Lompat ke isi

Konsep:Kekomprehensifan Islam

Dari wikishia

Kekomprehensifan Islam (bahasa Persia: جامعیت اسلام) adalah salah satu karakteristik agama Islam yang menurut pendapat masyhur bermakna bahwa Islam dengan mempertimbangkan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi manusia, memiliki program untuk semua dimensi kehidupan manusia. Berlawanan dengan kekomprehensifan Islam terhadap masalah duniawi dan ukhrawi serta individu dan sosial, diajukan teori kekomprehensifan minimalis dan maksimalis. Teori kekomprehensifan dan agama minimalis membatasi agama pada kebahagiaan ukhrawi, sedangkan berdasarkan kekomprehensifan dan agama maksimalis, semua pengetahuan manusia bahkan ilmu empiris pun dapat digali dari agama.

Prinsip kekomprehensifan Islam dianggap diterima oleh para Islamolog dan Muslim. Untuk membuktikannya, digunakan dalil dari berbagai ayat seperti Ayat Ikmal al-Din, Ayat 13 Surah Asy-Syura, Ayat Khatamiyah, dan ayat-ayat yang menunjukkan keuniversalan dan keabadian Islam. Kekomprehensifan Al-Qur'an dan Sunnah, serta kelaziman antara Khatamiyah dan Keabadian Islam dengan kekomprehensifannya, adalah dalil-dalil lain yang dikemukakan untuk membuktikan kekomprehensifan ini.

Pembentukan Pemerintahan Islam, Ilmu Agama, dan Kedokteran Islam dianggap sebagai dampak dari keyakinan terhadap kekomprehensifan agama Islam.

Karakteristik Khusus Islam

Kekomprehensifan Islam dianggap sebagai salah satu karakteristik khusus agama Islam dibandingkan agama-agama lain.[1] Menurut Murtadha Muthahhari, kekomprehensifan dan aspek menyeluruh dari ajaran Islam diterima oleh para Islamolog.[2] Beberapa peneliti menganggap kekomprehensifan Islam terhadap ajaran dan hukum yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaan mutlak manusia sebagai hal yang pasti dan disepakati oleh semua Muslim.[3]

Allamah Thabathaba'i menganggap Islam sebagai agama yang paling komprehensif dan meyakini bahwa dalam agama dan syariat lain, hanya hukum-hukum yang paling penting dan paling sesuai dengan keadaan umat serta kadar kemampuan mereka yang dijelaskan; namun dalam Islam, semua masalah penting dan tidak penting telah dijelaskan.[4] Para mufasir seperti Allamah Thabathaba'i meyakini bahwa berdasarkan Ayat 13 Surah Asy-Syura, syariat Islam mencakup semua syariat terdahulu dan apa pun yang ada dalam syariat sebelum Islam, ada dalam Islam.[5] Templat:Kotak Kutipan Kekomprehensifan Islam dianggap sebagai salah satu dasar teologis (kalam) yang berpengaruh dalam Ijtihad dan istinbath hukum fikih, termasuk dalam hukum sosial dan pemerintahan.[6] Kekomprehensifan Islam dalam pembahasan teologi dan filsafat dibahas dengan judul-judul seperti Agama Minimalis atau Maksimalis, cakupan dan jangkauan agama,[7] karakteristik dan Keistimewaan Islam.[8] Kekomprehensifan Islam berkaitan dengan pembahasan seperti tujuan dan pesan dakwah para nabi khususnya Nabi Islam saw,[9] Kekomprehensifan Al-Qur'an,[10] dan apakah fikih itu minimalis atau maksimalis.[11]

Pandangan-pandangan

Tiga pandangan dan pendekatan telah dikemukakan mengenai kekomprehensifan Islam:[12]

