Azab Kubur
Azab Kubur (bahasa Arab:عذاب القبر) adalah kesengsaraan dan penghimpitan yang dihadapi manusia setelah meninggal dan ketika dia masuk ke alam barzakh. Kita tidak mengetahui dengan detail apa dan bagaimana mereka mendapatkan tekanan azab di alam kubur; sebagian meyakini bahwa azab tersebut akan dirasakan oleh jasad yang dimakamkan di bawah tanah dan sebagian meyakini bahwa itu akan dirasakan oleh jiwa dan raga secara barzakh.
Azab kubur memiliki berbagai macam bagian yang salah satunya adalah penghimpitan dan tekanan kuburan itu sendiri. Ayat-ayat dan riwayat-riwayat Ahlulbait as mengupas sebagian dari hakikat tersebut, dan ada sebuah riwayat dari Imam Shadiq as yang mengatakan bahwa tidak sedikit dari manusia yang merasakan azab kubur itu.
Begitu pula sekelompok dari Ahlusunah meyakini bahwa menangisnya sanak keluarga dekat mayit akan menambah azab di dalam kuburnya.
Apa itu Azab Kubur?
Apa dan bagaimana azab kubur itu, kebanyakannya sampai saat ini masih belum jelas bagi kita dan bentuk metafisik kehidupan setelah mati sangat sukar dicerna oleh orang-orang yang dari sejak lahir bergelut dengan dunia materi. Apa yang dijelaskan dalam Alquran dan hadis dalam menggambarkan keadaan-keadaan tersebut juga sesuai dengan nilai-nilai materi manusia dan sukarnya penggambaran-penggambaran tersebut sebagaimana ketika kita ingin menggambarkan perbedaan warna kepada seorang yang buta yang mana dalam hal ini kita terpaksa menggunakan istilah-istilah yang mereka kenal namun selama ia tidak melihat maka sama sekali dia tidak akan mengenal hakikat warna tersebut. Namun yang penting adalah kita mengetahui apa yang menyebabkan tekanan atau siksa kubur dan apa yang menyebabkan manusia selamat dari tekanan dan siksaan tersebut.
Dalam banyak ayat dan riwayat telah disinggung sebagian sudut dari kehidupan di dalam kubur. Allamah Majlisi telah mengutip 127 riwayat yang mengulas tema tersebut dalam Bihar al-Anwar, pada jilid ke-6. Dan telah dinukil juga dari doa-doa dan Munajat Ahlulbait as bahwa berkali-kali meminta perlindungan kepada Allah swt dari ketakutan dan hukuman berat dari azab kubur. [1]
Siksa kubur tidak hanya berkaitan dengan orang-orang yang dikubur di tanah bahkan mencakup setiap orang yang telah menjadi mayit. Imam Shadiq as ditanya: Apakah siksa dan tekanan kubur juga sampai kepada orang yang disalibkan dan tidak dikuburkan? Dia mengatakan: Dia (Allah) yang bumi ada dalam komandonya, udara dalam perintahnya, kemudian Allah berfirman, mengilhamkan kepada udara wahyu untuk menghimpit dan menekannya lebih keras dan lebih berat dari kuburan. [2]
Zaman Permulaan dan Penutupan
Azab kubur tidak hanya dikhususkan pada malam pertama mayit dikuburkan, tetapi mungkin mencakup semua atau sebagian dari waktu orang tersebut selama di barzakh. Azab ini memiliki berbagai bagian yang mana dalam riwayat sebagian dari siksaan-sikasaan disebutkan diantaranya adalah panasnya api, tekanan, dan gigitan binatang-binatang serta ketakutan dan kepanikan yang luar biasa. [3]
Hampir keseluruhan dari para teolog dan para ahli hadis meyakini bahwa, sebagian urusan-urusan yang berkaitan dengan permasalahan kubur seperti pertanyaan dan tekanan kubur itu berkenaan dengan badan tubuh alami namun kebanyakan dari para filsuf hal itu berkaitan dengan tubuh barzakh.
Malam pertama penguburan bagi orang yang mati yang disebutkan dalam riwayat bukanlah seperti malam pertama yang kita ukur di dunia, karena alam barzah tidak seperti alam dunia yang ada matahari kemudian diikuti oleh malam dan siang, tidak seperti ini. Menurut para ulama dan ahli hadis, jika seorang mayit dimakamkan di pagi hari pada saat yang sama, para malaikat mulai mendatanginya.
