Abdullah Mahdh
Peran | Merekomendasikan putranya, Muhammad (Nafs Zakiyyah) sebagai Mahdi dan mengambil baiat untuknya |
---|---|
Nama | Abdullah bin Hasan Mutsanna |
Terkenal dengan | Abdullah Mahdh |
Afiliasi Agama | Islam |
Tempat Tinggal | Madinah |
Wafat | Najaf |
Tempat Dimakamkan | 70 kilo meter sebeleh selatan Najaf |
Abdullah bin Hasan Mutsanna (bahasa Arab:عبدالله بن الحسن المثنیٰ ) terkenal dengan nama Abdullah Mahdh, adalah cucu laki-laki Imam Hasan as dan cucu putri perempuan Imam Husain as. Ia pada akhir kekuasaan bani Umayyah, pada masa Imam Shadiq as menyebut putranya Muhammad sebagai Mahdi dan meminta orang-orang untuk memberikan baiat kepadanya.
Di antara putra-putranya, Muhammad (Nafs Zakiyyah) dan Ibrahim (Qatil Bakhamra) yang mengadakan perlawanan terhadap khalifah Abbasi dan terbunuh. Sedangkan putranya yang lain, Idris mendirikan negara Syiah pertama kali di Maroko dengan nama negara Syiah Idrisian.
Abdullah Mahdh pada masa pemerintahan Manshur Dawaniqi, khalifah kedua bani Abbasi, dijatuhi hukuman penjara selama tiga tahun karena tidak memberitahukan tempat persembunyian putranya Muhammad yang terkenal dengan Nafs Zakiyyah dan akhirnya ia terbunuh di dalam penjara. Kuburnya terletak di 70 kilo meter kota Najaf-Irak, yang dikenal dengan nama Abdullah Abu Najm.
Kehidupan
Ayahandanya, Hasan Mutsanna, putra Imam Hasan as dan Ibundanya Fatimah binti Imam Husain sa.[1] Oleh karena itu, ia dipanggil dengan nama Abdullah Mahdh karena nasabnya baik dari jalur ayah maupun ibu menyambung kepada Rasulullah saw.[2] Dari ia sendiri dinukilkan bahwa: وَلَّدَنی رَسولُ اللهِ مَرَّتَین "Rasulullah telah melahirkan aku dua kali."[3]
Abdullah bin Hasan Mutsanna dimasa mudanya mengikuti kelas-kelas pelajaran Imam Sajjad as.[4]. Telah dinukil darinya bahwa, ibuku Fatimah binti Imam Husain senantiasa menyuruhku untuk hadir dalam kelas-kelas yang diadakan oleh pamanku Ali bin Husain as, dan pada setiap kelas ilmu rasa takutku kepada Allah kian bertambah.[5]. Abu al-Faraj Isfahani menilai bahwa ia adalah Syekh bagi bani Hasyim yang memiliki keutamaan dan berilmu. [6] Dinukilkan bahwa Umar bin Abdul Aziz juga menghormatinya. [7]
Abdullah bin Hasan Mutsanna mati terbunuh pada tahun 145 H pada usia 75 tahun di penjara Hasyimiyah Kufah[8] dan menurut riwayat yang lain di Bagdad.[9]Sibth ibn Jauzi mengatakan bahwa ia terbunuh pada Idul Qurban.[10]Sebagaimana yang dituliskan oleh Abu al-Faraj Isfahani, Abdullah terbunuh karena kepalanya tertimpa langit-langit penjara yang rusak.[11]
Makamnya barada di sembilan kilo meter sebelah barat kota Syanafiyah di provinsi Diwaniyah-Irak, terletak di tujuh puluh kilo meter sebelah selatan Najaf, yang terkenal dengan nama Abdullah Abu Najm.[12] Di kota Kairo di Mesir juga terdapat sebuah makam bernama Abdullah Mahd.[13]
Anak-anak
Nama dan bayak sekali kisah putra-putra Abdullah bin Hasan Mutsanna, disebutkan dalam manuskrip-manuskrip Sejarah, di antaranya:
- Muhammad: Ia dikenal dengan nama Nafs Zakiyyah. Ia mengadakan perlawanan terhadap dinasti Abbasiyah di Madinah namun terbunuh bersama para prajurit yang ikut peperangan itu.[14]
- Ibrahim yang terkenal dengan Qatil Bakhamra: Ia mengadakan perlawanan terhadap bani Abbasiyah setelah perlawanan yang dilancarkan oleh saudaranya, Nafs Zakiyyah di Basrah.[15] Dalam peperangan ini, sangat banyak dari para Fukaha kenamaan yang ikut serta, dan orang-orang seperti Abu Hanifah mendukungnya.[16], namun pada akhirnya perlawanan ini menuai kekalahan dan Ibrahim tewas di sebuah tempat bernama Bakhamara, sebuah tempat di dekat Kufah.[17]
