Hari Arafah

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia
Doa, Munajat dan Ziarah

Hari Arafah (bahasa Arab: يوم عرفة) adalah hari ke 9 Dzulhijjah dan termasuk hari yang penuh dengan kautamaan dalam setahun dimana banyak riwayat-riwayat memperkenalkannya sebagai hari khusus untuk pengampunan dosa dan terkabulkan doa. Hari Arafah adalah satu hari sebelum Idul Adha. Dalam sumber-sumber riwayat terdapat amalan-amalan yang dikhususkan untuk hari tersebut yang mana paling utamanya adalah berdoa dan beristighfar. Membaca doa ziarah Imam Husain as dan doa Arafah pada hari ini termasuk amalan mustahab yang dianjurkan. Menurut fikih Syiah, para jemaah haji di hari ini harus berwukuf di padang Arafah sejak masuk waktu zhuhur hingga matahari terbenam.

Sebab Penamaan

Kata "Arafah" adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab dari huruf " ain- ro- fa" yang berarti pengenalan, pemahaman dan pengetahuan sesuatu disertai dengan perenungan.[1] Nama Arafah diambil dari daerah Arafat (sebuah tempat di Mekah dimana harus berwukuf di sana pada tanggal 9 Dzulhijjah). Dan Arafat dinamakan Arafat karena ia merupakan tanah yang diketahui dan dikenal di antara gunung-gunung.[2]

Karya-karya kuno tentang Mekah, seperti Akhbar Mekah[3] juga menggunakan kata Arafah untuk merujuk ke tanah Arafat. Sakhawi, sejarawan warga Mekah abad ke-10 percaya bahwa kata Arafat seperti kata Qashabat (bentuk jamak dari Qashbah), dan setiap titik dari daerah tersebut disebut sebagai Arafah, sementara nama untuk semua daerah adalah Arafat.[4]

Kepentingan dan Keutamaan

Hari Arafah adalah hari permulaan manasik haji. Para jemaah haji di hari ini berkumpul di padang Arafah dan selain berdoa dan beristighfar, mereka juga bersyukur kepada Allah atas taufik dan inayahNya dalam menjalankan kewajiban penting haji. Melihat pada kepentingan hari ini, telah dinukil secara khusus doa-doa dan munajat-munajat dari para imam maksum dan pembesar agama. Dalam sebagian sumber, untuk hari ini telah dinukil sebuah doa dari Nabi yang mulia saw.[5] Diantara doa-doa yang masyhur untuk hari ini adalah, doa Imam Husain as yang dikenal dengan nama doa Arafah yang mana sebagian besar pengikut Syiah dalam setiap tahunnya di setiap titik di seluruh penjuru dunia menganggap penting untuk membaca doa itu di hari ini. Sebuah doa yang dinukil oleh Imam Ali bin Husain as juga termasuk salah satu doa yang masyhur untuk dibaca pada hari ini. [6]

Banyak riwayat yang memperkenalkan hari Arafah sebagai hari istimewa untuk pengampunan dosa dan pengabulan doa. [7] Demikian juga Imam-Imam Syiah menyatakan penghormatan khusus untuk hari ini dan mengajak masyarakat untuk memuliakan hari ini, dan para pemohon dan peminta dengan segala cara apa pun tidak akan ditolak permohonan dan permintaannya. [8]

Hukum-hukum fikih

  • Dalam fikih Syiah di hari Arafah (hari ke 9 Dzulhijjah) seorang jemaah haji wajib hukumnya untuk melaksanakan wukuf di padang Arafah sejak zhuhur hingga matahari terbenam; yaitu seorang yang melaksanakan ibadah haji harus menetap di padang Arafat dan tidak keluar dari situ. Wukuf ini termasuk dari rukun-rukun haji, dalam artian bahwa seandainya seorang jamaah haji tidak pergi ke padang Arafat dan tidak menetap (wukuf) di sana walaupun sebentar, maka hajinya batal dan tidak sah. [9]
  • Mazhab-mazhab Ahlusunah memiliki perbedaan pendapat dalam penentuan waktu wukuf hari Arafah:
  1. Sejak waktu terbenam malam ke 10 hingga waktu sahur hari Idul Adha;
  2. Sejak waktu sahur hari ke 9 hingga waktu sahur hari Idul Adha;
  3. Sejak zhuhur hari ke 9 Dzulhjjah hingga fajar hari kesepuluh. [10]

