Pulau Khadhra'
Pulau Khadhra' (bahasa Arab:جزیرۀ خَضْراء) adalah sebuah pulau yang diklaim sebagai tempat tinggal Imam Mahdi as beserta keturunannya.[1] Kisah tentang Pulau Khadhra' disebutkan dalam dua laporan terpisah (satu dari abad ke-6 dan lainnya dari abad ke-7), tetapi hanya tercatat dalam kitab-kitab yang ditulis pada abad ke-10 dan setelahnya, tidak ditemukan dalam kitab-kitab sebelumnya.
Kisah ini menjadi populer pada masa kekuasaan kaum Akhbari di era [Safawiyah. Laporan ini memicu beragam tanggapan dari ulama Syiah; sebagian menerimanya, sementara banyak lainnya, seperti Ja'far Kasyif al-Ghitha, Agha Bozorg Tehrani, dan Sayid Ja'far Murtadha Amili, menolaknya. Ketidakabsahan sumber utama laporan ini, pertentangannya dengan keyakinan Syiah, serta kontradiksi internal dalam kisahnya, termasuk kritik yang dilontarkan terhadap laporan ini.
Rasul Ja'fariyan, sejarawan Syiah, berpendapat bahwa penerimaan atau penolakan kisah Pulau Khadhra' bergantung pada kecenderungan intelektual dan religius individu, di mana kaum Akhbari menerimanya sedangkan kelompok lain menolaknya. Ulama seperti Abu al-Hasan Syarani dan Hasan-Zadeh Amuli meyakini bahwa kisah ini sebenarnya terkait dengan salah seorang kaum Fatimiyun bernama Al-Mahdi, yang keturunannya tinggal di Pulau Khadhra'. Karena kemiripan nama, kisah ini keliru dikaitkan dengan Imam Zaman as.
Beberapa penulis mencocokkan ciri-ciri Pulau Khadhra' dengan wilayah Segitiga Bermuda di Samudra Atlantik. Namun, peneliti lain menyanggah klaim ini dengan menyebutkan perbedaan karakteristik yang signifikan. Buku Al-Jazirah al-Khadhra' wa Qadhiyah Mutsallats Bermuda (Pulau Khadhra' dan Kasus Segitiga Bermuda) adalah karya utama yang mendukung hubungan antara Pulau Khadhra', Imam Mahdi as, dan Segitiga Bermuda. Beberapa peneliti, termasuk Sayid Ja'far Murtadha Amili dalam bukunya Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda, telah mengkritik buku ini.
Pentingnya Pulau Khadhra' dalam Diskursus Islam
Pulau Khadhra' digambarkan sebagai pulau dengan iklim yang menyenangkan, tempat Imam Mahdi as dan keturunannya konon bermukim.[2] Pulau ini terletak di selatan Spanyol, dekat Selat Gibraltar, dan dalam sumber-sumber kuno dikenal dengan nama Bab al-Andalus.[3] Tempat tinggal Imam Mahdi as sering menjadi pertanyaan di kalangan penganut Syiah, dan Pulau Khadhra' dianggap sebagai salah satu jawabannya.[4] Sebagian peneliti mencocokkan Pulau Khadhra' dengan Segitiga Bermuda, sementara penulis lain mengonfirmasi atau menolak klaim ini melalui berbagai buku.[5]
Kisah Pulau Khadhra' mulai mendapat perhatian pada era Safawiyah.[6] Menurut Rasul Ja'fariyan, pada abad ke-15, laporan ini menjadi populer karena dominasi paham Akhbariyah di masa Safawiyah dan diterima secara luas.[7] Namun, disebutkan bahwa kisah Pulau Khadhra' adalah masalah historis dan tidak memiliki nilai akidah.[8] Karena laporan ini juga menyertakan pembahasan fikih, beberapa fakih menggunakannya sebagai dalil untuk mendukung pandangan tertentu, seperti keabsahan Syahadat Ketiga dan keterkaitan Salat Jumat dengan Imam Maksum atau wakilnya.[9]
Kisah Pulau Khadhra
