Lompat ke isi

Eutanasia

tanpa foto
tanpa infobox
Dari wikishia

Furu'uddin

Salat

Wajib: Salat JumatSalat IdSalat AyatSalat Mayit


Ibadah-ibadah lainnya
PuasaKhumusZakatHajiJihadAmar Makruf dan Nahi MungkarTawalliTabarri


Hukum-hukum bersuci
WudhuMandiTayammumNajasatMuthahhirat


Hukum-hukum Perdata
PengacaraWasiatGaransiJaminanWarisan


Hukum-hukum Keluarga
PerkawinanPerkawinan TemporerPoligamiTalakMaharMenyusuiJimakKenikmatanMahram


Hukum-hukum Yudisial
Putusan HakimBatasan-batasan hukumKisas


Hukum-hukum Ekonomi
Jual Beli (penjualan)SewaKreditRibaPinjaman


Hukum-hukum Lain
HijabSedekahNazarTaklidMakanan dan MinumanWakaf


Pranala Terkait
BalighFikihHukum-hukum SyariatBuku Panduan Fatwa-fatwaWajibHaramMustahabMubahMakruhDua Kalimat Syahadat

Eutanasia (bahasa Arab:القتل الرحيم) adalah membunuh seseorang atas dasar belas kasih karena orang tersebut menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan menyakitkan.[1] Eutanasia biasanya dilakukan dengan menggunakan zat mematikan tanpa rasa sakit atau dengan menghentikan perawatan medis yang diperlukan.[2] Metode pertama disebut eutanasia aktif, sedangkan metode kedua disebut eutanasia pasif. Namun, kadang-kadang obat-obatan tertentu juga diberikan kepada pasien sehingga ia dapat mengakhiri hidupnya sendiri setelah mengonsumsinya. Ini disebut eutanasia tidak langsung.[3] Eutanasia termasuk dalam kategori masalah fiqh kontemporer.[4]

Para ulama fikih memandang eutanasia aktif sebagai tindakan haram. Mereka menyatakan bahwa jika hal ini dilakukan tanpa izin pasien, ahli waris pasien berhak atas qishash atau diyah.[5] Namun, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai apakah pasien memberikan izin: sebagian mengatakan bahwa ahli waris tetap berhak atas qishash atau diyah, sementara yang lain berpendapat sebaliknya.[6] Terkait eutanasia pasif, ada juga perbedaan fatwa: sebagian menganggapnya haram, sementara yang lain mengatakan bahwa jika pasien menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan merasa kesakitan, melanjutkan perawatan bukanlah suatu kewajiban.[7] Para ulama fiqh juga memandang eutanasia tidak langsung, yaitu konsumsi obat mematikan oleh pasien itu sendiri, sebagai tindakan bunuh diri dan mengeluarkan fatwa akan keharamannya.[8]

Terminologi dan Status

"Eutanasia" berarti membunuh seseorang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan menyakitkan.[9] Tindakan ini dilakukan atas dasar belas kasih dan tanpa rasa sakit,[10] baik dengan menggunakan zat mematikan maupun dengan menghentikan perawatan medis yang diperlukan.[11] Eutanasia dilakukan dalam tiga bentuk: aktif, pasif, dan tidak langsung. Jika kematian pasien disebabkan oleh pemberian obat, maka itu disebut eutanasia aktif.[12] Jika perawatan medis dihentikan hingga pasien meninggal dunia, itu disebut eutanasia pasif.[13] Dalam eutanasia tidak langsung, obat-obatan dibiarkan tersedia bagi pasien untuk dikonsumsi sendiri guna mengakhiri hidupnya.[14]

Dalam literatur fiqh klasik Syiah (pada masa hidup Syekh Thusi dan sebelumnya), telah dibahas tentang haramnya membunuh seseorang yang memberikan persetujuan untuk kematiannya;[15] namun tidak ada diskusi terkait hukum eutanasia.[16] Oleh karena itu, masalah ini dianggap sebagai salah satu masalah baru dalam fiqh|masalah fiqh kontemporer.[17] Diskusi fiqh tentang eutanasia berbeda dari topik kematian otak; dengan demikian, seorang faqih mungkin mengizinkan pelepasan alat bantu pada pasien dengan kematian otak atau pasien yang koma tanpa harapan sembuh, tetapi tetap menganggap eutanasia pasif, yaitu penghentian perawatan atas dasar belas kasih, sebagai tindakan haram.[18]

Hukum Taklifi Eutanasia

Pandangan para ulama Syiah tentang hukum taklifi eutanasia, yaitu apakah itu haram atau halal, adalah sebagai berikut:

  • Eutanasia aktif: Menurut fatwa para ulama kontemporer Syiah, eutanasia aktif dianggap pembunuhan dan hukumnya haram.[19] Menurut pandangan para ulama, izin dan persetujuan pasien untuk melakukan eutanasia tidak memengaruhi perubahan hukum taklifi, yaitu status keharamannya.[20]
  • Eutanasia pasif: Sebagian ulama seperti Luthfullah Shafi Golpaygani dan Husain Ali Muntazheri, menganggap menghentikan perawatan terhadap pasien dengan penyakit tidak dapat disembuhkan yang menderita sebagai tindakan haram.[21] Sebaliknya, ulama seperti Mirza Jawad Tabrizi, Sayid Abu al-Qasim Khu'i, dan Sayid Ali Khamenei berpendapat bahwa melanjutkan perawatan dalam kondisi ini bukanlah suatu kewajiban.[22]
  • Eutanasia tidak langsung: Menurut fatwa para ulama Syiah, eutanasia tidak langsung, yaitu konsumsi obat oleh pasien untuk mengakhiri hidupnya, dianggap sebagai bunuh diri dan hukumnya haram.[23]

Hukum Wadhi Eutanasia

Hukum wadhi dalam eutanasia berkaitan dengan tanggung jawab qishash atau diyah yang mungkin harus ditanggung oleh pelaku. Fatwa-fatwa para ulama dalam hal ini adalah sebagai berikut:

Eutanasia aktif

Jika dokter atau orang lain membunuh pasien dengan penyakit tidak dapat disembuhkan tanpa izin mereka secara sengaja, meskipun dengan niat belas kasih, ia dianggap melakukan pembunuhan dengan sengaja. Ini membuat hak atas qishash atau diyah jatuh kepada ahli waris korban;[24] namun jika pasien memberikan izin untuk kematiannya, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama:

  1. Tidak ada hak qishash dan diyah: Menurut ulama seperti Sayid Abdul A'la Sabziwari, Imam Khomeini, dan Sayid Muhammad Shadiq Ruhani, karena korban memberikan izin untuk dibunuh, hak atas qishash dan diyah dihilangkan.[25]
  2. Hak qishash dan diyah tetap ada: Ulama seperti Sayid Abu al-Qasim Khu'i, Mirza Jawad Tabrizi, dan Ja'far Subhani berpendapat bahwa meskipun korban memberikan izin untuk dibunuh, hak atas qishash dan diyah tidak hilang;[26] karena manusia tidak memiliki izin untuk mengakhiri hidupnya sendiri.[27]

Eutanasia Pasif

Menurut fatwa para ulama, jika seseorang melihat orang lain dalam keadaan sekarat dan mampu menyelamatkannya tetapi tidak melakukannya, meskipun ia telah melakukan dosa, ia tidak bertanggung jawab atas diyah atau qishash.[28] Berdasarkan ini, jika seorang dokter tidak merawat pasien hingga pasien meninggal akibat penghentian perawatan, dokter tersebut telah melakukan dosa, tetapi ia tidak bertanggung jawab dan ahli waris korban tidak memiliki hak atas qishash atau diyah.[29]