Azab kubur dengan tiupan pertama sangkakala akan berakhir.
Keumuman Azab Kubur
Dari sekumpulan riwayat dapat dipahami bahwa tekanan atau siksa kubur tidak dikhususkan bagi orang-orang kafir dan orang-orang musyrik saja namun diperuntukkan bagi orang-orang yang berdosa. Jika seorang mukmin di dunia melakukan dosa-dosa dan kesulitan-kesulitan duniawi atau penyakit-penyakit, sekaratul maut nyaris tidak mampu sepenuhnya menebus dosa-dosanya ada kemungkinan dia akan terkena oleh tekanan dan siksa kubur. Tekanan dan siksa kubur untuk orang-orang yang beriman adalah tebusan dari dosa-dosa mereka. Azab kubur dengan amal perbuatan manusia dan catatan yang ada padanya sangat bervariasi. Yaitu dia akan di azab sesuai dengan amal perbuatannya. Abu Basir berkata kepada: Aku mengatakan kepada Imam Shadiq as: Apakah ada seseorang yang selamat dari azab kubur? Ia mengatakan, kita berlindung kepada Allah dari azab kubur. Alangkah sedikitnya orang-orang yang selamat dari azab kubur. [4]
Hingga para nabi dan para imam maksum, walaupun mereka terjauhkan dari siksa kubur, namun mereka masih berlindung kepada Allah dari kesulitan-kesulitan dan kesendirian alam kubur dan mereka masih membutuhkan keakraban dengan orang lain. Sayidah Fatimah sa dalam wasiatnya memohon kepada Imam Ali as, agar ia tidak ditinggalkan sendirian setelah pemakaman:
Imam Khomeini ra dalam bukunya, Empat puluh Hadis menulis: Dengan berasumsikan bahwa manusia tidak tertimpa dengan dosa-dosa lainnya - walaupun biasanya ini sesuatu yang tidak mungkin terjadi secara normal – karena dia milik dunia dan mencintainya adalah sebab terperangkapnya dia pada kesulitan. Bahkan tolak ukur lamanya alam kubur atau barzakh disebabkan kecintaan-kecintaan tersebut yang mana semakin berkurang kecintaan tersebut maka kuburan dan Barzah seseorang semakin bercahaya dan semakin luas juga tinggal di dalamnya akan terasa ringan dan tidak lama. [6]
Sebab-sebab Azab Kubur
Dalam beberapa riwayat, ada beberapa hal yang menyebabkan siksa kubur, hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
- Hak-hak Orang Lain: Mengabaikan hak-hak yang berkaitan dengan keuangan dan selain keuangan masyarakat termasuk dari faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menedapatkan tekanan dan siksa kubur, salah satunya adalah: Mengadu domba, gosip, menyalahkan dan menjelek-jelekkan orang lain, menyakiti orang tua, memakan harta yang haram, melakukan riba. [7]
- Seorang suami meninggalkan istrinya dengan tanpa alasan pada saat diperlukan. [8]
- Kejahatan moral: Kejahatan moral yang dilakukan dengan masyarakat, keluarga atau teman-teman dan sesama adalah hal-hal yang menyebabkan penderitaan dalam alam kubur walaupun itu dilakukan oleh seorang mukmin, sebagaimana yang ada dalam kisah Saad bin Maaz yang terkenal [9]
- Buang air kecil dalam keadaan berdiri, hal itu diyakini karena itu adalah kiasan dari kurangnya perhatian untuk menjaga kebersihan dan kesucian. [10]
- Tidak memiliki wilayah kepemimpinan para Imam maksum as. [11]
- Tidak menolong orang-orang yang tertindas. [12]
- Mengingkari nikmat-nikmat dan berkat-berkat Allah. [13]
Faktor-faktor yang Meringankan Azab Kubur
Ada beberapa faktor yang dapat meringankan atau mengangkat azab kubur dan itu adalah sebagai berikut: [14]
|
Terazabnya Mayit Karena Tangisan Para Kerabat
Sekelompok dari ulama Sunni meyakini bahwa menangisi atas orang yang mati dilarang dan menisbahkan sebuah riwayat dari Nabi saw yang mana menurut riwayat tersebut bahwa orang yang mati akan menderita azab kubur karena tangisan para kerabat dekatnya. [38] Aisyah menisbatkan para perawi hadits ini sebagai para pelupa [39] dan menjelaskan bahwa Nabi saw bersabda: "Seorang yang mati akan diazab di alam kubur karena dosa-dosa mereka, sementara para kerabat dekatnya pada saat itu menangis untuknya" [40]
Ulama Syiah dan sekelompok dari ulama Sunni tidak setuju dengan pelarangan tersebut dan selain itu ada hadis dari Nabi yang telah dikutip bahwa Nabi menangis pada sebagian orang yang meninggal, mereka meyakini bahwa mengazab seseorang yang mati karena perbuatan orang-orang yang masih hidup, jauh dari keadilan Allah.