Laporan tentang Pulau Khadhra' muncul dalam dua versi cerita.[10] Salah satunya diriwayatkan oleh Ali bin Fadhl al-Mazandarani pada tahun 699 H,[11] sedangkan versi lainnya dikisahkan oleh Ahmad bin Muhammad bin Yahya al-Anbari pada tahun 543 H.[12] Namun, kedua kisah ini hanya tercatat dalam kitab-kitab yang ditulis pada abad ke-10 dan setelahnya, tidak ditemukan dalam kitab-kitab sebelumnya.[13]
Qadhi Sayid Nurullah al-Syusytari, seorang fakih era Safawiyah, setelah menyebutkan kisah ini dalam bukunya Majalis al-Mu'minin, mengaitkan periwayatannya kepada Syahid Awwal (w. 786 H).[14] Muhammad Muhsin al-Faidh al-Kasyani juga mencatat kedua laporan ini dalam kitabnya Nawadir al-Akhbar.[15] Sebagian ulama Syiah menerima laporan ini,[16] tetapi banyak ulama lain seperti Ja'far Kasyif al-Ghitha, Agha Bozorg Tehrani, dan Sayid Ja'far Murtadha Amili menolaknya.[17]
Laporan Pertama
Laporan pertama dikutip oleh Allamah Majlisi dalam Bihar al-Anwar, dari risalah Fadhl bin Yahya al-Thaybi, seorang murid Ali bin Isa al-Irbili.[18][19] Qadhi Sayid Nurullah al-Shushtari, yang meyakini kebenaran laporan ini, menekankan pentingnya melestarikannya.[20]
Menurut laporan ini, Fadhl bin Yahya mendengar kisah perjalanan Ali bin Fadhl al-Mazandarani ke Pulau Khadhra' pada tahun 699 H di kota Hillah.[21] Dalam perjalanannya, Ali bin Fadhl tiba di wilayah bernama Kepulauan Syiah (Jazair Rafidhah), kemudian melanjutkan ke Pulau Khadhra', tempat keturunan Imam Mahdi as tinggal. Pulau ini dikelilingi oleh Laut Putih (Bahr al-Abyadh), di mana kapal-kapal musuh akan tenggelam jika memasuki perairannya.[22]
Di sana, Ali bin Fadhl bertemu dengan Sayid Syamsuddin Muhammad, wakil khusus Imam Mahdi as, yang nasabnya bersambung kepada Imam Mahdi melalui lima generasi.[23] Sayid Syamsuddin tidak memiliki hubungan langsung dengan Imam, tetapi setiap pagi Jumat, ia mengunjungi suatu tempat untuk "berziarah" kepada Imam dan menemukan catatan berisi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan umat.[24]
Ali bin Fadhl mengajukan berbagai pertanyaan agama kepada Sayid Syamsuddin dan mencatatnya dalam risalah berjudul Al-Fawaid al-Syamsiyyah.[25] Atas perintah Sayid Syamsuddin, ia akhirnya kembali, menunaikan haji di Makkah, lalu menetap di Najaf, Irak.[26]
Laporan Kedua
Laporan kedua diriwayatkan oleh Ali bin Muhammad al-Bayadhi (w. 877 H) dalam kitab Al-Sirath al-Mustaqim[27] dan Mirza Husain Nuri (w. 1320 H) dalam Jannat al-Ma'wa, yang mengutip kisah dari Kamaluddin al-Anbari pada tahun 543 H.[28] Muhammad Muhsin al-Faydh al-Kasyani dalam Nawadir al-Akhbar menyebutkan bahwa sumber laporan ini dapat dipercaya.[29]
Menurut laporan ini, al-Anbari menghadiri suatu majelis di mana salah seorang menteri Abbasiyah mencela mazhab Syiah.[30] Tiba-tiba, seorang lelaki bangkit membela Syiah dan menceritakan pengalamannya secara tidak sengaja tiba di Pulau Khadhra'.[31] Ia mengaku dalam sebuah pelayaran, kapalnya sampai di kepulauan hijau subur yang bahkan tidak dikenal oleh nahkoda kapal.[32] Penduduk pulau itu sangat taat beragama.[33] Di sana terdapat beberapa kota yang diperintah oleh keturunan Imam Mahdi as.[34]
Kritik terhadap Kisah Pulau Khadhra'
Para peneliti mengemukakan beberapa kelemahan dalam laporan ini: Para peneliti telah mengemukakan sejumlah keberatan terkait laporan tentang Pulau Khadhra' sebagai berikut:
- Kedua versi cerita tersebut berasal dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, diriwayatkan pada abad keenam dan ketujuh, sehingga tidak dapat dijadikan rujukan yang sahih.[35] Allamah Majlisi juga, atas dasar alasan ini, tidak memasukkan cerita ini ke dalam kategori materi buku-buku tepercaya, melainkan menempatkannya dalam bagian anekdot (nawadir).[36]
- Dalam cerita ini terdapat pernyataan-pernyataan yang telah ditolak oleh para ulama Islam;[37] seperti klaim tentang tahrif Al-Quran,[38] atau hubungan terus-menerus dengan Imam Mahdi as.[39]
- Beberapa bagian dari cerita ini saling bertentangan; misalnya, orang yang mengaku sebagai wakil khusus Imam Mahdi ternyata belum pernah melihatnya atau mendengar suaranya.[40]
Rasul Jafariyan menyatakan bahwa sebagian besar kritik terhadap peristiwa ini tidak relevan, karena peristiwa ini tidak disebutkan dalam hadis dari Ma'sum, sehingga tidak memerlukan analisis sanad seperti halnya hadis-hadis lainnya. Sebaliknya, peristiwa ini merupakan narasi sejarah dan harus dikaji menggunakan kriteria yang sesuai untuk jenis narasi ini.[41] Menurut Jafariyan, penerimaan atau penolakan terhadap peristiwa terkait Pulau Khadhra' lebih mencerminkan selera pemikiran dan keyakinan individu. Kaum Akhbari cenderung menerimanya, sedangkan kelompok lain menolaknya.[42] Jafariyan juga menyampaikan kemungkinan bahwa Ali bin Fadhl Mazandarani atau orang lain mungkin telah melihat peristiwa Pulau Khadhra' dalam mimpi.[43]
Kesalahan Pengaitan Pulau Khadhra' dengan Imam Mahdi as
Menurut Ali Akbar Ghaffari (w. 1383 HS), seorang ahli hadis Syiah, kisah Pulau Khadhra' tidak terkait dengan Imam Mahdi as, melainkan dengan salah seorang keturunan Imam Ja'far Shadiq as yang dikenal dengan nama "Al-Qa'im bi Amrillah".[44] Ghaffari menjelaskan bahwa pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, beberapa keturunan Ismail bin Imam Ja'far Shadiq as memperoleh kekuasaan di Afrika Utara dan wilayah lainnya.[45] Sebagian dari mereka memberontak melawan Abbasiyah dan mengklaim imamah.[46] Salah satunya, yang bernama "Al-Qa'im bi Amrillah", tinggal di Pulau Khadhra'—nama dan posisinya inilah yang kemudian menimbulkan kesalahan identifikasi.[47]
Ulama Syiah abad ke-14 seperti Abu al-Hasan Sya'rani dan Hasan Hasanzadeh Amuli juga berpendapat bahwa kisah ini sebenarnya terkait dengan salah seorang penguasa Dinasti Fatimiyah bernama Al-Mahdi, yang keturunannya tinggal di Pulau Khadhra'. Kisah ini keliru dikaitkan dengan Imam Mahdi as.[48]
Hubungan Pulau Khadhra' dengan Segitiga Bermuda

Di Samudra Atlantik, terdapat sebuah wilayah misterius bernama Segitiga Bermuda, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai lokasi Pulau Khadhra'.[49] Kesamaan karakteristik antara Segitiga Bermuda dan Pulau Khadhra' menjadi dasar klaim bahwa kedua tempat ini identik;[50] misalnya, kedua wilayah tersebut dilaporkan memiliki laut berwarna putih yang menyebabkan kapal-kapal yang melintas mengalami kecelakaan misterius dan lenyap tanpa jejak.[51]
Namun, beberapa peneliti menolak keterkaitan ini dengan alasan-alasan berikut:
- Pulau Khadhra' diyakini berada di Laut Mediterania, sementara Segitiga Bermuda terletak di Samudra Atlantik.[52]
- Kesamaan beberapa ciri tidak cukup untuk menyamakan Pulau Khadhra' dengan Segitiga Bermuda.[53]