Catatan Kaki

  1. Anvari, Farhang-e Ruz-e Sokhan, 1383, hlm. 38.
  2. Anvari, Farhang-e Ruz-e Sokhan, 1383, hlm. 38-39.
  3. Qasemi, Daneshnameh Feqh-e Pezesyki, 1395S, Jilid 3, hlm. 323.
  4. Khayyari, Sa'di, "Referensi kepada Prinsip Izin untuk Legalitas Eutanasia Sukarela Aktif", hlm. 36.
  5. Muntazheri, Ahkam al-Tibbiyyah, 1381S, hlm. 122; Fadhil Lankarani, Ahkam al-Maridhin wa al-Atibba', 1427H, hlm. 152; Makarim Syirazi, Istifta'at Jadid, 1427H, Jilid 1, hlm. 479-480.
  6. Fadhil Lankarani, Ahkam al-Maridhin wa al-Atibba', 1427H, hlm. 152; Makarim Syirazi, Istifta'at Jadid, 1427H, Jilid 1, hlm. 479.
  7. Khu'i dan Tabrizi, Ahkam-e Jame'-e Masail-e Tibbi, 1432H, hlm. 280-281.
  8. Muntazheri, Ahkam al-Tibbiyyah, 1381S, hlm. 123; Qasemi, Daneshnameh Feqh-e Pezesyki, 1395S, Jilid 3, hlm. 303.
  9. Anvari, Farhang-e Ruz-e Sokhan, 1383, hlm. 38.
  10. Anvari, Farhang-e Ruz-e Sokhan, 1383, hlm. 38-39.
  11. Yazdani Fur, Eutanasia dari Perspektif Fiqh dan Hukum, 1393S, hlm. 28.
  12. Qasemi, Daneshnameh Feqh-e Pezesyki, 1395S, Jilid 3, hlm. 323.
  13. Qasemi, Daneshnameh Feqh-e Pezesyki, 1395S, Jilid 3, hlm. 323.
  14. Qasemi, Daneshnameh Feqh-e Pezesyki, 1395S, Jilid 3, hlm. 323.
  15. Sebagai contoh, lihat Muhaqqiq Hilli, Syarai' al-Islam, 1408H, Jilid 4, hlm. 180.
  16. Khayyari, Sa'di, "Referensi kepada Prinsip Izin untuk Legalitas Eutanasia Sukarela Aktif", hlm. 36.
  17. Kayyari, Sa'di, "Referensi kepada Prinsip Izin untuk Legalitas Eutanasia Sukarela Aktif", hlm. 36.
  18. Sebagai contoh, lihat Makarim Syirazi, Istifta'at Jadid, 1427H, Jilid 1, hlm. 479-480; Khu'i Tabrizi, Ahkam-e Jame'-e Masail-e Tibbi, 1432H, hlm. 280; Khu'i, Fiqh al-A'dzar al-Syar'iyyah wa Masail al-Tibbiyyah, 1422H, hlm. 198.
  19. Muntazheri, Ahkam al-Tibbiyyah, 1381S, hlm. 122; Fadhil Lankarani, Ahkam al-Maridhin wa al-Atibba', 1427H, hlm. 152; Makarim Syirazi, Istifta'at Jadid, 1427H, Jilid 1, hlm. 479; Makarim Syirazi, Ahkam al-Tibbiyyah, 1429H, hlm. 116; Khu'i dan Tabrizi, Ahkam-e Jame'-e Masail-e Tibbi, 1432H, hlm. 280-281; Shafi Gulpaygani, Istifta'at Tibbiyyah, 1395S, hlm. 100; Alawi Gurgani, Istifta'at Tibbiyyah, 1396S, hlm. 40; Qasemi, Daneshnameh Feqh-e Pezesyki, 1395S, Jilid 3, hlm. 305.
  20. Fadhil Lankarani, Ahkam al-Maridhin wa al-Atibba', 1427H, hlm. 152; Makarim Syirazi, Istifta'at Jadid, 1427H, Jilid 1, hlm. 479.
  21. Shafi Gulpaygani, Istifta'at Tibbiyyah, 1395S, hlm. 100; Makarim Syirazi, Istifta'at Jadid, 1427H, Jilid 1, hlm. 479; Muntazheri, Ahkam al-Tibbiyyah, 1381S, hlm. 122.
  22. Lihat Khu'i, Fiqh al-A'dzar al-Syar'iyyah wa Masail al-Tibbiyyah, 1422H, hlm. 198; "Ahkam Eutanasia (Pembunuhan Atas Dasar Belas Kasih)", Situs Informasi Kantor Pemimpin Tertinggi Iran; Khu'i dan Tabrizi, Ahkam-e Jame'-e Masail-e Tibbi, 1432H, hlm. 281.
  23. Lihat Muntazheri, Ahkam al-Tibbiyyah, 1381S, hlm. 123; Qasemi, Daneshnameh Feqh-e Pezesyki, 1395S, Jilid 3, hlm. 303.
  24. Shafi Gulpaygani, Istifta'at Tibbiyyah, 1395S, hlm. 100; Anshari Qomi, "Pembunuhan Atas Dasar Belas Kasih", hlm. 138.
  25. Sabzawari, Mahdh al-Ahkam, Dar al-Tafsir, Jilid 28, hlm. 199; Imam Khomeini, Tahrir al-Wasilah, 1434H, Jilid 2, hlm. 489; Ruhani, Fiqh al-Shadiq, Jilid 26, hlm. 34.
  26. Khu'i, Mabani Takmilat al-Minhaj, Muassasat Ihya' Athar al-Imam Khu'i, Jilid 42, hlm. 18; Tabrizi, Tanqih Mabani al-Ahkam, 1429H, hlm. 47-48; Subhani, Ahkam al-Qishash fi al-Syariah al-Islamiyyah al-Gharra', hlm. 93.
  27. Khu'i, Mabani Takmilat al-Minhaj, Muassasat Ihya' Athar al-Imam Khu'i, Jilid 42, hlm. 18; Tabrizi, Tanqih Mabani al-Ahkam, 1429H, hlm. 47-48; Subhani, Ahkam al-Qishash fi al-Syariah al-Islamiyyah al-Gharra', hlm. 93.
  28. Sebagai contoh, lihat Allamah Hilli, Tahrir al-Ahkam, Jilid 5, hlm. 551; Najafi, Jawahir al-Kalam, Jilid 43, hlm. 153.
  29. Anshari Qomi, Qatl-e az Ru-ye Tarahum, hlm. 141.

