Raudhah al-Syuhada (buku)

Prioritas: b, Kualitas: b
tanpa navbox
Dari wikishia
(Dialihkan dari Raudhah al-Syuhada)
Raudhah al-Syuhada
Judul AsliRaudhah al-Syuhada
PengarangMulla Husain Wa'izh Kasyifi (wafat 910)
BahasaPersia
SubyekSejarah
Seri1 Jilid
Diterbitkan olehNawid Islam
Tanggal Penerbitan1382 HS


Raudhah al-Syuhadā (bahasa Arab: روضَةُ الشّهداء ) adalah sebuah kitab berbahasa Persia yang berisi tentang Peristiwa kesyahidan Imam Husain as dan sahabat-sahabatnya di padang Karbala yang ditulis oleh Mulla Husain Wa'idzh Kasyifi (w. 910 H/1505). Majelis-majelis duka Husaini di Iran pada zaman dulu disebut juga Raudhah, karena salah satu agenda dalam majelis tersebut adalah pembacaan kitab Raudhah al-Syuhadā , namun saat ini, kitab ini tidak dibaca lagi dalam majelis-majelis duka Husaini yang diselenggarakan. Kitab ini sangat dikenal di masa dinasti Safawiyah dan Qajariyah. Syahid Mutahhari dalam kitabnya Hamāsah Husaini, melakukan peninjauan ulang pada kitab Raudah al-Syuhadah dan tidak sedikit memberikan kritikan.

Mengenai Penulis

Kamaluddin Husain bin Ali bin Wa'idzh Kasyifi Sabzewari (w. 910 H/1505) adalah seorang ulama abad ke Sembilan dan kesepuluh Hijriyah, yang lahir di kawasan Khurasan tepatnya di desa Sabzewar. Kasyifi menulis kitab Raudhah al-Syuhadah dibagian akhir menjelang wafatnya. Ia dikenal sebagai ulama kharismatik yang cukup disegani masyarakat dan diakui keilmuannya oleh para ulama sezamannya. Melalui kepiawaiannya dalam menulis, Raudhah al-Syuhadā yang ditulisnya menjadi kitab terkenal dimasanya. Mengenai mazhab yang dianutnya, terdapat bermacam-macam nulikan yang berbeda-beda.

Mulla Husain Wa'idzh Kasyifi, wafat pada tahun 910 H/1505 dan dimakamkan di tanah kelahirannya di Sabzewar. Makamnya terletak diantara makam Haji Mulla Hadi Sabzewari dan Masjid Raya kota tersebut. [1]

Mengenai Kitab

Agha Buzurgh Tehrani menulis:

"Raudhah al-Syuhadā ditulis dalam bahasa Persia oleh penulis kawakan Maula Wa'idzh Husain bin Ali Kasyifi Baihaqi (w. 910 H/1505). Kitab ini terdiri dari 10 bab dan satu penutup. Pada bagian akhir kitab ini, ditulis silsilah suci keturunan Imam Hasan as dan Imam Husain as dan penjelasan mengenai keadaan para Sadat (keturunan Keluarga Nabi saw). Penutupnya terdiri dari 17 halaman yang diberi judul, keturunan keluarga Nabi Muhammad saw."

Sebagian pendapat menyebutkan bahwa inilah kitab maqtal pertama berbahasa Persia. Bagi yang gemar membaca kitab ini dikenal dengan istilah Raudhah Khun. Dipengaruhi oleh masyhurnya kitab ini, sampai saat ini, siapapun yang membaca kitab maqtal akan mendapat sebutan Raudhah Khun. Namun dalam kitab Raudhah al-Syuhadah pada maqtal bagian pertama, disebutkan ada syair yang dinukil dari kitab Persia yang ditulis Abi al-Mafakhir Razi. [2]

Keistimewaan Kitab

Penulis menulis kitab ini untuk memenuhi permintaan salah seorang pembesar Herat yang mengendaki adanya satu kitab yang menghimpun bacaan maqtal yang menceritakan kisah musibah yang menimpa Imam Husain as dan kronologis terjadinya tragedi Karbala. Permintaan tersebut dipenuhi Syaikh Kasyifi dengan bersungguh-sungguh menulis kitab Raudhah al-Syuhadā termasuk menerjemahkan syair-syair Arab. [3]

Isi Kitab

Isi buku terdiri dari 10 bab dan satu bagian penutup yang berisi mengenai riwayat hidup 12 Imam-imam Syiah. Namun tujuan sesungguhnya dari penulisan buku ini adalah memperkenalkan kepada umat Islam bahwa musibah yang menimpa Imam Husain as di Padang Karbala disebutkan sebagai upaya untuk menghancurkan Islam.