- Dalam banyak kasus, kapal-kapal yang memasuki Segitiga Bermuda berhasil kembali tanpa mengalami insiden apa pun.[54]
- Ada kemungkinan cerita tentang Pulau Khadhra' dibuat oleh seseorang setelah mendengar atau membaca laporan tentang Segitiga Bermuda.[55]
- Tidak menutup kemungkinan bahwa berita-berita tentang hilangnya kapal dan pesawat di Segitiga Bermuda adalah rekayasa, dibuat karena alasan politik tertentu.[56]
Selain Segitiga Bermuda, ada juga wilayah lain yang dianggap lebih signifikan, namun wilayah-wilayah tersebut tidak pernah dikaitkan dengan Pulau Khadhra'.[57]
Monografi


Beragam karya telah ditulis untuk menilai atau mendukung keberadaan Pulau Khadhra' dan kaitannya dengan Imam Mahdi as. Di antara karya-karya tersebut adalah sebagai berikut:
- Al-Jazirah al-Khadhra' wa Qadhiyah Mutsallats Bermuda oleh Naji Al-Najjar; dalam buku ini, penulis meyakini kebenaran cerita tentang Pulau Khadhra' dan mengidentifikasikannya dengan Segitiga Bermuda.[58] Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1399 H di Baghdad.[59] Publikasi buku ini memicu berbagai tanggapan dari para ulama agama, sehingga banyak karya lain yang ditulis untuk mendukung atau menilainya secara kritis.[60] Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia, Urdu, dan Azeri.[61] Sayid Syihabuddin Mar'asyi Najafi, salah satu marja' taqlid Syiah, memberikan apresiasi terhadap terjemahan Persia buku ini.[62]
- Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda oleh Sayid Jafar Murtadha Amili; penulis menyusun pembahasannya secara sistematis dalam empat bab. Pada bab pertama, riwayat tentang Pulau Khadhra' disampaikan. Pada bab kedua dan ketiga, laporan tersebut dianalisis secara mendalam dari segi sanad (rantai periwayatan) dan isi.[63] Pada bab keempat, penulis mengevaluasi kesetaraan antara Pulau Khadhra' dan Segitiga Bermuda.[64] Karya ini pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Markaz Islami lil-Dirasat pada tahun 1423 H di Beirut.[65]
- Jazireh-ye Khadhra, Afsaneh ya Vaqi'at? oleh Abu Al-Fadhl Tarighedari; penulis menulis karya ini sebagai tanggapan kritis terhadap buku "Al-Jazirah al-Khadhra' wa Qadhiyah Mutsallats Bermuda karya Naji Al-Najjar. Dalam buku ini, hubungan Pulau Khadhra' dengan Imam Zaman as serta identifikasinya dengan Segitiga Bermuda dikritisi secara mendalam.[66] Isi buku ini disusun dalam dua bagian utama: bagian pertama membahas cerita tentang Pulau Khadhra' dan persamaannya dengan Segitiga Bermuda, sedangkan bagian kedua menilai teori tersebut secara kritis.[67] Penerbit Bustan Kitab menerbitkan edisi ketigabelas buku ini pada tahun 1394 S.[68]
- Pazhuhesyi darbareh-ye Jazireh-ye Khadhra oleh Mujtaba Kalbasi; pembahasan dalam karya ini disusun dalam tiga bagian. Bagian pertama membahas kisah Fadhl bin Yahya, bagian kedua membahas Segitiga Bermuda, dan bagian ketiga mengupas kisah Kamaluddin Anbari.[69] Penulis dalam buku ini menyimpulkan bahwa hubungan Pulau Khadhra' dengan Imam Zaman as tidak memiliki dasar yang kuat.[70] Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1385 S oleh Penerbit Mahdi Maw'ud as di Teheran.[71]
Catatan Kaki
- ↑ Lihat: Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jil. 52, hlm. 159; Nuri, Jannat al-Ma'wa, 1427 H, hlm. 30.
