Menghina Muqaddasat

Prioritas: c, Kualitas: b
Dari wikishia

Furu'uddin

Salat

Wajib: Salat JumatSalat IdSalat AyatSalat Mayit


Ibadah-ibadah lainnya
PuasaKhumusZakatHajiJihadAmar Makruf dan Nahi MungkarTawalliTabarri


Hukum-hukum bersuci
WudhuMandiTayammumNajasatMuthahhirat


Hukum-hukum Perdata
PengacaraWasiatGaransiJaminanWarisan


Hukum-hukum Keluarga
PerkawinanPerkawinan TemporerPoligamiTalakMaharMenyusuiJimakKenikmatanMahram


Hukum-hukum Yudisial
Putusan HakimBatasan-batasan hukumKisas


Hukum-hukum Ekonomi
Jual Beli (penjualan)SewaKreditRibaPinjaman


Hukum-hukum Lain
HijabSedekahNazarTaklidMakanan dan MinumanWakaf


Pranala Terkait
BalighFikihHukum-hukum SyariatBuku Panduan Fatwa-fatwaWajibHaramMustahabMubahMakruhDua Kalimat Syahadat

Menghina Muqaddasât atau Menghina Hal-hal yang Dianggap Suci (bahasa Arab:الإساءة للمقدسات) adalah mengolok-olok atau melecehkan atau melakukan penodaan kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung syariat atau umat yang memegang syariat. Menghina hal-hal yang dianggap suci itu haram dan termasuk dosa besar. Tidak ada perbedaan antara muslim dan non muslim dalam hukuman bagi pelaku tindak pidana penghinaan hal-hal yang dianggap suci. Hal-hal yang dianggap suci bisa meliputi waktu, tempat, orang, buku, dan lain-lainnya; Seperti bulan Ramadan, Kakbah, para Nabi, Imam as, haram para Imam as dan Al-Qur’an.

Besarnya hukuman bagi orang yang menghina muqaddasât Islam berbeda-beda derajatnya. Beberapa tingkatannya menyebabkan kekafiran dan kemurtadan, dan hukuman bagi yang melakukannya adalah hukuman mati. Suka menghina dan mencemooh dharuriatuddin (hal yang jelas hukumnya dalam agama Islam), dalam beberapa kasus dapat mengarah pada hukuman takzir (hukuman yang ditentukan oleh hakim Islam). Misalnya, jika seseorang berbuat zina di siang hari bulan Ramadan, maka selain akan mendapatkan hukum had (hukukuman yang ditentukan oleh syariat) zina, juga akan mendapat hukuman takzîr.

Para fukaha berpendapat bahwa menghina dan mengutuk hal-hal yang dianggap suci oleh empat mazhab Ahlusunah adalah haram. Tentunya dengan merujuk pada ayat 108 Surah Al-An'am, para fukaha mengharamkan penghinaan terhadap muqaddasât tersebut baik bagi agama samawi atau juga selain samawi begitu pula mazhab-mazhab dalam Islam.

Terminologi

Menghina Muqaddasât (sesuatu yang dianggap suci) adalah mencemooh, mengolok-olok, melecehkan dan melakukan penodaan terhadap segala sesuatu yang wajib dihormati menurut syariat atau umatnya.[1] Tidak ada perbedaan antara seorang muslim dan non muslim dalam hal hukuman bagi pelaku tindak pidana penghinaan hal-hal yang dianggap suci tersebut.[2]

Contoh penghinaan terhadap muqaddasât meliputi: ruang lingkup pribadi dan bukan pribadi; Tokoh-tokoh seperti tokoh Islam dan non-Islam yang juga dihormati di mata Islam; seperti Nabi Islam saw, para Imam as, Sayidah Khadijah sa,[3] Sayidah Maryam sa dan Siti Hajar[4] dan non-pribadi seperti Tuhan, Al-Qur'an, Kabah, masjid, kuburan para nabi dan imam as.[5]

Posisi Hukum fikih

Dalam kitab-kitab fikih, tidak pernah dibahas dalam bab khusus mengenai tindak pidana penghinaan atau pelecehan muqaddasât; Namun para fukaha sering menyebutkan beberapa contohnya, seperti Sabb an-Nabi (Penghinaan kepada Nabi),[6] Sabb al-Mu’minin (penghinaan kepada orang-orang mukmin),[7] Îdzâ’ (Menyakiti orang lain),[8] Qazf (Fitnah zina kepada orang lain).[9] Pada Bab Thoharah,[10] Haji,[11] Makâsib Muharramah[12] dan hudud,[13]