Hal-hal yang dianjurkan secara Mustahab di Hari Arafah

Untuk hari Arafah ada sejumlah amalan mustahab yang dalam riwayat-riwayat dianjurkan untuk dilakukan, sebagian darinya adalah sebagai berikut:

  • Menurut riwayat, berdoa dan beristighfar adalah amalan yang paling utama di hari Arafah, [11] dan diantara doa-doa, doa Imam Husain as di hari ini yang masyhur dengan doa Arafah, sangat dipesankan untuk dibaca.
  • Mandi[12]
  • Membaca doa ziarah Imam Husain as. [13]
  • Menginap di Mina dalam artian bahwa seorang jemaah haji menetap di Mina pada malam Arafah hingga terbitnya fajar . [14]
  • Bersedekah. [15]
  • Berpuasa. [16]

Catatan Kaki

  1. Raghib Isfahani, al-Mufradat, hlm. 560
  2. Quraisyi, al-Tahqiq li Kalimat al-Quran al-Karim, jld. 8, hlm. 120
  3. Karya Fakihi (abad ke-2 H)
  4. Sakhawi, al-Buldaniyat, hlm. 225
  5. Syekh al-Shaduq,"Man La Yahdhuruhu al-Faqih", jld.2, hlm. 542-543.
  6. Lihat: Al-Shahifah al-Sajjadiyah, hlm.210.
  7. Sebagai contoh lihat: Al-Kulaini, al-Kafi, jld.4, hlm. 146, 541.
  8. Sebagai contoh lihat: Syekh al-Shaduq, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld.2, hlm. 211.
  9. Lihat: Al-Musawi al-Syahrudi, Jami al-Fatawa Manasik haj, hlm.173-174.
  10. Lihat: Haj wa Umreh dar Ayineye Figh Muqaran, hlm. 237-238; Al-Figh Ala al-Madzahib al-Khamsah, jld.1, hlm. 278.
  11. Lihat: Al-Amili, Wasail al-Syiah, jld.13, hlm. 559-560
  12. Syekh al-Shaduq, Man La Yahdhuruhul Faqih, jld.1, hlm. 77.
  13. Al-Kulaini, al-Kafi, jld.4, hlm. 570; al-Amili, Wasail al-Syiah, jld.14, hlm. 459; al-Qummi, Abbas, Mafatih al-Jinan, 451.
  14. Syekh al-Shaduq, Ma'ani al-Akhbar, hlm. 296.
  15. Syekh al-Shaduq, Man La Yahdhuruhul Faqih, jld.3, hlm. 113.
  16. Syekh al-Thusi, al-Istibshar, jld.2 hlm. 133.

Daftar Pustaka

  • Al-Thusi. Al-Istibshar. Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1390 H.
  • Al-Amili, Syekh al-Hur. Wasail al-Syiah. Qom: Muassasah Al al-Bait as, 1409 H.
  • Al-Imam Sayid al-Sājidin, Ali bin Al-Husain as. Al-Shahifah al-Sajjadiyah. Qom: Kantor penerbitan Al-hadi, cet. I, 1418 H.
  • Al-Musawi al-Syahrudi, Sayid Murtadha. Jami' al-Fatawa Manasik haj (dengan metode baru sesuai dengan fatwa-fatwa para marja agung taklid). Teheran: Penerbit Masy'ar, 1428 H.
  • Al-Qummi. Abbas. Mafatih al-Jinan. Terjemahan Hadi Asyraqi Tabrizi. Qom: Ayiine Danish, Tanpa tahun.
  • Al-Shaduq. Ma'ani al-Akhbar. Qom: Penerbit Jamiah mudarrisin, 1361 HS.
  • Al-Shaduq. Man La Yahdhuruhul Faqih. Qom: Penerbit Jamiah mudarrisin, 1413 H.
  • Miqdadi, Muhammad Ali. Haj wa Umreh dar Ayne-e Fiqh Muqaran. Teheran: Masy'ar, 1384 HS.
  • Mughniyah, Muhammad Jawad. Al-Fiqh ala al-Madzahib al-Khamsah. Qom: Muassasah Dar al-Kitab al-Islami, 1422 H.
  • Quraisyi. Al-Tahqiq li Kalimat al-Quran al-Karim.
  • Rahgib Isfahani, Al-Mufradat.
  • Sakhawi, Muhammad bin Abdurrahman. Al-Buldaniyat. Editor: Hisam bin Muhammad Qathan. Riyadh: Dar al-Atha', 1422 H.