Zaid bin Imam Ali Zainal Abidin as
 | |
| Peran | Salah Satu anak keturunan Imam Syiah • Bangkit melawan Bani Umayyah |
|---|---|
| Nama | Zaid bin Ali Zainal Abidin as |
| Kunya | Abu al-Husain |
| Lakab | Zaid al-Syahid • Halif Alquran • Zaid al-Azyad |
| Ayah | Imam Sajjad as |
| Ibu | Jaida (Jida) |
| Lahir | Tahun 75 H/694 atau 78 H/697 atau 80 H/699 |
| Tempat Lahir | Madinah |
| Wafat | Antara tahun 120 H/738 atau 121 H/739 atau 122 H/740 |
| Masa Hidup | 42 tahun |
Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib (bahasa Arab:زید بن علی بن الحسین بن علی بن ابی طالب), yang bergelar Zaid al-Syahid, adalah salah seorang dari anak keturunan Imam Zainal Abidin as dan termasuk dari sahabat-sahabat Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Aliran Zaidiyah dinisbatkan kepadanya. Dia lahir di Madinah dan Syahid di Kufah.
Zaid memiliki gaya tersendiri dalam bacaan Alquran. Dia menentang taqiyyah dan termasuk salah seorang yang membenci dan berlepas diri dari Syaikhain (Abu bakar dan Umar).[1] Dia menyeru masyarakat untuk mengikuti kitab suci Alquran dan sunah serta berjihad melawan para penindas dan melindungi orang-orang yang terlantar serta menolong orang-orang yang tidak mampu.[2]
Zaid bangkit pada saat Yusuf bin Umar menjadi gubernur di kota Kufah. Penduduk Kufah meninggalkannya sendirian dan mati syahid.
Nasab
Zaid putra Imam Sajjad as, imam keempat orang-orang Syiah. Sedangkan nama ibu tercintanya telah dicatat dengan beragam nama diantaranya: Jida (jaida), Jid, Haidan, dan Haura. Dia adalah anak dari seorang budak yang mana Mukhtar al-Tsaqafi telah membelinya dengan 3000 dirham dan karena memandang bahwa budak wanita ini berharga maka ia dihadiahkan kepada Imam Sajjad as [3]. Selain Zaid, ia juga melahirkan putra putri yang lainnya dari Imam Sajjad as seperti: Ali, Umar dan Khadijah.[4]
Silsilah keluarga Ahlulbait as
|
|---|
Julukan dan Gelar
Julukan Zaid Adalah Abu al-Husain. [5] dan hal ini karena ia memiliki anak bernama Husain. Di antara gelar-gelarnya adalah:
- Zaid al-Syahid; [6] karena ia terbunuh dalam kebangkitannya melawan kezaliman.
- Halif Alquran; [7] karena dia senantiasa sibuk membaca Alquran
- Zaid al-Azyad; [8] karena dia memiliki kedudukan tinggi, keagungan dan kepribadian yang tiada tara dibandingkan sesama namanya seperti: Zaid bin Haritsah, Zaid bin Arqam, Zaid bin Hasan bin Ali.[9]
Kelahiran dan Kesyahidan
Menurut pendapat masyhur dia berumur 42 tahun.[10]Mengenai tahun kelahirannya terjadi perselisihan pendapat.Tahun 75, 78,[11] 80[12] dan 79 [13]adalah tahun-tahun yang disebutkan sebagai tahun kelahirannya. Dia lahir di kota Madinah.[14]
Adapun berkenaan dengan tahun kesyahidannya juga terdapat ikhtilaf dan tahun 122 H/740,[15] 121 H/739 [16] dan 120 H/738 adalah tahun-tahun yang disebut dalam mengenang kesyahidannya.