Catatan Kaki
- ↑ Seperti doa pagi dan malam Imam Baqir as, Al-Kafi, jld.2, hlm.526; Doa Hari Arafah Imam Shadiq as, Zad Al-Ma'ād, hlm. 182.
- ↑ Man La Yahdhuruhul Faqih, terjemahan Ghaffari, jld.1, hlm.279.
- ↑ Manāzil Al-Akhirah, hlm.137 -149.
- ↑ Bihār Al-Anwār, jld.6, hlm.260.
- ↑ Bihār Al-Anwār, jld.79, hlm.27.
- ↑ Chehel Hadits (empat puluh hadis), hadis ke 6, hlm.124.
- ↑ Bihār Al-Anwār, jld. 5, hlm.265 dan jld. 6, hlm.222, 240 dan 245; Laāli, jld. 5, hlm.88; Bihār, jld. 18, hlm. 326; Mahajah Al-Baidha' , jld. 5, hlm.235 .
- ↑ Imam Ali as bersabda: عذابِ القبر یکونُ مِنَ النَّمیمةِ و البولِ و عَزبِ الرّجلِ عَن أهلِهِ. Bihār Al-Anwār, jld.6, hlm.222.
- ↑ Catatan 1: Diberitakan kepada Rasulullah saw bahwa Saad bin Ma'az meninggal dunia, Nabi datang bersama dengan para sahabatnya dan memerintahkan mereka untuk memandikan Saad dan Nabi berdiri di depan pintu dan setelah memberi hanut dan mengkafaninya, mereka mengangkat peti matinya dan Rasulullah tanpa sandal dan jubah melakukan tasyi' jenazah dan terkadang memikul peti mati dari sebelah kanan dan terkadang dari sebelah kiri, ketika sampai ke tempat penguburan, nabi masuk ke liang lahad dan membenahinya, kemudian rasa takut dan khawatir merasukinya kemudian Nabi meminta batu dan bunga, Nabi meletakkan bunga diantara batu bata, ketika hal itu berakhir, Nabi mulai menuangkan tanah ke dalam kuburnya. Ketika pekerjaan tersebut usai, ibu Saad berdiri dan berkata: Oh Sa'ad, beruntunglah karena surga adalah beritamu. Rasulullah saw bersabda: Wahai ibu Sa'ad, tenanglah. Saad sekarang sedang tersiksa di alam kubur. Dikatakan, Rasulullah saw kembali dan orang-orang juga kembali dan kemudian mereka berkata kepada Nabi, wahai Rasulullah, kita sudah melihatmu melakukan sesuatu kepada Saad yang mana hal itu tidak pernah kamu lakukan kepada siapapun, kamu mentasyi' jenazahnya tanpa jubah dan sandal? Nabi Saw berkata: Aku melihat para malaikat mentasyi jenazahnya tanpa jubah dan bertelanjang kaki dan saya mengikutinya, mereka kembali berkata: Kamu juga memegang peti matinya dari sebelah kanan dan kiri? Tanganku berada di tangan jibril, di mana dia meletakan tangannya, aku pun melakukananya demikian, Mereka berkata: Kamu memberi perintah untuk memandikannya dan kamu melakukan salat di atasnya dan menguburkannya dengan tanganmu ke dalam kuburnya dan kemudian kamu mengatakan bahwa Saad sedang di azab di alam kuburnya? Nabi berkata: Ya, karena dia berlaku tidak baik terhadap keluarganya. Amāli Syaikh Shaduq, terjemahan Kumehi, hlm. 385.
- ↑ Bihār Al-Anwār, jld.6, hlm.245; Mahajah Al-Baidha', jld. 5, hlm.235.
- ↑ Bihār Al-Anwār, jld.6, hlm.262.
- ↑ Tsawāb Al-A'mal, hlm. 111.
- ↑ Bihār Al-Anwār, jld.6, hlm.221.
