota Suci Mekkah
LokasiMekkah, Arab Saudi.
SekteIslam
Informasi arsitektur
Kapasitasdapat menampung hampir 1 juta jamaah
Lebar luas88.000 m2
Jumlah menara9
Tahun renovasiDalam periode yang berbeda
Ciri khasMasjid pertama dalam Islam, Kiblat ummat Islam, Tempat pelaksanaan ritual haji.

Masjidil Haram (bahasa Arab: المسجد الحرام) adalah masjid dan tempat tersuci bagi umat Islam. Masjid ini terletak di kota Mekkah, Arab Saudi. Di dalamnya terdapat Kabah, patokan arah kiblat untuk ibadah salat umat Islam di seluruh dunia. Selain Kakbah, di sana juga ada bangunan dan tempat suci lainnya di antaranya, Hajar Aswad, Maqam Ibrahim, Multazam, Mustajar, Hathim, dan Hijr Ismail. Masjidil Haram memiliki hukum fikih khusus dibanding masjid lainnya. Syariat Islam mewajibkan bagi setiap muslim yang mampu untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah sekali seumur hidup. Sebagian manasik haji dilaksanakan di dalam Masjidil Haram.

Istilah Kata

  • Nama Masjidil Haram (al-Masjid al-Haram) adalah kata gabungan bahasa Arab majemuk yang menunjukkan makna deskriptif. Disebut 'al-haram' karena ada hal-hal yang haram dilakukan di Masjidil Haram meski secara hukum fikih itu boleh dilakukan di masjid lain. Di samping itu Masjidil Haram memiliki kemuliaan dan hukum tersendiri. [1] Saat di dalam Masjidil Haram larangan bermaksiat lebih keras dibanding di tempat lain. Bahkan menurut sebagian riwayat, sekedar niat bermaksiat di dalam Masjidil Haram meski belum sampai melakukannya itu sudah terhitung dosa. [2]
  • Menurut referensi Islam, khususnya Alquran, nama Masjidil Haram sudah dikenal penduduk Hijaz sebelum masa Islam. Meski dulunya di sekeliling Kakbah belum dibangun dinding atau gedung, namun saat itu Kakbah dan tempat sekitarnya yang digunakan untuk thawaf telah disebut Masjidil Haram. Alquran beberapa kali menyebut nama Masjidil Haram di dalam Alquran, di antaranya; "Kenapa Allah tidak mengazab mereka sedang mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjid Haram." [3]
  • Sebutan Masjidil Haram yang terdapat dalam ayat atau riwayat kadang dimaksudkan untuk menyebut Kakbah, kota Mekkah dan kawasan al-Haram. [4]

Letak Geografis dan Luas Bangunan

  • Masjidil Haram terletak di kota Mekkah, Arab Saudi. Posisinya dikelilingi beberapa gunung. Nama gunung tersebut adalah Abu Qubais, Ajyad, Umar dan Hindi.
  • Batas wilayah Masjidil Haram saat ini: dari timur hingga gunung Abu Qubais, dari barat hingga gunung Umar dan jalan Syubaikah, dari utara hingga gunung Syamiah dan gunung Hindi sedangkan dari selatan hingga jalan Ajyad dan Misfalah.
  • Jarak al-Haram sampai Masjidil Haram berbeda-beda di setiap titik. Misalnya, jarak dari Tan'im ke Masjidil Haram 6.150 m, dari Ji'ranah ke Masjidil Haram 18.000 m, dari jalur Thaif di titik Huda ke Masjidil Haram 15.500 m, dari jalur Laits ke Masjidil Haram 17.000 m, dan dari jalan raya ke Masjidil Haram 11.000 m.

Keutamaan Masjidil Haram

  • Sejak dulu Masjidil Haram merupakan tempat suci bagi penduduk Hijaz. Tidak terdapat data sejarah yang jelas sejak kapan kondisi demikian mulai muncul. Menurut cerita lokal dan tuturan agama, tempat tersebut suci dan mulia sejak awal mula diciptakannya bumi. Menurut riwayat Islam, Masjidil Haram merupakan tempat termulia yang ada di bumi. [5]
  • Menurut hadis Nabi saw, Masjidil Haram adalah masjid tertua di dunia. Masjid ini telah ada sebelum Masjid al-Aqsha dibangun. [6]
  • Dalam sebuah hadis yang masyhur dengan sebutan hadis 'Syadd al-Rihal', Rasulullah saw bersabda, "Jangan pergi (untuk salat) kecuali ke tiga masjid; Masjidil Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha," salah satu yang disebut Rasulullah saw dalam hadis tersebut adalah Masjidil Haram.
  • Menurut cerita lokal, di dalam Masjidil Haram terdapat makam 70 nabi, di antaranya makam Nabi Hud as, Nabi Shalih as dan Nabi Ismail as. [7]
  • Dalam ajaran Islam terdapat aturan khusus yang harus ditaati menyangkut Masjidil Haram dan kota Mekkah. Contohnya, perang di dalam Masjidil Haram dan al-Haram Mekkah merupakan dosa besar kecuali untuk pertahanan. [8] Ibadah di dalamnya, seperti salat, memiliki nilai dan keutamaan lebih dibanding jika dilakukan di tempat lain. [9]

