Lompat ke isi

Konsep:Aborsi

Dari wikishia

Templat:Terkait Aborsi (bahasa Arab: إجهاض, Ijhadh) atau Pengguguran Kandungan adalah keluarnya janin dari rahim sebelum ia sempurna. Aborsi yang disengaja dianggap sebagai kejahatan atau Dosa menurut beberapa aliran etika, hukum, dan Fikih Islam. Para fukaha Syiah meyakini bahwa aborsi yang disengaja setelah terbentuknya Nutfah dan menetap di dalam rahim adalah Haram; meskipun terdapat perbedaan pendapat di antara mereka mengenai kasus-kasus khusus seperti bahaya bagi nyawa ibu, cacat pada janin, atau janin hasil hubungan tidak sah.

Secara hukum di Iran, aborsi dianggap sebagai kejahatan dan pelakunya dikenai hukuman seperti Diyat dan Takzir, kecuali dalam kondisi di mana kelangsungan janin mengancam nyawa ibu.

Konsep dan Kedudukan

Aborsi atau ijhadh adalah keluarnya janin dari rahim sebelum sempurna.[1] Secara medis, aborsi adalah berakhirnya Kehamilan sebelum minggu ke-20 atau janin dengan berat kurang dari 500 gram.[2] Dalam teks-teks fikih dan hukum, istilah janin mencakup masa kehamilan dari awal pembuahan hingga kelahiran.[3]

Aborsi dibahas dalam bidang Akhlak, khususnya etika medis,[4] hukum,[5] dan fikih Islam dalam bab-bab Nikah, Hudud, Qishash, Diyat, Warisan, serta Masail Mustahdatsah.[6]

Hukum Taklifi Aborsi

Menurut fukaha Syiah, aborsi yang disengaja adalah haram[7] dan tidak ada perbedaan pendapat di antara para fukaha mengenai hukum ini.[8] Keharaman aborsi mencakup seluruh tahapan janin setelah terbentuknya nutfah,[9] dan tidak ada perbedaan antara janin yang sah atau tidak sah (hasil Zina).[10]

Untuk membuktikan keharaman aborsi, dalil-dalil yang digunakan antara lain ayat-ayat Al-Qur'an, seperti Ayat 151 Surah Al-An'am yang menunjukkan keharaman pembunuhan,[11] serta riwayat-riwayat yang dinukil dari para Imam as yang melarang aborsi.[12]

Hukum Fikih pada Kasus Khusus

Janin Cacat

Jika janin cacat atau tidak sempurna dan setelah lahir dipastikan akan menyebabkan Usr wa Haraj (kesulitan dan kepayahan) bagi orang tua, fukaha seperti Mirza Jawad Tabrizi,[13] Makarim Syirazi,[14] Muhammad Ishaq Fayyadh,[15] dan Sayid Ali Khamenei[16] membolehkan aborsi hanya sebelum peniupan ruh (ruh ditiupkan); namun setelah peniupan ruh, mereka tidak membolehkannya; sebab janin yang telah ditiupkan ruh memiliki hukum manusia sempurna dan dalil-dalil keharaman membunuh jiwa mencakupnya.[17]

Sebaliknya, fukaha seperti Imam Khomeini,[18] Sayid Abul Qasim Khui,[19] dan Sayid Ali Sistani,[20] tidak membolehkan aborsi janin cacat bahkan sebelum peniupan ruh.

Bahaya bagi Nyawa Ibu

Jika kelanjutan kehamilan mengancam nyawa ibu, terdapat perbedaan pendapat di kalangan fukaha Syiah mengenai boleh atau tidaknya aborsi.[21] Sebagian besar fukaha membolehkan aborsi sebelum peniupan ruh;[22] dalam pandangan ini, menjaga nyawa ibu lebih diutamakan daripada menjaga janin yang belum dianggap memiliki kehidupan manusia sempurna.[23] Namun, beberapa fukaha termasuk Shahib al-Urwah,[24] Sayid Abdul A'la Sabzawari,[25] dan Luthfullah Shafi Gulpaigani[26] tidak membolehkan aborsi setelah peniupan ruh, dan dalam situasi ini, mereka tidak mengunggulkan keselamatan nyawa ibu di atas janin.[27] Menurut Sayid Abul Qasim Khui, jika kelangsungan janin menyebabkan kematian ibu dan dokter menyarankan aborsi, maka terjadi Tazahum (konflik) antara kewajiban menjaga nyawa ibu dan kewajiban menjaga janin, dan jika tidak ada preferensi, ibu memiliki pilihan (mukhayyar) antara menjaga janin atau menyelamatkan nyawanya sendiri melalui aborsi.[28] Jika aborsi dilakukan, pembayaran diyat janin menjadi tanggung jawab pelaku aborsi.[29]