Bab-bab Kitab

  • Bab pertama: Puji-pujian terhadap beberapa Nabi as
  • Bab kedua: Penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy dan para musuhnya kepada Nabi Muhammad saw.
  • Bab ketiga: Meninggalnya Nabi Muhammad saw
  • Bab keempat: Mengenai keadaan penghulu kaum perempuan di surga, Sayidah Fatimah az-Zahra sa.
  • Bab kelima: Sebagian dari kisah Imam Ali as, dari sejak lahir hingga saat ia mencapai kesyahidannya.
  • Bab keenam: Penjelasan mengenai keutaman Imam Hasan as. Dari sejak lahir hingga sampai mereguk cawan syahadah.
  • Bab ketujuh: Penjelasan mengenai keutamaan Imam Husain as dari sejak lahir hingga wafatnya.
  • Bab kedelapan: Mengisahkan mengenai kesyahidan Muslim bin Aqil dan sebagian dari puterannya.
  • Bab kesembilan: Tibanya Imam Husain as di Karbala dan kronologis terbantainya oleh musuh.
  • Bab kesepuluh: suasana mengharukan pasca terjadinya tragedi Karbala.
  • Penutup: mengenai garis keturunan para Aimmah Maksum as. [4]

Sumber Rujukan Kitab

Meskipun daftar pustaka kitab Raudhah al-Syuhadā tidak dituliskan secara khusus, namun dari penelusuran dan penelaan kitab dapat diketahui bahwa referensi dari kitab ini diantaranya bersumber dari Futuh ibn A'dzham al-Kufi, Raudah al-Ahbāb, Syawāhid al-Nubuwah, 'Uyun Akhbār al-Ridhā, Kanz al-Gharāib, Mashābih al-Qulub, Maqtal al-Syuhadā dan Nur al-Aimmah. Penulis juga menukil dari beberapa sumber yang tidak dikenali dan tidak muktabar. Syaikh Kasyifi mengenai sumber yang tidak dikenali tersebut, juga tidak memberikan penjelasan yang mendetail dan yang bisa ditelusuri.

Periwayatan mengenai sejumlah kisah yang dinukil perawinya adalah riwayat yang dapat dipercaya dan bersanad sahih, meski juga terdapat didalamnya kisah-kisah yang bersanad lemah. [5]

Keistimewaan Kitab

Bahasa yang digunakan dalam kitab ini berbentuk prosa dengan nilai sastrawi yang kental, yang disertai dengan syair, catatan sejarah, ayat Alquran, nukilan hadits, informasi-informasi kalam, sejarah dan fikih serta penggunaan referensi yang banyak termasuk dari sumber referensi dari jalur selain Syiah, adalah diantara poin-poin lebih dari kitab ini.

Dengan kefasihan bahasa yang disajikan dalam bentuk prosa yang indah memudahkan kitab ini mendapatkan sambutan luas masyarakat Islam saat itu bahkan sampai saat ini, kitab ini tetap menjadi rujukan dalam bacaan maqtal pada setiap acara majelis duka Husaini. Diterjemahkannya kitab ini dalam banyak bahasa, menunjukkan kelebihan lain dari kitab termasuk popularitasnya. [6]

Kritikan

Meski demikian, popularitas kitab ini tidak membuatnya terlepas dari kritikan. Dengan adanya beberapa matan maupun sanad yang dianggap lemah, sejumlah ulama dan peneliti memberikan komentarnya atas kevalidan kitab ini. Kritikan terpenting atas kitab Raudha al-Syuhadā ini adalah yang berasal dari kelompok sufi yang menyebut tidak sedikit kisah yang diceritakan dalam kitab ini tidak sesuai dengan realitas bahkan bercampur dengan imajinasi dan cerita khayalan dari penulisnya.

Penuturan kisah yang berfokus pada musibah-musibah yang dihadapi Imam Husain as tanpa menyertakan pesan-pesan revolusi dan semangat kebangkitan dari perjuangan Imam Husain as adalah kritikan lain yang ditujukan untuk kitab ini. Diantara ulama yang menyampaikan kritikannya mengenai kitab ini adalah, Mirza Abdullah Efendi dalam kitab Riyādh al-'Ulama, Mirza Husain Nuri dalam kitab Lu'lu' wa Marjān dan Syahid Muthahhari dalam kitab Hamāseh Husaini. [7]

Terbitan

Kitab ini pertama kali diterbitkan tahun 1870 di Lahore dan tahun 1912 diterbitkan di Bombay. Kemudian tahun 1914 diterbitkan di kota Teheran. [8] Dalam perkembangan selanjutnya, kitab ini telah berkali-kali mengalami proses cetak, termasuk versi terjemahannya dalam berbagai bahasa.

Catatan Kaki

  1. Raudhah al-Syuhadā, hlm. 8-10. Hakimeh Dibiran-Ali Tasnimi, Kasyifi wa Naqd wa Barresi Raudhah al-Syuhadā.
  2. Al-Dzari'ah, jld. 11, hlm. 294.
  3. Kitab Senākht_e Sir_e Ma'sumān, Markaz Tahqiqat Rayanei ‘Ulum Islami Nur.
  4. Raudhah al-Syuhadā, hlm. 24.
  5. Kitab Sire_e Senākht Ma'sumān, Markaz Tahqiqat Rayanei Ulum Islami Nur.
  6. Raudhah al-Syuhadā, hlm. 14. 15.
  7. Raudhah al-Syuhadā, hlm. 14, 15.
  8. Al-Dzari'ah, jld. 11, hlm. 294.

Daftar Pustaka

  • Kasyifi, Mulla Husain. Raudhah al-Syuhadā. Qom: Nawid Islami, 1382 HS.
  • Kitab Senākht Sire_e Ma'suman. Markaz Tahqiqat Rayaneh Ulum Islami Nur.
  • Tehrani, Agha Buzurgh. Adz-Dzari'ah. Beirut: Dar al-Adhwā.