- Idris: Ia hadir pada peristiwa Fakh dan kemudian pergi ke negara Maroko dan mendirikan pemerintahan Syiah Idrisian.[18]
- Sulaiman: Ia mati syahid pada peristiwa Fakh.[19]
- Yahya: Ibunya adalah Quraibah binti Abdullah (Dzabih) bin Abi Ubaidah bin Abdullah bin Za'mah. [20] Ia datang ke Iran setelah selesai peperangan Syahid Fakh dan hidup secara sembunyi-sembunyi di Dailam dan mengajak masyarakat kota itu untuk mengikuti kekhilafahannya [21] dan mampu mengumpulkan penolong baginya. Namun perlawanannya berakhir dengan kekalahan dan atas perintah Harun al-Rasyid, ia dimasukkan ke penjara dan pada akhirnya meninggal di Bagdad pada tahun 176 H. [22]
Aktivitas Politik
Dari laporan sejarah bisa dipahami bahwa Abdullah tidak tertarik dengan metode perlawanan Zaid bin Ali atas bani Umayyah dan bahkan sebelum Zaid bin Ali mengadakan perlawanan di Kufah, ia menyeru Zaid untuk mewaspadai akan janji-janji yang diberikan oleh masyarakat Kufah. [23] Demikian juga dinukilkan bahwa ia berbeda pendapat dengan Zaid bin Ali mengenai sumbangan-sumbangan Imam Ali as. [24] Namun setelah syahadahnya Zaid, Abdullah memiliki ketertarikan kepada pemikiran Zaid dan menyiapkan anak-anaknya untuk mengadakan kebangkitan. [25]
Mengambil Baiat bagi Anaknya
Abdullah Mahdh pada akhir-akhir pemerintahan bani Umayyah, beberapa bani Hasyim di antaranya Abdullah dan para putranya, demikian juga dengan Saffah dan Manshur berkumpul di Abwa mengharap masyarakat akan memberikan baiat kepada salah satu dari mereka. Pada pertemuan itu, Abdullah memperkenalkan putranya Muhammad sebagai Mahdi dan ia mengajak masyarakat supaya membaiatnya.[26]Sepak terjang Abdullah ini tidak disetuji oleh Imam Shadiq as dan beliau marah[27] kepadanya seraya berkata, 'khilafah milik Saffah dan saudara-saudaranya serta anak-anaknya, bukan milikmu dan anak-anakmu, kamu tidak akan pernah memilikinya '.[28]Berdasarkan apa yang telah disebutkan dalam buku Maqatil al-Thalibiyyin, Imam Shadiq as telah memberi tahu Abdullah bahwa kedua putranya akan terbunuh.[29]
Menurut Rasul Ja'fariyan, penulis sejarah kontemporer, perselisihan antara putra-putra Imam Hasan as dan Imam Husain as muncul sejak Abdullah bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan, memperkenalkan putranya yang bernama Muhammad sebagai Qaimu Ali Muhammad. [30]
Penjara Bani Abbas
Abdullah Mahdh pada masa pemerintahan Manshur Dawaniqi, khalifah kedua bani Abbasi, masuk penjara selama tiga tahun karena tidak memberitahukan tempat persembunyian putranya Muhammad (Nafs Zakiyyah).[31] Pada tahun 140 H ia bertemu dengan Manshur Dawaniqi di musim haji dan ia menolak permintaan Manshur untuk memberitahukan tempat persembunyian Nafs Zakiyyah.[32] Abu al-Abbas Saffah, Khalifah pertama bani Abbasiyah, sekali pun sudah mencari Muhammad putra Abdullah Mahdh, tetapi dengan bersikerasnya Abdullah dalam merahasiakan tempat persembunyian putranya, dia tetap tidak menemukannya.[33]
Catatan Kaki
- ↑ Baladzari, Ansab al-'Asyraf, jld. 2, hlm. 198, 1394 H
- ↑ Sajadi, Ibrahim bin Abdullah, jld. 2, hlm. 446
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqātil al-Thālibiyyin, hlm. 168, 1408 H.
- ↑ Arbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 84; Qurasyi, Hayat al-Imam Zain al-Abidin, jld. 2, hlm. 266
- ↑ Arbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 84; Qurasyi, Hayat al-Imam Zain al-Abidin, jld. 2, hlm. 264
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqātil al-Thālibiyyin, hlm. 167, 1408 H.