Para fukaha telah menyebutkan keharaman perbuatan Isâ’ah (Penghinaan).[14] Sehubungan dengan itu, dalam kitab-kitab kaidah fikih juga telah disebutkan judul-judul pembahasan seperti Hurmatu Ihânati al-Muharramâti fi al-dîn (Pengharaman Penghinaan terhadap Kesucian Agama)[15] dan Hurmatu al-Ihânati bi al-Sya’âiri wa Rujhâni ta’Dzîmihâ  (Pengharaman Penghinaan Terhadap Syiar-Syiar Agama dan Anjuran Penghormatannya).

Kitab-kitab riwayat juga memuat riwayat-riwayat yang mengandung larangan terhadap penghinaan Muqaddasât; Seperti menghina Kabah dan melecehkan Rasulullah saw.[16] Dalam beberapa hadis, para imam as melarang pengikutnya menghina hal-hal yang dihormati dan dianggap suci oleh orang lain.[17]

Sebagian mufasir mengatakan bahwa hukum pengharaman ihânah (penghinaan) didasarkan pada ayat 108 Surah Al-An'am. Seperti keharaman menghina non-Muslim, jika hal tersebut dapat mengarahkan mereka pada penghinaan terhadap Allah swt, dan juga larangan menghina non-Muslim dan Muqadasât-nya jika dapat mengarahkan mereka pada penghinaan terhadap Muqaddasât umat Islam.[18]

Hukum Fikih

Hukum penghinaan Muqaddasât Islam; diantaranya adalah:

  • Menghina muqaddasât agama Islam adalah haram, sedangkan menjaga kehormatannya dan menghormatinya adalah wajib.[19]
  • Dalam keharaman menghina muqaddasât Islam, tidak ada perbedaan antara penghinaan terhadap hal yang wajib, atau hal–hal yang mustahabnya (seperti shalat berjamaah).[20]
  • Menurut para fukaha, orang yang menghina muqaddasât Islam taubatnya tidak akan diterima, kecuali bagi orang kafir yang masuk Islam setelah menghina sebelumnya.[21]
  • Apabila seseorang menghina muqaddasât karena rasa kesal, marah, dan tanpa niat melakukannya, atau menganggap apa yang diucapkan atau dilakukannya bukan merupakan suatu penghinaan terhadap muqaddasât Islam, maka hukum penghinaan terhadap muqaddasât Islam tidak berlaku baginya.[22]

Contoh Penghinaan Muqaddasât dan Hukuman Pidana

Hukuman bagi orang yang menghina muqaddâsât Islam berbeda-beda. Sebagiannya adalah dihukumi kafir dan murtad yang melazimkan hukuman mati, seperti menghina Allah swt, para nabi as, dan para imam as. Sebagian lainnya hukuman yang dikenakan kepada pelaku adalah takzir.

Penghinaan yang menyebabkan orang dihukumi kafir dan murtad:

