Pengguna anonim
Perjanjian Hudaibiyah: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 54: | Baris 54: | ||
===Penentangan Sebagian Sahabat=== | ===Penentangan Sebagian Sahabat=== | ||
Sikap lunak yang ditunjukkan Rasulullah saw membuat sebagian [[sahabat]] tidak terima dan menyampaikan kritik tajam. Bahkan ada yang berbicara keras dan bertanya dengan cara tidak sopan pada Rasulullah saw. Di antaranya Umar bin Khattab, dia bersikap kasar pada Nabi saw. <ref>Lih. Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 783. Ibnu Sa'ad, jld. 2, hlm. 101. </ref> | Sikap lunak yang ditunjukkan Rasulullah saw membuat sebagian [[sahabat]] tidak terima dan menyampaikan kritik tajam. Bahkan ada yang berbicara keras dan bertanya dengan cara tidak sopan pada Rasulullah saw. Di antaranya [[Umar bin Khattab]], dia bersikap kasar pada Nabi saw. <ref>Lih. Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 783. Ibnu Sa'ad, jld. 2, hlm. 101. </ref> | ||
Menurutnya isi kesepakatan damai sangat menghina kaum muslimin.<ref>Baihaqi, Dalail al-Nubuah, jld. 4, hlm. 106. </ref> <ref>Dzahabi, Tarikh Islam, jld. 2, hlm. 371. </ref>Dia bersikeras atas anggapannya itu, sampai-sampai Abu Ubaidah al-Jarrah berkata padanya supaya berlindung kepada Allah swt dari kejahatan bisikan setan dan merubah pandangannya yang keliru itu. <ref>Subul al-Huda wa al-Rusysysad fi Sirah Khair al-'Ibad, jld. 5, hlm. 53. </ref> Di kemudian hari Umar sendiri mengakui bahwa saat di Hudaibiyah dia bahkan sampai ragu akan kenabian Nabi Muhammad saw. <ref>Dzahabi, Syamsuddin, jld. 2, hlm. 371. Baihaqi, Abu Bakr, jld. 2, hlm. 106. Shalihi Dimasyqi, jld. 5, hlm. 53. </ref> | Menurutnya isi kesepakatan damai sangat menghina kaum muslimin.<ref>Baihaqi, Dalail al-Nubuah, jld. 4, hlm. 106. </ref> <ref>Dzahabi, Tarikh Islam, jld. 2, hlm. 371. </ref>Dia bersikeras atas anggapannya itu, sampai-sampai [[Abu Ubaidah al-Jarrah]] berkata padanya supaya berlindung kepada [[Allah swt]] dari kejahatan bisikan setan dan merubah pandangannya yang keliru itu. <ref>Subul al-Huda wa al-Rusysysad fi Sirah Khair al-'Ibad, jld. 5, hlm. 53. </ref> Di kemudian hari Umar sendiri mengakui bahwa saat di [[Hudaibiyah]] dia bahkan sampai ragu akan kenabian Nabi Muhammad saw. <ref>Dzahabi, Syamsuddin, jld. 2, hlm. 371. Baihaqi, Abu Bakr, jld. 2, hlm. 106. Shalihi Dimasyqi, jld. 5, hlm. 53. </ref> | ||
Dia juga menyatakan: "Dulu aku menolak titah Rasulullah saw atas pandangan pribadi". <ref>Shalihi Dimasyqi, Muhammad bin Yusuf, jld. 5, hlm. 53. </ref> | Dia juga menyatakan: "Dulu aku menolak titah Rasulullah saw atas pandangan pribadi". <ref>Shalihi Dimasyqi, Muhammad bin Yusuf, jld. 5, hlm. 53. </ref> | ||
Baris 64: | Baris 64: | ||
Saat Rasulullah saw melanjutkan, ''"Tulislah, 'Berikut adalah kesepakatan antara Muhammad Rasulullah dengan Suhail bin Amr'."'' | Saat Rasulullah saw melanjutkan, ''"Tulislah, 'Berikut adalah kesepakatan antara Muhammad Rasulullah dengan Suhail bin Amr'."'' | ||
Suhail kembali menyela, ''"Kalau kami menerimamu sebagai 'Rasulullah' tentunya kami tidak akan pernah bermusuhan dan berperang denganmu, bagian ini juga harus dihapus dan diganti dengan 'Muhammad bin Abdullah'."'' Rasulullah saw pun menerima permintaan itu. Rasulullah saw melihat Imam Ali as merasa tidak enak hati karena harus menghapus kata "Rasulullah" dari belakang nama Nabi Muhammad saw. Karenanya beliau bersabda pada Imam, ''"Ya Ali, | Suhail kembali menyela, ''"Kalau kami menerimamu sebagai 'Rasulullah' tentunya kami tidak akan pernah bermusuhan dan berperang denganmu, bagian ini juga harus dihapus dan diganti dengan 'Muhammad bin Abdullah'."'' Rasulullah saw pun menerima permintaan itu. Rasulullah saw melihat Imam Ali as merasa tidak enak hati karena harus menghapus kata "Rasulullah" dari belakang nama Nabi Muhammad saw. Karenanya beliau bersabda pada Imam, ''"Ya Ali, tunjukkan di bagian mana, biar aku sendiri yang menghapusnya."'' | ||