Daftar Pustaka

  • Alawi Gurgani, Sayid Muhammad Ali. Istifta'at Tibbiyyah. Qom: Faqih Ahlul Bayt as, 1396S.
  • Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf. Tahrir al-Ahkam. Qom: Muassasah Imam Shadiq as, 142H.
  • Anshari, Muhammad Reza. Qatl az Ru-ye Tarahum, dar majalah Fiqh Ahlul Bayt as, Sh.43, Payiz 1384S.
  • Anvari, Hasan. Farhang Ruz-e Sokhan. Teheran: Sokhan, Chap bist-o-charom, 1383S.
  • Fadhil Lankarani, Muhammad. Ahkam Bimarane wa Atibba'. Qom: Markaz Fiqhi A'imah Athar as, Chap Aval, 1427H.
  • Imam Khomeini, Sayid Ruhullah. Tahrir al-Wasilah. Teheran: Markaz Tanzhim wa Nashr Athar Imam Khomeini, 1434H.
  • Khu'i, Sayid Abu al-Qasim. Fiqh al-A'dzar al-Syar'iyyah wa Masail al-Tibbiyyah. Qom: Dar al-Sayyidah al-Shahidah, 1422H.
  • Khu'i, Sayid Abu al-Qasim. Mabani Takmilah al-Minhaj. Qom: Muassasah Ihya' Athar al-Imam Khu'i, Bi-ta.
  • Khu'i, Sayid Abu al-Qasim; Tabrizi, Mirzajawad. Ahkam-e Jame'-e Masail-e Thibbi. Qom: Dar al-Sayyidah al-Shahidah, Chap Aval, 1432H.
  • Khudayar, Husain wa Husain Ali Sa'di. «Istinad bi-qaidah izn baraye mashru'iyyat eutanasia da'watanabah fa'al», Fiqh Tibbi, Shomareh 5-6, 1390S.
  • Makarim Syirazi, Nashir. Ahkam Tibbiyyah. Qom: Madrasah Imam Ali bin Abi Thalib as, 1429H.
  • Makarim Syirazi, Nashir. Istifta'at Jadid. Qom: Madrasah Imam Ali bin Abi Thalib as, Chap Dovom, 1427H.
  • Muhaqqiq Hilli, Ja'far bin Hasan. Syarai' al-Islam. Qom: Muassasah Ismailian, Chap Dovom, 1408H.
  • Muntazheri, Husain Ali. Ahkam Tibbiyyah. Teheran: Nasyr Sayeh, 1381S.
  • Murtazavi, Sayid Muhsin. Qatl az Ru-ye Tarahum (Eutanasia) dar Ayneh Fiqh. Qom: Muassasah Imam Khomeini, 1395S.
  • Najafi, Muhammad Hasan. Jawahir al-Kalam, Beirut: Dar Ihya' al-Turats al-Arabi, Chap Haftom, 1362S.
  • Qasemi, Muhammad Ali. Daneshnameh Fiqh Tibbi. Qom: Markaz Fiqhi A'imah Athar as, 1395S.
  • Ruhani, Sayid Muhammad Shadiq. Fiqh al-Shadiq. Qom: Intisharat al-Ijtihad, Bi-ta.
  • Sabzawari, Sayid Abdul A'la. Mahdh al-Ahkam. Qom: Dar al-Tafsir, Bi-ta.
  • Sadeghi, Muhammad Hadi, «Barresi Fiqhi wa Huquqi Eutanasia», Mutala'at Huquqi, Shomareh 2, Shahrivar 1394S.
  • Shafi Golpaygani, Luthfullah. Istifta'at Tibbiyyah. Qom: Daftar Tanzhim wa Nashr Athar Ayatullah Shafi Gulpaygani, 1395S.
  • Subhani, Ja'far. Ahkam al-Qishash fi al-Syariah al-Islamiyyah al-Gharra'. Qom: Muassasah Imam Shadiq as, Bi-ta.
  • Tabrizi, Mirzajawad. Tanqih Mabani al-Ahkam (Qisash Syara'i al-Islam). Qom: Dar al-Sayyidah al-Shahidah, Chap Sowom, 1429H.
  • Yazdani Fur, Salehah, Eutanasia az Manzar Fiqh wa Huquq, Qom: Daftar Nashr Ma'arif, 1393S.
  • «Ahkam Eutanasia (Qatl az ru-yi tarham)», Paygah I'tilaf-Risani Daftar Maqam A'la Rahbari, Tarikh Bazard: 30 Mehr 1401S.