Kekomprehensifan Moderat: Menjamin Kebahagiaan Dunia dan Akhirat Manusia

Pendapat masyhur ulama Syiah[13] dan sebagian besar ulama Muslim meyakini bahwa Islam, guna menjamin kebahagiaan duniawi dan ukhrawi manusia, memiliki program dan instruksi untuk semua urusan dan dimensi kehidupan manusia;[14] mulai dari hubungan manusia dengan Tuhan hingga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan sosial dan keluarga, serta hubungan manusia dengan alam semesta.[15] Sedemikian rupa sehingga jika tidak ada petunjuk dan instruksi Islam untuk kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, manusia dengan akalnya sendiri tidak akan mencapai kebahagiaan tersebut.[16] Allamah Thabathaba'i menganggap Islam sebagai agama yang komprehensif untuk menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat[17] dan meyakini bahwa tidak seperti agama-agama yang ada, Islam mempertimbangkan kebahagiaan dunia dan akhirat secara bersamaan dan tidak mengorbankan satu demi yang lain.[18] Menurut pandangan Imam Khomeini, Islam campur tangan dan mengawasi seluruh urusan individu, sosial, material, dan spiritual, serta telah menjelaskan setiap poin yang berperan dalam pendidikan dan kebahagiaan manusia serta masyarakat.[19] Menurut Muthahhari juga, Islam adalah agama yang komprehensif dan memperhatikan semua aspek kebutuhan manusia - baik duniawi maupun ukhrawi, jasmani maupun rohani, akal dan pikiran maupun perasaan dan emosi, individu maupun sosial.[20]

Kekomprehensifan Minimalis

Templat:Artikel Utama Beberapa intelektual Muslim seperti Mehdi Bazargan dan Abdolkarim Soroush, membatasi kekomprehensifan Islam pada kebahagiaan ukhrawi dan menggambarkan agama sebagai minimalis.[21] Berdasarkan pandangan ini, Islam dan agama secara umum hanya menjamin kebahagiaan ukhrawi dan hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan masalah duniawi dan sosial tidak berkaitan dengan agama dan diserahkan kepada Akal manusia.[22] Menurut Bazargan, Islam menyerahkan urusan ekonomi, politik, pemerintahan, dan manajemen kepada akal dan pengalaman Muslim dan tidak memiliki hukum serta ajaran khusus; sama seperti urusan rumah tangga, berkebun, dan memasak diserahkan kepada diri mereka sendiri.[23]

Dikatakan bahwa agama minimalis tidak diterima menurut pandangan Islam dan banyak ulama Muslim telah menerima kekomprehensifan Islam terhadap semua urusan kehidupan manusia.[24] Selain itu, membatasi agama pada kebahagiaan ukhrawi dianggap sebagai klaim tanpa dalil dan menyebabkan pengabaian terhadap banyak ayat dan riwayat.[25]

Kekomprehensifan Maksimalis

Templat:Artikel Utama Beberapa pemikir Muslim meyakini kekomprehensifan maksimalis Islam. Menurut mereka, semua ilmu ada dalam Islam dan sumber-sumbernya seperti Al-Qur'an, dan seluruh pengetahuan manusia bahkan ilmu empiris seperti fisika dan kimia juga harus dicari dalam agama.[26] Abdullah Jawadi Amuli, Mufasir dan Fakih Syiah, dianggap sebagai pendukung luasnya dan kekomprehensifan Islam terhadap semua ilmu dan metode.[27]

Pandangan maksimalis terhadap Islam dianggap tidak dapat diterima dan dikatakan bahwa banyak masalah duniawi dan ilmu empiris tidak berkaitan dengan kebahagiaan manusia dan oleh karena itu, berada di luar cakupan agama.[28]

Dalil-dalil

Kekomprehensifan Islam dianggap jelas bagi siapa saja yang merujuk pada Al-Qur'an dan riwayat,[29] dan untuk membuktikan kekomprehensifan Islam digunakan berbagai dalil dari ayat dan riwayat.