Janin Tidak Sah

Mengenai aborsi janin yang terbentuk dari hubungan tidak sah, terdapat pandangan yang berbeda. Berdasarkan fatwa Sayid Abul Qasim Khui, jika sebelum peniupan ruh, kelangsungan janin menyebabkan usr wa haraj (kesulitan) bagi ibu dan tidak ada kemungkinan untuk pindah ke tempat jauh untuk melahirkan, maka aborsi diperbolehkan;[30] namun setelah peniupan ruh, aborsi tidak diperbolehkan dan wanita hamil tersebut dapat pindah ke tempat yang lebih jauh untuk melahirkan.[31] Nashir Makarim Syirazi membolehkan aborsi jika nyawa ibu terancam oleh keluarganya dan janin belum mencapai usia empat bulan.[32] Sebaliknya, Sayid Abdul A'la Sabzawari tidak membolehkan aborsi janin tidak sah bahkan dalam kasus di mana keselamatan nyawa atau kehormatan wanita bergantung padanya.[33]

Hukum Wadh'i Aborsi

Pandangan para fukaha mengenai Hukum Wadh'i aborsi adalah sebagai berikut:

Qishash

Berdasarkan pandangan masyhur fukaha Syiah, aborsi yang disengaja setelah peniupan ruh mewajibkan Qishash.[34] Namun, Khui dengan bersandar pada riwayat dari Imam Baqir as, berpendapat bahwa pembunuh janin tidak berhak di-qishash, sebagaimana pembunuh anak kecil atau orang gila,[35] dan hanya mewajibkan diyat atasnya.[36]

Sekelompok fukaha abad ke-15 Hijriah seperti Ayatullah Gulpaigani,[37] Ayatullah Fadhil Lankarani,[38] Ayatullah Montazeri,[39] Ayatullah Wahid Khurasani,[40] dan Ayatullah Makarim Syirazi,[41] juga berpendapat bahwa pembunuh janin yang telah ditiupkan ruh tidak dikenai qishash dan hanya wajib membayar diyat.

Diyat

Berdasarkan pandangan para fukaha, diyat janin menjadi tanggung jawab orang yang melakukan aborsi atau yang tindakannya menyebabkan aborsi.[42] Jumlahnya bervariasi tergantung pada tahap perkembangan janin.[43] Sebagian besar fukaha menetapkan diyat janin sempurna untuk laki-laki sebesar seribu dinar dan untuk perempuan lima ratus dinar.[44] Imam Khomeini dalam hal ini tidak membedakan antara janin laki-laki dan perempuan.[45]

Kaffarah

Jika aborsi dilakukan sebelum peniupan ruh, kaffarah tidak wajib;[46] namun jika dilakukan setelah peniupan ruh, maka wajib membayar kaffarah pembunuhan yang mencakup memerdekakan budak, puasa dua bulan, dan memberi makan enam puluh orang miskin.[47]

Aborsi dari Pandangan Akhlak

Aborsi adalah salah satu masalah penting dalam etika medis.[48] Beberapa filsuf berpendapat bahwa setelah janin mencapai tahap mampu merasakan sakit dan nikmat (biasanya trimester pertama), ia dianggap sebagai manusia sempurna dan aborsi setelah periode ini tidak diperbolehkan.[49] Yang lain berpendapat bahwa hanya "pribadi bermoral" yang memiliki hak seperti hak hidup[50] dan karena janin tidak memiliki karakteristik seperti kesadaran, akal, dan kesadaran diri, maka ia tidak memiliki hak-hak tersebut.[51] Sebaliknya, pandangan lain menganggap janin sejak pembuahan sebagai manusia sempurna dan anggota masyarakat manusia, sehingga membunuhnya adalah salah secara moral.[52]

