Dumat al-Jandal

Prioritas: c, Kualitas: c
tanpa foto
Dari wikishia

Dūmat al-Jandal (bahasa Arab: دُومَةُ الجندَل) adalah lokasi berlangsung Perang Dumat al-Jandal yang terjadi pada tahun 5 H. Kota ini di awal-awal Islam adalah bagian dari Syam. Ekspedisi Abdurrahman bin 'Auf pada tahun 6 H untuk mendakwahkan Islam dan ekspedisi Khalid bin Walid pada tahun 9 H untuk menaklukkan Ukaidir bin Abdul Malik, penguasa Dumat al-Jandal yang akhirnya menyerah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw, adalah diantara peristiwa penting lainnya yang terjadi pada kota ini. Sebagian sumber sejarah menyebutkan Dumat al-Jandal adalah juga tempat terjadinya Arbitrase pada peristiwa Perang Shiffin.

Dumat al-Jandal pada hari ini adalah bagian barat laut Arab Saudi yang 100 km berbatasan langsung dengan Yordania. Disebutkan Duma, salah seorang putra Nabi Ismail as adalah pendiri kota ini dengan mendirikan kastel di kota ini dari lempengan batu. Karena Dumat al-Jandal terletak di jalan antara Hijaz, Irak dan Suriah, lokasi geografisnya telah menjadikan kota ini sangat penting.

Letak Geografis

Dumat al-Jandal di awal Islam adalah salah satu kota yang letaknya dekat Tabuk, [1] antara Madinah dengan Damaskus [2] dan merupakan bagian dari Syam. [3] Hari ini, kota ini merupakan bagian dari Arab Saudi yang terletak di bagian barat laut negara ini dan 100 km berbatasan dengan Yordania. [4]

Sejarah Singkat

Disebutkan dalam Mu'jam al-Buldan, Dumah diambil dari kata Duma, yang merupakan nama dari salah seorang putra Nabi Ismail as yang mendirikan kastel di kota ini. [5] Jandal artinya tanah liat dan batu, sehingga Dumat al-Jandal artinya kota yang didirikan oleh Duma di wilayah yang penuh dengan batu. [6] Yaqut al-Hamawi menyebutkan kastel Marid di Dumat al-Jandal [7] adalah peninggalan bersejarah dari kota ini. [8]

Penamaan Dumat al-Jandal juga disebabkan agar daerah ini dapat dibedakan dengan Dumat al-Hairah. Ukaidir bin Abdul Malik salah seorang penguasa di Dumat al-Jandal menetap di Dumat al-Hairah, suatu waktu ketika sedang berburu ia menemukan reruntuhan kota yang bangunan-bangunannya terbuat dari batu. Atas perintahnya kota tersebut dibangun kembali dan ia namakan Dumat al-Jandal. [9]

Dumat al-Jandal juga disebut dengan nama Jawf yang artinya dataran rendah atau disebut juga Jawf Al 'Amru. Keluarga 'Amru dikaitkan dengan Bani 'Amru dari Kabilah Thay yang menetap di kota ini pada abad ke-4 H. [10]

Peristiwa Bersejarah

Dumat al-Jandal dan kawasan sekitarnya pada masa kemunculan Islam adalah pemukiman yang ditempati oleh Banu Kananah dari Kabilah Kalb. [11] Penguasa di wilayah tersebut saat itu adalah Ukaidir bin Abdul Malik al-Kindi [12], ia seorang Kristiani dan berada di bawah kekuasaan Raja Romawi. [13] Salah satu berhala Wad (ود) diantara berhala-berhala yang dikenal di dunia Arab terletak di kota ini. [14]

Berikut ini beberapa peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di kota ini yang menyebabkan kota ini terhitung sebagai kota penting dalam catatan sejarah Islam:

Ghazwah Dumat al-Jandal

Pada 25 Rabiul Awal tahun 5 H, Nabi Muhammad saw memimpin langsung ekspedisi ribuan orang dari kaum Muslimin menuju kota Dumat al-Jandal. [15] Hal itu terjadi setelah Nabi Muhammad saw mendapatkan informasi bahwa penduduk Dumat al-Jandal sering menyergap kafilah dagang yang menyebabkan terganggunya jalur perdagangan ke Madinah. [16] Sewaktu pasukan Islam tiba di Dumat al-Jandal, penduduk yang sebelumnya mendapat kabar akan kedatangan pasukan Islam segera berlarian, Nabi Muhammad saw mengirim salah seorang utusan untuk menemui penduduk Dumat al-Jandal namun tidak seorang pun yang ditemuinya kecuali Muhammad bin Maslamah yang kemudian dibawa menghadap Nabi Muhammad saw. Dalam pertemuan tersebut Muhammad bin Maslamah menyatakan diri masuk Islam. Pada 20 Rabiul Tsani Nabi Muhammad saw dan pasukan Islam kembali ke Madinah, tanpa terjadi perang di Dumat al-Jandal. [17]

Disebabkan Dumat al-Jandal adalah bagian dari kekuasaan Romawi, maka ghazwah Dumat al-Jandal dikenal dalam sejarah sebagai konfrontasi pertama kaum muslimin dengan imperium Romawi. [18] Demikian pula disebutkan salah satu tujuan dari ghazwah tersebut adalah Nabi Muhammad saw bermaksud hendak menunjukkan kekuatan pasukan Islam dengan memasuki perbatasan Syam, yang dianggap dapat menimbulkan kekhawatiran Kaisar Romawi. [19]

Ekspedisi Abdurrahman bin 'Auf

Nabi Muhammad saw pada bulan Sya'ban tahun 6 H, mengutus Abdurrahman bin 'Auf ke Dumat al-Jandal dengan tujuan memperkenalkan Islam dan mengajak penduduk setempat untuk memeluk agama Islam. [20] Ekspedisi ini berhasil ditandai dengan masuk Islamnya Ashbag bin 'Amru al-Kalbi salah seorang pembesar Dumat al-Jandal dan pernikahan antara Abdurrahman bin 'Auf dengan putri pembesar tersebut. [21]

Ekspedisi Khalid bin Walid

Pada tahun 9 H, Nabi Muhammad saw memerintahkan Khalid bin Walid yang saat itu berada di Tabuk untuk berangkat menuju Dumat al-Jandal. [22] Nabi Muhammad saw mendapatkan informasi bahwa Ukaidir bin Abdul Malik penguasa Dumat al-Jandal akan menyusun kekuatan untuk membantu pasukan Romawi dalam pertempuran melawan kaum muslimin. Dalam pertempuran dengan pasukan Khalid, Ukaidir menyerah dan dibawa menghadap Nabi Muhammad saw. [23] Menurut salah satu sumber, pada pertemuan tersebut dibuat kesepakatan yang ditanda tangani oleh Ukaydir termasuk besarnya jizyah yang harus ditanggungnya sebagai penguasa Dumat al-Jandal. [24] Sebagian sumber lainnya, menyebutkan Ukaydir dalam pertemuan tersebut menyatakan diri masuk Islam. [25] Namun sumber lain menyebutkan bahwa masuk Islamnya Ukaydir tidak benar. [26] Sumber sejarah menyebutkan setelah Nabi Muhammad saw wafat, Ukaydir menolak untuk membayar zakat atau jizyah sehingga pada tahun 12 H, Abu Bakar yang saat itu menjadi khalifah mengutus Khalid bin Walid untuk melakukan penyerangan ke Dumat al-Jandal. Ukaydir terbunuh dalam insiden penyerangan tersebut. [27]

Arbitrasi pada Perang Shiffin

Menurut beberapa sumber sejarah, peristiwa hakamiyah (arbitrasi) pada Perang Shiffin yang dilakukan Abu Musa al-Asy'ari dan Amr bin Ash dari pihak Imam Ali as dengan Muawiyah bin Abi Sufyan terjadi di Dumat al-Jandal. [28]