Para Guru
Zaid termasuk salah seorang diantara para perawi yang meriwayatkan hadis dari ayahnya (Imam Sajjad as) dan saudaranya (Imam Baqir as) dan keponakannya (Imam Shadiq as).[17] Diantara para Syaikh yang Zaid meriwayatkan hadis dari mereka adalah Aban bin Utsman bin Affan (W.105 H/723) dan Abdullah bin Abi Rafi'. Begitu pula Zaid bermurid kepada 'Urwah bin Zubair bin Awwam dan Washil bin 'Atha. [18]
Sebagian meyakini bahwa sebab kecondongan Zaidiyah kepada mazhab Mu'tazilah karena Zaid bermurid kepada Wasil bin 'Atha. Sebuah perdebatan terjadi diantara Zaid dan saudaranya,Imam Baqir as mengenai permasalahan Zaid yang bermurid kepada Wasil bin 'Atha dan pensyaratan bangkit (melawan penguasa zalim) dalam keimamahan seorang imam.[19] Zaid juga mengadakan beberapa perdebatan dengan penduduk Bashrah dan fukaha Kufah, diantaranya adalah Abdurrahman bin Abi Laili, Abu Hanifah dan Sufyan al-Tsauri.[20]
Para Murid
Penulis buku al-Raudh al-Nadhir, menyebutkan nama orang-orang yang menimba ilmu dari Zaid. Sebagian dari mereka adalah:
- Isa, Muhammad dan Yahya; putra-putra Zaid
- Sulaiman bin Mehran
- Said bin Khaitsam
- Abu Khalid Kabuli
- Salmah bin Kuhail
- Ibnu Abi Zanad
- Muthalib bin Ziyad
- Fudhail bin Marzuk
- Manshur bin Mu'tamir
- dan Zubaid Yami, [21]
Para Perawi
Sebagian para perawi yang mengambil riwayat dari Zaid adalah:
- Imam Shadiq as
- Muhammad bin Muslim Zuhri
- Syu'bah bin Hajjaj
- Abdurrahman bin Abi al-Zanad
- Abdurrahman bin Harits bin Ayasy, [22]
- Bassam Shairufi.[23]
Di dalam literatur-literatur Ahlusunah para pemuka seperti Tirmidzi, Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hanbal menukil hadis darinya. [24]
Karya-karya yang dinisbatkan kepada Zaid
Buku al-Majmu' fi al-Fiqh dengan riwayat Abu Khalid Washithi dari Zaid, dinisbatkan kepada Zaid bin Ali Zainal Abidin as .[25] Buku ini adalah buku yang termasyhur dari karya-karya yang dinisbatkan kepadanya dan ada juga beberapa penjelasan (syarah) yang ditulis untuk buku tersebut.
Buku-buku lainnya yang disebutkan untuknya adalah: Tafsir Gharib Alquran al-Majid, Akhbar Zaid bin Ali, [26]Tatsbit al-Imamah, Manasik atau Manasik al-Haj, Qira'atu Zaid bin Ali, Risalah fi al-Jadal ma'a Murji'ah, buku al-Shofwah, Risalah fi Huquqillah [27] dan buku Fi al-Raddi ala al-Qadariyah min Alquran. [28].
Kebangkitan Zaid
Banyak faktor seperti berbagai kezaliman Bani Umayyah kepada masyarakat, undangan dan ajakan masyarakat Kufah, perbedaan pendapat antara dia dan Abdullah bin Hasan as mengenai pewakafan Ali as di Madinah yang menyebabkan arbitrasi Khalid bin Abdul Malik, pergerakan-pergerakan yang terjadi setelahnya, [29]kunjungan-kunjungan Zaid ke Syam dan sikap tak sopan Hisyam bin Abdul Malik kepadanya di depan para petugas istana, tuduhan-tuduhan penggelapan harta kepada Zaid, dan motifasi-motifasi lainnya, satu sama lain bergabung memotivasi sosok pribadi seperti Zaid yang secara mendasar menentang taqiyyah untuk bangkit menentang kezaliman dengan bertumpu pada baiat 15000 orang-orang Kufah.
