Dua Kalimat Syahadat

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia

Furu'uddin

Salat

Wajib: Salat JumatSalat IdSalat AyatSalat Mayit


Ibadah-ibadah lainnya
PuasaKhumusZakatHajiJihadAmar Makruf dan Nahi MungkarTawalliTabarri


Hukum-hukum bersuci
WudhuMandiTayammumNajasatMuthahhirat


Hukum-hukum Perdata
PengacaraWasiatGaransiJaminanWarisan


Hukum-hukum Keluarga
PerkawinanPerkawinan TemporerPoligamiTalakMaharMenyusuiJimakKenikmatanMahram


Hukum-hukum Yudisial
Putusan HakimBatasan-batasan hukumKisas


Hukum-hukum Ekonomi
Jual Beli (penjualan)SewaKreditRibaPinjaman


Hukum-hukum Lain
HijabSedekahNazarTaklidMakanan dan MinumanWakaf


Pranala Terkait
BalighFikihHukum-hukum SyariatBuku Panduan Fatwa-fatwaWajibHaramMustahabMubahMakruhDua Kalimat Syahadat

Dua Kalimat Syahadat atau Syahadatan (bahasa Arab: الشهادتان) adalah kesaksian akan keesaan Tuhan dan risalah Nabi Muhammad saw dan mengakui bahwa Tauhid dan Nubuwah atau Kenabian termasuk dari prinsip-prinsip Islam. Syahadatain dianggap sebagai batas antara Islam dan kekafiran. Seseorang yang mengucapkan dua kalimat syahadat, dianggap Muslim dan aturan-aturan Islam berlaku atasnya. Muslimin dalam bacaan tasyahhud di setiap salat, azan dan iqamah mengucapkan syahadatain di lisan mereka.

Para fakih Syiah telah berbicara tentang dua kalimat syahadat di berbagai bab fikih. Menurut fatwa mereka, mengucapkan syahadatain dalam salat mayit setelah takbir pertama adalah hal yang wajib dilakukan, dan menalkinkan dua kalimat syahadat kepada seorang yang sekarat dan menuliskannya di kain kafan mayit adalah hal yang mustahab.

Dua kalimat Syahadat juga mendapat perhatian khusus dalam arsitektur Islam, seni kaligrafi dan pencapan mata uang logam.

Definisi

Syahadatain adalah bersaksi akan keesaan Tuhan dan misi risalah Nabi Muhammad saw. [1] Menurut penuturan para fakih, syahadatain dengan mengucapkan dua kalimat berikut atau kandungan isinya sudah akan terwujud: "أشْهَدُ أنْ لا الهَ الاّ الله و أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللّه Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah."[2] Menurut penuturan Syekh Shaduq, Syahadatain adalah pengakuan terhadap Tauhid dan Kenabian sebagai dua prinsip dari prinsip-prinsip agama Islam.[3]

Nilai Fikih dan Hukum

Dalam pandangan umat Islam, syahadatain adalah batas antara Islam dan kekafiran; artinya, seseorang yang dengan lisannya mengucapkan dua kalimat syahadat, berarti aturan-aturan Islam berlaku padanya;[4] Antara lain, tubuhnya suci dan jiwa serta hartanya adalah terhormat.[5]

Menurut Syekh Shaduq, dalam beberapa riwayat, iman telah ditafsirkan dengan syahadatain. [6] Menurut pandangan Allamah Thabathabai (wafat, 1381-1281), iman memiliki tingkatan yang mana tingkatan pertamanya adalah keyakinan di dalam hati dan percaya pada kandungan syahadatain, yang mengarah pada pelaksanaan cabang-cabang aturan Islam.[6]

Dalam kitab-kitab fikih syahadatain disebutkan di bagian-bagian hukum-hukum orang meninggal dalam bab taharah[7] berniaga [8], salat[9], dan jihad[10].