Catatan Kaki

  1. 'Amili, al-Shahih min Sirah al-Babi al-'Adzam, Dar al-Hadits, jld. 10. hlm. 105
  2. Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, jld. 2, hlm. 487
  3. 'Askari, Yek Shad u Panja Shahabi Sakhtegi, hlm. 281
  4. Lahuti, Jawf, jld. 11, hlm. 373
  5. Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, jld. 2, hlm. 487
  6. Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, jld. 2, hlm. 488
  7. Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, jld. 2, hlm. 488
  8. Kastel Marid.
  9. Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, jld. 2, hlm. 487
  10. Lahuti, Jawf, jld. 11, hlm. 373
  11. Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, jld. 2, hlm. 487
  12. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 1, hlm. 135
  13. Mas'udi, al-Tanbih wa al-Asyraf, Dar al-Shawi, hlm. 215
  14. Alusi, Bulugh al-'Arab, Dar al-Kutub al-'Ilmiah, jld. 2, hlm. 213-214
  15. Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 403; Maqrizi, Imta' al-Isma', jld. 8, hlm. 367
  16. Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 403; Maqdisi, al-Bad'u wa al-Tarikh, Kairo, jld. 4, hlm. 92
  17. Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 402
  18. Maqdisi, al-Bad'u wa al-Tarikh, Kairo, jld. 4, hlm. 214; Mas'udi, al-Tanbih wa al-Asyraf, hlm. 214
  19. Waqidi, al-Maghazi, jld. 1. hlm. 403
  20. Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 560-562; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 378
  21. Waqidi, al-Maghazi, jld. 1, hlm. 560-562; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 378
  22. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 382
  23. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 382
  24. Ibnu Abd al-Barr, al-Isti'ab, jld. 2, hlm. 428; Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 1, hlm. 135
  25. Lihat. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 1, hlm. 135
  26. Ibnu Hajar, al-Ishabah, jld. 1, hlm. 381; Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 1, hlm. 135
  27. Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 1, hlm. 135; Maqrizi, Imta' al-Asma', jld. 2, hlm. 13
  28. Dinawari, Akhbar al-Thiwal, hlm. 242; Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, jld. 2, hlm. 489; Mas'udi, al-Tanbih wa al-Asyraf, hlm. 256

Daftar Pustaka

  • 'Amili, Ja'far Murtadha. Al-Shahih min Sirah al-Nabi al-A'dzam. Qom: Muassasah Farhanggi Dar al-Hadits, tanpa tahun.
  • Alusi, Mahmud. Bulugh al-Arab fi Ma'rifah Ahwal al-'Arab. Editor: Muhammad Bahjah Atsari. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiah, tanpa tahun.
  • Askari, Sayid Murtadha. Yeksad u Panjah Shahabi Sakhtegi (150 Sahabat Fiktif). Terj. 'Atha Muhammad Sardarniya. Qom: Daneshgah Ushul Din, 1378 HS
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansab al-Asyraf. Riset: Muhammad Hamidullah. Mesir: Dar al-Ma'arif, 1959.
  • Dinawari, Ahmad bin Dawud. Akhbar al-Thiwal. Terj. Mahmud Mahdawi Damghani. Tehran: Penerbit Nei, cet. IV, 1371 HS
  • Ibnu Abd al-Barr, Yusuf bin Abdullah. Al-Isti'ab fi Ma'rifah al-Ashhab. Riset: Ali Muhammad Bajawi. Beirut: Dar al-Jail, 1412 H/1992
  • Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. Usd al-Ghabah fi Ma'rifah al-Shahabah. Beirut: Dar al-Fikr, 1409 H.1989
  • Ibnu Hajar al-Asqalani, Ahmad bin Ali. Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah. Riset: 'Adil Ahmad Abdul Wujud dan Ali Muhammad Ma'wadh. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiah, 1415 H/1995
  • Lahuti, Bahzad. Jawf, dalam Daneshnameh Jahan-e Islam, jld. 11
  • Maqdisi, Muthahar bin Thahir. Al-Bad'u wa al-Tarikh. Kairo: Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyah, tanpa tahun.
  • Maqrizi, Ahmad bin Ali. Imta' al-Asma' bi ma lil Nabi min al-Ahwal wa al-Amwal wa al-Hafdah wa al-Muta'. Riset: Muhammad Abdul Hamid al-Namisi. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiah, 1420 H/1999
  • Mas'udi, Ali bin Husain. Al-Tanbih wa al-Asyraf. Riset: Abdullah Ismail Shawi. Kairo: Dar al-Shawi, tanpa tahun.
  • Qal'eh Marid, site al-Saudiyah, diakses 9 Dey 1397 HS.
  • Waqidi, Muhammad bin Umar. Al-Maghazi. Riset: Marsedan Jhones. Beirut: Muassasah al-A'lami, 1409 H/1989
  • Yaqut al-Hamawi. Mu'jam al-Buldan. Beirut: Dar Shadr, cet. II, 1995.