Ayat Al-Qur'an

Beberapa ayat yang digunakan untuk membuktikan kekomprehensifan Islam adalah: Ayat Ikmal al-Din,[30] Ayat 13 Surah Asy-Syura,[31] Ayat 143 Surah Al-Baqarah,[32] Ayat 38 dan 59 Surah Al-An'am,[33] ayat-ayat tentang tujuan diutusnya para nabi,[34] Ayat Khatamiyah,[35] dan ayat-ayat yang menunjukkan keuniversalan dan keabadian Islam.[36]

Berdasarkan zhahir Ayat 89 Surah An-Nahl dan Ayat 111 Surah Yusuf, segala sesuatu telah dijelaskan dalam Al-Qur'an; namun karena pada kenyataannya tidak segala sesuatu dijelaskan dalam Al-Qur'an, menurut nukilan Alireza Arafi, fakih Syiah dan guru Hauzah Ilmiah Qom, sebagian besar mufasir mengatakan bahwa yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berperan dalam kebahagiaan dan petunjuk manusia.[37]

Kekomprehensifan Al-Qur'an dan Sunnah

Templat:Artikel Utama Untuk membuktikan kekomprehensifan Islam, digunakan riwayat-riwayat yang menunjukkan kekomprehensifan Al-Qur'an dan Sunnah.[38] Dikatakan bahwa Al-Qur'an, sebagai sumber terpenting dan utama ajaran Islam,[39] karena diturunkan untuk membimbing manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, menjelaskan segala sesuatu yang berperan dalam membimbing manusia.[40]

Sunnah Nabi saw juga dianggap sebagai bukti kekomprehensifan Islam terhadap kehidupan individu dan sosial serta duniawi dan ukhrawi.[41] Doa-doa dan munajat para Maksum as yang juga mencakup masalah duniawi, dianggap sebagai bukti kekomprehensifan Islam.[42] Dalam Ushul al-Kafi, di bawah judul "Semua yang Halal dan Haram serta Apa pun yang Dibutuhkan Manusia Ada dalam Al-Qur'an dan Sunnah", dinukil sepuluh hadis.[43] Templat:Kotak Kutipan Dalam sebuah riwayat dari Nabi saw dinukil bahwa beliau telah memberitahukan kepada manusia segala sesuatu yang mendekatkan kepada Surga dan menjauhkan dari Neraka, serta melarang segala sesuatu yang mendekatkan manusia ke neraka dan menjauhkan dari surga.[44] Muhammad Taqi Misbah Yazdi, menggunakan riwayat ini untuk membuktikan kekomprehensifan Islam.[45]

Argumentasi Melalui Khatamiyah dan Konsekuensinya

  • Kelaziman Khatamiyah dan Kekomprehensifan: Kekomprehensifan dan kesempurnaan Islam dianggap sebagai konsekuensi dari Khatamiyah-nya; agama yang tidak sempurna dan komprehensif tidak dapat mengklaim sebagai penutup (khatam), karena akan menyebabkan kegagalan tujuan dalam membimbing manusia.[46] Penggunaan masalah khatamiyah sebagai argumen dinyatakan sebagai berikut: Agama Islam adalah penutup agama-agama; agama penutup haruslah sempurna dan komprehensif; maka agama Islam adalah sempurna dan komprehensif.[47]

Kekomprehensifan Islam dianggap sebagai salah satu sebab dan pilar khatamiyah-nya; karena salah satu sebab munculnya nabi dan agama baru adalah ketidakkomprehensifan dan ketidaksesuaian agama sebelumnya bagi generasi mendatang. Islam dengan kekomprehensifan dan kesempurnaannya juga telah memenuhi kebutuhan generasi mendatang. Oleh karena itu, tidak diperlukan agama baru.[48]