- ↑ Lihat: Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jil. 52, hlm. 159; Nuri, Jannat al-Ma'wa, 1427 H, hlm. 30.
- ↑ Mehrizi, "Jazirah Khadhra'", hlm. 70.
- ↑ Mehrizi, "Jazirah Khadhra'", hlm. 70.
- ↑ Ja'fariyan, Mahdiyan-e Durughin, 1394 HS, hlm. 226.
- ↑ Ja'fariyan, Mahdiyan-e Durughin, 1394 HS, hlm. 207.
- ↑ Ja'fariyan, Mahdiyan-e Durughin, 1394 HS, hlm. 215.
- ↑ Mehrizi, "Jazirah Khadhra'", hlm. 73.
- ↑ Lihat: Bahbahani, Al-Hasyiyah 'ala Madarik al-Ahkam, 1419 H, jil. 3, hlm. 187; Namazi, Mustadrak Safinah al-Bihar, 1418 H, jil. 6, hlm. 85.
- ↑ Pusat Penelitian Mahdawiyat, Mahdawiyat: Pursesy-ha wa Pasukh-ha, 1388 HS, hlm. 49.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jil. 52, hlm. 159.
- ↑ Nuri, Jannat al-Ma'wa, 1427 H, hlm. 30.
- ↑ Ja'fariyan, Mahdiyan-e Durughin, 1394 HS, hlm. 209-210.
- ↑ Shushtari, Majalis al-Mu'minin, 1377 HS, jil. 1, hlm. 78-79.
- ↑ Faidh al-Kasyani, Nawadir al-Akhbar, 1371 HS, hlm. 295-304.
- ↑ Nuri, Najm al-Tsaqib, 1384 HS, jil. 2, hlm. 616.
- ↑ Pusat Penelitian Mahdawiyat, Mahdawiyat: Pursesy-ha wa Pasukh-ha, 1388 HS, hlm. 49.
- ↑ Agha Bozorg Tehrani, Al-Dzari'ah, 1408 H, jil. 5, hlm. 106.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jil. 52, hlm. 159.
- ↑ Shushtari, Majalis al-Mu'minin, 1377 HS, jil. 1, hlm. 79.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jil. 52, hlm. 161.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jil. 52, hlm. 163-166.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jil. 52, hlm. 167.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jil. 52, hlm. 167-168.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jil. 52, hlm. 170.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jil. 52, hlm. 174.
- ↑ Bayadhi, Al-Sirath al-Mustaqim, 1384 H, jil. 2, hlm. 264.
- ↑ Nuri, Jannat al-Ma'wa, 1427 H, hlm. 30.
- ↑ Faidh al-Kasyani, Nawadir al-Akhbar, 1371 HS, hlm. 295.
- ↑ Bayadhi, Al-Sirath al-Mustaqim, 1384 H, jil. 2, hlm. 264; Nuri, Jannat al-Ma'wa, 1427 H, hlm. 31.
- ↑ Bayadhi, Al-Sirath al-Mustaqim, 1384 H, jil. 2, hlm. 264; Nuri, Jannat al-Ma'wa, 1427 H, hlm. 31.
- ↑ Nuri, Jannat al-Ma'wa, 1427 H, hlm. 32.
- ↑ Bayadhi, Al-Sirath al-Mustaqim, 1384 H, jil. 2, hlm. 265.
- ↑ Bayadhi, Al-Sirath al-Mustaqim, 1384 H, jil. 2, hlm. 265-266; Nuri, Jannat al-Ma'wa, 1427 H, hlm. 32-38.
- ↑ Mehrizi, "Jazirah Khadhra' ", hlm. 73.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jilid 52, hlm. 159.