Undang-undang Hukum Pidana Islam

Dalam Undang-undang Hukum Pidana Islam Republik Islam Iran yang disahkan pada tahun 1392 HS, aborsi dianggap sebagai kejahatan dan hukuman seperti diyat dan Takzir telah ditetapkan untuknya.[53] Pasal 718 dan 716 undang-undang ini dikhususkan untuk masalah ini. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, jika janin digugurkan demi menyelamatkan nyawa ibu, diyat tidak wajib atasnya.[54] Selain itu, jumlah diyat janin ditentukan berdasarkan tahap perkembangannya.[55]

Catatan Kaki

  1. Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami, Farhang-e Feqh Mutabiq-e Mazhab-e Ahl-e Beyt (as), 1387 HS, jld. 4, hlm. 487.
  2. Qadi Pasya dan Aminiyan, "Barrasi-ye Mojavvez-haye Saqth-e Janin...", hlm. 148.
  3. Allamah Hilli, Tadzkirah al-Fuqaha, 1414 H, jld. 1, hlm. 326.
  4. Syakur dkk, "Ab'ad-e Akhlaqi-ye Saqth-e Janin dar Amuzesh-e Pezesyki", hlm. 25.
  5. Qanun-e Mojazat-e Eslami, disahkan 1392 HS, pasal 718.
  6. Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami, Al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah, 1423 H, jld. 5, hlm. 395; Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami, Farhang-e Feqh Mutabiq-e Mazhab-e Ahl-e Beyt (as), 1387 HS, jld. 4, hlm. 487.
  7. Sistani, Minhaj al-Shalihin, 1414 H, jld. 3, hlm. 115.
  8. Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami, Al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah, 1423 H, jld. 5, hlm. 394.
  9. Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jld. 25, hlm. 251; Khui, Al-Masail al-Syar'iyyah, Muassasah al-Khui al-Islamiyyah, jld. 2, hlm. 310; Tabrizi, Shirath al-Najah, 1416 H, jld. 1, hlm. 332.
  10. Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jld. 25, hlm. 251.
  11. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 HS, jld. 42, hlm. 8; Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jld. 29, hlm. 112.
  12. Syaikh Shaduq, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, 1404 H, jld. 4, hlm. 171; Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jld. 25, hlm. 253.
  13. Khui, Ahkam-e Jame'-e Masail-e Pezesyki, 1432 H, jld. 1, hlm. 234.
  14. Makarim Syirazi, Buhuts Fiqhiyyah Hammah, 1380 HS, jld. 1, hlm. 293-294.
  15. Fayyadh, Minhaj al-Shalihin, Maktab Samahah Ayatuallah al-Hajj al-Syaikh Muhammad Ishaq al-Fayyadh, jld. 3, hlm. 440.
  16. Khamenei, Ajwibah al-Istifta'at, 1415 H, jld. 2, hlm. 66.
  17. Makarim Syirazi, Buhuts Fiqhiyyah Hammah, 1380 HS, jld. 1, hlm. 295-296.
  18. Khomeini, Istifta'at, 1372 HS, jld. 3, hlm. 291.
  19. Khui, Al-Masail al-Syar'iyyah, Muassasah al-Khui al-Islamiyyah, jld. 2, hlm. 310.
  20. Hakim, Al-Fatawa al-Muyassarah, 1417 H, jld. 1, hlm. 432.
  21. Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami, Al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah, 1423 H, jld. 4, hlm. 488.
  22. Khomeini, Istifta'at, 1372 HS, jld. 3, hlm. 291; Gulpaigani, Irsyad al-Sail, 1413 H, hlm. 173; Montazeri, Ahkam-e Pezesyki, 1427 H, hlm. 103; Khamenei, Ajwibah al-Istifta'at, 1415 H, jld. 2, hlm. 66.
  23. Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jld. 25, hlm. 253; Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami, Al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah, 1423 H, jld. 5, hlm. 399.