  • Sabb (menghina) Allah swt: Para fukaha mengakui orang yang menghina Allah swt dihukumi sebagai kafir dan halal darahnya.[23]
  •  Sabb al-Nabi: Seseorang yang menghina Nabi saw atau mengaitkan sesuatu yang buruk kepada Nabi saw yang menyebabkannya terhina dan cacat maka darahnya adalah halal.[24] Dan taubatnya tidak dapat menghalangi hukuman mati tersebut.[25] Berdasarkan fatwa para fukaha pelaku penghinaan tersebut tidak dibedakan antara yang beragama Islam atau kafir, laki-laki atau perempuan.[26] Menurut fikih Syiah, hukuman bagi penghinaan kepada para nabi lainnya,[27] Fatima Zahra as,[28] dan malaikat[29] juga sama seperti hukuman Sabb al-Nabi saw.
  • Sabb al-Aimmah as: menurut para fukaha, siapa pun yang menghina salah satu dari Imam Adil as, wajib dihukum mati.[30]
  • Dalam kitab-kitab fikih, beberapa contoh hukum had terhadap pelaku penghinaan Muqaddasât Islam dijadikan contoh dalam definisi murtad; Seperti:
  1. Sengaja membuang Alquran ke tempat sampah:[31] Pelakunya adalah murtad dan harus dihukum mati.[32]
  2. Menajiskan Kabah atau menghancurkannya: pelaku kejahatan ini harus dihukum mati.[33]
  3. Dengan sengaja menodai tempat suci Nabi Muhammad saw dan para Imam as menjadi najis.[34]
  4. Mengolok-olok[35] atau merendahkan agama:[36] Jika seorang muslim mengolok-olok Ushuluddin (prinsip-prinsip dasar agama) seperti Tuhan, Rasulullah saw atau dharuriyatuddin, seperti menghina kewajiban salat dan puasa,[37] maka hal itu akan menyebabkan pelakunya menjadi murtad dan kafir.[38] Dan pelakunya telah melakukan dosa besar.[39] Allamah Hilli telah memfatwakan pembolehan membunuh orang yang  mengejek dan menghina hal tersebut.[40]
  5. Qazf (memfitnah telah melakukan zina) kepada ibu Nabi saw: Sebagian fukaha berpendapat bahwa jika seseorang melakukan qazf kepada ibu Nabi saw, maka dia dihukumi murtad dan harus dihukum mati[41] dan jika pelaku menjadi murtad fitri (sebelumnya muslim menjadi kafir), maka taubatnya tidak diterima.[42] Namun Shâhib Jawâhir meyakini bahwa klaim hukuman bagi qazf terhadap ibu Nabi  saw tidak ada dalilnya, kecuali kalau penghujatan tersebut kembali kepada penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw.[43]

Penghinaan yang mengarahkan pada hukuman Takzir

Tidak ada perbedaan antara para fukaha mengenai hukuman ta’zir bagi yang menghina muqaddasât Islam dalam beberapa kasus.[44] Hukuman ta’zir terhadap perbuatan menajiskan Masjidil Haram dengan sengaja, sudah ditetapkan.[45] Beberapa kasus penghinaan muqaddasât Islam tersebut adalah sebagai berikut:

  • Penodaan kepada makam Nabi saw dan para imam as dan haram mereka: segala sesuatu yang menghina dan mengolok-olok kuburan dan haram para imam as adalah dilarang[46] dan orang yang melakukannya akan dikenai hukuman ta’zir.[47]
  • Dalam fikih Islam, terjadinya penodaan pada waktu-waktu tertentu seperti hari Jumat, bulan Ramadan, dan tempat-tempat yang dihormati umat Islam seperti masjid maka efek hukumannya akan lebih berat.[48] Misalnya, jika seseorang melakukan perzinahan pada waktu-waktu tersebut, selain pelaksanaan hukum had, karena adanya unsur penghinaan dan penodaan terhadap muqaddasât, maka pelaku juga dikenai hukuman takzir.[49]
  • Masjid: Salah satu contoh penghinaan terhadap masjid adalah dengan sengaja menajiskannya.[50]
  • Segala sesuatu yang penghormatannya wajib dalam Syariat Islam; seperti kitab-kitab hadis dan fikih,[51] turbah Imam Husain as dan segala sesuatu yang diambil dari kuburan Imam Husain as untuk berkah dan kesembuhan, dan segala sesuatu yang termasuk dalam kuburan para Imam as; seperti batu nisan[52] dan perlengkapannya.[53]

Menghina Muqaddasât Mazhab Islam

Menurut fatwa para fukaha Syiah, menghina Aisyah dan pelaknatan kepada para Sahabat serta hal-hal yang dianggap suci lainnya dari empat mazhab Sunni adalah haram. Para fukaha Syiah menganggap tindakan ini sebagai pengkhianatan terhadap Islam dan pengabdian kepada kelompok kafir dan musyrik.[54]

Dalam konteks ini, fatwa 33 marja taklid Syiah, telah ditulis tentang keharaman menghina muqaddasât mazhab Islam dan takfir ahli kiblat, dalam sebuah buku berjudul Hurmat-e Ehanat va Takfir-e Musalmanan az Didgah-e Ulama-ye Syieh, yang ditulis oleh wakil pentahkik Kongres "Memerangi Gerakan Ekstremis dan Takfiri".[55]