- ↑ Thabasi, Ta Zhuhur, 1388 S, jilid 2, hlm. 436 dan 450.
- ↑ Thabasi, Ta Zhuhur, 1388 S, jilid 2, hlm. 452.
- ↑ Thabasi, Ta Zhuhur, 1388 S, jilid 2, hlm. 455.
- ↑ Amini, Dadgastar-e Jahan, 1388 S, hlm. 209.
- ↑ Jafariyan, Mahdiyan-e Durughin, 1394 S, hlm. 230.
- ↑ Jafariyan, Mahdiyan-e Durughin, 1394 S, hlm. 230-231.
- ↑ Jafariyan, Mahdiyan-e Durughin, 1394 S, hlm. 233.
- ↑ Ghaffari, "Tashhih wa Tahqiq Mutun Haditsi", hlm. 114.
- ↑ Ghaffari, "Tashhih wa Tahqiq Mutun Haditsi", hlm. 114.
- ↑ Ghaffari, "Tashhih wa Tahqiq Mutun Haditsi", hlm. 114.
- ↑ Ghaffari, "Tashhih wa Tahqiq Mutun Haditsi", hlm. 114.
- ↑ Qummi, Dam' al-Sujum, terjemahan Abu al-Hasan Syarani, 1381 HS, hlm. 440; Hasan-Zadeh Amuli, Hezar va Yek Nokteh, 1386 HS, jil. 6, hlm. 260.
- ↑ Al-Najjar, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Qadhiyah Mutsallats Bermuda, 1409 H, hlm. 14.
- ↑ Al-Najjar, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Qadhiyah Mutsallats Bermuda, 1409 H, hlm. 14.
- ↑ Al-Najjar, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Qadhiyah Mutsallats Bermuda, 1409 H, hlm. 30; Amali, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda, 1423 H, hlm. 86.
- ↑ Sulaimian, Darsnameh Mahdawiyat, 1388 S, jilid 2, hlm. 162.
- ↑ Amali, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda, 1423 H, hlm. 86.
- ↑ Amali, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda, 1423 H, hlm. 89.
- ↑ Amali, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda, 1423 H, hlm. 86.
- ↑ Pusat Penelitian Mahdawiyat, Mahdawiyat: Pursesy-ha wa Pasukh-ha, 1388 S, hlm. 53.
- ↑ Amali, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda, 1423 H, hlm. 91.
- ↑ Jafariyan, Mahdiyan-e Durughin, 1394 S, hlm. 226-228.
- ↑ Al-Najjar, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Qadhiyah Mutsallats Bermuda, 1409 H, biodata buku.
- ↑ Jafariyan, Mahdiyan-e Durughin, 1394 S, hlm. 228-230.
- ↑ Jafariyan, Mahdiyan-e Durughin, 1394 S, hlm. 226-228.
- ↑ Al-Najjar, Jazirah Khadra' wa Tahqiqi Piramun Mutsallats Bermuda, terjemahan Ali Akbar Mahdipur, 1386 S, hlm. 1-3.
- ↑ Amuli, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda, 1423 H, daftar isi buku.
- ↑ Amuli, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda, 1423 H, daftar isi buku.
- ↑ Amuli, Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda, 1423 H, biodata buku.
- ↑ Tarighedari, Jazireh-ye Khadhra, Afsaneh ya Vaqi'at?, 1394 S, hlm. 9-10.
- ↑ Tarighedari, Jazireh-ye Khadhra, Afsaneh ya Vaqi'at?, 1394 S, daftar isi buku.
- ↑ Tarighedari, Jazireh-ye Khadhra, Afsaneh ya Vaqi'at?, 1394 S, biodata buku.
- ↑ Kalbasi, Pazhuhesyi darbareh-ye Jazireh-ye Khadhra, 1387 S, daftar isi buku.
- ↑ Kalbasi, Pazhuhesyi darbareh-ye Jazireh-ye Khadhra, 1387 S, hlm. 80-82.
- ↑ Kalbasi, Pazhuhesyi darbareh-ye Jazireh-ye Khadhra, 1387 S, biodata buku.