  • Kelaziman Keabadian dan Kekomprehensifan: Kekomprehensifan dianggap sebagai salah satu pilar terpenting Keabadian Islam;[49] karena Islam adalah penutup agama dan abadi hingga Kiamat, maka ia harus komprehensif dan memiliki aturan untuk semua perbuatan dan tindakan manusia.[50]
  • Kelaziman Kekomprehensifan dan Keuniversalan Islam: Sifat universal (jahan-syumul) Islam juga dianggap sebagai salah satu bukti kekomprehensifannya; karena agama dapat menjadi universal jika ia komprehensif dan menjawab kebutuhan semua orang di dunia.[51]

Dikatakan bahwa mengingat dunia adalah pendahuluan bagi akhirat dan jalan untuk mencapainya, maka agama yang komprehensif tidak boleh mengabaikan masalah duniawi dan asing terhadapnya, melainkan harus memiliki hukum dan aturan dalam semua masalah duniawi seperti budaya, politik, ekonomi, sosial, dan pemerintahan.[52]

Kriteria dan Indikator Kekomprehensifan

Kriteria dan indikator kekomprehensifan Islam serta kesesuaiannya dengan kebutuhan baru dijelaskan melalui cara-cara berikut:

  • **Berpusat pada Akal:** Ajaran Islam yang berpusat pada akal dan rasional dianggap sebagai salah satu indikator kekomprehensifan.[53] Dalam Islam, Akal dianggap sebagai salah satu sumber penggalian tugas manusia[54] dan semua ajaran Islam sesuai dengan akal.[55]
  • **Prinsip Ijtihad:** Keberadaan prinsip Ijtihad dalam Islam menjamin kekomprehensifan Islam;[56] karena melalui ijtihad, hukum masalah baru digali dari kaidah-kaidah umum.[57]
  • **Koherensi Internal:** Koherensi internal ajaran Islam satu sama lain dianggap sebagai kriteria lain dari kekomprehensifannya; karena tidak ada agama yang dapat menjadi komprehensif tanpa koherensi internal.[58]

Kesesuaian dan keselarasan ajaran Islam dengan fitrah manusia,[59] responsivitas terhadap berbagai kebutuhan di berbagai zaman, cakupan dan keluasan terhadap semua dimensi manusia, dan pandangan ke masa depan disebutkan sebagai komponen lain dari kekomprehensifan Islam.[60]

Dampak Kekomprehensifan Islam

Bagi kekomprehensifan Islam, disebutkan beberapa dampak, di antaranya adalah:

  • Pembentukan Pemerintahan Islam: Pembuktian kekomprehensifan Islam dianggap sebagai pendahuluan untuk menciptakan sistem, masyarakat, dan peradaban Islam[61] dan pembentukan Pemerintahan Islam dianggap sebagai dampak dari kekomprehensifan Islam, sedangkan pengingkaran terhadap perlunya pembentukan pemerintahan Islam dianggap sebagai pengingkaran terhadap kekomprehensifan Islam.[62] Selain itu, penolakan terhadap Sekularisme dianggap sebagai salah satu dampak kekomprehensifan Islam terhadap masalah duniawi dan ukhrawi serta individu dan sosial.[63] Dikatakan bahwa luasnya perintah Islam dalam semua urusan manusia tidak memberikan ruang bagi pemisahan agama dari politik dan tidak membolehkan pembacaan sekuler apa pun.[64]
  • Ilmu Agama dan Islam: Beberapa peneliti menganggap Ilmu Agama atau Islam sebagai dampak dari kekomprehensifan atau maksimalitas Islam; karena jika agama terbatas pada kebahagiaan ukhrawi dan tidak berbicara tentang semua dimensi kehidupan manusia, maka tidak dapat dibicarakan tentang ilmu agama atau Islam.[65] Murtadha Muthahhari meyakini bahwa berdasarkan kekomprehensifan dan khatamiyah Islam, setiap ilmu yang bermanfaat dan diperlukan bagi masyarakat Islam adalah ilmu agama.[66]
  • Kedokteran Islam: Sebagian menganggap Kedokteran Islam sebagai dampak dari pandangan komprehensif (maksimalis) terhadap Islam dan berargumen bahwa sebagaimana Islam memiliki program untuk ruh manusia, ia juga harus memiliki program untuk tubuh.[67]