Menghina Kelompok dan Agama Non-Islam

Menurut para fukaha, tidak boleh menghina sesuatu yang dianggap suci dan terhormat bagi agama, aliran kepercayaan Tuhan dan non ketuhanan lainnya (bahkan berhala dan tuhan-tuhannya orang kafir sekalipun).[56] Mereka menyatakan alasan pengharaman tersebut dengan dalil pelarangan menghina Muqaddasât,[57] karena menghina sesuatu yang dianggap suci dan terhormat bagi mereka akan menjadi penyebab terjadinya penghinaan kepada muqaddasât umat Islam,[58] sedangkan keharaman mengenai penghinaan kepada muqaddasât Islam adalah hukum yang telah sampai pada derajat ijma’.[59]

Allamah Thabathabai dalam bukunya Tafsir al-Mizan menyebutkan bahwa hukum ini sebagai salah satu etika keagamaan yang jika dipatuhi, semua muqaddasât yang diyakini di berbagai negara akan terlindungi dari segala penghinaan dan penodaan.[60]

Menghina Muqaddasât Islam dengan Dalih Kebebasan Berpendapat

Di beberapa negara, dengan dalih hak atas kebebasan berekspresi,[61] segala bentuk rasa tidak hormat dan penghinaan terhadap muqaddasât keyakinan lainnya seperti membakar Al-Quran atau menggambar kartun yang mengandung penghinaan tentang para nabi diperbolehkan, dan mereka menganggap larangan penghinaan terhadap muqaddasât atau perlunya menghormatinya sebagai pembatasan kebebasan berpendapat.

Menanggapi permasalahan ini, dikatakan bahwa kebebasan berpendapat dihormati sepanjang tidak merugikan hak dan kebebasan orang lain; Karena salah satu kebebasan dan hak asasi manusia yang terpenting adalah hak beragama dan memilih agama.[62]