Adab dan Aturan

  • Menurut pandangan sebagian besar fukaha Syiah, mengucapkan syahadatain dalam salat mayit setelah takbir pertama adalah wajib. Sebagian fukaha lain menganggapnya mustahab.[11]
  • Menalkinkan syahadatain dan keimamahan para Imam as kepada orang yang sedang sekarat adalah hal mustahab.[12]
  • Hukumnya mustahab untuk menulis di atas kain kafan seorang yang meninggal dunia bahwa dia telah bersaksi dengan mengucapkan syahadatain.[13]
  • Sebagian besar fukaha menganggap bahwa ucapan syahadatain itu adalah hal yang mustahab diucapkan bagi Imam Jumat dalam khotbah salat Jumat.[14]
  • Menurut penuturan Shahib Jawahir, mengucapkan syahadatain ketika menetap di tempat usaha, termasuk salah satu adab dan norma perniagaan atau berbisnis .[15]

Penggunaannya dalam Budaya Islam

Penggunaan syahadatain dalam arsitektur Islam

Dalam doa-doa, ritual dan manasik umat Islam, istilah syahadatain banyak digunakan.[16] Misalnya, digunakan oleh umat Islam dalam ucapan tashahhud di setiap salat mereka [17] dan juga dalam adzan dan iqamah[18] mereka mengucapkan syahadatain di lisan mereka.

Syahadatain juga mendapat perhatian khusus dalam arsitektur Islam, seni kaligrafi dan pencapan mata uang logam.[19], dan jihad[20]


Pranala Terkait

Catatan Kaki

  1. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.41, hlm.630.
  2. Untuk percontohan lihat: Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.41, hlm.630.
  3. Lihat: Syekh Shaduq, Man La Yahdhuru hu al-Faqih, jld.1, hlm.299.
  4. lihat: Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.41, hlm.630; Thaba'thabai, al-Mizan, jld.1, hlm.301-303.
  5. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.41, hlm.630.
  6. Thaba'thabai, al-Mizan, jld.1, hlm.301-303.
  7. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.41, hlm.630; Yazdi Thaba'thabai, al-Urwah al-Wustha, jld.1, hlm.417.
  8. Untuk percontohan lihat: Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.22, hlm.452.
  9. Untuk percontohan lihat: Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.10, hlm.245, 246, 264.
  10. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.41, hlm.630.
  11. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.12, hlm.40.
  12. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.4, hlm.14.
  13. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.9, hlm.224.
  14. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.11, hlm.216; Najafi, Kasyf al-Ghita, jld.3, hlm.255.
  15. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.22, hlm.452.
  16. Untuk percontohan lihat: Syekh Thusi, Misbah al-Mutahajjid, jld.1, hlm.15, 16, 49.
  17. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.10, hlm.245-246.
  18. Syekh Thusi, Misbah al-Mutahajjid, jld.1, hlm.29; Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.9, hlm.81-82.
  19. Untuk percontohan lihat: Afrugh, Madhamin va Anasir syi'i dar Hunare Asre Shafavi ba negahi be Hunare qali bali, Neghargari va Felezkari, jld.48, hlm.48.
  20. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld.41, hlm.630. «Mengkaji peran agama Syiah dalam seni dan arsitektur para keturunan imam di Iran (Barresi Naqsye Mazhabe Syieh bar Hunar va Me’marie Imam Zadegane Iran)».


Daftar Pustaka

  • Abbas Zadeh dan Teman-Teman. Barresi Naqsye Mazhabe Syieh bar Hunar va Me’marie Imam Zadegane Iran(Mengkaji peran agama Syiah dalam seni dan arsitektur para keturunan imam di Iran). Terbitan 2 Mehr 1395 HS. Dilihat 30 Dey 1398 HS.
  • Afrugh, Muhammad. Madhamin va Anasir syi'i dar Hunare Asre Shafavi ba negahi be Hunare qali bali. Neghargari va Felezkari. Muthalat Irani, No. 20. Musim Gugur 1390 HS.
  • Najafi, Jakfar bin Khidhr. Kasyf al-Ghita ‘An Mubhamat al-Syari’ah al-Aza’. Qom. Kantor Tablighat Islami Hauzah Ilmiyah Qom. 1422 H.
  • Najafi, Muhammad Hasan. Jawahir al-Kalam fi Syarhi Syarai al-Islam. Beirut. Dar ihya al-Thurast al-Arabi. 1404 H.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. Man La Yahdhuruhu al-Faqih. Kantor penerbitan Islami berafiliasi dengan Jamiah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom. 1413 H.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Misbah al-Mutahajjid wa Silah al-Mutaabbid. Beirut. Muasasah Fiqh al-Syiah. 1411 H.
  • Thaba'thabai, Sayid Muhamamd Husein. Al-Mizan fi Tafsir al-Quran. Qom. Kantor penerbitan Islami berafiliasi dengan Jamiah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom. 1417 H.
  • Yazdi Thaba'thabai, Sayyid Muhammad Kazhim. Al-Urwah al-Wustha fi ma Taummu bihi al-Balwa. Beirut. Muassasah al-A’lami lil Mathbu’at. 1409 H.