Catatan Kaki

  1. Thabathaba'i, Ta'alim-e Eslam, 1387 HS, hlm. 55; Syakerin, Adyan va Mazaheb, 1389 HS, hlm. 44.
  2. Muthahhari, Majmu'eh Atsar, 1389 HS, jld. 3, hlm. 190.
  3. Lihat: Olfat, «Jame'iyat va Javedanegi-ye Eslam va Ahkam-e An ba Tavajjoh be Onsor-e Zaman va Makan», hlm. 18.
  4. Thabathaba'i, Al-Mizan, 1390 H, jld. 18, hlm. 28.
  5. Lihat: Thabathaba'i, Al-Mizan, 1390 H, jld. 18, hlm. 29; Makarem Syirazi, Tafsir Nemuneh, 1371 HS, jld. 20, hlm. 377.
  6. Lihat: Shaberian, «Gozareh-ye Kalami-ye Ta'sir-gozar dar Ijtihad (Jame'iyat-e Syari'at)», hlm. 32-44.
  7. Sebagai contoh lihat: Rabbani Golpayegani, Daramadi bar Kalam-e Jadid, 1385 HS, hlm. 107-112; Khosropanah, Kalam-e Novin-e Eslami, 1390 HS, jld. 3, hlm. 63; Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 38 dan 39.
  8. Syakerin, Adyan va Mazaheb, 1389 HS, hlm. 44.
  9. Lihat: Faramarz Qaramaleki, Mabani-ye Kalami-ye Jahat-giri-ye Da'vat-e Anbiya, 1376 HS, hlm. 107-123.
  10. Lihat: Misbah Yazdi, Quran-shenasi, 1394 HS, jld. 2, hlm. 289-307.
  11. Lihat: Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 145.
  12. Lihat: Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 59-85; Ilahi-rad, Ensan-shenasi, 1395 HS, hlm. 171-180.
  13. Khatibi Koushkak dkk, Farhang-e Syi'eh, 1386 HS, hlm. 215.
  14. Sebagai contoh lihat: Thabathaba'i, Al-Mizan, 1390 H, jld. 18, hlm. 28; Khomeini, Shahifah Imam, 1389 HS, jld. 21, hlm. 402 dan 403; Muthahhari, Majmu'eh Atsar, 1389 HS, jld. 3, hlm. 178; Makarem, Payam-e Quran, 1381 HS, jld. 8, hlm. 251; Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 81-83.
  15. Muthahhari, Majmu'eh Atsar, 1389 HS, jld. 3, hlm. 178; Rabbani Golpayegani, Daramadi bar Kalam-e Jadid, 1385 HS, hlm. 111.
  16. Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 81.
  17. Thabathaba'i, Ta'alim-e Eslam, 1387 HS, hlm. 54.
  18. Thabathaba'i, Ta'alim-e Eslam, 1387 HS, hlm. 55.
  19. Khomeini, Shahifah Imam, 1389 HS, jld. 21, hlm. 402 dan 403.
  20. Muthahhari, Majmu'eh Atsar, 1389 HS, jld. 2, hlm. 65.
  21. Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 68 dan 69; Abbasi, «Naqd-e Mabani-ye Nazariyeh-ye Din-e Hadaqalli», hlm. 104-106; Bazargan, «Akherat va Khoda, Hadaf-e Be'tsat-e Anbiya», hlm. 52-56.
  22. Khosropanah, Gostareh-ye Syari'at, 1382 HS, hlm. 89; Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 68-70.
  23. Bazargan, «Akherat va Khoda, Hadaf-e Be'tsat-e Anbiya», hlm. 56.
  24. Abbasi, «Naqd-e Mabani-ye Nazariyeh-ye Din-e Hadaqalli», hlm. 110.
  25. Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 56.
  26. Lihat: Khosropanah, Gostareh-ye Syari'at, 1382 HS, hlm. 107; Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 59-62.
  27. Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 63.
  28. Ilahi-rad, Ensan-shenasi, 1395 HS, hlm. 176 dan 177.
  29. Kharrazi, Bidayah al-Ma'arif, 1417 H, jld. 1, hlm. 269.
