Fikih

Prioritas: a, Kualitas: a
Dari wikishia
(Dialihkan dari Fiqih)

Furu'uddin

Salat

Wajib: Salat JumatSalat IdSalat AyatSalat Mayit


Ibadah-ibadah lainnya
PuasaKhumusZakatHajiJihadAmar Makruf dan Nahi MungkarTawalliTabarri


Hukum-hukum bersuci
WudhuMandiTayammumNajasatMuthahhirat


Hukum-hukum Perdata
PengacaraWasiatGaransiJaminanWarisan


Hukum-hukum Keluarga
PerkawinanPerkawinan TemporerPoligamiTalakMaharMenyusuiJimakKenikmatanMahram


Hukum-hukum Yudisial
Putusan HakimBatasan-batasan hukumKisas


Hukum-hukum Ekonomi
Jual Beli (penjualan)SewaKreditRibaPinjaman


Hukum-hukum Lain
HijabSedekahNazarTaklidMakanan dan MinumanWakaf


Pranala Terkait
BalighFikihHukum-hukum SyariatBuku Panduan Fatwa-fatwaWajibHaramMustahabMubahMakruhDua Kalimat Syahadat

Fikih adalah sebuah disiplin ilmu untuk memperoleh hukum-hukum syariat atau kewajiban agama bagi kaum muslimin. Subyek fikih adalah perbuatan-perbuatan mukallaf atas dasar ikhtiyar. Sebagai contoh salat, puasa, zakat, haji, jual-beli, pernikahan, dan talak adalah diantara pembahasan yang dibahas dalam fikih.

Para fukaha berpendapat bahwa tujuan disusunnya ilmu fikih adalah untuk mengatur kehidupan duniawi dan kebahagiaan mereka di akhirat berdasarkan sumber-sumber rujukan seperti Al-Qur'an dan Sunah. Sebagian dari fukaha berpendapat bahwa ilmu fikih adalah sebaik-baiknya ilmu setelah pengetahuan tentang Allah swt. Sebagian dari fukaha menganggap bahwa mempelajari ilmu fikih dengan memperhatikan Ayat Nafar hukumnya adalah wajib kifa'i.

Ada perbedaan pendapat diantara fukaha kaum muslimin terkait setruktur dari ilmu fikih: sebagian berpendapat bahwa fikih meliputi semua aspek baik itu sosial, politik, militer, dan budaya seorang mukallaf. Sebagian yang lain berpendapat fikih hanya bertanggungjawab dalam menjelaskan sebagian dari persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kehidupan mukallaf.

Dikatakan selama masa hidup Nabi saw yang dinamakan sebagai masa perumusan fikih atau masa pensyariatan, kaum muslimin mengambil hukum-hukum agama mereka dari Al-Qur'an dan sunah Nabi saw yang mencakup perkataan, perbuatan dan ketetapannya. Setelah wafatnya Nabi saw dan dengan terpecahnya kaum muslimin menjadi dua mazhab Sunni dan Syiah, muncullah dua macam aliran dalam fikih Islam:

Syiah hanya menganggap dan mengambil hukum-hukum syariat mereka dari Imam Ali as dan para Imam Maksum as dari keturunannya, sebab mereka adalah penerus Nabi saw, penafsir Al-Qur'an serta sunnah Nabi saw. Sementara Ahlusunah bersandar kepada sahabat dan para sahabat memberi fatwa dengan mengacu pada Al-Qur'an dan sunnah Nabi saw melalui ijtihad mereka.

Mazhab fikih Syiah setelah masa pensyariatan dan masa hadirnya para Imam Maksum as telah melewati berbagai periode baik periode stagnan dan kemajuan dalam ijtihad fikih, dimulai dari madrasah fikih Qom dan Rey, Bagdad, Hillah, Jabal Amil, Isfahan, Karbala, Najaf dan Qom hingga sekarang. Mazhab fikih Ahlisunah pun juga setelah Periode Sahabat dan Tabi'in (dari permulaan abad ke-2 hingga permulaan abad ke-4) digabungkan dari banyaknya mazhab fikih menjadi empat mazhab fikih termasyhur yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali.

Terlepas dari mazhab fikih Syiah dan Ahlusunah, terdapat mazhab fikih Ibadhiyah dan Zaidiyah yang memiliki fikih tertulis dan masih memiliki pengikut hingga hari ini.

Urgensitas Pembahasan

Ilmu fikih termasuk dianatara ilmu yang menarik perhatian semua kelompok dan mazhab-mazhab Islam.[1] Hajwa Tsa'alibi (seorang fakih dan Ushuli yang mermazhab Maliki) menganggap ilmu fikih sebagai sebuah pencapain besar dunia Islam dan meyakini bahwa kehidupan masyarakat Islam terikat dengannya dan tidak akan berjalan tanpanya.[2]

Allamah Hilli dalam pengantar Tahrir al-Ahkam menyebutkan tentang urgensi dan kedudukan Ilmu fikih sebagai paling mulianya ilmu setelah pengetahuan tentang Tuhan. Karena murupakan pengatur kehidupan dan Ma'ad masyarakat.[3] Dia juga menganggap bahwa mempelajari ilmu fikih berdasarkan ayat Nafar sebagai kewajiban kifa'i.[4]

"Shahibul Ma'alim" menganggap ilmu fikih sebagai ilmu yang paling mulia dan terbaik setelah pengetahuan tentang Tuhan; karena pengetahuan tentang hukum-hukum Ilahi merupakan paling mulianya pengetahuan yang diperoleh dari ilmu ini dan ilmu fikih juga mengatur kehidupan praktis manusia baik dari sisi individu maupun sosial dan merupakan sumber kesempurnaan dan martabat manusia.[5]

Imam Khomeini mejelaskan terkait pentingnya dan kedudukan ilmu fikih bahwa ilmu ini adalah teori nyata dan lengkap terkait urusan menejemen manusia dari sejak lahir hingga liang lahat.[6]

Definisi

Para Fukaha muslimin[7] mendefinisikan fikih sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum syariat berdasarkan dalil-dalil terperinci.[8] Maksud dari dalil-dalil terperinci itu adalah Al-Qur'an, Sunah, Ijma', Akal dan Ushul Amaliayah seperti kaidah Istihab, Takhyir, Baraah dan Ihtiyat.[9]

Difinisi lain fikih adalah sebuah ilmu yang berhubungan dengan dengan dua jenis topik:

● Menjelaskan perbuatan-perbuatan mukallaf dan mengatur hubungan mereka dengan sang pencipta seperti, salat, puasa, zakat dan haji.