Sejarah

Sejarah mencatat Masjidil Haram telah banyak mengalami kejadian, perubahan, perluasan dan pemugaran. [10] Berikut adalah peristiwa-peristiwa terpenting yang terjadi di Masjidil Haram:

Periode Sebelum Islam

  • Di era sebelum Islam, kawasan sekeliling Kakbah disebut dengan Masjidil Haram. Batasan yang dipakai saat itu hanya menggunakan perkiraan. [11]
  • Di era sebelum Islam, selain Kakbah, di Masjidil Haram tidak ada bangunan lain. Tidak terdapat data sejarah yang jelas sejak kapan bangunan di sekeliling Kakbah mulai dibangun, yang ada hanya referensi riwayat. Menurut riwayat, sebelum manusia diciptakan, tempat berdirinya Masjidil Haram sekarang ini telah dipilih sebagai tempat dibangunnya Kakbah. Sedangkan yang pertama kali membangun Kakbah adalah para malaikat. [12]
  • Sebagian riwayat menyatakan, yang membangun Kakbah adalah Nabi Adam as, [13]setelah itu dengan bantuan Nabi Ismail as, Nabi Ibrahim as merenovasinya.[14]
  • Riwayat lain menyebutkan, Kakbah dibangun oleh Nabi Ibrahim as. Berdasarkan riwayat ini Masjidil Haram merupakan masjid terkuno di dunia. [15]
  • Sebelum Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'b, pemimpin Quraisy sekaligus leluhur keempat Nabi Muhammad saw, penduduk Mekkah belum ada yang membangun rumah di dekat Masjidil Haram. Qushai mengajak warga untuk membangun rumah di dekat Masjidil Haram dengan jarak tertentu dari Kakbah supaya sekelilingnya tetap dapat digunakan untuk thawaf.[16]

Periode Khulafaur Rasyidin

  • Perluasan Masjidil Haram dilakukan di zaman khalifah Umar bin Khattab. Umar membeli sebagian rumah yang berdiri di sekitar Masjidil Haram untuk dijadikan masjid. Di sana dibangun dinding rendah mengelilingi masjid. [17] Untuk penerangan kawasan masjid di malam hari, Umar memerintahkan supaya dinding tersebut dipasangi lampu.[18]
  • Karena jumlah pengunjung Masjidil Haram semakin banyak, Khalifah Utsman juga membeli rumah-rumah lain di sekitar masjid untuk dirobohkan dan dijadikan masjid. Dia membangun serambi dan mengatapinya.[19]

Periode Kekhalifahan Bani Umayah

  • Walid bin Abdul Malik dari Dinasti Umawi (berkuasa 86-96 H) merenovasi Masjidil Haram dan meluaskannya 1.725 m. Dia membangun beranda-beranda bertiang besar di sekitar masjid. Tiang-tiang tersebut dihias indah, bahkan beberapa bagiannya dilapisi emas. Talang air 'Rumah Allah' ini terbuat dari emas. [20]