  30. Kharrazi, Bidayah al-Ma'arif, 1417 H, jld. 1, hlm. 280; Misbah Yazdi, Rah va Rahnama-shenasi, 1395 HS, hlm. 576; Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 121-125.
  31. Thabathaba'i, Al-Mizan, 1390 H, jld. 18, hlm. 29.
  32. Amin, Makhzan al-Irfan dar Ulum Quran, 1389 HS, jld. 8, hlm. 393.
  33. Amid Zanjani, Fiqh-e Siyasi, 1377 HS, jld. 2, hlm. 171.
  34. Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 125-130.
  35. Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 131-135.
  36. Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 136-139.
  37. Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 85-92.
  38. Lihat: Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 96-120.
  39. Lihat: Muthahhari, Majmu'eh Atsar, 1389 HS, jld. 26, hlm. 25 dan 26.
  40. Misbah Yazdi, Quran-shenasi, 1396 HS, hlm. 302-304.
  41. Lihat: Faramarz Qaramaleki, Mabani-ye Kalami-ye Jahat-giri-ye Da'vat-e Anbiya, 1376 HS, hlm. 115.
  42. Faramarz Qaramaleki, Mabani-ye Kalami-ye Jahat-giri-ye Da'vat-e Anbiya, 1376 HS, hlm. 115 dan 116.
  43. Kulaini, Al-Kafi, 1407 H, jld. 1, hlm. 59-62.
  44. Lihat: Kulaini, Al-Kafi, 1407 H, jld. 5, hlm. 83; Ibnu Fahd Hilli, 'Uddah al-Da'i, 1407 H, hlm. 83.
  45. Misbah Yazdi, Rah va Rahnama-shenasi, 1395 HS, hlm. 576.
  46. Jawadi Amuli, Syari'at dar Gostareh-ye Ma'rifat, 1372 HS, hlm. 208-211; Ilahi-rad, Ensan-shenasi, 1395 HS, hlm. 173.
  47. Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 132.
  48. Misbah Yazdi, Rah va Rahnama-shenasi, 1395 HS, hlm. 575 dan 576.
  49. Muthahhari, Majmu'eh Atsar, 1389 HS, jld. 3, hlm. 190.
  50. Amin, Makhzan al-Irfan dar Ulum Quran, 1389 HS, jld. 1, hlm. 387.
  51. Khatibi Koushkak dkk, Farhang-e Syi'eh, 1386 HS, hlm. 215.
  52. Beheshti, «Jame'iyat va Kamal-e Din», hlm. 69.
  53. Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 124.
  54. Subhani, Mansyur-e Aqaid-e Emamiyeh, 1376 HS, hlm. 137.
  55. Khatibi Koushkak dkk, Farhang-e Syi'eh, 1386 HS, hlm. 217.
  56. Khatibi Koushkak dkk, Farhang-e Syi'eh, 1386 HS, hlm. 217; Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 125.
  57. Subhani, Mansyur-e Aqaid-e Emamiyeh, 1376 HS, hlm. 137.
  58. Khatibi Koushkak dkk, Farhang-e Syi'eh, 1386 HS, hlm. 217; Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 122 dan 123.
  59. Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 118 dan 119; Khatibi Koushkak dkk, Farhang-e Syi'eh, 1386 HS, hlm. 216.
  60. Ayazi, Jame'iyat-e Quran, 1380 HS, hlm. 120-124.
  61. Arafi, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, 1396 HS, hlm. 39.
  62. Amid Zanjani, Fiqh-e Siyasi, 1377 HS, jld. 1, hlm. 199.
  63. Rabbani Golpayegani, Naqd-e Mabani-ye Sekularism, 1382 HS, hlm. 47 dan 48; Misykat, Farhang-e Vazhe-ha, 1402 HS, hlm. 280.
  64. Misykat, Farhang-e Vazhe-ha, 1402 HS, hlm. 280.
  65. Lihat: Syarifi dkk, «Jostari Darbareh-ye Elm-e Dini va Dini Kardan-e Ulum», hlm. 43-47.
  66. Muthahhari, Dah Goftar, 1380 HS, hlm. 173.
  67. «Tafavot-haye Teb-be Sonnati ba Teb-be Eslami», Situs Shia News.