● Menjelaskan dan mengatur hubungan mukallaf dengan masyarakat dan masusia lainnya seperti jual-beli, pernikahan dan talak.[10]

Subyek Fikih dan Batasannya

Ilmu fikih membahas lima hukum yaitu, wajib, haram, mustahab, makruh, mubah dan juga keabsahan dan batal.[11] oleh karena itu, subyek dari ilmu fikih adalah perbuatan dan tindakan yang berlandaskan ikhtiyar (pilihan) mukalaf.[12]

Menurut para fukaha, tujuan dari ilmu fikih adalah mengatur kehidupan duniawi (baik secara individu ataupun sosial) untuk meraih kebahagiaan akhirat.[13]

Sumber-Sumber Rujukan Fikih

Menurut semua fukaha kaum muslimin Al-Qur'an merupakan sumber rujukan utama dalam menyimpulkan hukum syariat.[14] Namun, terkait dengan sumber-sumber rujukan fikih selain Al-Quran, ulama mazhab-mazhab Islam memiliki perbedaan pendapat, diantaranya:

Syiah

Fukaha Syiah selain bersandar kepada Al-Qur'an dalam menyimpulkan hukum syar’i juga bersandar pada Sunnah, Ijma' dan Akal.[15] Tetapi kelompok Akhbari dari fukaha Syiah menganggap bahwa penyimpulan hukum hanya dapat diperoleh dari Al-Qur'an dan Sunnah saja.[16] Sebagian dari mereka seperti Muhammad Amin Istarabadi meragukan terkait bisa atau tidaknya bersandar pada zhahir Al-Qur'an dan ia percaya bahwa yang menjadi lawan bicara Al-Qur'an hanyalah Ahlulbait as dan para mujtahid tidak dapat bersandar kepada zhahir Al-Qur'an dalam menyimpulkan hukum syariat.[17] Sebaliknya, sebagian fukaha seperti Muhammad Shadiqi Tehrani (Seorang fakih dan mufasir Syiah: 1305-1390 S) menganggap Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber rujukan dalam menyimpulkan hukum.[18]

Ahlusunah dan Perbedaannya dengan Syiah

Fukaha empat mazhab Ahlusunah selain Al-Qur'an, Sunnah dan Ijma' juga bersandar kepada Qiyas dalam menyimpulkan hukum.[19] Sunnah merurut para fukaha Ahlusunah hanya terbatas pada perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi saw.[20] Sementara fukaha Syiah menganggap perkataan, perbuatan dan ketetapan para Imam maksum as sama seperti halnya Sunnah Nabi saw dan dapat dijadikan sumber untuk menyimpulkan hukum syar’i.[21] Fukaha Ahlusunah percaya Ijma' itu sendiri sebagai hujjah dan rujukan tersendiri dalam menyimpulkan hukum syariat;[22] tetapi menurut fukaha syiah, Ijma' dapat diakui kehujahannya ketika menyingkap dari perkataan Imam Maksum as.[23]

Ahlusunah juga bersandar pada rujukan sekunder seperti Istihsan, Mashalih Mursalah dan Sad al-Dzarai' dalam menyimpulkan hukum Syar'i.[24] Tetapi, Muhammad bin Idris Syafi'i (Pendiri Mazhab Syafi’i dalam fikih Ahlusunah) dari tiga hal di atas hanya menerima Sad al-dzarai'.[25] Sementara menurut fukaha Syiah tidak ada satupun darinya diakui keabsahannya dalam menyimpulkan hukum syariat.[26]

Menurut Muhammad Abu Zuhra (W. 1395 H) seorang fakih dan ahli sejarah Ahlusunah, fukaha Zaidiyah yang merupakan pecahan dari Mazhab Syiah mengikuti Mazhab fikih Hanafiyah dalam menyimpulkan sebagian hukum dengan menggunakan Qiyas, Istihsan dan Mashalih Mursalah.[27]

Ranah Ilmu Fikih

Menurut Mahdi Mehrizi seorang sarjana fikih asal Iran, tidak ada perbedaan apakah fikih mencakup perbuatan individu atau sosial mukalaf; tetapi terdapat perbedaan pendapat apakah fikih memiliki pandangan dalam semua aspek sosial manusia dan dapat menjelaskan hukum semua itu atau hanya menjelaskan sebagiannya saja.[28]

Menurut pandangan Imam Khomeini hukum-hukum fikih mengatur semua aspek kehidupan sosial manusia. Dia menganggap bahwa pemerintah dapat menangani fikih praktis dalam semua aspek sosial, politik, militer dan budaya.[29] Juga dalam kitab Mausu’ah al-Fikhiyah al-Kuwaitiyah (Mausu’ah fikih Ahlusunah dalam 45 jilid) mengklaim bahwa ilmu fikih memiliki solusi untuk semua persoalan manusia, sebab tidak ada satu pun perbuatan yang berasal dari manusia melainkan ia memiliki hukum syar’i dan ilmu fikih bertanggungjawab untuk menjelaskan hal itu.[30]

Bersebrangan dengan pendapat ini, sebagian dari penulis kontemporer seperti Abdul Karim Sorousy dan Muhammad Mujtahid Syabestari mengingkari bahwa ilmu fikih dapat menjawab semua kebutuhan individu dan sosial kehidupan manusia.[31]

Menurut Sorousy, hanya sebagian kecil dari persoalan masyarakat yang merupakan persoalan fikih. Adapun terdapat banyak persoalan-persoalan lainnya yang berkaitan dengan politik dan ekonomi dimana ilmu fikih tidak memiliki jalan keluar untuk menyelesaikan hal itu di tengah masyarakat dan untuk menyelesaikannya dibutuhkan ilmu yang merupakan produk rasional dan pengalaman manusia.[32]

