Gunung Tsur
Gunung Tsur adalah sebuah gunung yang terkenal di kota Mekah. Keterkenalan gunung ini karena di gunung ini terdapat gua yang dijadikan tempat permulaan bagi hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Madinah untuk membebaskan diri dari kejaran kaum musyrikin pada Lailatul Mabit. Kaum musyrikin mengejar Nabi Muhammad saw hingga ke pintu gua namun karena bantuan Ilahi, kaum musyrikin tidak berhasil menemukan Nabi saw.
Gunung Tsur
Gunung Tsur berada di sebelah selatan kota Mekah dan Masjidil Haram [1] dan berada di jalan menuju Yaman. [2]
Sebagian sejarawan menyebut nama gunung ini adalah Thahal atau Tsur Athhal, sebagian sejarawan juga menyebut nama gunung ini sebagai Abu Tsur dimana nama ini sepertinya lebih benar. [3] Tidak menutup kemungkinan penamaan gunung ini dengan Tsur yang bermakna sapi karena bentuk gunung ini seperti sapi yang menghadap ke arah selatan kota Mekah. [4] Pada masa dahulu terdapat dua jalan perbukitan menuju gunung Tsur, yang satu terjal namun dekat dan yang lainnya lebih mudah namun jauh. Jarak antara gua Tsur hingga kota Mekah tergantung jalan yang digunakan, oleh itu, jarak ini menjadi berbeda. Kira-kira jarak antara kota Mekah ke gua Tsur adalah satu farsakh [5], dua atau tiga mil [6] dan ditempuh dalam waktu dua jam perjalanan. [7] Saat ini, jarak antara gua Tsur hingga Masjidil Haram adalah 3-4 Km.
Gua Tsur
Gua Tsur terletak di puncak gunung, didominasi oleh pegunungan sekitarnya dan berbentuk batu karang atau batu berongga seperti perahu karang. [8] Ketinggiannya dari tanah lebih dari 500 meter dan sulit untuk dipanjat sehingga membutuhkan banyak usaha. [9] Gua Tsur memiliki dua pintu yang terbuka, salah satunya adalah pintu barat yang sangat kecil dan pintu yang lainnya ada di sebelah timur, dikatakan bahwa pintu ini ada setelah Nabi masuk ke gua, dan tercipta karena mukjizat Ilahi. [10] Panjang gua ini adalah delapan belas jengkal dan dan lebar bagian tengahnya adalah sebelas jengkal. [11] Ketinggian gua setinggi satu manusia dan luasnya dua setengah meter persegi. [12] Beberapa sejarawan mengatakan bahwa anggapan gua Tsur sebagai gua yang digunakan oleh Nabi saw ketika menerima wahyu pertama adalah tidak benar. [13]
Kehadiran Nabi di Gua Tsur
Setelah Allah swt mengabari Nabi Muhammad saw tentang niat buruk kaum musyrikin untuk membunuh Nabi, disepakati bahwa Ali as akan tidur di ranjang Nabi dan Nabi akan meninggalkan kota Mekah ke arah Yatsrib. Nabi saw bersama dengan Abu Bakar berlindung di gua Tsur dari kejaran kaum musyrikin Quraisy dan tinggal di sana selama tiga hari. Alquran juga menceriterakan tentang rencana keji kaum musyrik Quraisy dan keluarnya Nabi saw dari rumah beliau di Mekah kemudian berlindung di gua Tsur yang berada di Gunung Tsur. [14]
Mukjizat Ilahi
Dengan keberkahan tinggalnya Nabi di sana terdapat banyak mukjizat di gua ini seperti adanya jaring-jaring laba-laba yang ada di pintu gua, bersarangnya dua burung merpati liar dan menurut sebuah riwayat tumbuhnya pohon di sana. Kaum musyrikin juga sampai ke gua Tsur untuk menemukan Nabi Muhammad saw namun Allah swt mencegah mereka untuk memasuki gua. Adanya kenyataan bahwa di pintu gua terdapat sarang laba-laba, telur burung merpati liar dan tumbuhnya pohon, kaum musyrikin Quraisy menyimpulkan bahwa Nabi tidak mungkin berada di gua itu karena apabila Nabi melewati pintu gua itu, pastilah sarang laba-laba itu akan rusak, telur merpati akan pecah dan tidak ada merpati disana. [15]
Masyarakat Bertabaruk dari Gua
Kaum muslimin menilai bahwa gua Tsur menjadi tempat yang diberkati setelah ditinggali oleh Nabi selama tiga hari. [16] Hingga sekarang menjadi tempat tujuan para peziarah haji. [17] Meskipun sulit untuk memasuki gua itu karena sempitnya pintu gua namun masyarakat yang menilai bahwa gua Tsur memiliki unsur tabarruk, oleh itu masyarakat berupaya untuk memasuki gua itu dari pintu masuk yang kecil itu dan karena pintu yang kecil itu, seringkali seseorang terjebak. [18] Diantara kaum awam tersebar kabar burung terkait dengan seseorang yang tidak bisa melewati pintu gua tsur. Misalnya Ibnu Jubair berkata: Sangat banyak masyarakat yang tidak mau melewati pintu gua Tsur karena diantara masyarakat tersebar kabar burung dan tidak benar sama sekali yang mengatakan bahwa barang siapa yang tidak mampu melewati pintu gua, maka ia adalah anak haram. [19] Kira-kira pada tahun 800 H/1398 atau menurut riwayat lain 810 H/1407, penguasa waktu itu berupaya untuk melebarkan pintu gua sehinga orang-orang yang akan memasuki gua tidak akan terjebak lagi. [20] Pada masa-masa setelahnya, penguasa Mekah kembali melebarkan pintu gua. [21] Pada masa kini, lebar dan tinggi gua kira-kira setengah meter. [22]
Catatan Kaki
- ↑ Azraqi, jld. 2, hlm. 494; Chamiri, hlm. 151; Baladzuri, hlm. 27, 57.