Catatan Kaki

  1. Zera'at, Syarh-e Qanun-e Mujazat-e Eslami, hlm. 98.
  2. Hasyemi, Ertedad Wa Azadi, hlm. 31.
  3. Mir Muhammad Shadeqi, Jara'em Alaih Amniyat Wa Asayesy-e Umumi, hlm. 164.
  4. Mir Muhammad Shadeqi, Jara'em Alaih Amniyat Wa Asayesy-e Umumi, hlm. 164.
  5. Amuli, Mishbāh al-Hudā Fī Syarh al-'Urwah al-Wutsqā, jld. 3, hlm. 54; Musawi Bujnurdi, al-Qawā'id al-Fiqhiyyah, jld. 5, hlm. 255.
  6. Khu'i, Minhāj as-Shālihīn, jld. 1, hlm. 12.
  7. Syekh Anshari, Kitāb al-Makāsib, jld. 3, hlm. 7; Thabathaba'i, Minhāj as-Shālihīn, jld. 2, hlm. 20.
  8. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 49; Muhsini, Hudūd as-Syar'iyyah, jld. 1, hlm. 325.
  9. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 402.
  10. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 2, hlm. 51.
  11. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 4, hlm. 151.
  12. Syekh Anshari, Kitāb al-Makāsib, jld. 3, hlm. 7.
  13. Syahid Tsani, ar-Raudhah al-Bahiyyah, jld. 9, hlm. 194.
  14. Syekh Anshari, Kitāb al-Makāsib, jld. 1, hlm. 253; Imam Khomeini, Tahrīr al-Wasīlah, jld. 2, hlm. 450.
  15. Bujnurdi, al-Qawā'id al-Fiqhiyyah, jld. 5, hlm. 209.
  16. Kulaini, al-Kāfī, jld. 2, hlm. 26.
  17. Lihat: Kulaini, al-Kāfī, jld. 8, hlm. 2 & 6; Hurr Amili, Wasā'il as-Syī'ah, jld. 8, hlm. 590; Barqi, al-Mahāsin, jld. 1, hlm. 97.
  18. Thabathaba'i, al-Mīzān, jld. 7, hlm. 314; Al-Irwani, Durūs Tamhīdiyyah Fī Tafsīr Āyāt al-Ahkām, jld. 2, hlm. 596.
  19. Muhaqqiq Khansari, Masyāriq as-Syumūs Fī Syarh ad-Durūs, jld. 1, hlm. 392; Thabathabai, al-Mīzān, jld. 2, hlm. 93; Bujnurdi, al-Qawā'id al-Fiqhiyyah, jld. 5, hlm. 294; Saifi Mazandarani, Mabānī al-Fiqh al-Fa'āl, jld. 1, hlm. 153; Narraqi, 'Awā'id al-Ayyām, hlm. 31; Tabrizi, Risālah Labs as-Sawād, hlm. 185; Subhani, al-Hajj Fī as-Syarī'ah al-Islāmiyyah, jld. 2, hlm. 692.
  20. Saifi Mazandari, Mabānī al-Fiqh al-Fa'āl, jld. 1, hlm. 149.
  21. Hasyimi, Huquq-e Basyar Wa Azadiha-e Seyasi, hlm. 31.
  22. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 610; Fadhil Hindi, Kasyf al-Litsām, jld. 2, hlm. 436; Behjat, Istifta'at, hlm. 111.
  23. Syekh Thusi, al-Khilāf, jld. 5, hlm. 340; Ibn Hamzah, al-Wasīlah Ilā Nail al-Fadhīlah, hlm. 200; Allamah Hilli, Tahrīr al-Ahkām as-Syar'iyyah, jld. 2, hlm. 236; Allamah Hilli, Tadzkirah al-Khawāsh, jld. 1, hlm. 457.
  24. Lihat: Muqaddas Ardabili, Majma' al-Fā'idah, jld. 13, hlm. 171; Khu'i, Minhāj as-Shālihīn, jld. 1, hlm. 12.
  25. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 21, hlm. 268.
  26. Lihat: Gulpaigani, ad-Durr al-Mandhūd Fī Ahkām al-Hudūd , jld. 2, hlm. 265.
  27. Abu Shalih al-Halabi, al-Kāfī Fī al-Fiqh, hlm. 416.
  28. Muqaddas Ardebili, Majma' al-Fā'idah, jld. 7, hlm. 527; Syahid Tsani, ar-Raudhah al-Bahiyyah, jld.9, hlm. 195; Khu'i, Minhāj as-Shālihīn, jld. 1, hlm. 264.
  29. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 21, hlm. 268.
  30. Lihat: Syekh Thusi, al-Khilāf, jld. 5, hlm. 340; Muqaddas Ardebili, Majma' al-Fā'idah, jld. 7, hlm. 527; Syekh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 734.