  24. Thabathabai Yazdi, Al-Urwah al-Wutsqa, 1417 H, jld. 2, hlm. 118.
  25. Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jld. 25, hlm. 254.
  26. Safi Gulpaigani, Istifta'at-e Pezesyki, 1415 H, hlm. 65-66.
  27. Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jld. 25, hlm. 254.
  28. Gharavi Tabrizi, Al-Tanqih fi Syarh al-Urwah al-Wutsqa, 1410 H, jld. 9, hlm. 317; Khui, Mabani Takmalah al-Minhaj, Muassasah Ihya Atsar al-Imam al-Khui, jld. 2, hlm. 13.
  29. Khui, Ahkam-e Jame'-e Masail-e Pezesyki, 1432 H, jld. 1, hlm. 230.
  30. Khui, Ahkam-e Jame'-e Masail-e Pezesyki, 1432 H, jld. 1, hlm. 232.
  31. Khui, Ahkam-e Jame'-e Masail-e Pezesyki, 1432 H, jld. 1, hlm. 231.
  32. "Hokm-e Saqth-e Janin-e Namasyru' be Khater-e Khauf az Kosyteh Syodan", Situs Paygah-e Ettela-resani-ye Daftar-e Ayatullah Makarim Syirazi.
  33. Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jld. 25, hlm. 253.
  34. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 HS, jld. 43, hlm. 381; Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jld. 29, hlm. 112.
  35. Khui, Mabani Takmalah al-Minhaj, Muassasah Ihya Atsar al-Imam al-Khui, jld. 2, hlm. 72.
  36. Khui, Mabani Takmalah al-Minhaj, Muassasah Ihya Atsar al-Imam al-Khui, jld. 2, hlm. 417.
  37. Gulpaigani, Majma' al-Masail, 1413 H, jld. 3, hlm. 291.
  38. Fadhil Lankarani, Jami' al-Masail, 1383 HS, jld. 1, hlm. 541.
  39. Montazeri, Al-Ahkam al-Syar'iyyah, 1413 H, hlm. 562.
  40. Wahid Khurasani, Minhaj al-Shalihin, Madrasah al-Imam Baqir al-Ulum (as), jld. 3, hlm. 589.
  41. Makarim Syirazi, Buhuts Fiqhiyyah Hammah, 1380 HS, hlm. 290-292.
  42. Sebagai contoh lihat: Khui, Masail Pezesyki, 1432 H, jld. 1, hlm. 230; Khomeini, Tahrir al-Wasilah, 1390 H, jld. 2, hlm. 598; Makarim Syirazi, Buhuts Fiqhiyyah Hammah, 1380 HS, jld. 1, hlm. 299.
  43. Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami, Farhang-e Feqh Mutabiq-e Mazhab-e Ahl-e Beyt (as), 1387 HS, jld. 4, hlm. 489.
  44. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 HS, jld. 43, hlm. 356; Wahid Khurasani, Minhaj al-Shalihin, Madrasah al-Imam Baqir al-Ulum (as), jld. 3, hlm. 587.
  45. Khomeini, Tahrir al-Wasilah, 1390 H, jld. 2, hlm. 597.
  46. Najafi, Jawahir al-Kalam, 1362 HS, jld. 43, hlm. 364; Sabzawari, Muhadzdzab al-Ahkam, 1413 H, jld. 29, hlm. 316.
  47. Sistani, "Kaffarah Jam'", Situs Resmi Kantor Marja Aliqadr Agha Sayid Ali Husaini Sistani.
  48. Syakur dkk, "Ab'ad-e Akhlaqi-ye Saqth-e Janin dar Amuzesh-e Pezesyki", hlm. 29.
  49. Islami, "Rahyaft-haye Akhlaqi be Saqth-e Janin...", hlm. 325.
  50. Jamshidi dkk, "Barrasi va Naqd-e Didgah-e Peter Singer...", hlm. 236.
  51. Atrak, "Dalayel-e Falsafi-ye Movafeqan va Mokhalifan-e Saqth-e Janin...", hlm. 56.
  52. Palmer, Masail-e Akhlaqi, 1389 HS, hlm. 94; Muvahhidi dan Golzar, "Barrasi-ye Saqth-e Janin az Do Didgah...", hlm. 18.
  53. Qanun-e Mojazat-e Eslami, disahkan 1392 HS; Buku Kelima Undang-undang Hukum Pidana Islam (Takzirat), disahkan 1375 HS, Pasal 622, 623, dan 624.
  54. Qanun-e Mojazat-e Eslami, disahkan 1392 HS, Pasal 718.
  55. Qanun-e Mojazat-e Eslami, disahkan 1392 HS, Pasal 716.

