Lompat ke isi

Konsep:Membela Tanah Air

Dari wikishia
Gambar para pejuang Iran dalam Perang Iran dan Irak

Membela Tanah Air (bahasa Persia: دفاع از وطن) dianggap sebagai kewajiban yang bersifat wajib kifayah bagi setiap orang yang mampu. Meskipun para ulama fikih membahas pertahanan tanah air Islam (Darul Islam) dalam bab Jihad Pertahanan di kitab-kitab Jihad, sebagian dari mereka juga mengemukakan dalil khusus untuk membuktikan kewajiban membela tanah air, terlepas dari status agamanya.

Membela tanah air, baik yang berlandaskan Islam maupun tidak, dipandang sebagai suatu keharusan berdasarkan hukum syariat, akal sehat, dan nurani kemanusiaan. Islam memberikan kedudukan yang tinggi terhadap tanah air, sehingga ayat-ayat Al-Qur’an dan riwayat-riwayat banyak menekankan pentingnya menjaga dan membelanya. Di antara dalil yang dikemukakan adalah Surah Al-Mumtahanah ayat 8 dan 9, Surah Al-Baqarah ayat 246, berbagai riwayat mengenai urgensi mempertahankan tanah air, serta ungkapan masyhur "Hubbul Wathan Minal Iman" (cinta tanah air adalah bagian dari iman) yang dalam pembahasan ilmiah diposisikan sebagai penguat nilai moral dan etis, bukan sebagai dasar hukum mandiri. Selain itu, pembahasan ini juga didukung oleh Sirah 'Uqala (tindakan bijak orang-orang berakal) dan kaidah Pertahanan Legitim, yakni prinsip pembelaan yang dibenarkan menurut syariat dan pertimbangan rasional. Pembelaan terhadap tanah air, apabila dilakukan sebagai bagian dari pembelaan terhadap agama, dipandang memiliki nilai yang lebih tinggi.

Mereka yang gugur dalam membela tanah air dianggap sebagai Syahid, dan sesuai fatwa ulama fikih, dalam hal memandikan dan mengkafani, mereka memiliki hukum seperti syahid,. Perang Iran-Irak (Pertahanan Suci), Perang Lebanon dan perlawanan di Gaza, perlawanan rakyat Yaman terhadap agresi, serta fatwa-fatwa jihad para ulama melawan Rusia, Inggris, Israel, dan ISIS adalah contoh-contoh pertahanan tanah air oleh umat Syiah yang terjadi pada abad ke-13 hingga ke-15 Hijriah. Para ulama fikih dalam beberapa kasus bahkan turut serta langsung dalam jihad-jihad ini.

Pertahanan tanah air juga menempati posisi khusus dalam sastra. Para penyair, melalui puisi-puisi kepahlawanan mereka, senantiasa menyerukan kepada rakyat untuk bangkit melawan dan menjaga tanah airnya.

Kedudukan

Pertahanan tanah air adalah pembahasan yang dikaji dalam Fikih[1] dan hukum internasional.[2] Meskipun para ulama fikih Syiah membahas topik pertahanan tanah air Islam (Darul Islam) dalam bab Jihad Pertahanan di kitab-kitab Jihad,[3] sebagian ulama abad ke-15 Hijriah secara khusus mengemukakan pembahasan tentang pertahanan tanah air (terlepas dari agamanya) dan mengajukan berbagai dalil untuk membuktikan kewajibannya.[4]

Riwayat-riwayat sangat menekankan pentingnya menjaga perbatasan dan membelanya,[5] dan dalam literatur Republik Islam Iran, mereka yang gugur membela tanah air disebut sebagai Syahid.[6] Sesuai fatwa para ulama fikih, dalam hal memandikan dan mengkafani, mereka memiliki hukum seperti syahid. [7]

Terlepas dari status keislamannya, tanah air dipandang sebagai sebuah nilai yang mulia[8] dan dalam pandangan Islam memiliki kehormatan tersendiri.[9] Jawadi Amuli, seorang mufasir Al-Qur'an, bahkan menegaskan bahwa seseorang yang tidak membela tanah airnya lebih rendah dari hewan, dalam kerangka argumentasi fitrah dan rasionalitas manusia menurut beliau.[10]