  31. Lihat: Allamah Hilli, Qawā'id al-Ahkā, jld. 3, hlm. 573; Syahid Tsani, ar-Raudhah al-Bahiyyah, jld. 9, hlm. 335; Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 600.
  32. Dastghib, Gunahan-e Kabire, jld. 2, hlm. 361.
  33. Lihat: Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 600.
  34. Allamah Hilli, Qawā'id al-Ahkām, jld. 3, hlm. 573; Syahid Tsani, ar-Raudhah al-Bahiyyah, jld. 9, hlm. 335; Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 600.
  35. Lihat: Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 600.
  36. Fakhrul Muhaqqiqin, Īdhāh al-Fawā'id, jld. 4, hlm. 547.
  37. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 43, hlm. 41 & 60.
  38. Allamah Hilli, Irsyād al-Adzhān, jld. 2, hlm. 189.
  39. Lihat: Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 600; Kasyif al-Ghitha', al-'Urwah al-Wutsqā Fī ad-Dīn, hlm. 69.
  40. Allamah Hilli, Tahrīr al-Ahkām, jld. 2, hlm. 236.
  41. Lihat: Allamah Hilli, Qawā'id al-Ahkām, jld. 3, hlm. 593; Syahid Tsani, ar-Raudhah al-Bahiyyah, jld. 9, hlm. 196.
  42. Syahid Tsani, ar-Raudhah al-Bahiyyah, jld. 9, hlm. 196.
  43. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 438.
  44. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 41, hlm. 601.
  45. Ja'fari Langgarudi, Termilogi-e Huquq, kata تعزیر مُقدَّر.
  46. Lihat: Syekh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 782; Syekh Thusi, an-Nihāyah, 698.
  47. Lihat: Ibn Barraj, al-Muhaddzab, jld. 2, hlm. 523; Fahil Hindi, Kasy al-Litsām, jld. 10, hlm. 489.
  48. Lihat: Syekh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 782; Syekh Thusi, an-Nihāyah, 698; Imam Khomeini, Tahrīr al-Wasīlah, jld. 2, hlm. 468.
  49. Syekh Thusi, an-Nihāyah, hlm. 698; Ibn Idris, ar-Rasā'il, jld. 3, hlm. 447; Salar Dailami, al-Marāsim al-'Alawiyyah, hlm. 256; Imam Khomeini, Tahrīr al-Wasīlah, jld. 2, hlm. 468; Gulpaigani, ad-Durr al-Mandhūd Fī Ahkām al-Hudūd, jld. 1, hlm. 497; Tabrizi, Usus al-Hudūd Wa at-Ta'zīzāt, hlm. 175.
  50. Thabathabai Yazdi, al-'Urwah al-Wutsqā, jld. 1, hlm. 87.
  51. Kasyif al-Ghitha', Safīnah an-Najāh, jld. 1, hlm. 85; Khu'i, Shirāh an-Najāh, jld. 1, hlm. 437; Saifi Mazandarani, Mabānī al-Fiqh al-Faāl, jld. 1, hlm. 154.
  52. Lihat: Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 2, hlm. 51, jld. 6, hlm. 98 & 99; Thabathaba'i Yazdi, al-'Urwah al-Wutsqā, jld. 1, hlm. 90.
  53. Lihat: Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 6, hlm. 98; Khu'i, Minhāj as-Shālihīn, jld. 1, hlm. 116; Imam Khomeini, Kitāb at-Thahārah, jld. 4, hlm. 123.
  54. Lihat: Imam Khomeini, Shahife-e Emam, jld. 8, hlm. 482; Koran Resalat, Esteqbal-e Jahan-e Eslam Az Estefta-e Jadid-e Ayatullah Khamene'i, hlm. 3.
  55. Kausari, Hurmat-e Ehanat Wa Takfir-e Musalmanan.
  56. Lihat: Syahid Awal, al-Qawā'id Wa al-Fawā'id, jld. 1, hlm. 61; Fadhil Miqdad, Nadh al-Qawā'id al-Fiqhiyyah, jlm. 58.
  57. Syahid Awal, al-Qawā'id Wa al-Fawā'id, jld. 1, hlm. 61.
  58. Allamah Thabathabai, al-Mīzān, jld. 7, hlm. 175.
  59. Narraqi, 'Awā'id al-Ayyām, hlm. 31.
  60. Allamah Thabathabai, al-Mīzān, jld. 7, hlm. 175.
  61. Deklarasi Hak Asasi Manusia, pasal 19.
  62. Nur Mufidi, Qa'ede-e Hurmat-e Ehanat- Be Muqaddasat, hlm. 133.