Mujtahid Syabestari mengatakan bahwa teks-teks agama terkait dengan politik, yaitu masalah yang berkaitan dengan Hudud, Diyat, Kisas, Peradilan dan lain-lain ditafsirkan dengan sejarah, sebab kebayakan persoalannya itu berupa tanya-jawab para masa muncul hukum itu dan hukumnya itu sesuai sejalan dengan masa sekarang.[33]

Ruang Lingkup Subyek Ilmu Fikih

Subyek-subyek yang berkaitan dengan hukum syariat secara umum terbagi menjadi dua:

● Subyek "Sirfah": Adalah subyek yang tidak memerlukan argumentasi dan sagat gamblang sehingga siapapun dapat memahaminya.[34] Seperti maksud dari air merupakan suatu yang jelas untuk semua orang dan tidak perlu pada ijtihad untuk dapat memahaminya.[35]

Menurut pendapat semua fukaha kaum muslimin penjelasan terkait subyek-subyek ini di luar tanggungjawab ilmu Fikih.[36]

● Subyek-subyek "Mustanbathah": Adalah subyek-subyek yang tidak jelas untuk semua orang dan untuk mengidentifikasi batasan-batasanya membutuhkan pada dalil dan argumentasi.[37] Subyek-subyek ini terbagi menjadi tiga kategori:

1. Subyek-subyek Syariat: adalah subyek-subyek yang berasal dari Allah swt seperti, Salat, wudu, mandi dan tayamum.[38] Menurut pandangan semua fukaha, penjelasan terkait dengan subyek-subyek ini merupakan tanggungjawab fikih.[39]

2. Subbyek-subyek Uruf: adalah subyek-subyek dimana terkait dengan identifikasi pengertian dan batasan-batasannya merupakan tanggungjawab uruf.[40]

3. Subyek-subyek Leksikal: adalah subyek-subyek dimana terkait dengan identifikasi batasan-batannya tidak mudah untuk semua orang dan perlu bersandar kepada kaidah-kaidah leksikal dan aturan-ataurannya menurut ahli bahasa.[41]

Terdapat perbedaan pendapat terkait dengan tugas seorang fakih dalam hal mengidentifikasi subyek-subyek mustanbithah, uruf dan leksikal.[42] Para fukaha seperti Mirza Qummi,[43] Muhammad Kazhim Thabathaba’I Yazdi[44] dan Shahib al-Jawahir[45] menekankan bahwa terkait dengan penjelasan subyek-subyek ini diluar dari tugas seorang fakih. Sebaliknya, fukaha seperti Sayid Muhsin Hakim dan Sayid Abul Qasim Khui menekankan akan peranan seorang fakih dalam menerangkan subyek-subyek tersebut.[46]

Kasyful Ghitha membedakan terkait dengan subyek-subyek uruf dan leksikal yang kompleks dari yang sederhana. Subjek kompleks, menurutnya tidak dapat dibedakan kecuali dengan bersandar kepada argumentasi syariat. Oleh karena itu, subyek-subyek syariat seperti ini adalah tanggungjawab seorang fakih.[47]

Madrasah-madrasah Fikih

Terdapat dua mazhab fikih dalam dunia Islam yaitu mazhab fikih Syiah dan mazhab fikih Ahlisunah, masing-masing mazhab memiliki berbagai madrasah-madrasah dan prinsip yang berbeda.[48]

Madrasah-Madrasah Fikih Syiah

Madrasah-madrasah fikih Syiah setelah masa hadirnya para Imam Maksum as (Setelah Gaib al-Kubra) adalah sebagai berikut:[49]