- ↑ Alam Pas az Marg, hlm.296.
- ↑ catatan 2: روی عن رسول الله(ص) قال:«حُبِّی وَ حُبُ أَهْلِ بَیتِی نَافِعٌ فِی سَبْعَةِ مَوَاطِنَ أَهْوَالُهُنَّ عَظِیمَةٌ عِنْدَ الْوَفَاةِ وَ الْقَبْرِ وَ عِنْدَ النُّشُورِ وَ عِنْدَ الْکِتَابِ وَ عِنْدَ الْحِسَابِ وَ عِنْدَ الْمِیزَانِ وَ عِنْدَ الصِّرَاط» Mencintaiku dan mencintai keluargaku sangat berharga pada tujuh tempat yang sangat mengerikan: Ketika kamu mati, ketika di alam kubur, ketika dibangkitkan, ketika mereka melihat catatan amal perbuatan, ketika perhitungan amal, ketika di timabangan dan ketika di (jembatan) Shirath. Bihār Al-Anwār, jld. 7, hlm. 248.
- ↑ Bihār Al-Anwār, jld.6, hlm.244, hadis 71.
- ↑ Qummi, Haj Syaikh Abbas, Safinah Al-Bihār, jld. 2, hlm.397.
- ↑ Safinah Al-Bihār, jld. 2, hlm.397.
- ↑ Rasulullah saw bersabda: Siapa saja yang ketika tidur membaca Surah Al-Takatsur dia akan terjaga dari fitnah kubur dan Allah swt akan mencukupinya dari bahaya Nakir dan Munkar. Bihār Al-Anwār, jld. 86, hlm. 282.
- ↑ Nuri Thabarsi, Mirza Husain, Mustadrak Al-Wasāil, jld. 1, hlm.340, bab 11.
- ↑ Bihār Al-Anwār, jld. 6, hlm.215, riwayat 3-4.
- ↑ Iqbāl Al-A’māl, hlm. 651, dinukil dari Qummi Syaikh Abbas, Manāzil Al-Akhirah, hlm. 30.
- ↑ Catatan 3: Imam Shadiq as mengatakan: " Seseorang yang melaksanakan haji sebanyak 4 kali, maka ia tidak akan pernah mendapatkan azab kubur". Bihār Al-Anwār, jld, 99, hlm. 20.
- ↑ Bihār Al-Anwār, jld. 101, hlm.18.
- ↑ Syaikh Shaduq, Man La Yahdhuruhul Faqih, jld. 1, hlm. 83.
- ↑ Catatan 4: Imam Shadiq as bersabda: "Seorang mayit akan berada dalam himpitan dan tekanan, tetapi dikarenakan doa (salat) saudaranya Allah akan memperluas kuburnya", Ilal Al-syaraye', jld. 1, hlm. 360.
- ↑ Salat, puasa, haji dan bersedekah juga amalan-amalan baik lainnya dan berdoa kemudian pahala perbuatan itu dihadiahkan kepada seseorang yang mengerjakan perbuatan tersebut dan bagi yang meninggal maka pahalanya akan ditulis untuk keduanya dan akan sampai ke dalam kuburannya. Manāzil Al-Akhirah, Syaikh Abbas Qummi, hlm. 50, dinukil dari Zād Al-Ma'ād.
- ↑ Bihār Al-Anwār, jld. 92, hlm.289.
- ↑ Nabi Saw bersabda: Bersedekah menolak bala dunia dan menolak sikasaan dan azab kubur. Bihār Al-Anwār, jld. 89, hlm. 336.
- ↑ Catatan5: Nabi Muhammad saw bersabda: Pada suatu hari Nabi Isa as lewat di samping sebuah makam yang pemiliknya sedang di azab, kemudian tahun berikutnya ia juga berlalu di samping kuburan tersebut namun pemiliknya tidak lagi di azab, kemudian ia bertanya kepada Allah, kemudian turun wahyu dikatakan bahwa si mayit ini punya seorang anak saleh yang sudah baligh kemudian membuat jalan untuk masyarakat umum dan menjadi pelindung bagi anak-anak yatim, berkat hal itu kamipun melepaskannya dari siksa kubur. Haq Al-Yakin, hlm. 489.