Periode Kekhalifahan Bani Abbasiah

  • Al-Mansur, khalifah kedua bani Abbasiah (berkuasa 136-158 H) pada tahun 137 H menambah dua kali lipat luas masjid. Dia meluaskannya hampir 5000 m2. Dia juga menambahkan beranda, membangun menara dan memperbanyak hiasan di tiang-tiang dan dinding. [21]
  • Al-Mahdi putra al-Manshur (berkuasa 159-169 H) pada tahun 161 H juga merubah rumah-rumah di sekitar Masjidil Haram menjadi masjid. [22] Dia meluaskannya selebar 8.380 m2. Al-Mahdi juga membuat banyak gerbang di sekeliling masjid. Hingga berabad-abad setelahnya bentuk masjid tetap seperti itu. [23]
  • Pada tahun 164 H al-Mahdi dari Dinasti Abbasiah memerintahkan untuk memperluas bagian selatan masjid. Dia ingin bangunan masjid dibentuk segi empat dengan posisi Kakbah berada tepat di tengahnya. Karena itu luas masjid kembali ditambah 6.560 m2. Selain itu beranda dan tiang juga ditambah jumlahnya. Hingga sekarang di sana masih terdapat prasasti peninggalan al-Mahdi al-Abbasi. [24]
  • Di masa al-Mu'tadhid (berkuasa 279-289 H) atas saran pemimpin Mekkah, pada tahun 281 H dia memerintahkan untuk memperluas masjid guna menampung jamaah haji. [25]
  • Al-Muqtadir (berkuasa 295-320 H) membuat batasan masjid di sebelah Bab (pintu) Ibrahim. [26]
  • Di masa Mustanshir Billah (berkuasa 623-640 H) terjadi banyak perombakan dan renovasi pada Masjidil Haram, di antanya adalah renovasi tempat thawaf. [27]

Periode Dinasti Saudi

  • Raja Abdul Aziz bin Saud pada tahun 1368 H memerintahkan untuk memperluas tiap sisi Masjidil Haram. Perluasan itu mulai dikerjakan pada tahun 1375 H dan berhasil memperluas masjid hingga 160.861 m2. Masjid seluas itu mampu menampung 300.000 jamaah salat. Jumlah gerbang masjid juga ditambah menjadi 63 buah. [28]
  • Pada tahun 1409 H Raja Fahd memperluas masjidil Haram secara besar-besaran. Proyek itu mulai dirancang sejak tahun 1403 H. Kawasan sebelah barat masjid diperluas hingga 76.000 m2. Di sana juga dibangun dua menara besar setinggi 89 m. Dan di atas gedung dibuatkan tiga kubah besar yang masing-masing disanggah empat tiang kukuh. Menara untuk azan di Masjidil Haram berjumlah 9 buah. [29][30]
  • Saat ini Masjidil Haram sangat besar. Luas keseluruhannya sekitar 88.000 m2 dan dapat menampung hampir 1 juta jamaah salat. Masjid ini memiliki tiga tingkat. Tingkat ketiganya berupa atap yang berukuran sangat luas. [31]

Bangunan Terpenting di Dalam Masjid

Kakbah

Kakbah adalah kiblat dan rumah ibadah umat Islam. Kakbah terletak di tengah Masjidil Haram di Mekah. Bentuknya menyerupai bentuk kubus. Mengunjungi Kakbah adalah ibadah. Wajid bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat, di antaranya bila mampu, untuk melakukan ibadah haji sekali seumur hidupnya.

Hajar Aswad

Hajar Aswad adalah batu suci. Batu ini memiliki nilai istimewa dalam Islam dan manasik haji. Hajar Aswad terletak di sebelah timur Kakbah. Posisinya di tempat setinggi satu setengah meter di atas permukaan tanah.

Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim adalah sebuah batu. Dulu ketika merenovasi Kakbah batu ini digunakan Nabi Ibrahim as sebagai pijakan supaya tangannya sampai ke bagian atas dinding Kakbah. Menurut sebagian riwayat, batu tersebut dulu berada di dalam Kakbah. Namun begitu turun ayat, "Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat salat" (Qs. al-Baqarah:125), Nabi saw memerintahkan supaya batu tersebut dikeluarkan dan diletakkan di sekitar Kakbah.

Hijr Ismail

Hijr Ismail adalah sebuah ruang yang terletak antara bangunan Kakbah dan dinding berbentuk setengah lingkaran. Dinding ini berdiri terbentang dari ujung utara Kakbah (Rukun Iraqi) hingga ujung barat Kakbah (Rukun Syami). Nama lain tempat ini adalah Hathim. Sebagian orang juga menyebutnya Hadhirah.

Dulu ketika Nabi Ibrahim as sampai di lembah Mekkah bersama istrinya, Hajar, dan anaknya yang masih balita, Ismail, Malaikat Jibril as menyampaikan padanya supaya mereka menetap di tempat yang sekarang disebut Hijr Ismail itu. Selanjutnya Hajar dan Ismail beserta domba-domba mereka tinggal di sana. Setelah Hajar dan Ismail wafat keduanya dimakamkan di tempat tersebut. Sejak masa sebelum Islam Hijr Ismail adalah tempat yang dimuliakan. Setelah Rasulullah saw diutus sebagai nabi pun tetap mengunjungi Hijr Ismail. Selain beribadah dan membaca Alquran, di sana beliau menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan masyarakat. Menurut riwayat masyhur fukaha Imamiah yang berdalil dengan hadis mu'tabar, Hijr Ismail bukanlah bagian dari Kakbah.