No Nama Madrasah Tanggal Pendirian Fukaha terkenal Karya Terpenting Fikih Cirikhas
1 Qom dan Rey Pertengahan paruh pertama abad ke-4 Hijriyah hingga pertengahan pertama abad ke-5 Hijriyah Ali bin Ibrahim Qummi, Muhammad bin Ya'qub Kulaini, Ali bin Babawaih Qummi, Syekh Shaduq Al-Kafi, Al-Syarai', Man La Yahdhuruhu al-Fakih, Al-Muqni' Menulis dan membuat perbab sumber rujukan riwayat, Kelaziman fikih riwai
2 Bagdad Abad ke-4 Hijriyah Ibnu Aqil Amani, Ibnu Junaid Eskafi, Syekh Mufid, Sayid Murtadha, Syekh Thusi Al-Ahmadi fi al-Fiqh al-Muhammadi, Al-Mustamsik bi Habl Ali al-Rasul, Al-Muqni'ah, Al-Mabsuth Dimulainya penulisan Ilmu Ushul, Penggunaan dalil rasional dalam dalam menyimpulkan hukum
3 Hillah Akhir Abad ke-6 Hijriyah Ibnu Idris Hilli, Muhaqiq Hilli, Ahmad bin Thawus Hilli, Yahya bin Sa'id Hilli, Allamah Hilli Al-Sarair, Al-Mu'tabar, Syarai' al-Islam, Al-Jami' al-Syarai', Tahrir al-Ahkam, Mukhtalaf al-Syiah Penyusunan teks-teks fikih argumentative, Kemajuan ilmu Ushul fikih, Pengkategorian cara terbaru bab-bab fikih
4 Madrasah Jabal Amil Abad ke-8 Hijriyah Syahid Awwal, Syahid Tsani, Hasan bin Zainuddin, Sayid Muhammad Musawi Amili Al-Lum'ah al-Dimisyqiyah, Masalik al-Afham, Madarik al-Ahkam, Muntaqa al-Juman Penulisan kaidah-kaidah fikih, pengkoreksian hadis-hadis Kutub Arba'ah, Pemaparan baru pembahasan-pembahasan ilmu Rijal, Pengkoreksian dan penyusunan pembahasan Ushul, Fokus kepada sanad hadis
5 Madrasah Isfahan Abad ke-10 Hijriyah Muhaqiq karaki, Syekh Baha'i, Muhammad Taqi Majlisi, Muhaqiq Khurasani, Fadhil Hindi, Muhaqiq Ardebili, Faidh Kasyani Jami' al-Maqasid, Raudhah al-Muttaqin, Majma' al-Faidah wa al-Burhan, Mafatih al-Syarai', Kasyf al-Litsam Penulisan Mausu'ah Riwai, Fokus kepada fikih politik
6 Madrasah Karbala Abad ke-12 Hijriyah Muhammad bagir Behbahani, Sayid Ali Thabathaba'i, Sayid Jawad Husaini Amili, Mulla Mehdi Naraqi, Mirza Qummi, Sayid Muhsin A'raji Riyadh al-Masail, Mustanad al-Syiah, Jami' al-Syitat, Miftah al-karamah Memerangi Akhbari, menghidupkan kembali fikih Ijtihadi, Mengembangkan Ilmu ushul Fikih
7 Madrasah Najaf Abad ke-13 Hijriyah Muhammad Hasan Najafi, Syekh Anshari, Akhund Khurasani, Sayid Muhammad Kazhim Thabathaba'i Yazdi, Aqa Ridha Hamedani, Sayid Muhsin Hakim, Sayid Abul Qasim Khui Jawahir Al-Kalam, Makasib, Urwatul Wutsqa, Misbah al-Faqih, Mustamsik fi al-Urwah al-Wutsqa, Al-Tanqih Evolusi dalam fikih argumentative, Inovasi fikih dan Ushul, Munculnya Taqrir dalam fikih dan ushul fikih
8 Madrasah Qom Abad ke-14 Hijriyah Syekh Abdul Karim Hairi Yazdi, Sayid Husain Burujurdi, Sayid Ruhullah Khomeini, Muhammad Ali Araki, Sayid Muhammad Ridha Gulpaygani, Muhammad Fadhil Lankarani, Husain Ali Muntazheri Tahrir al-Wasilah, Al-Dur al-Mandhud fi Ahkam al-Hudud, Dirasat fi Wilayat al-Faqih, wa Fiqh al-Daulah al-Islamiyah, Tafsil al-Syari'ah Berfokus pada pembahasan fikih pilitik, Masuknya pembahasan-pembahasan fikih dalam undang-undang dasar, Memunculkan persoalan-persoalan baru seperti bank, asuransi, dan persoalan-persoalan baru fikih kedokteran

Madrasah Fikih Ahlusunah

Fikih Ahlusunah juga memiliki banyak madrasah fikih dimana sebagiannya telah punah.[50] Mereka yang bertahan hingga hari ini adalah empat mazhab yaitu Mazhab fikh Hanafi, Maliki Syafi’I dan Hanbali.[51]

No Nama Madrasah Pendiri Fukaha Terkenal Karya Terpenting dalam Fikih Cirikhas
1 Hanafi Abu Hanifah (W. 150 H) Abu Yusuf, Muhammad bin al-Hasan Syaibani, Abdullah bin Ahmad Nasafi, Muhammad bin Ali Hashkafi, Syamsul Aimah Sarkhasi Al-Atsar, Al-Mabsuth, Kanz al-Daqaiq (fi Al-Fiqh al-Hanafi), Al-Dur al-Mukhtar Perhatian pada Qiyas, Istihsan dan Mashalih Mursalah, Ketika tidak adanya hukum yang pasti dari Rasulullah dan para Sahabat
2 Maliki Malik bin Anas (W. 179 H) Abdurrahman bin Qasim, Asad bin Furat Tunisi, Abu Bakar baqalani, Ibnu Rusyd, Syathibi, Abul Barkat Ahmad bin Muhammad Dardir Muwatha’ al-Asadiyah, Al-Anshaf, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Maqasid, Al-Muwafaqad, Al-Syarh al-Kabir Perhatian kepada tindakan orang Madinah bersama Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ dalam menyimpulkan hukum, dan urutan berikutnya adalah Qiyas dan Mashalih Mursalah
3 Syafi'i Muhammad bin Idris Syafi’I (W. 204 H) Ismail bin Yahya Muzani, Ibnu Hajar Haitsami, Ibrahim bin Muhammad Dasuqi, Jalaludin Suyuthi, Ali bin Muhammad Mawardi, Yahya bin Sarf Nawawi Al-Um, Mukhtashar al-Muzani, Al-Hawi al-Kabir, Al-Iqna’ fi al-Fiqh al-Syafi’I, Raudhatu al-Thalibin Beramal berdasarkan Qiyas sekalipun ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah, ketidak hujjahan Istihsan dan Mashalih Mursalah
4 Hanbali Ahmad bin Hanbal (W. 241) Abu al-Khithab Bagdadi, Ibnu Qudamah Maqdisi, Ibnu Taimiyah Harani, Mashur bin Yunus Bahuti Al-Hidayah, Al-Mugni, Kasyaf al-Qina' Ahli hadis dan beramal berdasarkan fatwa Sahabat, Mencari pembenaran hadis baik hadis dhaif dan mursal atas Qiyas.[52]

Struktur Ilmu Fikih

Ilmu fikih mencakup berbagai macam persoalan[53] untuk penjelasan tersusun dan terperinci terkait persoalan ilmu ini, dijelaskan dalam Jawami’ Fiqh dalam subyek bab-bab fikih atau kitab-kitab fikih.[54]

Pembagian bab fikih yang dilakukan oleh Muhaqiq Hilli dalam kitabSyarai’ al-Islam merupakan salah satu perkategorian paling masyhur dalam fikih Syiah dan mempengaruhi para fukaha setelahnya.[55] Ia membagi semua hukum-hukum fikih menjadi empat kategori umum yaitu ibadah, 'uqud (kontrak), Iqa' dan hukum-hukum. Dalam setiap kategori itu disusun juga bab-bab fikih yang berkaitan.[56]

Abu Hamed Gazali dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din,[57] Ibnu Jizi Kalbi, (seorang fakih barmazhab Maliki abad ke-8 H) dalam kitab Al-Qawanin al-Fiqhiyah.[58] Muhammad Syaltut dalam kitab Al-Islam Aqidatun wa Syari’ah,[59] Musthafa Ahmad al-Razak dalam kitab Madkhal al-Fiqh al-‘Am,[60] dan Wahbah Zuhaili dalam kitab Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu[61] termasuk di antara Ulama’ dan fukaha Ahlusunah yang telah menjelaskan bab-bab untuk setipa persoalan-persoalan fikih.