- ↑ Catatan 6: Mengunjungi atau berziarah ke makam ahli kubur sangat dianjurkan dan juga berdoa dan membaca Al-Qur'an untuk orang yang sudah mati sangat berguna. Mengunjungi makam ahli kubur pada hari Jumat dapat menyebabkan kesenagan bagi orang-orang yang sudah mati yang berada dalam kesulitan dan kesunyian.
- ↑ Al-Kāfi, jld. 3, hlm. 200.
- ↑ Catatan 7: Mendirikan dua rakaat salat pada malam jumat; dinukil dari Rasulullah saw bahwa siapa saja yang mendirikan dua rakaat salat pada malam jumat yang mana di setiap rakaatnya setelah membaca surah al-Fatihah kemudian membaca surah Al-Zalzalah sebanyak 15 kali, maka Allah swt akan menjaganya dari Azab kubur dan ketakutan pada hari kiamat.
- ↑ Catatan 8: Siapa saja yang mendirikan empat rakaat salat pada hari jumat yang mana di setiap rakaatnya setelah membaca surah al-Fatihah kemudian membaca surah Al-Mulk dan surah Ha Mim Sajdah maka Allah swt akan menjaganya dari siksaan kubur.
- ↑ Catatan 9: Mendirikan sepuluh rakaat salat pada hari pertama bulan Rajab yang mana di setiap rakaatnya setelah membaca surah al-Fatihah kemudian membaca surah Al-Ikhlash sebanyak 3 kali.
- ↑ Mawāizh Al-'Adadiah, hlm. 75.
- ↑ Mawāizh Al-'Adadiah, hlm. 75.
- ↑ Catatan 10: «المیت یعذب فی قبره بما نیح علیه.» Sahih Bukhari, jld. 1, hlm. 223, Kitab Al-Janaiz; Sahih Muslim, jld. 3, hlm. 44, Kitab Al-Janaiz; Jami’ Al-Ushul, jld. 11, hlm 99, No. 857.
- ↑ "Catatan 11: Riwayat atau hadis di atas menurut pandangan Aisyah tidak diterima, dia menisbahkan lupa atau salah pada perawi hadisnya. Karena khalifah kedua dan putranya Abdullah, tidak mengambilnya secara benar dari Nabi saw. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa: Hadit-hadis ini adalah ucapan Khalifah bukan ucapan Nabi. Syarh Al-Nawawi, jld. 5, hlm. 308.
- ↑ Catatan 12: Suatu hari di hadapan Aisyah, ada sebuah perkataan dari Abdullah bin Umar yang dikutip dari Nabi saw bahwa Nabi bersabda: Seorang mayit akan disiksa di dalam kuburnya dengan tangisan kerabat dekatnya. Aisyah dalam menanggapinya berkata:ذهل ابن عمر! انما قال رسول اللَّه صلی الله علیه و آله و سلم انه لیعذب بخطیئته و ذنبه و انّ اهله لیبکون علیه الان؛ Putra Umar telah mulai lupa, malah Rasulullah mengatakan: seorang yang mati akan di azab di dalam kuburnya karena dosa-dosa mereka, sementara sanak keluarganya pada saat itu menangis untuknya. Syarh Al-Nawawi, jld. 5, hlm. 308.
Daftar Pustaka
- Al-Qur'an Al-Karim
- Ali Misykini Ardabili. Tahrir al-Mawāid al-Adadiyah. Qom: Intisyarat al-Hadi, 1382 H.
- Allamah Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār Al-Anwār. Teheran: Dar al-Kutub Islamiyah, 1362 H.
- Habibullah Thahiri. 50 Dars piramune Alame pas az Marg. Qom: Daftar Intisyarat-ee Eslami, 1388 S.
- Imam Khumaini, Sayid Ruhullah Musawi. Chehl Hadis. Teheran: Intisyarat Muassasah Tanzhim wa Nasyre Atsar Imam Khumaini ra.
- Kulaini, Muhammad bin Yakub. Al-Kāfi. Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1407 H.
- Nuri, Mirza Husain. Mustadrak Al-Wasāil. Qom: muassasah Ali al-Bait li Ihya Al-Turats, cetakan pertama, 1407 H.
- Syekh Abbas Qommi. Safinah al-Bihār wa Madinah al-Hikam wa al-Atsār. Qom: Daftar Intisyarat-e Eslami, 1378 H.
- Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. Man La Yahdhuruhu al-Faqih. Nasyr Shaduq, 1367 H.
- Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Tsawab al-'Amal wa 'Iqab al-'Amal. Qom: Nasyr Radhi, 1378 H.