Selama 10 bulan di Kufah dan Basrah ia menyeru masyarakat secara sembunyi untuk bangkit dan berbaiat kepada dirinya.[30]Dilaporkan bahwa selama masa ini ada 50.000 warga Kufah memberikan baiat kepada Zaid.[31] Dikatakan bahwa Zaid mengirim sepucuk surat kepada Abu Hanifah dan mengajaknya untuk memberikan bantuan kepadanya serta berjihad melawan pemerintahan Bani Umayyah. Abu Hanifah juga mengirim bantuan finansial kepada Zaid dan dengan fasilitas-fasilitasnya ia membantu Zaid.[32]
Zaid bangkit pada malam Rabu 1 Shafar tahun 122 H/740. Pada awalnya kebangkitan ini akan diadakan lebih lambat dari tanggal yang tertulis di atas, namun dengan terbunuhnya dua orang dari para penolongnya dan ada kemungkinan mereka diserang pada malam hari akhirnya kebangkitan itu terjadi pada tanggal tersebut. Gubernur Kufah yang telah mendapat kabar akan kebangkitan Zaid mengumpulkan masyarakat di Masjid Kufah dan dengan mengunci pintu-pintunya secara praktis memenjara mereka di dalamnya supaya mereka tidak dapat bergabung dengan pasukan Zaid. Oleh karenanya, dari 50.000 orang yang telah berbaiat kepada Zaid, hanya ada 280 orang dan menurut sebuah penukilan 300 orang mampu melindunginya.[33]
Slogan para pasukan Zaid adalah Ya Manshur, Amit. [34]
Kesyahidan
Akhirnya setelah berlangsung perang dua hari antara pasukan Zaid yang berjumlah sedikit dengan pasukan Umawi, sebuah anak panah menancap mengenai dahinya dan karenanya ia gugur sebagai syahid.[35]
Para pengikut Zaid menguburkan jasadnya tengah malam guna menghindari dari kelakuan buruk musuh, namun musuh mengetahui hal itu. Dan musuh yaitu Para pengikut Umawi mengeluarkan jasad Zaid dari kuburnya dan memisah kepala Zaid dari tubuhnya, kemudian kepala itu dikirim ke hadapan Hisyam bin Abdul Malik di Syam dan tubuhnya digantung di tengah jalan.
Dinukilkan, setelah dari Syam kepala Zaid itu dikirim ke Mesir. Di Mesir ada sebuah bangunan dinisbatkan kepada kepala Zaid. [36] Namun tubuhnya masih tetap tergantung sampai hari kematian Hisyam dan setelah itu atas perintah Walid bin Yazid jasad tersebut diturukan dari gantungan, kemudian dibakar dan abunya ditebarkan tertiup angin. [37]
Imam Shadiq dan Kebangkitan Zaid
Banyak dari ulama Syiah diantaranya Syahid Awal dalam al-Qawaid, Mamaqani dalam Tanqih al-Maqal, Khu'i dalam Mu'jam Rijal al-Hadits, dan Sayid Ali Khan Syirazi dalam Riyadhu al-Salikin berkeyakinan bahwa kebangkitan Zaid adalah dengan seizin Imam Shadiq as. [38]
Imam Ridha as bersabda: "Ayahku Musa bin Ja'far as mendengar dari ayahnya Imam Shadiq as bahwa ia bersabda:"Zaid untuk kebangkitannya telah bermusyawarah denganku, aku berkata kepadanya, pamanku sayang, jika engkau suka menjadi orang yang akan digantung di Kunasah Kufah, maka inilah jalannya".
Ketika Zaid pergi keluar dari hadapan Imam Shadiq as, Imam bersabda: "Celakalah orang yang mendengar panggilannya dan tidak bergegas menolongnya". [39]
Mazhab Zaid
Dikutip dari perkataan Zaid bahwa dia mengatakan:
- "Di setiap masa salah seorang dari kami Ahlulbait adalah hujjah Allah swt dan hujjah di zaman kita adalah anak saudaraku, keponakanku Ja'far bin Muhammad, siapa saja yang mengikutnya tidak akan tersesat dan siapa saja yang menentang dan mengingkarinya dia tidak akan mendapatkan petunjuk hidayah. [40]
Sebagian orang dengan bersandar kepada riwayat di atas menetapkan keyakinan dan komitmennya Zaid kepada keimamahan Imam Shadiq as.
Anak Keturunan Zaid
- Yahya: Setelah ayahnya, ia bangkit di Sabziwar dan syahid di Jauzijan Afganistan.