Sejarah Singkat Fikih Islam

Hukum-hukum fikih ditemukan bersamaan dengan munculnya agama Islam.[62] Kaum Muslimin di masa Nabi saw mengamalkan hukum-hukum Ilahi sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah (perkataan, Perbuatan dan ketetapan) Nabi saw. Pada masa ini, Nabi saw adalah satu-satunya sumber rujukan untuk memperoleh hukum syar’i;[63] Beberapa peneliti menamai masa Nabi saw sebagai masa perumusan fikih atau masa pensyariatan.[64]

Sepeninggal Nabi saw dengan berlalunya masa dan munculnya persoalan-persoalan baru, Ahlusunah bersandar kepada para Sahabat dan Tabi’in dimana mereka menjelasakan hukum-hukum syari’at dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Apabila dalam sebuah subyek tidak ditemukan hukumnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah, mereka berijtihad dan memberikan fatwa terkait hal itu.[65]

Selain dari pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw Syiah juga bersandar kepada Imam-Imam mereka dan Syiah menganggap perkataan para imam seperti halnya perkataan Nabi saw.[66] Dari sini, mucullah dua mazhab besar dalam fikih Islam, yaitu mazhab fikih Imamiyah dan Ahlusunah.[67]

Mazhab fikih Ahlusunah setelah masa Sahabat dan Tabi’in (dari abad ke-2 hingga permulaan abad ke-4 H) dari banyaknya mazhab fikih yang ada bersatu menjadi empat mazhab fikih terkenal yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali.[68]

Setelah itu dari permulaan abad ke-4 hingga abad ke-13 H pergerakan ijtihad dalam fikih Ahlusunah mengalami penurunan dikarenakan bertaklid kepada empat mazhab fikih, pada masa ini para fukaha mereka mulai menyusun karya-karya fikih, meskipun demikian mereka tidak membuat kemajuan yang berarti.[69]

Dengan berkuasanya pemerintahan Otoman pada abad ke-13 H (dari tahun 1387 Hijriyah)[70] dan di karenakan luasnya cakupan undang-undang untuk mengatur urusan masyarakat dan negara, maka terbitlah majalah Al-Ahkam al-Adilah,[catatan 1] fikih Hanafi pun mendapat perhatian dan mengalami perkembangan.[71] Selama bertahun-tahun lembaga fikih dan fatwa pemerintahan Ottoman hanya mengeluarkan mengeluarkan fatwa sesuai dengan mazhab Hanafi sebab Hanafi adalah mazhab fikih resmi pemerintahan tersebut, sampai sekelompok reformis dan intelektual menentang batasan itu, mereka menggunakan semua mazhab dalam membuat undang-undang Islam.[72]

Menurut beberapa peneliti, mazhab fikih Syiah telah melewati 7 periode sejarah dimulai pasca masa pensyariatan yaitu periode hadirnya para Imam maksum as hingga masa sekarang.[73] tujuh periode ini yaitu periode pembentukan atau pembagian bab-bab fikih (dari pertengahan abad ke-4 hingga pertengahan abad ke-5 H), masa reformasi dalam fikih dan Ijtihad (abad ke-5 H), periode setagnan dan taklid (dari pertengahan kedua dari abad ke-5 hingga akhir abad ke-6 H), periode kebangkitan fikih (dari akhir abad ke-6 hingga permulaaan abad ke-11 H), periode munculnya gerakan Akhbari (abad ke-11 hingga akhir abad ke-12 H), periode kebangkitan Ijtihad (abad ke-13 H), periode inovasi fikih (dari abad ke-13 H), dan periode masuknya fikih ke dalam berbagai bidang sosial (dari abad ke-14 H hingga sekarang).[74]

Selain dari mazhab-mazhab fikih Syiah dan Ahlusunah, ada juga mazhab fikih Ibadhiyah dan Zaidiyah dimana mereka tetap eksis sampai hari ini.[75] Musthafa Ahmad al-Zarqa seorang fakih dan ulama Ahlusunah mengatakan bahwa mazhab fikih Ibadhiyah dan Zaidiyah dalam sisi ushulnya (aturan-aturan dasar) sama seperti Ahlusunah.[76]

catatan

  1. Majalah ini memuat 1.851 artikel hukum dan memuat 16 buku dengan topik jual beli, sewa, jaminan, pengiriman uang, hipotek, amanah, hadiah, perampasan, penghancuran, usaha bersama, perwakilan, perdamaian, pembebasan, syuf'ah, haji, pemaksaan, pengakuan, gugatan, penghakiman, bukti-bukti dan sumpah. Majalah ini disusun atas perintah pemerintah Ottoman untuk menyimpulkan materi peradilan dan disiplin hukum perdata dari teks fikih Hanafi dan menggunakannya di pengadilan. (Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi Al-'Am, 1425 H, jld. 1 , hlm. 226-227).