Multazam

Menurut Mazhab Syiah, Multazam adalah dinding Kakbah di antara Hajar Aswad dan Pintu Kakbah. Di sana terdapat Mustajar dan Rukun Yamani. Multazam diambil dari kata iltizam yang berarti merapatkan. Dinamakan Multazam karena para jamaah haji berdiri di tempat itu dan merapatkan badan ke dinding Kakbah seraya berdoa. Menurut sebagian riwayat, Nabi saw pernah menempelkan wajah dan tangan beliau di tempat tersebut. Diriwayatkan dari Nabi saw, Multazam adalah salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Di tempat ini sangat disunahkan untuk melakukakan taubat dan memohon ampun pada Allah swt.[32] [33]

Mustajar

Mustajar adalah dinding belakang Kakbah yang berdekatan dengan Rukun Yamani dan Multazam. Karena letaknya di sebelah selatan, tempat ini juga disebut dengan Rukun Junubi. [34]

Hathim

Hathim adalah tempat antara Rukun Hajar Aswad dan pintu Kakbah.

Zamzam

Zamzam adalah nama sumur yang berada di sebelah timur Masjidil Haram. Sumur Zamzam juga disebut Sumur Ismail, Hafirah Abdul Mutthalib, Syifau Suqm, Afiah, Maimunah, Thu'm, Barakah, dan Barrah.


Gerbang Masjidil Haram

Masjidil Haram memiliki lebih dari 60 gerbang. Tiga gerbang utama Masjidil Haram bernama Babul Umrah, Babus Salam dan Bab Malik Abdul Aziz.

Referensi Tertulis Mengenai Masjidil Haram

Catatan Sejarah

Banyak sekali karya tulis yang membahas tentang Masjidil Haram. Karya-karya tersebut terbagi dalam dua kategori; 1. Membahas secara langsung tentang Masjidil Haram 2. Membahas kota Mekkah namun di dalamnya terdapat pembahasan Masjidil Haram. Karya tulis paling kuno yang membahas secara rinci tentang Masjidil Haram adalah kitab Akhbar Makkah wa Ma Ja-a Fiha Min al-Atsar. [35] Kitab ini ditulis oleh Abul Walid Azraqi pada abad ke-3 H. kemudian Akhbaru Mekkah Fi Qadim al-Dahr wa Haditsihi[36] yang ditulis oleh Muhammad Ishaq bin Abbas Fakihi al-Makki di abad yang sama. [37] Berikut referensi lainnya:

  • Isyrah al-Targhib wa al-Tasywiq ila al-Masajid al-Tsalasah wa ila al-Baiti al-'Atiq karya Syamsuddin Muhammad bin Ishaq Khawarizmi (wafat 827 H/1423).
  • Al-'Iqd al-Tsamin karya Taqiyuddin Fasi (wafat 832/1429). Ini merupakan salah satu kitab terpenting berkenaan dengan sejarah Masjidil Haram.
  • Tarikh Makkah wa al-Masjid al-Haram wa al-Madinah al-Munawwarah wa al-Qubr al-Syarif karya Muhammad bin Muhammad bin Ahmad bin al-Dhiya al-Maliki (wafat 885 H/1480).

Catatan Perjalanan

Dalam catatan atau laporan perjalanan bisa banyak dijumpai cerita tentang kota Mekkah dan Masjidil Haram. Di dalamnya biasanya menceritakan tentang perjalanan haji termasuk tentang Masjidil Haram. Ada dua catatan terkuno tentang haji yang memuat informasi penting tentang Masjidil Haram. Pertama berjudul Tadzkir bi al-Akhbar 'an Ittifaqat al-Amshar yang ditulis Ibnu jubair (540-614 H/1145-1217). Kedua, Tuhfah al-Nazzhar oleh Ibnu Bathuthah (779 H/1369).