- Husain: yang Masyhur dengan julukan Husain Dzu al-Dam'ah, gelar ini diberikan kepadanya karena dia sering bersedih dan banyak menangisi kesyahidan ayahnya. Setelah kesyahidan Zaid, Imam Shadiq as bertanggung jawab atas pendidikanya.[41]
- Muhammad: Salah seorang sahabat Imam Shadiq as.[42]
- Isa: Dia setelah menjalani kehidupannya secara sembunyi-sembunyi, di usianya yang ke 60 meninggal di Kufah. [43]Menurut beberapa laporan dikatakan bahwa dia juga termasuk salah satu dari sahabat Imam Shadiq as. [44]
Keturunan Zaid terus berlanjut melalui tiga orang putranya, Isa, Muhammad dan Husain.[45]
Terbentuknya Kelompok Zaidiyah
Pasca kesyahidan Imam Husain as, sebagian kaum Alawi menganggap 'pemikiran bangkit dengan senjata (melawan kezaliman)' sebagai salah satu syarat keimamahan dan pedoman untuk melawan kaum penzalim. Dengan terciptanya pemikiran politis ini pada masa Imam Ali Zainal Abidin as, pondasi Zaidiyah mulai terbangun.[46]
Perbedaan yang terjadi diantara kaum Alawi kembali kepada dua perspektif perlawanan budaya atau kebangkitan bersenjata melawan dinasti Umawi. Hasil dari perbedaan ini nampak setelah kesyahidan Imam Zainal Abidin as. Sekelompok orang menerima keimamahan Imam Muhammad al-Baqir as dan kelompok lain yang meyakini opini kebangkitan bersenjata menerima keimamahan Zaid bin Ali saudara Imam Muhammad al-Baqir as, dan kelompok inilah terkenal dengan Zaidiyah.[47] Atas dasar ini, muslim Syiah yang menerima kebangkitan bersenjata, menyakini Zaid bin Ali sebagai imam kelima Ahlulbait setelah Imam Ali as, Imam Hasan as, Imam Husain as dan Hasan al-Mutsanna.[48] [catatan 1]
Buku Gnostik
- Syakhshiat wa Qiyame Zaid bin Ali As (Kepribadian dan kebangkitan Zaid bin Ali), karya: Sayid Abu Fadhil Radhawi Ardakani.
- Sireh wa Qiyame Zaid bin Ali (Perjalanan dan kebangkitan Zaid bin Ali), karya:Husain Kariman.
- Al-Imam Zaid bin Ali (Imam Zaid bin Ali), Karya: Syarif al-Syaikh Shaleh Ahmad al-Khatib. Dar al-Nurah al-Jadidah, mansyurat al-faisholah, Beirut-Lebanon, 1404 H./ 1984. Buku ini telah diatur dalam 327 halaman dan 4 bab.
- Tsauratu Zaid bin Ali (Revolusi Zaid bin Ali), karya: Naji Hasan, Al-Dar al-Arabiah al-Marsumat Beirut 2000/1421H.
- Al-Imam Zaid (Imam Zaid), karya:Muhammad Abu Zahrah. Dar al-Dzarrah al-Jadidah, Beirut, dalam 539 halaman 1378 H/1959. Buku ini ditulis dalam 202 halaman dan empat pasal.
- Abu al-Husain Zaid al-Syahid, karya: Sayid Muhsen Amin, Dar al-Murtadha, Beirut, 1423 H/2003.
catatan
- ↑ Terjadi perbedaan pendapat mengenai keimamahan Hasan al-Mutsanna. Sebagian penulis buku Milal wa Nihal dan para peneliti menganggap Hasan al-Mutsanna sebagai imam kelompok Zaidiyah, dan sebagian lagi menolaknya
Catatan Kaki
- ↑ Al-Hayat al-Siyasiyah wa al-Fikriyah li al-Zaidiyah fi al-Masyriq al-Islami,hlm. 34-42
- ↑ Lihat. Masykur, Farhang Firaq Islami, hlm.214.
- ↑ Lihat. Isfahani, Maqatil al-Thalibiyin, hlm.124.
- ↑ Lihat. Isfahani, Maqatil al-Thalibiyin, hlm.124.
- ↑ Lihat. Isfahani, Maqatil al-Thalibiyin, hlm. 124; Shabiri, Tarikh Firaq Islami, jld. 2, hlm.64; Amraji, Al-Hayat al-Siasiah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm. 25.
- ↑ Lihat. Zirikli, al-'Alam, 59
- ↑ Lihat. Idem, 65 dan Amraji, Al-Hayat al-Siasiah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm. 43;Isfahani, Maqatil al-Thalibiyin, hlm. 127.