Catatan Kaki

  1. Fadhli, Mabadi 'Ilm al-Fiqh, jld. 1, hlm. 19
  2. Hajawa, al-Fikr al-Sami fi Tarikh al-Fiqh al-Islami, jld. 1, hlm. 68-71
  3. Allamah Hilli, Tahrir al-Ahkam, jld. 1, hlm. 40
  4. Allamah Hilli, Muntaha al-Mathlab, jld. 1, hlm. 8
  5. Amili, Ma'alim al-Din wa Maladz al-Mujtahidin, hlm. 28-29
  6. Khomeini, Shahifeye Emam, jld. 21, hlm. 289
  7. Fadhili, Mabadi 'Ilm al-Fiqh, jld. 1, hlm. 11
  8. Allamah Hilli, Muntaha al-Mathlab, jld. 1, hlm. 7; Syahid Awal, Dzikra al-Syiah, jld. 1, hlm. 40; Syahid Tsani, Tamhid al-Qawaid, hlm. 32; 'Amili, Ma'alim al-Din wa Maladz al-Mujtahidin, hlm. 33; Hajwa, al-Fikr al-Sami fi Tarikh al-Fiqh al-Islami, jld. 1, hlm. 61; Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, jld. 1, hlm. 30; Syalbi, al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih, jld. 1, hlm. 22; Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi al-'Am, jld. 1, hlm. 65
  9. Luthfi, Mabadi Feqh, hlm. 20
  10. Syalbi, al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih, jld. 17
  11. 'Amili, Ma'alim al-Din wa Maladz al-Mujtahidin, hlm. 38
  12. 'Amili, Ma'alim al-Din wa Maladz al-Mujtahidin, hlm. 38; Hajwa, al-Fikr al-Sami fi Tarikh al-Fiqh al-Islami, jld. 1, hlm. 61;Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, jld. 1, hlm. 30 & 61; A'rafi, Musawi, Gustaresy-e Mauzu-e Feqh Nesbat be Raftarhaye Javanihi, hlm. 104-105
  13. Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, jld. 1, hlm. 31; Syalbi, al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih, hlm. 23; Tim penuis, al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, jld. 1, hlm. 22; Allamah Hilli, Muntaha al-Mathlab, jld. 1, hlm. 5; Syahid Awal, Dzikra al-Syiah, jld. 1, hlm. 40; Dhiya'ifar, Ahdaf-e Ilm Feqh: Dunyawi va Ukhravi Budan Ilm Feqh, hlm. 18-19
  14. Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi al-'Am, jld. 1, hlm. 73; Mudhafar, Ushul Fiqh, jld. 2, hlm. 47
  15. Muthahari, Kuliyat Ulum-e Eslami: Ushul Fiqh va Fiqh, hlm. 16-17
  16. Bahrani, al-Durar al-Najafiyah, jld. 3, hlm. 290; Ali Pur, al-Madkhal ila Tarikh Ilm al-Ushul, hlm. 189
  17. Bahrani, al-Durar al-Najafiyah, jld. 3, hlm. 290
  18. Shadiqi Tehrani, Ilm Ushul dar Tarazu-e Naqd, hlm. 5
  19. Jizani, Ma'alim Ushul al-Fiqh inda Ahli al-Sunnah wa al-Jamaah, hlm. 68; Haritsi, al-'Uqud al-Faidhiyah fi Ushul al-Abadhiyah, hlm. 6
  20. Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi al-'Am, jld. 1, hlm. 75
  21. Mudhafar, Ushul Fiqh, jld. 2, hlm. 57; Shadr, al-Ma'alim al-Jadidah li al-Ushul, hlm. 73
  22. Fakhr Razi, al-Mahshul, jld. 4, hlm. 35
  23. Muhaqiq Hilli, Ma'arij al-Ushul, hlm. 180-181
  24. Untuk contoh silakan lihat ke: Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi al-'Am, jld. 1, hlm. 87-107
  25. Syalbi, al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih, hlm. 154
  26. Mudhafar, Ushul Fiqh, jld. 2, hlm. 178-180
  27. Abu Zahra, al-Imam Zaid, hlm. 507
  28. Muhrizi, Dar Amadi bar Qalamru Feqh, hlm. 212
  29. Khomeini, Shahifeye Emam, jld. 21, hlm. 289
  30. Tim penulis, al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah
  31. Muhrizi, Dar Amadi bar Qalamru Feqh, hlm. 213-214
  32. Sorousy, Khadamat va Hasanat-e Din, hlm. 13
  33. Mujtahid Shabestari, Bastar-e Ma'navi va Uqala'i-e Ilm Feqh, hlm. 9
  34. Bahrani, Mu'jam al-Ushuli, jld. 2, hlm. 539
  35. Alavi Gunabadi, Pazhuhesy Darbareye Naqsh-e Ijtihad dar Tasykhis-e Maudhu'at-e Ahkam, hlm. 104
  36. Yazdi, al-'Urwah al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 25; Hakim, Mustamsik al-'Urwah al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 105; Ghurawi Tabrizi, al-Tanqih fi Syarh al-'Urwah al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 349; Bahuti Hanbali, Kasyf al-Qina' 'an Matn al-Iqna, jld. 1, hlm. 307; Dasuqi, Hasyiah al-Dasuqi 'ala al-Syarh al-Kabir, jld. 1, hlm. 526; Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, jld. 1, hlm. 438