Daftar Pustaka
- Al-Najjar, Naji. Al-Jazirah al-Khadhra' wa Qadhiyah Mutsallats Bermuda. Beirut: Muassasah al-Balagh, 1409 H.
- Al-Najjar, Naji. Jazirah Khadra wa Tahqiqi Piramun Muthallath Bermuda. terjemahan Ali Akbar Mahdipur, Qom: Risalat, 1386 S.
- Amini, Ibrahim. Dadgustar-e Jahan. Qom: Shafaq, 1388 S.
- Amuli, Sayid Jafar Murtadha. Al-Jazirah al-Khadhra' wa Mutsallats Bermuda. Beirut: Markaz Islami lil-Dirasat, 1423 H.
- Agha Bozorg Tehrani, Muhammad Muhsin. Al-Dzari'ah ila Tashanif al-Syi'ah. Qom: Ismailian, 1408 H.
- Bayadhi, Ali bin Muhammad. Al-Shirath al-Mustaqim ila Mustahiqi at-Taqdim. Najaf, Maktabah al-Haidariyah, 1384 H.
- Behbahani, Muhammad Baqir. Al-Hasyiah 'ala Madarik al-Ahkam. Qom: Muassasah Al al-Bayt (as), 1419 H.
- Faidh Kasyani, Muhsin. Nawadir al-Akhbar fi ma Yata'alliqu bi Ushul ad-Din. Teheran: Muassasah Mutali'at wa Tahqiqat Farhangi, 1371 S.
- Ghaffari, Ali Akbar. "Tashih wa Tahqiq Mutton Haditsi". dalam Majalah Ulum Hadits, Nomor 15, Semi 1379 S.
- Hasanzadeh Ameli, Hasan. Hezar wa Yek Nokteh. Qom: Bustan Kitab, 1386 S.
- Jafariyan, Rasul. Mahdiyan-e Durughin. Teheran: Nasyr-e Elm, 1394 S.
- Kalbasi, Mujtaba. Pazhuhesyi Darbore-ye Jazire-ye Khadra. Teheran: Bonyad Farhangi Hazrat Mahdi Maw'ud as, 1387 S.
- Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-Anwar al-Jami'ah li-Durar Akhbar al-A'immat al-Athhar. Beirut: Dar Ihya' at-Turath al-Arabi, 1403 H.
- Mehrizi, Mahdi. "Jazirah Khadra". dalam Jilid 3 Danishnameh Imam Mahdi as Berdasarkan Al-Quran, Hadis, dan Sejarah, Qom: Dar al-Hadits, 1393 S.
- Namazi, Ali. Mustadrak Safinah al-Bihar. Qom: Daftar Intisharat Islami, 1418 H.
- Nuri, Mirza Husain. Jannah al-Ma'wa fi Dzikri Man Faza bi-Liqai al-Hujjah 'Alayhi al-Salam. Najaf, Muassasah as-Sayyidah al-Ma'sumah, 1427 H.
- Nuri, Mirza Husain. Najm Tsaqib. Qom: Masjid Jamkaran, 1384 S.
- Pajuheshkade Mahdawiyat. Mahdawiyat: Pursesy-ha wa Pasukh-ha. Qom: Muassasah Ayandah Rusyan, 1388 S.
- Qummi, Syekh Abbas. Dam' al-Sujum. terjemahan Abu al-Hasan Sya'rani, Qom: Hijrat, 1381 S.
- Syusytari, Sayid Nurullah. Majalis al-Mu'minin. Teheran: Islamiyah, 1377 S.
- Tarighedari, Abu al-Fadhl. Jazirah Khadra, Afshanah ya Waqi'at?. Qom: Bustan Kitab, 1394 S.
- Thabasi, Najmuddin. Ta Zuhur. Teheran: Bonyad Farhangi Hazrat Mahdi Maw'ud as, 1388 S.
- Sulaimian, Khadamrad. Darsnameh Mahdawiyat. Teheran: Bonyad Farhangi Hazrat Mahdi Maw'ud as, 1388 S.