Berikut ini inti isi Perjanjian Hudaibiyah: | Berikut ini inti isi Perjanjian Hudaibiyah: | ||
#Gencatan senjata antar kedua belah pihak selama 10 tahun supaya masyarakat hidup dengan aman dan damai. <ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 54. </ref> | #Gencatan senjata antar kedua belah pihak selama 10 tahun supaya masyarakat hidup dengan aman dan damai. <ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 54. </ref> | ||
#Tahun itu kaum muslimin tidak diperbolehkan mengunjungi Baitullah, mereka harus pulang ke Madinah. Tahun berikutnya baru boleh kembali ke Mekkah untuk ibadah umrah. Dengan syarat, tidak membawa senjata kecuali yang biasa dibawa sehari-hari, dan diijinkan tinggal tidak lebih dari 3 hari. Selama 3 hari itu kaum Quraisy akan meninggalkan kota Mekkah. | #Tahun itu kaum muslimin tidak diperbolehkan mengunjungi Baitullah, mereka harus pulang ke Madinah. Tahun berikutnya baru boleh kembali ke Mekkah untuk ibadah umrah. Dengan syarat, tidak membawa senjata kecuali yang biasa dibawa sehari-hari, dan diijinkan tinggal tidak lebih dari 3 hari. Selama 3 hari itu kaum [[Quraisy]] akan meninggalkan kota Mekkah. | ||
#Kaum muslimin harus memulangkan warga Mekkah yang masuk Madinah kembali ke Mekkah, namun ketentuan itu tidak berlaku sebaliknya. Orang Madinah yang ke Mekkah tidak akan dikembalikan ke Madinah. (menurut ayat 10 dari | #Kaum muslimin harus memulangkan warga Mekkah yang masuk [[Madinah]] kembali ke Mekkah, namun ketentuan itu tidak berlaku sebaliknya. Orang Madinah yang ke Mekkah tidak akan dikembalikan ke Madinah. (menurut ayat 10 dari [[Surah Al-Mumtahanah]], ditetapkan tidak boleh memulangkan para mukminah Mekkah yang datang ke Madinah kembali ke Mekkah. <ref>Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 790-791. </ref> | ||
#Seluruh kabilah sekutu Quraisy maupun Islam harus bebas dan merdeka. <ref>Waqidi, jld. 2, hlm. 611-612. Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 784. Ibnu Atsir, jld. 2, hlm. 204. Ya'qubi, jld. 2, hlm. 54. </ref> | #Seluruh kabilah sekutu Quraisy maupun [[Islam]] harus bebas dan merdeka. <ref>Waqidi, jld. 2, hlm. 611-612. Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 784. Ibnu Atsir, jld. 2, hlm. 204. Ya'qubi, jld. 2, hlm. 54. </ref> | ||
Di dalam kitab Shahih Muslim tercatat ketika | Di dalam kitab Shahih Muslim tercatat ketika [[Surah Al-Fath]] turun setelah peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah saw mengirim orang untuk menemui Umar dan memperdengarkan [[wahyu]] yang turun itu padanya. <ref>Muslim, Shahih, no. 1785. </ref> | ||
==Kembali ke Madinah== | ==Kembali ke Madinah== | ||