Hubungan Membela Tanah Air dengan Jihad Difa'i (Pertahanan)

Jihad Difa'i adalah perjuangan melawan setiap musuh yang berniat menghancurkan agama Islam atau menyerang negeri-negeri Islam.[11] Tujuannya adalah menjaga agama Islam serta nyawa, harta, dan kehormatan kaum Muslimin.[12] Jihad pertahanan ini dianggap Wajib Kifayah bagi setiap muslim, laki-laki dan perempuan, yang mampu berperang, Namun pada kondisi serangan langsung, kewajiban membela tanah air tidak lagi bersifat wajib kifayah, melainkan wajib ‘aini bagi setiap individu yang mampu[13] Oleh karena itu, jihad difa'i berkaitan erat dengan pembelaan terhadap tanah air Islam (Darul Islam), yang menurut fatwa ulama fikih adalah wajib.[14]

Namun, apabila tanah air tersebut bukan merupakan negara Islam, pembahasan mengenai kewajiban membelanya tetap dikemukakan oleh para ulama. Menurut hukum syariat dan pertimbangan akal sehat, pembelaan terhadap tanah air non-Islami tetap dipandang sebagai kewajiban, selama bertujuan menjaga nyawa, kehormatan, dan keamanan masyarakat, dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.[15] Bahkan, sebagian ulama memandang kewajiban ini sebagai sesuatu yang bersifat fitri, yakni selaras dengan naluri dasar manusia.[16]

Muhammad Taqi Misbah Yazdi, seorang Mujtahid dan mufasir Al-Qur'an, sambil menekankan berharganya membela tanah air, menegaskan bahwa nilai pembelaan tanah air tidaklah sama. Ketika pembelaan tanah air menjadi pendahuluan bagi pembelaan agama dan kelestarian Islam serta pemerintahan Islam, nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan membela tanah air yang tidak Islami.[17] Oleh karena itu, jika terjadi pertentangan antara membela tanah air dan jihad difa'i, maka membela agama harus didahulukan.[18]

Dalil-dalil Kewajiban Membela Tanah Air

Untuk membuktikan kewajiban membela tanah air, digunakan beberapa dalil berikut:[19]

  • Dalil Hadis/Riwayat: Terdiri dari beberapa kelompok riwayat; ada yang menceritakan kecintaan Rasulullah saw terhadap tanah airnya (Mekkah);[21] ada yang menekankan mencintai tanah air;[22] ada yang menegaskan bahwa Allah membenci orang yang tidak membela diri saat rumahnya diserang;[23] ada pula ungkapan dalam khotbah 29 Nahjul Balaghah di mana Imam Ali as mencela penduduk Kufah karena tidak membela tanah air mereka;[24] serta riwayat-riwayat yang menekankan bahwa tanah air tanpa keamanan tidak memiliki nilai.[25]
  • Dalil Pertahanan Legitim (Defense of Necessity): Dalil yang dikemukakan dalam Fikih[27] dan hukum internasional[28], yang mencakup pembelaan terhadap nyawa, harta, kehormatan, dan tanah air.[29]
  • Dalil Akal: Menolak segala bentuk bahaya adalah kewajiban akal, dan membela tanah air merupakan salah satu bentuk menolak bahaya.[30]
  • Sirah 'Uqala (Kebiasaan Orang Bijak): Perang melawan musuh penyerang dan zalim adalah hak yang sah menurut pandangan orang-orang berakal, dan hak ini dikuatkan oleh Al-Qur'an (Surah Al-Hajj ayat 22).[31]

Contoh Membela Tanah Air oleh Umat Syiah

! Artikel terkait untuk kategori ini adalah Hukum Jihad.