- ↑ Lihat.Syablanji, Nur al-Abshar fi Manaqib Al Bait al-Nabi al-Mukhtar, hlm.403; Nuri, Zaid bin Ali wa Masyru'iyatu al-Tsaurah inda Ahlu al-Bait, hlm.20.
- ↑ Razavi Ardakani, hlm.14.
- ↑ Syaikh al- Mufid dan Syaikh ath-Thusi juga meyakini bahwa usianya adalah 42 tahun. Lihat: Nuri, Zaid bin Ali wa masyruiyatu al-Tsaurah ‘inda Ahlilbait, hlm.18; : Isfahani, Maqatil al-Thalibiyin; hlm. 127.
- ↑ I'tiqad Ibnu 'Asakir dar Tarikh
- ↑ Rabbani Ghulpaigani, Ali, Firaq wa Mazahib Islami, hlm.99.
- ↑ Lihat: Nuri, Zaid bin Ali wa masyruiyatu al-Tsaurah 'inda AhlilBait, hlm.18.
- ↑ Lihat: Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm. 30; Shabiri, Tarikh Firaq al-Islami, jld.2, hlm.64
- ↑ Ibnu Atsir, al-Kamil fi Tarikh, jld.5, hlm.242.
- ↑ Khui, Mu'jamu Rijal al-Hadits wa Tafshilu Thabaqat al-Ruwat, jld.8, hlm. 358.
- ↑ Lihat: Sayyid Abu al-Qasim Musawi Khui|Khui, Mu'jamu Rijal al-Hadits wa Tafshilu Thabaqat al-Ruwat, jld.8, hlm. 358; Zaid bin Ali wa masyruiyatu al-Tsaurah 'inda Ahl al-Bait, hlm.17-18.
- ↑ Lihat: Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm.39-41.
- ↑ Lihat. Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm.40-41
- ↑ Lihat. Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm. 44
- ↑ Lihat. Shabiri, Tarikh Firaq al-Islami, jld.2, hlm.65; Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm. 45.
- ↑ Abdurrahman bin al-Harits bin 'Ayays bin Abi Rabi'ah.
- ↑ Lihat. Amraji, al-Hayat al-Siyasiyah wa al-fikriyah li al-Zaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm. 44
- ↑ Lihat: Shabiri, Tarikh Firaq Islami.
- ↑ Lihat. Zarikli, al-'Alam, hlm. 59; Shabiri, Tarikh Firaq al-Islami, jld.2, hlm.66; Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm. 46.
- ↑ Lihat: Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, Hlm 48; Bruklaman, Tarikh al-Adab al-Arabi, jld.3, hlm.323.
- ↑ Lihat: Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm.47; Bruklaman, Tarikh al-Adab al-arabi, jld.3, hlm.323.
- ↑ Lihat: Al-Baghdadi, Ushuluddin, hlm.307
- ↑ Untuk informasi lebih tentang hal ini, lihat: Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm. 47-50.
- ↑ Tajarub al-Umam,jld.3, hlm. 137
- ↑ Ibnu A'tsam, al-Futuh, jld.8, hlm. 290; Abul Faraj Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 132
- ↑ Abul Faraj Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 141
- ↑ Ansab al-asyraf, jld.3, hlm. 244
- ↑ Nuri, Zaid bin Ali wa masyruiyatu al-Tsaurah ‘inda Ahlilbait, hlm.121.
- ↑ Ansab al-Asyraf, jld.3, hlm. 251; Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 137
- ↑ Mu'jam al-Buldan, jld.5, hlm. 143
- ↑ Lihat: Ibnu Jauzi, al-Muntazam fi Tarikh al-Umam wa al-Muluk,jld.7, hlm.212;Shabiri, Tarikh Firaq al-Islami, jld.2, hlm.64;Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld.5, hlm.163; Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm.36; Syablanji, Nur al-Abshar fi Manaqib Al Bait al-Nabi al-Mukhtar, hlm.403.
- ↑ Untuk mengetahui lebih lengkap tentang kebangkitan Zaid bin Ali dan motifasi-motifasi kebangkitannya, lihat: Amraji, al-Hayat al-Siasiyah wa al-Fikriyah lizzaidiyah fi al-Masyriq al-Islami, hlm.47-65; Syami, Tarikh Zaidiyah dar Qarne Duwum wa Sewum Hijri, hlm. 75-81; Ibnu Imad, Syadzarat al-Dzahab, jld.1, hlm. 158-159; Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 4, hlm. 193-200.