Syiah Iran juga banyak menulis tentang Masjidil Haram dalam catatan perjalanan mereka. Di antara catatan yang paling penting berjudul Safar Nameh Nashir Khosro (w. 481 H/1088 M), Safar Nameh Farhad Mirza Mu'tamid al-Daulah (w. 1305 H) dan Dalil al-Anam fi Sabili Ziyarah Baitillah al-Haram wa al-Quds al-Syarif wa Madinah al-Salam karya Hisam al-Salthanah (w. 1300 H/1883)

Catatan Kaki

  1. Raghib al-Isfahani, hlm. 230.
  2. Ibnu Dhiya', Tarikh Makkah, jld. 1, hlm. 3.
  3. Al-Anfal: 34.
  4. Ibnu Dhahirah, al-Jami' al-lathif fi fadhl Makkah, hlm. 161 dan 162.
  5. Ibnu Dhiya', Tarikh Makkah, jld. 1, hlm. 3.
  6. Ibnu Dhiya', Tarikh Makkah, jld. 1, hlm. 3.
  7. Al-Azraqi, Akhbar Makkah, jld. 1, hlm. 73.
  8. Ibnu Dhiya', Tarikh Makkah, jld. 1, hlm. 4.
  9. Ibnu Dhiya', Tarikh Makkah, jld. 1, hlm. 2.
  10. Lihat: Al-Azraqi, Akhbar Makkah, jld. 1, hlm. 355.
  11. Al-Azraqi, Akhbar Makkah, jld. 2, hlm. 62.
  12. Al-Azraqi, Akhbar Makkah, jld. 1, hlm. 34.
  13. Al-Azraqi, Akhbar Makkah, jld. 1, hlm. 36.
  14. Al-Azraqi, Akhbar Makkah, jld. 1, hlm. 59.
  15. Ibnu Dhiya', TArikh Makkah, jld. 1, hlm. 3.
  16. Siba'i, hlm. 65; Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 43.
  17. Ibnu Dhahirah, al-Jami' al-Lathif fi Fadhl Makkah, hlm. 177.
  18. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 72.
  19. Azraqi, Akhbar Makkah, jld. 2, hlm. 69; Ibnu Dhahirah, al-Jami' al-Lathif fi Fadhl Makkah hlm. 177 dan 178; Suba 'i, hlm. 84 dan 85.
  20. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 73.
  21. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 73 dan 74.
  22. Suba'i, hlm. 158-160; Ja'farian, Atsar Islami Makkah wa MAdinah, hlm. 74.
  23. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 75.
  24. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 75.
  25. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 76.
  26. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 76.
  27. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 76.
  28. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 77.
  29. 'Imaroh al-Masjid al-Haram fi al-'Ahd al-Saudi al-Zahir
  30. Ja' fariyan, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 78
  31. 'Imaroh al-Masjid al-Haram fi al-'Ahd al-Saudi al-Zahir
  32. Al-Kulaini, al-Kafi, jld. 4, hlm. 410.
  33. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 97.
  34. Lih. Ja'farian, Atsār-e Islami Makkah wa Madineh, hlm. 96.
  35. Lih. Jld. 2, hlm. 62-114.
  36. Lih. Fakihi, jld. 2, hlm. 86-209.
  37. Madkhal Akbar Makkah Azraqi dar Danesh Nameh Hajj wa Haramain al-Syaifain

Daftar Pustaka

  • Al-Azarqi, Muhammad bin Abdullah. Akhbāru Makkah wa Ma Ja-a Fiha Min al-Ātsār, Dar al-Andalus, pertama, Bairut, 1416 H.
  • Ibnu Zhahirah, Muhammad bin Muhammad. Al-Jāmi' al-Lathif fi Fadhli Makkah wa Ahluha wa Binā' al-Bait al-Syarif, Maktabah al-Atsqafah al-Diniah, pertama, Kairo, 1423 H.
  • Ja'farian, Rasul. Atsar-e Islami Makkeh wa Madineh, cetakan Mays'ar, ketujuh, Teheran, 1428 H.
  • Ibnu Dhiya', Muhammad bin Ahmad. Tarikh Makkah wa al-Masjid al-Haram wa al-Madinah al-Munawwarah wa al-Qubr al-Syarif, editor Azhari, Aiman Nashr/Azhari, Alau Ibrahim, al-Maktabah al-Tijariah Musthafa Ahmad al-Baz, Mekkah al-Mukarramah, 1416 H.
  • Siba'i, Ahmad, Tarikh Makkah, Maktabah Ihya' al-Turats al-Islami, Makkah al-Mukarramah, 1420 H.
  • Siba'i, Ahmad. Tarikh-e Makkeh az Aghaz ta Payan-e Daulat-e Syurafa-e Makkeh, terjemah Rasul Ja'farian, Penerbit Masy'ar, Teheran, pertama, 1427 H.
  • Situs Resmi al-Haramain.