Daftar Pustaka

  • Ibnu Fahd Hilli, Ahmad bin Muhammad, Uddah al-Da'i wa Najah al-Sa'i, Tahqiq Ahmad Muwahhidi Qomi, Teheran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan pertama, 1407 H.
  • Arafi, Alireza, Qalamrow-e Din va Gostareh-ye Syari'at, Riset dan Penulisan Seyed Reza Rouhani-Rad, Qom, Muassasah Farhangi Honari Eshraq va Erfan, 1396 HS.
  • Ilahi-rad, Safdar, Ensan-shenasi (Silsilah Durus Mabani Andisheh Eslami 3), Qom, Entesharat Muassasah Amuzeshi va Pazhuheshi Imam Khomeini, 1395 HS.
  • Amin, Nosrat Begum, Makhzan al-Irfan dar Ulum Quran, Isfahan, Golbahar, 1389 HS.
  • Ayazi, Sayid Mohammad Ali, Jame'iyat-e Quran: Pazhuheshi Asnadi va Tahlili az Mas'aleh-ye Jame'iyat va Qalamrow-e An, Rasht, Ketab-e Mobin, 1380 HS.
  • Bazargan, Mehdi, «Akherat va Khoda, Hadaf-e Be'tsat-e Anbiya», Majalah Kiyan, Nomor 28, 1374 HS.
  • Beheshti, Ahmad, «Jame'iyat va Kamal-e Din», Ketab-e Naqd, Nomor 2 dan 3, Musim Semi dan Panas 1376 HS.
  • «Tafavot-haye Teb-be Sonnati ba Teb-be Eslami», Situs Shia News, Tanggal posting: 4 Esfand 1399 HS, Diakses: 21 Mehr 1404 HS.
  • Jawadi Amuli, Abdullah, Syari'at dar Gostareh-ye Ma'rifat, Penyusunan dan Pengeditan Hamid Parsania, Markaz Nashr-e Farhangi Raja', Cetakan pertama, 1372 HS.
  • Kharrazi, Sayid Mohsen, Bidayah al-Ma'arif al-Ilahiyyah fi Syarh Aqaid al-Imamiyyah, Qom, Jami'ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom, Cetakan keempat, 1417 H.
  • Khosropanah, Abdolhossein, Gostareh-ye Syari'at, Teheran, Daftar Nashr-e Ma'arif, 1382 HS.
  • Khosropanah, Abdolhossein, Kalam-e Novin-e Eslami, Qom, Ta'lim va Tarbiyat Eslami, 1390 HS.
  • Khatibi Koushkak, Mohammad dkk, Farhang-e Syi'eh, Produser: Pusat Penelitian Islam, Qom, Zamzam-e Hedayat, Cetakan kedua, 1386 HS.
  • Khomeini, Sayid Ruhullah, Shahifah Imam, Disiapkan dan Disusun oleh Lembaga Pengaturan dan Penerbitan Karya Imam Khomeini, Teheran, Muassasah Tanzim va Nashr Atsar Imam Khomeini, Cetakan kelima, 1389 HS.
  • Davenport, John, Uzur-e Taqsir be Pishgah-e Muhammad va Quran (Apology for Mohammed and the Koran), Terjemahan Seyed Gholamreza Saeedi, Disiapkan dan Pengantar oleh Seyed Hadi Khosroshahi, Qom, Kolbeh Shuruq, Cetakan pertama, 1391 HS.
  • Rabbani Golpayegani, Ali, Daramadi bar Kalam-e Jadid, Qom, Markaz Nashr-e Hajar, 1385 HS.