  37. Bahrani, Mu'jam al-Ushuli, jld. 2, hlm. 539
  38. Bahrani, Mu'jam al-Ushuli, jld. 2, hlm. 539
  39. Untuk contoh silakan lihat ke: Yazdi, al-'Urwah al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 25; Hakim, Mustamsik al-'Urwah al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 105; Ghurawi Tabrizi, al-Tanqih fi Syarh al-'Urwah al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 349
  40. Bahrani, Mu'jam al-Ushuli, jld. 2, hlm. 539
  41. Bahrani, Mu'jam al-Ushuli, jld. 2, hlm. 539
  42. Muhrizi, Dar Amadi bar Qalamru Feqh, hlm. 212
  43. Mirzaye Qumi, al-Qawanin, jld. 1, hlm. 57-58
  44. Yazdi, al-'Urwah al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 25
  45. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld. 27, hlm. 284
  46. Kasyif al-Ghitha, Kasyf al-Ghitha, jld. 2, hlm. 212; Hakim, Mustamsik al-'Urwah al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 105; Ghurawi Tabrizi, al-Tanqih fi Syarh al-'Urwah al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 349
  47. Kasyif al-Ghitha, Kasyf al-Ghitha, jld. 2, hlm. 212
  48. Untuk contoh silakan lihat ke: Rabbani Birjandi, Makatib Fiqhi, hlm. 81-213; Syalbi, al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih, hlm. 128-165
  49. Silakan lihat ke: Garji, Tarikh-e Feqh va Fuqaha, hlm. 117-293; Makarim Syirazi, jld. 1, hlm. 108-132
  50. Syalbi, al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih, hlm. 129; Makarim Syirazi, Dairah al-Ma'arif Feqh-e Muqarin, jld. 1, hlm. 137
  51. Syalbi, al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih, hlm. 129
  52. Untuk contoh silakan lihat ke: Syalbi, al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih, 128-165
  53. Islami, Dar Amadi bar Feqh Eslami, hlm. 111
  54. Islami, Dar Amadi bar Feqh Eslami, hlm. 112-113; Ya'qub Nezad, Ulguwareh'i Nuin dar Sakhtarsyenasi-e Feqh, hlm. 9
  55. Muthahari, Kuliyat Ulum-e Eslami (Ushul Feqh Feqh)hlm. 106); Makarim Syirazi, Dairah al-Ma'arif Feqh-e Muqarin, jld. 1, hlm. 150
  56. Muhaqqia Hilli, Syara'i al-Islam, jld. 1, hlm. 5-7; Muthahari, Kuliyat Ulum-e Eslami (Ushul Feqh Feqh), hlm. 106
  57. Gazali, Ihya' Ulum al-Din, jld. 1, hlm. 2-4
  58. Ibnu Jizi, al-Qawanin al-Fiqhiyah, hlm. 22-23
  59. Syaltut, al-Islam 'Aqidah wa Syari'ah, hlm. 73-74
  60. Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi al-'Am, jld. 1, hlm. 50-58
  61. Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jld. 1, hlm. 231
  62. Zalmay, Khastgahaye Ekhtelaf dar Feqh-e Mazdahib, hlm. 33
  63. Syalbi, al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih, 47-48
  64. Syalbi, al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih, hlm. 39
  65. Tim penulis, al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, jld. 1, hlm. 27-28; Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jld. 1, hlm. 32; Zalmay, Khastgahaye Ekhtelaf dar Feqh-e Mazdahib, hlm. 34
  66. Hasyimi Golpeygani, Mabahis al-Alfadz: Taqrirat Dars-e Ushul Ayatullah Sistani, jld. 1, hlm. 47
  67. Subhani, Tarikh al-Fiqh al-Islami wa Adwaruhu, hlm. 21
  68. Untuk contoh silakan lihat ke: Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jld. 1, hlm. 43-52
  69. Subhani, Tarikh al-Fiqh al-Islami wa Adwaruhu, hlm. 75; Makarim Syirazi, Dairah al-Ma'arif Feqh Muqarin, jld. 1, hlm. 148
  70. Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi al-'Am, jld. 1, hlm. 199
  71. Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi al-'Am, jld. 1, hlm. 226-227; Makarim Syirazi, Dairah al-Ma'arif Feqh Muqarin, jld. 1, hlm. 148
  72. Makarim Syirazi, Dairah al-Ma'arif Feqh Muqarin, jld. 1, hlm. 149
  73. Makarim Syirazi, Dairah al-Ma'arif Feqh Muqarin, jld. 1, hlm. 105
  74. Untuk contoh silakan lihat ke: Makarim Syirazi, Dairah al-Ma'arif Feqh Muqarin, jld. 1, hlm. 105-132
  75. Untuk contoh silakan lihat ke: Mausu'ah al-Fiqh al-Islami, jld. 1, hlm. 105-132
  76. Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi al-'Am, jld. 1, hlm. 191

