Ziyad bin Abihi
pejabat Muawiyah | |
Kerabat termasyhur | Ubaidillah bin Ziyad |
---|---|
Lahir | 1 H/622-23? |
Tempat tinggal | Mekah • Ishtakhr • Kufah • Bashrah |
Waktu Syahid | 53 H/673 |
Penyebab Wafat/Syahadah | wabah |
Peran penting | pejabat Imam Ali as • pejabat Muawiyah bin Abi Sufyan • pejabat Umar bin Khattab • hakim Bashrah dan Kufah |
Ziyad bin Abihi (bahasa Arab:زياد بن أبيه) adalah pejabat Imam Ali as dan Muawiyah bin Abi Sufyan.
Pada periode Imam Ali as dia menjadi pegawai imam di kolam renang (Istakhr) Fars. Pasca perjanjian Damai Imam Hasan as, pada awalnya ia tidak mau menerima baiat kepada Yazid. Namun dengan perantara Mughirah bin Syu'bah ia pergi ke Syam. Muawiyah dengan bersandar pada pershabatanya dengan ayahnya, Abu Sufyan, memanggil ia dengan "Ziyad bin Abi Sufyan". Pada pemerintahan Muawiyah, ia memegang pemerintahan Basrah dan Kufah.
Dia adalah ayah Ubaidillah, yaitu hakim Basrah dan Kufah pada periode Yazid bin Muawiyah yang berperan penting dalam mewujudkan peristiwa dan kesyahidan Imam Husain as.
Nasab
Mengenai nasabnya terjadi kontroversi. Sesuai penukilan ayah Ziyad, Ubaid adalah seorang budak di Thaif dan ibunya Sumayyah, budak perempuan Harits bin Kaldeh.[1] Abu Sufyan bin Harb, ayah Muawiyah juga menyebut Ziyad sebagai anak jadahnya dengan Sumayyah.[2] Oleh karenanya, Muawiyah pada masa kekuasaannya menisbatkan dia pada ayahnya dan memandang dia sebagai saudara dirinya. Menurut sebagian pendapat, dia lahir sebelum hijrah.[3]
Sebelum Kekhilafahan Imam Ali as
Ziyad seorang pujangga dan cerdas. Ketika Mughirah bin Syu'bah menerima kekuasaan Basrah dari Umar bin Khattab ia membawa Ziyad ke sana diangkat sebagai sekretarisnya.[4] Dalam sebagian sumber disebut bahwa Umar mengirim Ziyad ke Yaman untuk menaklukkan pemberontakan di sana.
Pada Masa Kekhilafahan Imam Ali as
Ziyad atas usul Ibnu Abbas dikirim oleh Ali as ke Fars untuk menaklukkan satu pemberontakan.[5] setelah itu ia menjadi pekerja Ali bin Abi Thalib di kolam renang Fars. Pada perang Shiffin ia juga hadir dan membela Ali as serta menolak surat keamanan dan undangan Muawiyah.[6]
Pada Masa Kekhilafahan Muawiyah
penguasa | |
Nama pengguasa Muawiyah bin Abu Sufyan |
masa pemerintahan 41 - 60 |
penguasa dan menteri terkenal | |
Mughirah bin Syu'bah | |
kejadian | |
Perjanjian Damai Imam Hasan as | |
Setelah perjanjian Damai Imam Hasan as dengan Muawiyah, Ziyad tidak mau berbaiat pada Muawiyah dan bersembunyi di benteng Istakhr (kolam renang). Namun Muawiyah menulis surat kepadanya dan mengundangnya. Tampaknya Mughirah bin Syu'bah yang sebelumnya sudah mengenal Ziyad menjadi perantara Muawiyah untuk merayunya.
Akhirnya Ziyad datang ke Damaskus, dan Muawiyah mengundang ke majlisnya serta menganggap dia sebagai anak ayahnya, Abu Sufyan dan saudara dirinya. Beberapa orang dari bani Umayyah dan orang-orang saleh saat itu mencaci Muawiyah lantaran perbuatan bid'ah buruk ini dan memutus hubungan dengan Ziyad, tapi Ziyad menerima penisbatan ini.