- ↑ Uyun Akhbar al-Ridha Alaihissalam, jld.1, hlm.2.
- ↑ Shaduq, Amali, hlm.544
- ↑ Rijal al-Allamah al-Hilli, hlm.51.
- ↑ Mustadrak al-Wasail wa Mustambat al-Masail, al-Khatimah, jld.9, hlm.46.
- ↑ Bihar al-Anwar, jld.56, hlm.158.
- ↑ Mustadrak al-Wasail wa Mustambat al-Masail, al-Khatimah, jld.8, hlm.282.
- ↑ Bihar al-Anwar,(cetakan Beirut) jld.56, hlm.158.
- ↑ Mustafa Sultani, Tarikh wa Aqaid Zaidiyah,hlm.20; Ahmad Mahmud Subhi, Fi Ilm al-Kalam Dirasah Falsafiyah li Ara' al-Firaq al-Islamiyah fi Ushuliddin, jld. 3, hlm. 48-52
- ↑ Tarikh wa Aqaid Zaidiyah, Mahdi Farmaniyan, Sayid Musawi Nizad, hlm. 33 dan 34
- ↑ Fadhilah Abdul Amir Syami, Tarikh Firqah al-Zaidiyah baina al-Qarnain al-Tsaniyah wa al-Tsalitsah li al-Hijrah, hlm. 40
Daftar Pustaka
- Ibnu Imad, Abdul Hay bin Ahmad, Syadzarat al-Dzahab fi Akhbar min Dzahab. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
- Abu al-Faraj Isfahani, Ali bin Husain. Maqatil al-Thalibiyin. Peneliti: Ahmad Shaqar. Beirut: Dar al-Ma'rifah.
- Al-Hilli, Hasan bin Yusuf. Rijal Allamah Hilli. Najaf Asyraf: Dar al-Dzakhair, cet. II, 1411 H.
- Al-Khu'i, Abul Qasim. Mu'jam Rijal al-Hadits wa Tafshilu Thabaqat al-Ruwat. Qom: Pusat penerbitan al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1414 H.
- Bruklaman, Karl. Tarikh al-Adab al-Arabi. Penerjemah Arab: Abdul Halim Najjar. Qom: Dar al-Kutub al-Islami.
- Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. Al-Kamil fi Tarikh. Beirut: Dar Shar.
- Ibnu Jauzi, Abdurrahman bin Ali. Al-Muntazam fi Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Diteliti oleh Muhammad Abdul Qadir Atha. Diedit oleh Naim Zarruz. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
- Ibnu Sa'ad, Muhammad. Al-Thabaqat al-Kubra. Peneliti: Muhammad Abdul Qadir Atha. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
- Ridhavi Ardakani, Sayid Abu Fadhil. Syahshiat wa Qiyame Zaid bin Ali. Qom: Kantor penerbitan Islami, cet. II, tanpa tahun.
- Shabiri, Husain. Tarikh Firaq Islami. Teheran: Samt, 1426 H.
- Shaduq. Amali'. Penerbitan perpustakaan Islamiyah, 1404 H.
- Shaduq. Uyun Akhbar al-Ridha. Penerbitan Jahan, 1378 H.
- Syablanji, Mu'min bin Hasan. Nur al-Abshar fi Manaqib Alu Bait al-Nabi al-Mukhtar Saw. Qom: Al-Syarif Al-Radhi.
- Syami, Fadhilat. Tarikh Zaidiyah dar Qarne Duwum wa Sewum Hijri. Terjemah: Sayid Muhammad Tsaqafi dan Ali Akbar Mahdipoor. Syiraz: percetakan universitas Syiraz, 1408 H.
- Tamimi Baghdadi, Abdul Qahir bin Thahir. Ushuluddin. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
- Thabari, Muhammad bin Jarir. Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1407 H.
- Zirikli,Khairuddin. Al-'Alam, Qamus Tarajum li Asyhur al-Rijal wa al-Nisa' min al-Arab wa al-Mustaghribin wa al-Mustasyriqin. Beirut: Dar al-Ilm lilmalayiin.