Daftar Pustaka

  • Alavi Gunbadi, Sayid Ja'far & Muhammad Taqi Fakhla'i. Pazuhesyi Darbareye Naqsy-e Ejtehad dar Tasykhisy-e Mauzuat-e Ahkam. Muthala'at-e Eslami: Feqh va Ushul, vol. 1/28, musim semi dan musim panas, 1388 S
  • Alavi Pur, Mahdi. al-Madkhal ila Tarikh Ilm al-Ushul. Qom: Penerbit jamiah al-Musthafa, 1430 HS
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Muntaha al-mathlab. Masyhad: Majma; al-buhuts al-Islamiah, 1412 HS
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Tahrir al-Ahkam al-Syariah ala Madzhab al-Imamiah. Qom: Yayasan Imam Shadiq, 1420 HS
  • Amili, Syekh Hasan bin Zainuddin. Ma'alim al-Din wa Maladz al-Mujtahidin. Qom: Dar al-Fikr, cet. 1, 1374 HS
  • A'rafi, Ali Ridha & Sayid Naqi Musawi. Gustaresy-e Mauzu-e Feqh Nisbat be raftarhaye Javanihi. Majalah Feqh, vol. 7, Dey 1390 S
  • Bahrani, Muhammad Sanqur. al-Mu'jam al-Ushuli. Qom: Penerbit Naqsh, cet. 2, 1426 HS
  • Bahrani, Yusuf. al-Durar al-Najafiah. Beirut: Dar al-Musthafa, 1423 HS
  • Dasuqi Maliki, Ahmad bin Arafah. Hasyiah al-Dasuqi ala al-Syarh al-Kabir. Beirut: Dar al-Fikr, tanpa tahun
  • Dhiya'i Far, Sa'id. Ahdaf-e Ulum-e Feqh: Dunyavi va Ukravi Budan-e Elm-e Feqh. Majalah Feqh, vol. 3, musim gugur, 1387 S
  • Fadhili, Abdul Hadi. Mabadi Ilm al-Fiqh. Beirut: Yayasan Ummul Qura li al-Taqia wa al-Nashr, 1416 HS
  • Garji, Abu al-Qasim. Tarikh-e Feq va Fuqaha. Teheran: Penerbit Samt, cet. 17, 1398 S
  • Gazali, Abu Hamid. Ihya Ulum al-Din. Dar al-Kitab al-Arabi, tapa tempar, tanpa tahun
  • Gurawi Tabrizi, Ali. al-Tanqih fi Syarh al-'Urwah al-Wutsqa. Qom: Penerbit Luthfi, 1407 HS
  • Hajawi Tsa'labi. Muhammad bin al-Hasan, al-Fikr al-Sami fi Tarikh al-Fiqh al-Islami. Beirut: dar al-Kutub al-Ilmiah, 1416 HS
  • hakim, Sayid Muhsin. Mustamsik al-'Urwah al-Wutsqa. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, tanpa tahun
  • Haritsi, Salim bin Muhammad. al-'Uqud al-Faidhiyah fi Ushul al-Abadhiyah. Oman: Wezarah al-Turats wa al-Tsaqafah, 1438 HS
  • Hasyimi Golpeygani, Sayid Hasyim. Mabahis al-Al-Fadz: Taqrirat Dars Ushul Ayatullah Sisatani. Qom: Ismailiyan, cet. 1, 1441 HS
  • Ibnu Jizi, Muhammad bin Ahmad. al-Qawanin al-Fiqhiyah. Beirut: Dar Ibnu Hizam, cet. 1, 1434 HS
  • Islami, Ridha. Dar Amadi bar Feqh Eslami. Qom: Penerbit markaz Mudiriyat Hawzah Ilmiah Qom, cet. 1, 1385 S
  • Jizani. Ma'alim Ushul al-Fiqh inda Ahlisunah wa al-Jamaah. Madinah: Dar Ibnu Jauzi, 1429 HS
  • Kasyif al-Githa, Ja'far. Kasyf al-Ghita 'an Mubhamat Syaria'ah al-Gura. Qom: Kantor tabligat Islami, 1420 HS
  • Khomeini, Sayid Ruhullah. Shahifeye Emam. Teheran: Yayasan Tandzim va Nashr Asar Emam Khomeini, cet. 5, 1389 S
  • Luthfi, Asadullah. Mabadi Feqh. Qom: Yayasan penerbit Hijrat, 1380 S
  • Makarim Syirazi, Nashir, Dairah al-Ma'ari Feqh Muqarin. Qom: Madrasah al-Imam Ali bin Abi Thalib, cet. 1, 1427 HS
  • Makarim Syirazi, Nashir. Anwar al-Faqahah (al-Bei'). Qom: Madrasah al-Imam Ali bin Abi Thalib, 1425 HS
  • Mirza'i Qumi, Sayid Abul Qasim. al-Qawanin al-Muhkamah fi al-Ushul. Ihya al-Kutub al-Islamiah, cet. 1, 1430 HS
  • Mudhafar, Muhammad Ridha. Ushul Fiqh. Qom: Kantor Tabligat Islami, 1405 HS
  • Muhaqiq Hilli, Ja'far bin Hasan. Ma'arij al-Ushul. QOm: Penerbit Surur, 1423 HS
  • Muhaqiq Hilli, Ja'far bin Hasan. Syara'i al-Islam. QOm: Penerbit Istiqlal, cet. 2, 1409 HS
  • Muhrizi, mahdi. Dar Amadi bar Qalamru Feqh: Naqd va Nazar. no. 2, 1375 S
  • Mujtahid, Shabestari. Muhammad. Bastar-e Ma'navi va 'Uqala'i Elm Feqh. Majalah Kiyan, vol. 46, 1378 S
  • Muthahahri, Murtadha. Kuliyat-e Ulum-e Eslami (Ushul Feqh va Feqh). Qom: Penerbit Sadra, 1394 S
  • Najafi, Muhammad Hasan. Jawahir al-Kalam. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, tanpa tahun
  • Rabbani Birjandi, Muhammad Hasan. makatib-e Fiqhi. Masyhad: Unversitas Ulum-e Islami Razawi, 1395 S
  • Ramli, Syamsuddin. Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj. Beirut: Dar al-Fikr, 1404 HS
  • Shadr, Sayid Muhammad Baqir. al-Ma'alim al-Jadidah li al-Ushul. Qom: Penerbit Dar al-Shadir, cet. 4, 1437 HS
  • Shorosh, Abdul Karim. Khadamat wa Hasanat-e Din. Majalah Kiyan, vol. 27, 1384 S
  • Subhani, Ja'far. Tarikh al-Fiqh al-Islami wa Adwaruhu. Dar al-Adhwa, cet. 1, 1419 HS
  • Syahid Awal, Muhammad bin Maki. Dzikra al-Syiah fi Ahkam al-Syari'ah. Qom: Yayasan Al al-bait, cet. 1, 1419 HS
  • Syahid Tsani, Zainuddin bin Ali. Tamhid al-Qawaid. Qom: Kantor Tabligat Islami, 1416 HS
  • Syalbi, Muhammad Musthafa. al-Madkhal fi al-Ta'rif bi al-Fiqh al-Islami wa Qawaid al-Milkiah wa al-'Uqud fih. Mesir: Dar al-Ta'lif, 1382 HS
  • Syaltut, Mahmud. al-Islam 'Aqidah wa Syari'ah. Kairo: Dar al-Syuruq, cet. 12, 1421 HS
  • Tim penulis. al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah. Kuwait: Wezarah al-Auqaf wa Syu'un al-Islamiah, 1427 HS
  • Tim penulis. Mausu'ah al-Fiqh al-Islami. Kairo: Wezarah al-Auqaf al-Majlis al-A'la li al-Syu'un al-Islamiah, 1410 HS
  • Yahuti Hanbali, Ibnu Idris. Kasyaf al-Qina' 'an Matn al-Iqna. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, tanpa tahun
  • Ya'qub Nezad, Muhammad hadi. Ulguwarreh'i Nuin dar Sakhrarsyenasi-e Feqh. Majalah Feqh, vol. 2, muism panas 1398 S
  • Yazdi, Sayid Muhammad Kadzim. al-'Urwah al-Wutsqa. Beirut: Yayasan al-A'lami, 1409 HS
  • Zalmay, Musthafa Ibrahim. Khastgahaye Ekhtelaf dar Feqh-e Madzahib. Diterjemahkan oleh: Husain Shabiri. Masyhad: Bunyad Pazuhesyhaye Islami, 1387 S
  • Zarqa, Musthafa Ahmad. al-Madkhal al-Fiqhi al-'Am. Damaskus: Dar al-Qalam, 1425 HS
  • Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu'ashir, 2017 M