Daftar Pustaka

  • Allamah Hilli. Tadzkirah al-Fuqaha. Qom, Muassasah Alu al-Bait Li Ihya al-Turats, 1414 H.
  • Atrak, Husein. "Dalayel-e Falsafi-ye Movafeqan va Mokhalifan-e Saqth-e Janin (Saqth-e Janin dar Falsafe-ye Akhlaq)". Majalah Akhlaq va Tarikh-e Pezesyki, No. 3, 1387 HS.
  • Banihashemi Khomeini, Sayid Muhammad Husain. Taudhih al-Masail-e Maraji'. Qom, Daftar-e Entesharat-e Eslami, Cetakan kedelapan, 1424 H.
  • Buku Kelima Undang-undang Hukum Pidana Islam (Takzirat), disahkan 1375 HS.
  • Fadhil Lankarani, Muhammad. Jami' al-Masail. Qom, Entesharat-e Amir, Cetakan kesebelas, 1383 HS.
  • Fayyadh, Muhammad Ishaq. Al-Masail al-Thibbiyyah. Tanpa tempat, tanpa penerbit, tanpa tahun.
  • Fayyadh, Muhammad Ishaq. Minhaj al-Shalihin. Qom, Maktab Samahah Ayatullah al-Uzhma al-Hajj al-Syaikh Muhammad Ishaq al-Fayyadh, tanpa tahun.
  • Gharavi Tabrizi, Ali. Al-Tanqih fi Syarh al-Urwah al-Wutsqa. Qom, Entesharat-e Dar al-Hadi, Cetakan ketiga, 1410 H.
  • Gulpaigani, Sayid Muhammad Ridha. Irsyad al-Sail. Beirut, Entesharat-e Dar al-Shafwah, Cetakan pertama, 1413 H.
  • Gulpaigani, Sayid Muhammad Ridha. Majma' al-Masail. Qom, Dar al-Qur'an al-Karim, 1413 H.
  • Hakim, Abdul Hadi. Al-Fatawa al-Muyassarah. Faiq al-Mulawwanah, 1417 H.
  • "Hokm-e Saqth-e Janin-e Namasyru' be Khater-e Khauf az Kosyteh Syodan". Situs Paygah-e Ettela-resani-ye Daftar-e Ayatullah Makarim Syirazi. Tanggal akses: 25 Azar 1399 HS.
  • Islami, Hasan. "Rahyaft-haye Akhlaqi be Saqth-e Janin; Yek Barrasi-ye Moredi". Jurnal Barvari va Nabarvari, Musim Gugur 1384 HS.
  • Jamshidi, Fatimah dkk. "Barrasi va Naqd-e Didgah-e Peter Singer darbare-ye Akhlaqi Budan-e Saqth-e Janin". Jurnal Ilmiah-Penelitian Ta'ammulat-e Falsafi, No. 41, Musim Gugur dan Dingin 1397 HS.
  • Khamenei, Sayid Ali. Ajwibah al-Istifta'at. Kuwait, Dar al-Naba', Cetakan pertama, 1415 H.
  • Khomeini, Sayid Ruhullah. Istifta'at. Qom, Jame'ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom, Cetakan pertama, 1372 HS.
  • Khomeini, Sayid Ruhullah. Tahrir al-Wasilah. Najaf Asyraf, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Cetakan kedua, 1390 H.
  • Khui, Sayid Abul Qasim. Ahkam-e Jame'-e Masail-e Pezesyki. Qom, Dar al-Shadiqah al-Syahidah, Cetakan pertama, 1432 H.
  • Khui, Sayid Abul Qasim. Al-Masail al-Syar'iyyah. Qom, Muassasah al-Khui al-Islamiyyah, tanpa tahun.
  • Khui, Sayid Abul Qasim. Mabani Takmalah al-Minhaj. Qom, Muassasah Ihya Atsar al-Imam al-Khui, tanpa tahun.
  • Makarim Syirazi, Nashir. Ahkam-e Pezesyki. Qom, Madrasah al-Imam Ali bin Abi Thalib (as), Cetakan pertama, 1415 H.
  • Makarim Syirazi, Nashir. Buhuts Fiqhiyyah Hammah. Qom, Madrasah al-Imam Ali bin Abi Thalib (as), Cetakan pertama, 1380 HS.