  • Rabbani Golpayegani, Ali, Naqd-e Mabani-ye Sekularism, Qom, Markaz Modiriyat Hauzah Ilmiah Qom, Cetakan pertama, 1382 HS.
  • Subhani, Ja'far, Mansyur-e Aqaid-e Emamiyeh, Qom, Muassasah Imam Shadiq (as), 1376 HS.
  • Syakerin, Hamidreza, Adyan va Mazaheb, Qom, Nahad Namayandegi Maqam Moazzam Rahbari dar Daneshgah-ha; Daftar Nashr-e Ma'arif, Cetakan keempat, 1389 HS.
  • Syarifi, Enayatullah dkk, «Jostari Darbareh-ye Elm-e Dini va Dini Kardan-e Ulum», Faslnameh Qabasat, Nomor 67, Musim Semi 1392 HS.
  • Shaberian, Alireza, «Gozareh-ye Kalami-ye Ta'sir-gozar dar Ijtihad (Jame'iyat-e Syari'at)», Dofaslnameh Ensan-pazhuhi Dini, Nomor 17 dan 18, Musim Gugur dan Musim Dingin 1387 HS.
  • Thabathaba'i, Sayid Muhammad Husain, Ta'alim-e Eslam, Disiapkan oleh Seyed Hadi Khosroshahi, Qom, Bustan Kitab, 1387 HS.
  • Thabathaba'i, Sayid Muhammad Husain, Al-Mizan fi Tafsir al-Qur'an, Beirut, Muassasah al-A'lami lil Mathbu'at, 1390 H.
  • Abbasi, Valiullah, «Naqd-e Mabani-ye Nazariyeh-ye Din-e Hadaqalli», Ravaq-e Andisheh, Nomor 32, Mordad 1383 HS.
  • Amid Zanjani, Abbas Ali, Fiqh-e Siyasi, Teheran, Amirkabir, 1377 HS.
  • Faramarz Qaramaleki, Ahad, Mabani-ye Kalami-ye Jahat-giri-ye Da'vat-e Anbiya, Teheran, Pazhuheshgah Farhang va Andisheh Eslami, Cetakan pertama, 1376 HS.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub, Al-Kafi, Penelitian Ali Akbar Ghaffari dan Mohammad Akhoundi, Teheran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan keempat, 1407 H.
  • Misykat, Abdurrasul bekerjasama dengan sekelompok penulis, Farhang-e Vazhe-ha; Daramadi bar Makateb va Andisheh-haye Mo'aser, Teheran, Samt; Qom, Muassasah Andisheh va Farhang Dini, Cetakan ketujuh, 1402 HS.
  • Misbah Yazdi, Muhammad Taqi, Rah va Rahnama-shenasi (Edisi Baru), Koreksi dan Revisi Mostafa Karimi, Qom, Entesharat Muassasah Amuzeshi va Pazhuheshi Imam Khomeini, Cetakan kedua, 1395 HS.
  • Misbah Yazdi, Muhammad Taqi, Quran-shenasi, Riset dan Penulisan Gholamali Azizikia, Qom, Entesharat Muassasah Amuzeshi va Pazhuheshi Imam Khomeini, Cetakan keenam, 1394 HS.
  • Muthahhari, Murtadha, Dah Goftar, Teheran, Sadra, 1380 HS.
  • Muthahhari, Murtadha, Majmu'eh Atsar-e Ostad Syahid Motahhari, Teheran, Sadra, 1389 HS.
  • Makarem Syirazi, Naser, Tafsir Nemuneh, Teheran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan kesepuluh, 1371 HS.