Menurut berbagai riwayat, kaum muslimin berada di Hudaibiyah selama 10 hari lebih, ada yang mengatakan hingga 20 hari. <ref>Lih. Waqidi, jld. 2, hlm. 616. Ibnu Sa'ad, jld. 2, hlm. 98. </ref>Rasulullah saw mendirikan kemahnya di luar Haram, namun beliau melakukan salat di Haram. Begitu penulisan isi perjanjian selesai dan telah disetujui oleh masing-masing pihak, Rasulullah saw memerintahkan para sahabatnya untuk menyembelih onta-onta mereka sebagai kurban dan mencukur kepala. Banyak sahabat yang tidak mematuhi perintah itu. Alasannya mereka kecewa dan tidak senang karena batal menunaikan [[haji]]. Mereka juga menganggap Perjanjian Hudaibiyah adalah bentuk kekalahan bagi kaum muslimin. Namun setelah melihat Rasulullah saw melakukan sendiri apa yang beliau perintahkan tadi, mereka akhirnya mengikutinya. <ref>Waqidi, jld. 2, hlm. 613. Ya'qubi, jld. 2, hlm. 55. Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 785. </ref>Setelah itu Rasulullah saw beserta kaum muslimin kembali ke Madinah. <ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 55. </ref> | Menurut berbagai riwayat, kaum muslimin berada di Hudaibiyah selama 10 hari lebih, ada yang mengatakan hingga 20 hari. <ref>Lih. Waqidi, jld. 2, hlm. 616. Ibnu Sa'ad, jld. 2, hlm. 98. </ref>Rasulullah saw mendirikan kemahnya di luar [[Haram]], namun beliau melakukan [[salat]] di Haram. Begitu penulisan isi perjanjian selesai dan telah disetujui oleh masing-masing pihak, Rasulullah saw memerintahkan para sahabatnya untuk menyembelih onta-onta mereka sebagai kurban dan [[Halq dan Taqshir|mencukur kepala]]. Banyak sahabat yang tidak mematuhi perintah itu. Alasannya mereka kecewa dan tidak senang karena batal menunaikan [[haji]]. Mereka juga menganggap Perjanjian Hudaibiyah adalah bentuk kekalahan bagi kaum muslimin. Namun setelah melihat Rasulullah saw melakukan sendiri apa yang beliau perintahkan tadi, mereka akhirnya mengikutinya. <ref>Waqidi, jld. 2, hlm. 613. Ya'qubi, jld. 2, hlm. 55. Ibnu Hisyam, jld. 2, hlm. 785. </ref>Setelah itu Rasulullah saw beserta kaum muslimin kembali ke Madinah. <ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 55. </ref> | ||
Sesuai perjanjian, tahun berikutnya (tahun ke-7 H) Rasulullah saw beserta kaum muslimin berangkat ke Mekkah dan tinggal selama 3 hari untuk menunaikan ibadah umrah tanpa ada halangan dari kafir Quraisy. Peristiwa ini dikenal dengan Umrah al-Qadha. <ref>Ibnu Atsir, jld. 2, hlm. 227. </ref> | Sesuai perjanjian, tahun berikutnya (tahun ke-7 H/628) Rasulullah saw beserta kaum muslimin berangkat ke Mekkah dan tinggal selama 3 hari untuk menunaikan ibadah umrah tanpa ada halangan dari kafir [[Quraisy]]. Peristiwa ini dikenal dengan [[Umrah al-Qadha]]. <ref>Ibnu Atsir, jld. 2, hlm. 227. </ref> | ||
Dalam perjalanan pulang dari Hudaibiyah ke Madinah Allah swt menurunkan | Dalam perjalanan pulang dari Hudaibiyah ke Madinah [[Allah swt]] menurunkan Surah Al-Fath kepada Rasulullah saw. Dalam surah tersebut Allah swt menyebut Perjanjian Hudaibiyah sebagai Fath Mubin (kemenangan yang nyata). Atas kesediaan kaum muslimin berbaiat pada Rasulullah saw, Allah swt menjanjikan pada mereka akan menganugerahi banyak kemenangan dan ghanimah berlimpah. <ref>Waqidi, jld. 2, hlm. 617-623. </ref> | ||
Menurut mayoritas mufasir, janji Allah swt itu menyangkut kemengan dalam | Menurut mayoritas mufasir, janji Allah swt itu menyangkut kemengan dalam [[Perang Khaibar]] yang terjadi pada tahun ke-7 H/628. Dari Perang Khaibar kaum muslimin memperoleh banyak harta rampasan. <ref>Misalnya lih. Thabari, Jami'. Thabrisi, 1408. Thabathabai, surah al-Fath: 19. </ref> | ||
Namun menurut sebagian mufasir, maksud kemenangan yang dijanjikan [[Allah swt]] adalah penaklukan kota Mekkah. <ref>Lih. Thabathabai, surah al-Fath: 19. </ref> | Namun menurut sebagian mufasir, maksud kemenangan yang dijanjikan [[Allah swt]] adalah penaklukan kota Mekkah. <ref>Lih. Thabathabai, surah al-Fath: 19. </ref> |