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqātil al-Thālibiyyin, hlm. 170, 1408 H.
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqātil al-Thālibiyyin, hlm. 171, 1408 H
- ↑ Shabiri, Tarikh Firaq Islami, jld. 2, hlm. 70, dinukil dari Tarikh Baghdad, jld. 9, hlm. 431-433 dan Tarikh al-Ya'qubi, jld. 2, hlm. 360
- ↑ Sibth ibn Jauzi, Tadzkirah al-Khawash, hlm. 207
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqātil al-Thālibiyyin, hlm. 202-203, 1408 H.
- ↑ Gubernur Najaf Asyraf mengunjungi makam Abdullah Abu Najm.
- ↑ Website akhbarak, [1]
- ↑ Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 7, hlm. 590
- ↑ Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 7 hlm.622
- ↑ Dzahabi, al-'Ibar, jld. 1, hlm. 155-156
- ↑ Ya'qubi, Tarikh Ya'qubi, jld. 2, hlm. 378
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqatil al-Talibiyyin, hlm.406-408
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqatil al-Talibiyyin, hlm.365
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqātil al-Thālibin, hlm. 388, 1408 H.
- ↑ Abu alFaraj Isfahani, Maqātil al-Thālibin, hlm. 390-433, 1408 H.
- ↑ Ibnu Anbah, Umdah al-Thālib, hlm. 136-137.
- ↑ Sabiri, Tārikh Farq Islāmi, jld. 2, hlm. 70; Menurut nukilan dari Ibnu Atsir, al-Kāmil, jld. 5, hlm. 143.
- ↑ Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 2, hlm. 199.
- ↑ Sabiri, Tārikh Firaq Islāmi, jld. 2, hlm. 70.
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 185-186
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 185-186
- ↑ Abu alFaraj Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 185-186
- ↑ Abul Faraj Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 185-186
- ↑ Ja'fariyan, Hayāt-e Fikri wa Siyāsi Imāman-e Syiah, hlm. 371.
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 192-193; Thabari, Tarikh al-Umam wa al-muluk, jld. 7, hlm. 524
- ↑ Abu al-Faraj Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 192-193; Thabari, Tarikh al-Umam wa al-muluk, jld. 7, hlm. 524
- ↑ Ibnu Jauzi, al-Muntazham, jld. 8, hlm. 90
Daftar Pustaka
- Abu al-Faraj Isfahani, Ali bin Husain.Maqātil ath-Thālibiyyin. Komentar dan riset: Ahmad Shaqar. Beirut: Muasasah al-A'lami li al-Matbu'at, 1408 H/1987.
- Arbili, Ali bin Isa. Kasyf al-Ghummah fi Ma'rifat al-Aimmah. Najaf: Maktabah al-Haidariyah, 1427 H.
- Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansāb al-Asyrāf. Riset: Muhammad Baqir Mahmudi. Beirut: Muassasah al-a'lami li al-Mathbu'at, 1394 H/1974
- Dzahabi, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad. Al-'Ibar fi Khabar man Ghabara. Riset: Abu Hajir Muhammad Sa'id bin Basyuni Zughlul. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, tanpa tahun.
- Ibnu Anbah, Ahmad bin Ali. 'Umdah ath-Thālib fi Ansāb Āl Abi Thalib. Qom: Anshariyan, 1383 HS/2004.
- Jakfaiyan, Rasul. Hayāt-e Fikri wa Siyasi-e Imāmān-e Syiah. Qom: Intisyarat Anshariyan, cet.XI, 1387 HS
- Qurasyi, Baqir Syarif. Hayāt al-Imam Zain al-Abidin. Beirut: Dar al-Adhwa, 1988/1408 H.
- Sajjadi,Shadiq.Ibrahim bin Abdullah, Ensiklopedia Ma'arif Islami, jld.2, hlm.446.
- Shabiri, Husain. Tarikh Firaqe Islami Firaqe Syieh wa Ferqe-haye Mansub be an. Teheran: simat, cet. V, 1388 S.
- Shibt bin Jauzi, Yusuf bin Qazghali. Tadzkirah al-Khawash. Qom: Mansyurat al-syarif al-Radhi, 1418 H
- Thabari, Muhammad bin Jarir. Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Beirut: Dar al-Turats, cet. II, 1387 H
- Ya'qubi, Ahmad bin Abi Ya'qubi. Tarikh al-Ya'qubi. Beirut: Dar Shadir, tanpa tahun.