Daftar Pustaka

  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Irsyād al-Adzhān lā Ahkām al-Īmān. Riset: Faris Tabriziyan. Qom: Yayasan Nasyr-e Eslami, 1410 H.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Qawā'id al-Ahkām Fī Ma'rifah al-Halāl Wa al-Harām. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1419 H.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Tadzkirah al-Fuqahā'. Najaf: Mansyurat al-Maktabah al-Murtadhawiyah.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Tahrīr Ahkām as-Syar'iyyah 'Alā Madzhab al-Imāmiyyah. Yayasan Āl al-Bait (as).
  • Amuli, Muhammad Taqi. Mishbāh al-Hudā Fī Syarh al-'Urwah al-Wutsqā. Tehran, 1380 HS/2001.
  • Amuli, Sayid Haidar. Tafsīr al-Muhīth al-A'dzham Wa al-Bahr al-Khadhm. Tehran: Kementerian Bimbingan Islami, 1422 H.
  • Barqi, Ahmad bin Muhammad. Al-Mahāsin. Editor: Sayyid Jalaluddin Muhaddits. Qom: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1371 HS/1993.
  • Behjat, Muhammad Taqi. Estefta'at Az Mahzar-e Ayatullah Behjat. Qom: Daftar-e Hazrat-e Ayatullah Behjat, 1386 HS/2008.
  • Bujnurdi, Sayyid Hasan. Al-Qawā'id al-Fiqhiyyah. Qom: Al-Hadi (as), 1419 H.
  • Dastghib, Sayyid Abdul Husein. Gunahan-e Kabire. Tehran: Kanun-e Eblagh-e Andisyeha-e Eslami, 1361 HS/1983.
  • Esteqbal-e Jahan-e Eslam Az Estefta-e Jadid-e Ayatullah Khamenei. Koran Resalat. Tanggal 3 Oktober 2010.
  • Fadhil Miqdad, Miqdad bin Abdullah. Nadh al-Qawā'id al-Fiqhiyyah 'Alā Madzhab al-Imāmiyyah. Riset: Abdul Latif Huseini Kuh Kamari. Qom: Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi Najafi, 1361 HS/1983.
  • Fakhrul Muhaqqiqin, Muhammad bin Hasan. Īdhāh al-Fawā'id Fī Syarh Musykilāt al-Qawā'id. Editor: Ali Panah Esytehardi. Qom: Esma'iliyan, 1387 HS/2009.
  • Gulpaigani, Sayyid Muhammad Ridha. Ad-Durr al-Mandhūdh Fī Ahkām al-Hudūd. Qom: Dar al-Qur'ān al-Karīm, 1372 HS/1994.
  • Hasyimi, Sayyid Husein. Ertedad Wa Azadi. Tehran: Sazman-e Entesyarat-e Pazuhesygah-e Farhanggi Wa Andisye-e Eslami, 1384 HS/2006.
  • Hasyimi, Sayyid Muhammad. Huquq-e Basyar Wa Azadiha-e Asasi. Tehran: Nasyr-e Mizan, 1397 HS/2019
  • Hurr Amili, Muhammad bin Hasan. Wasā'il as-Syī'ah Wa Mustadrakātuhā. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1424 H.
  • Husaini Muuraghi, Abdul Fattah. Al-'Anāwīn al-Fiqhiyyah. Qom: Yayasan an-Nasyr al-Islami, 1418 H.
  • Ibn Hamzah, Muhammad bin Ali. Al-Wasīlah Ilā Nail al-Fadhīlah. Riset: Muhammad Hasun. Qom: Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi Najafi, 1408 H.
  • Ibn Idris, Muhammad bin Ahmad. As-Sarā'ir: Al-Hāwī Li Tahrīr al-Fatāfā. Qom: Yayasan Nasyr-e Eslami, 1410 H.
  • Ibnu Barraj, Abdul Aziz. Al-Muhaddzab. Qom: Yayasan Nasr-e Eslami, 1406 H.
  • Imam Khomeini, Sayid Ruhullah. Kitāb at-Thahārah. Qom: Yayasan Tanzim Wa Nasyr-e Asar-e Emam Khomeini, 1421 H.
  • Imam Khomeini, Sayid Ruhullah. Shahife-e Emam. Tehran: Yayasan Tanzim Wa Nasyr-e Asar-e Emam Khomeini, 1389 HS/2010.
  • Imam Khomeini, Sayid Ruhullah. Tahrīr al-Wasīlah. Tehran: Yayasan Nasyr Wa Tanzim-e Asar-e Emam Khomeini, 1392 HS/2013.
  • Irwani, Baqir. Durūs Tamhīdiyah Fī Tafsīr Ayāt al-Ahkām. Qom: Dar al-Fiqh Li at-Thiba'ah Wa an-Nasyr. Cet. 3, 1428 H.
  • Ja'fari Langgarudi, Muhammad Ja'far. Termilologi-e Huquq. Tehran: Ketabkhane-e Ganj Wa Danesy, 1367 HS/1989.
  • Kasyif al-Ghitha', Abbas bin Hasan. Al-'Urwah al-Wutsqā Fī ad-Dīn. Najaf: Yayasan Kasyif al-Ghita' al-'Ammah, 1423 H.