  • Montazeri, Husain Ali. Ahkam-e Pezesyki. Qom, Nasyr-e Sayeh, Cetakan ketiga, 1427 H.
  • Montazeri, Husain Ali. Al-Ahkam al-Syar'iyyah. Qom, Entesharat-e Tafakkur, Cetakan pertama, 1413 H.
  • Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami. Al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah. Qom, Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami, 1423 H.
  • Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami. Farhang-e Feqh Mutabiq-e Mazhab-e Ahl-e Beyt Alaihimussalam. Qom, Muassasah Da'irah al-Ma'arif al-Fiqh al-Islami, 1387 HS.
  • Muhaqqiq Hilli, Ja'far bin Hasan. Syarai' al-Islam fi Masail al-Halal wa al-Haram. Qom, Muassasah Ismailiyan, Cetakan kedua, 1408 H.
  • Muvahhidi, Muhammad Javad dan Muzhgan Golzar Isfahani. "Barrasi-ye Saqth-e Janin az Do Didgah-e Vazifeh-garayaneh va Ghayat-garayaneh". Jurnal Ilmiah Khusus Akhlaq, No. 1, 1390 HS.
  • Najafi, Muhammad Hasan. Jawahir al-Kalam fi Syarh Syarai' al-Islam. Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Cetakan ketujuh, 1362 HS.
  • Palmer, Michael. Masail-e Akhlaqi. Terjemahan: Ali Reza Al-e Buyeh. Tehran, Entesharat-e Samt, Cetakan kedua, 1389 HS.
  • Qadi Pasya, Mas'ud dan Zahra Aminiyan. "Barrasi-ye Mojavvez-haye Saqth-e Janin Shader-syodeh dar Edareh-ye Koll-e Pezesyki-ye Qanuni-ye Ostan-e Kerman dar Sal-e 1384 va Moqayese-ye Ejmali ba Sal-haye Qabl". Majalah Universitas Ilmu Medis Kerman, No. 2, 1386 HS.
  • Qanun-e Mojazat-e Eslami (Undang-undang Hukum Pidana Islam), disahkan 1392 HS.
  • Qumi, Ali bin Ibrahim. Tafsir al-Qumi. Qom, Entesharat-e Dar al-Kitab, Cetakan ketiga, 1404 H.
  • Sabzawari, Sayid Abdul A'la. Muhadzdzab al-Ahkam. Qom, Entesharat-e Dar al-Tafsir, 1413 H.
  • Safi Gulpaigani, Luthfullah. Istifta'at-e Pezesyki. Qom, Dar al-Qur'an al-Karim, Cetakan pertama, 1415 H.
  • Sistani, Sayid Ali. "Kaffarah Jam'". Situs Resmi Kantor Marja Aliqadr Agha Sayid Ali Husaini Sistani. Tanggal akses: 22 Azar 1404 HS.
  • Sistani, Sayid Ali. Minhaj al-Shalihin. Qom, Entesharat-e Mehr, 1414 H.
  • Syakur, Mahsa dkk. "Ab'ad-e Akhlaqi-ye Saqth-e Janin dar Amuzesh-e Pezesyki". Majalah Akhlaq va Tarikh-e Pezesyki, No. 5, Azar 1392 HS.
  • Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Man La Yahdhuruhu al-Faqih. Qom, Jame'ah Mudarrisin fi al-Hauzah al-Ilmiyyah, 1404 H.
  • Tabrizi, Jawad. Shirath al-Najah. Qom, Muassasah Salman Farsi, 1416 H.
  • Thabathabai Yazdi, Sayid Muhammad Kazhim. Al-Urwah al-Wutsqa. Qom, Muassasah al-Nasyr al-Islami, Cetakan pertama, 1417 H.
  • Wahid Khurasani, Husain. Minhaj al-Shalihin. Qom, Madrasah al-Imam Baqir al-Ulum (as), tanpa tahun.