Dalam banyak peperangan, para ulama fikih Syiah telah mengeluarkan hukum untuk membela tanah air. Di antaranya:

  • Perang Iran-Irak (yang dikenal sebagai "Pertahanan Suci")[32] adalah contoh utama pertahanan tanah air, yang dilakukan rakyat Iran menghadapi serangan Saddam atas dasar hukum yang dikeluarkan Imam Khomeini selaku Wali Fakih.[33] Sayid Ali Khamenei menyebutkan bahwa salah satu motivasi para pejuang adalah "perasaan menghadapi musuh yang ingin merampas tanah air".[34]

Selain itu, dalam beberapa serangan musuh ke negara-negara Islam, para ulama fikih mengeluarkan Hukum Jihad dan memerintahkan pembelaan tanah air. Dalam beberapa kasus, para ulama tersebut bahkan turut serta langsung. Misalnya:

Perlu dicatat bahwa dalam contoh-contoh di atas, membela tanah air sering kali menjadi pendahuluan bagi pembelaan agama.

Membela Tanah Air dalam Budaya dan Sastra

Pertahanan tanah air banyak digaungkan dalam puisi-puisi para penyair besar. Contohnya adalah puisi "Watan dar Khatar Ast" (Tanah Air dalam Bahaya) karya Malik as-Syu'ara Bihar, yang di antaranya berbunyi: Templat:Syi'ir

Penyair berbahasa Arab juga banyak menciptakan puisi membela tanah air, khususnya Palestina. Abdurrahim Mahmud, seorang penyair Palestina yang gugur syahid oleh Israel, bersyair: Templat:Syi'ir

Dalam konteks Perang Iran-Irak, para penyair juga dengan puisi-puisi kepahlawanan mereka mendorong semangat rakyat untuk membela tanah air.[42]