  • Kasyif al-Ghitha', Ahmad. Safīnah an-Najāh Wa Misykāh al-Hudā Wa Mishbāh as-Sa'ādāt. Najaf: Yayasan Kasyif al-Ghitha', 1423 H.
  • Kausari, Ahmad. Hurmat-e Ehanat Wa Takfir-e Musalmanan Az Didgah-e Ulama-e Syi'e. Qom: Madrasah Ilmiyyah Imam Kazim (as), 1394 HS/2016.
  • Khu'i, Sayyid Abul Qasim. Mabānī Takmilah al-Minhāj. Najaf: Yayasan Ihya' Astar al-Imam Al-Khu'i, 1410 H.
  • Khu'i, Sayyid Abul Qasim. Minhāj as-Shālihin. Qom: Dar al-Ilm, 1410 H.
  • Khu'i, Sayyid Abul Qasim. Shirāh a-Najāh. Tehran: Daftar-e Nasyr-e Barguzide, 1416 H.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kāfī. Editor: Ali AKbar Ghaffari. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1407 H.
  • Mir Muhammad SHadeqi, Husein. Jara'em Alaih Amniyat Wa Asayesy-e Umumi. Tehran: Nasyr-e Mizan. Cet. 16, 1389 HS/2011.
  • Muhaqqiq Khansari, Husein. Masyāriq as-Syumūs Fī Syarh ad-Durūs. Qom: Yayasan Āl al-Bait (as).
  • Muhsini, Muhammad Ashif. Hudūd as-Syar'iyyah. Qom: Bustan-e Ketab, 1429 H.
  • Muqaddas Ardabili, Ahmad bin Muhammad. Majma' al-Fā'idah Wa al-Burhān Fī Syarh Irsyād al-Adzhān. Qom: Nasyr-e Eslami, 1379 HS/2001.
  • Musawi Bujnurdi, Sayyid Muhammad Hasan. Al-Qawā'id al-Fiqhiyyah. Qom: Esma'iliyan, 1410 H.
  • Najafi, Muhammad Husain. Jawāhir al-Kalām Fī Syarh Syarāi' al-Islām. Riset: Muhammad Qucani. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-Arabi. Cet. 7, 1362 HS/1984.
  • Narraqi, Ahmad. 'Awā'id al-Ayyām Fī Bayān Qawā'id al-Ahkām Wa Muhimmāt Masā'il al-Halāl Wa al-Harām. Qom: Daftar-e Tablighat-e Hauze-e Ilmiye, 1417 H.
  • Nur Mufidi, Sayid Mujtaba. Qa'ede-e Hurmat-e Ehanat Be Muqaddasat. Riset: Mahdi: E'lai. Qom: Yayasan Bustan-e Ketab, 1400 HS/2022.
  • Saifi Mazandarani, Ali Akbar. Mabānī al-Fiqh al-Fa'āl Fī al-Qawā'id al-Fiqhiyyah al-Asāsiyyah. Qom: Daftar-e Entesyarat-e Eslami, 1425 H.
  • Salar Dailami, Hamzah bin Abdul Aziz. Al-Marāsim al-'Alawiyyah Fī an-Nabawiyyah. Riset: Sayyid Muhsin Husaini Amini. Qom: Al-Mu'awiniyyah at-Tsaqafiyyah Li al-Majma' al-Alami Li Ahl al-Bait, 1414 H.
  • Subhani, Ja'far. Al-Hajj Fī as-Syarī'ah al-Islamiyyah al-Gharrā'. Qom: Yayasan Imam Shadiq (as), 1424 H.
  • Syahid Awal, Muhammad bin Makki. AlQawā'id Wa al-Fawā'id. Riset: Sayyid Abdul Hadi Hakim. Qom: Nasyr-e Ketabfurusyi Mufid.
  • Syahid Tsani, Zainuddin bin Ali. Ar-Raudhah al-Bahiyyah Fī Syarh al-Lum'ah ad-Damisyqiyyah. Qom: Maktabal-I'lam al-Islami, 1410 H.
  • Syekh Anshari, Murtadha. Kitāb al-Makāsib. Nasyr Turats as-Syekh al-A'dzham.
  • Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Muqni'ah. Qom: Konggres Syekh Mufid, 1413 H.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Khilāf. Qom: Yayasan Nasyr-e Eslami, 1407 H.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. An-Nihāyah Fī Mujarrad al-Fiqh Wa al-Fatāwā. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1400 H.
  • Tabrizi, Jawad. Risālah Fī Labs as-Sawād-Al-Anwār al-Ilāhiyyah. Qom: Dar as-Shiddīqah as-Syahīdah, 1422 H.
  • Tabrizi, Jawad. Usus al-Hudūd Wa at-Ta'zīzāt. Qom: Percetakan Mehr, 1373 HS/1995.
  • Thabathabai Yazdi, Sayyid Muhammad Kazim. Al-'Urwah al-Wutsqā. Beirut: Yayasan al-A'lami Li al-Mathbu'at, 1420 H.
  • Thabathabai, Sayyid Muhammad Husein. Al-Mīzān Fī Tafsīr al-Qur'ān. Qom: Entesyarat-e Jame'e-e Mudarrisin, 1417 H.
  • Thabathabai, Sayyid Muhammad Sa'id. Minhāj as-Shālihīn. Beirut: Dar as-Shawwah, 1415 H.
  • Zera'at, Abbas. Syarh-e Qanun-e Mujazat-e Eslami. Tehran: Entesyarat-e Quqnus, 1394 HS/2016.

Templat:AKhir