Abu Bakarah saudara seibu Ziyad ketika mendengar kejadian ini sangat sedih dan menolak dengan keras penisbatan ini serta bersumpah untuk tidak bicara lagi dengan Ziyad dan memutus hubungannya. Setelah penisbatan ini, pada tahun 45 H, Ziyad diangkat menjadi hakim Basrah oleh Muawiyah. Dia mempersiapkan sebuah pasukan dan dikirim ke Marw dan Khurasan. Bala tentara ini banyak membuat penaklukan. Menurut sebagian riwayat, Ubaidillah memiliki peran dalam penaklukan-penaklukan ini. Pasca kematian Mughirah bin Syu'bah pada tahun 48 H, Ziyad dengan kedudukan yang dimilikinya menjadi wali Kufah juga dan praktisnya ia berkuasa pada separuh kekhilafahan Islam.
Meninggal Dunia
Ziyad meninggal pada tahun 53 H di Kufah karena terkena penyakit wabah dan dikuburkan di luar Kufah. [7]
Anak-Anak
Ubaidillah bin Ziyad adalah anaknya yang paling terkenal, yang sepeninggal ayahnya menjabat wali Basrah dan setelah kematian Muawiyah dan kekhilafahan Yazid dengan menjaga posisinya diangkat menjadi hakim di Kufah. Ubaidillah pada peristiwa Asyura mengirim pasukan Kufah memerangi Imam Husain as. Hal ini termasuk faktor terpenting atas kesyahidan Imam Husain as. Ziyad memiliki anak-anak lain bernama Sullam[8] dan Ubbad.[9] Ibnu Atsir menyebut nama Sullam Sulaiman.[10]
Gaya Pemerintahan Ziyad
Ziyad adalah orang cerdas dan kasar. Pada awal pemerintahannya di Basrah pada masa Muawiyah, ia datang ke mesjid Basrah dan berpidato dan mengancam keras masyarakat. Dalam pemerintahannya ia sangat keras dan bersikap tegas. Olehnya, semua daerah dibawah kekuasaannya berada dalam keamanan yang utuh. Meskipun dia bersama Ali bin Abi Thalib dan mengutamakan beliau atas Muawiyah pada perang Shiffin serta berpura-pura Syiah, namun ketika berkuasa atas Basrah dan Kufah, ia kembali pada jalannya dan bersikap keras atas Syiah dan banyak dari mereka dipenjara dan sebagian yang lain dibunuh.
Penindasan kepada Syiah yang paling terkenal pada zaman Ziyad adalah penangkapan dan pembunuhan Hujr bin 'Adi dan sahabat-sahabatnya. Ziyad menangkap dan memenjara mereka karena mereka tidak sudi mencaci Ali dan protes atas mereka yang mencacinya. Atas perintah Muawiyah mereka di bawa ke Syam. Dan Atas perintahnya pula, Hujr dan sahabat-sahabatnya dibunuh di suatu tempat bernama Maraj 'Adzra.{butuh rujukan}
Catatan Kaki
- ↑ Akhbār al-Thiwāl, hlm.219
- ↑ al-Isti'āb, jld.2, hlm.525
- ↑ Al-Isti'āb, jld.2, hlm.523
- ↑ Akhbār al-Thiwāl, hlm.219
- ↑ al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld.7, hlm.320
- ↑ Akhbār al-Thiwāl, hlm.219
- ↑ Al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld.8, hlm. 62
- ↑ Al-A'lām, jld.3, hlm.110
- ↑ Al-A'lām, jld.3, hlm.257
- ↑ Al-Kāmil, jld.5, hlm.73
Daftar Pustaka
- Dinawari, Ahmad bin Daud, Akhbār al-Thiwāl, penerbit al-Radhi, Qom, 1409 H
- Ibnu Abdik Bar, Yusuf bin Abdullah, al-Isti'āb fi Makrifah al-Ashhāb, Darul Jabal, Beirut, 1412 H.
- Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad, Usdul Ghabah fi Makrifah al-Shahābah, Darul Fikr, Beirut, 1409 H.
- Ibnu Saad, Thabaqāt al-Kubrā, Darul Kutub al-Ilmiah, Beirut, 1410 H.
- Ibnu Katsir, Ismail bin Umar, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, Darul Fikr, Beirut, 1407 H.
- Ibnu A'tsam Kufi, Ahmad bin A'tsam, al-Futūh, Darul Adhwa, Beirut, 1411 H.
- Thabari, Muhammad bin Jarir, Tārikhul Umam wal Muluk, jld.7, Dar al-Turats, Beirut, 1387 H.
- Syahidi, Sayid Jakfar, Tārikh Tahlili Shadre Islam, penerbit Ilmi Farhanggi, Teheran, 1425 H.