Catatan Kaki

  1. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 HS, jld. 21, hlm. 15; Khu'i, Shirath al-Najat, 1416 H, jld. 1, hlm. 328.
  2. Naderi, Defa'-e Masyru' Mauzu'e Madde-ye 51 Manshur-e Melal-e Motahed (Pertahanan Legitim Subjek Pasal 51 Piagam PBB), 1351 HS, hlm. 33.
  3. Abushalah Halabi, Al-Kafi fi al-Fiqh, 1403 H, hlm. 246; Syahid Tsani, Masalik al-Afham, 1413 H, jld. 3, hlm. 8; Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 HS, jld. 21, hlm. 15.
  4. Husaini Syirazi, Al-Fiqh, Al-Silm wa al-Salam, 1426 H, hlm. 270; "Vatan Dusti az Manzar-e Ayatollah al-Uzma Makarem Syirazi" (Cinta Tanah Air dalam Pandangan Ayatullah al-Uzma Makarem Syirazi), Paygah-e Ettela'resani-ye Ayatullah Makarem Syirazi.
  5. Syekh Shaduq, Kitab Man La Yahdhuruhu al-Faqih, 1413 H, jld. 2, hlm. 284; Shahifah Sajjadiyyah, Doa 27.
  6. "Ayin-nameh-ye Ta'yin va Ehraz-e Masadiq-e Shahid va Isargar Eblagh Shod" (Peraturan Penetapan dan Identifikasi Kategori Syahid dan Veteran Telah Diberlakukan), ISNA.
  7. Imam Khomeini, Istifta'at, 1422 H, jld. 1, hlm. 78-89; Sistani, "Hame-ye Kasani ke dar Defa' az Vatan Koshte Mishavand, Shahid Mahsub Mishavand" (Semua Orang yang Terbunuh dalam Membela Tanah Air Dianggap Syahid), IRNA.
  8. "Bayanat dar Didar-e Pishkesvatan va Fa'alan-e Defa'-e Moghaddas va Moghavemat" (Ceramah dalam Pertemuan dengan Veteran dan Aktivis Pertahanan Suci dan Perlawanan), Daftar-e Hefz va Nashr-e Asar-e Ayatullah al-Uzma Khamenei.
  9. "Vatan Dusti az Manzar-e Ayatollah al-Uzma Makarem Syirazi" (Cinta Tanah Air dalam Pandangan Ayatullah al-Uzma Makarem Syirazi), Paygah-e Ettela'resani-ye Ayatullah Makarem Syirazi.
  10. Jawadi Amoli, "Dars-e Akhlaq-e Ayatullah Javadi Amoli darbare-ye Defa' az Vatan" (Pelajaran Akhlak Ayatullah Jawadi Amoli tentang Pertahanan Tanah Air).
  11. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 HS, jld. 21, hlm. 15.
  12. Abushalah Halabi, Al-Kafi fi al-Fiqh, 1403 H, hlm. 246; Syahid Tsani, Masalik al-Afham, 1413 H, jld. 3, hlm. 8; Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 HS, jld. 21, hlm. 4.
  13. Syahid Tsani, Masalik al-Afham, 1413 H, jld. 3, hlm. 8.
  14. Syahid Tsani, Al-Raudhah al-Bahiyyah, 1410 H, jld. 2, hlm. 379; Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 HS, jld. 21, hlm. 4.
  15. Ghadhanfari, Rah-e Rastegari (Jalan Kebahagiaan), 1382 HS, jld. 2, hlm. 104.
  16. Misbah Yazdi, "Defa' az Din; Arzeshmandtarin Defa'" (Membela Agama; Pertahanan Paling Berharga), Paygah-e Ettela'resani-ye Asar-e Ayatullah Mesbah Yazdi.
  17. Misbah Yazdi, "Defa' az Din; Arzeshmandtarin Defa'" (Membela Agama; Pertahanan Paling Berharga), Paygah-e Ettela'resani-ye Asar-e Ayatullah Mesbah Yazdi.
  18. Misbah Yazdi, "Defa' az Din; Arzeshmandtarin Defa'" (Membela Agama; Pertahanan Paling Berharga), Paygah-e Ettela'resani-ye Asar-e Ayatullah Mesbah Yazdi.
  19. Ghadhanfari, Rah-e Rastegari (Jalan Kebahagiaan), 1382 HS, jld. 2, hlm. 104; "Vatan Dusti az Manzar-e Ayatollah al-Uzma Makarem Syirazi" (Cinta Tanah Air dalam Pandangan Ayatullah al-Uzma Makarem Syirazi), Paygah-e Ettela'resani-ye Ayatullah Makarem Syirazi.
  20. Ghadhanfari, Rah-e Rastegari (Jalan Kebahagiaan), jld. 2, hlm. 104-105; "Vatan Dusti az Manzar-e Ayatollah al-Uzma Makarem Syirazi" (Cinta Tanah Air dalam Pandangan Ayatullah al-Uzma Makarem Syirazi), Paygah-e Ettela'resani-ye Ayatullah Makarem Syirazi.
  21. Makarem, Tafsir-e Nemuneh (Tafsir Contoh), 1374 HS, jld. 16, hlm. 184-185; Makarem, Payam-e Emam Amir al-Mu'minin as (Pesan Imam Amirul Mukminin as), 1386 HS, jld. 2, hlm. 221.
  22. Ibnu Syu'bah Harrani, Tuhaf al-'Uqul, 1404 H, hlm. 207.
  23. Shaduq, Uyun Akhbar al-Ridha as, 1378 H, jld. 2, hlm. 28.
  24. Nahjul Balaghah, Subhi Shalih, hlm. 69, khotbah 27.
  25. Shaduq, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, 1413 H, jld. 4, hlm. 370; Laitsi, Uyun al-Hikam, 1376 HS, hlm. 295.
  26. Abul Futuh Razi, Raudh al-Jinan, 1408 H, jld. 17, hlm. 299; Karajaki, Kanz al-Fawa'id, 1410 H, jld. 1, hlm. 94.
  27. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 HS, jld. 41, hlm. 650.
  28. Naderi, Defa'-e Masyru' Mauzu'e Madde-ye 51 Manshur-e Melal-e Mutahed (Pertahanan Legitim Subjek Pasal 51 Piagam PBB), 1351 HS, hlm. 33.
  29. Imam Khomeini, Tahrir al-Wasilah, 1392 HS, jld. 1, hlm. 463; Audah, Al-Tasyri' al-Jina'i, Dar al-Kutub al-Arabi, jld. 1, hlm. 473; Attar, Defa'-e Masyru' va Tajavoz az Hodud-e An (Pertahanan Legitim dan Melampaui Batasannya), 1370 HS, hlm. 27.
  30. Fadhil Hindi, Kasyf al-Litsam, 1416 H, jld. 10, hlm. 649.
  31. War'i, "Mabani-ye Feqhi-ye Defa' az Sarzamin-ha-ye Eslami" (Dasar-dasar Fikih Pertahanan Tanah Air Islam), Hukumat-e Eslami.
  32. "Chera Jang-e Tahmili-ye Iran ba Araq ra Defa'-e Moghaddas Minamand?" (Mengapa Perang yang Dipaksakan Iran dengan Irak Disebut Pertahanan Suci?), Shabestan.
  33. Imam Khomeini, Shahifeh-ye Imam, 1389 HS, jld. 13, hlm. 221-226; Marandi, Jang va Defa' dar Andisheh-ye Imam Khomeini (Perang dan Pertahanan dalam Pemikiran Imam Khomeini), 1387 HS, hlm. 57.
  34. "Bayanat dar Didar-e Dast-andarkaran-e Kongreh-ye Syuhada-ye Ustan-e Alborz" (Ceramah dalam Pertemuan dengan Panitia Kongres Syuhada Provinsi Alborz), Daftar-e Hefz va Nashr-e Asar-e Ayatullah al-Uzma Khamenei.
  35. "Dast-avard-ha-ye Defa'-e Moghaddas-e 12 Ruzeh-ye Iran dar barabar-e Rezhim-e Sahyunisti" (Pencapaian Pertahanan Suci 12 Hari Iran Melawan Rezhim Zionis), Kantor Berita Defa Moqaddas.
  36. "Mardom-e Felestin dar hal-e Defa' az Khod dar barabar-e Eshghalgaran Hastand" (Rakyat Palestina Sedang Membela Diri Melawan Penjajah), Kantor Berita Mehr.
  37. "Samareh-ye 10 Sal Moghavemat-e Yaman va Kabus-e Bi-payan-e Amrika va Esra'il" (Buah 10 Tahun Perlawanan Yaman dan Mimpi Buruk Tak Berujung Amerika dan Israel), Tasnim.
  38. Zargarinejad, "Barresi-ye Ahkam al-Jihad wa Asbab al-Rasyad (Nakhostin Asar dar Adabiyat-e Takvin-e Adabiyat-e Jahadi-ye Tarikh-e Mo'aser-e Iran)" (Kajian Ahkam al-Jihad wa Asbab al-Rasyad (Karya Pertama dalam Literatur Pembentukan Literatur Jihad Sejarah Kontemporer Iran)), hlm. 383; Aghazadeh, "Tahlili bar Naghsh-e Ruhaniyun-e Shi'ah dar Doureh-ye Dovvom-e Jang-ha-ye Iran va Rus" (Analisis Peran Rohaniwan Syiah pada Periode Kedua Perang Iran dan Rusia), Faslnameh-ye Shi'ah Shenasi.
  39. Agha Buzurg Tehrani, Thabaqat A'lam al-Syi'ah, 1430 H, jld. 13, hlm. 263.
  40. Sarhadi, "Ulama'i ke Nesbat be Mas'aleh-ye Felestin Vakonesh Neshan Dadand" (Ulama yang Bereaksi terhadap Masalah Palestina), Pajhuhesykadeh Tarikh-e Mo'aser.
  41. Haththab, "Tauzhif al-Hasyad al-Sya'bi fi al-Mudrak al-Siyasi al-Iraqi", hlm. 107-108.
  42. Syarifpur dan Turabi, "Vatan-garayi dar Syer-e Defa'-e Moghaddas" (Patriotisme dalam Puisi Pertahanan Suci), Nasyriyeh Adabiyat-e Paydari.

Daftar Pustaka