- ↑ Ibnu Jubair, hlm. 93.
- ↑ Silahkan lihat: Ibnu Jubair: hlm. 93; Fasi, jld.1 , hlm. 450; Asadi Maki, hlm. 212.
- ↑ Baladzuri, hlm. 27.
- ↑ Ibnu Jubair, hlm. 93; Silahkan lihat: hal 139 yang menunjukkan bahwa jaraknya adalah 3 mil.
- ↑ Fasi, jld. 1, hlm. 450; Ibnu Dhahirah, hlm. 300.
- ↑ Batnuwi, hlm. 128.
- ↑ Kardi, jld. 1, jld. 2, hlm. 384.
- ↑ Ibnu Jubair, hlm. 139; Ayasyi, jld. 2, hlm. 102-103; Raf'at Basya, jld. 1, hlm. 61, 63.
- ↑ Ibnu Jubair, hlm. 94, 139,140; Asadi Maki, hlm. 213; Ayasyi, jld. 2, hlm. 103; Raf'at Basya, jld. 1, hlm. 62.
- ↑ Ibnu Jubair hlm. 140.
- ↑ Ayasyi, jld. 2, hlm. 103; Bituni, hlm. 131.
- ↑ Silahkan lihat: Azraqi, jld. 2, hlm. 288; Fasi, jld. 1, hal 448; Ibnu Dhuhrah, hlm.. 299; Nahwali, hlm. 447, 448.
- ↑ Silahkan lihat: Taubah: 40; Thabari, Nasfi, terkait dengan ayat ini juga.
- ↑ Ibnu Sa'ad, Bagian 1, hlm. 154; Ibnu Jubair, hlm. 93; Ibnu Katsir, jld. 2, hlm. 239-241; Nahrwali, hlm. 448, 449.
- ↑ Nahwali, hlm. 448; Kardi, jld. 1, bag. 2, hlm. 393; Baladi, hlm. 57.
- ↑ Ibnu Jubair, hlm. 93; Fasi, jld. 1, hlm. 449.
- ↑ Ibnu Jubair, hlm. 93, 193;
- ↑ Silahkan lihat: Fasi, jld. 1, hlm. 450; Ibnu Jubair, hlm. 94; Nahrwali, hlm. 451; Asadi Maki, 213; Baladi, hlm. 27.
- ↑ Silahkan lihat: Fasi, jld.1 , hlm. 449, 450; Ibnu Dhahirah, hlm. 300; Kardi, jld. 1, bag. 1, hlm. 395.
- ↑ Batuni, hlm. 131.
- ↑ Batuni, hlm. 131.
Daftar Pustaka
- Asadi Makki, Ahmad bin Muhammad. Akhbār al-Kiram bi Akhbār al-Masjid al-Haram. Banaras: percetakan Hafiz Ghulam Mustafa, 1396 H/ 1976.
- Ayasyi, Abudullah bin Muhammad. Ar-Rihlah al-Ayasyiyah (Ma'a al-Mawaid). Percetakan Ofset Ribath, 1397 H/ 1977.
- Azraqi, Muhammad bin Abdullah. Akhbār Makkah wama Ja'a fiha min al-Atsār. Beirut: percetakan Rusydi Shaleh Mulhis, 1403 H/ 1983.
- Baladi, Atiq. Ma'alim Makkah at-Tarikhiyah wa al-Atsariyah. Makkah, 1400 H/ 1980.
- Batnuni, Muhammad Labib. Ar-Rihlah al-Hijaziyah. Kairo: 1415 H/ 1995.
- Fasi, Muhammad bin Ahmad. Syifa al-Gharam bi Akbār al-Balad al-Haram. Beirut: percetakan Umar Abdussalam Tadmuri, 1405 H/ 1985.
- Himyari, Muhammad bin Abdullah. Ar-Raudh al-Mu'aththar fi Khabar al-Aqthār. Beirut: percetakan Ihsan Abbas, 1984.
- Ibnu Jubair. Rihlah Ibnu Jubair. Beirut: 1986.
- Ibnu Katsir. As-Sirah an-Nabawiyah. Kairo: percetakan Mustafa Abdul Wahid, 1331-1386 H/ 1964-1966. Beirut: percetakan Ofset, tanpa tahun.
- Ibnu Saad. Thabaqāt.
- Ibnu Zhahirah. Al-Jami al-Lathif fi Fadhli Makkah wa Ahliha wa Bina'u al-Bait asy-Syarif. Kairo: Percetakan Ali Umar, 1423 H/ 2003.
- Ibrahim Rif'at Basya. Mir'āt al-Haramain aw ar-Rihlāt al-Hijaziyah wa al-Haj wa Masyā'iruhu ad-Diniyah. Beirut: Dar al-Makrifah, tanpa tahun.
- Kurdi, Muhammad Thahir. At-Tarikh al-Qawim li Makkah wa Baitullah al-Karim. Beirut: 1420 H/ 2000.
- Nahrwali, Muhammad bin Ahmad. Kitab al-A'lām bi A'lām Baitillah al-Haram, Akhbar Makkah al-Musyarrafah. Jld.3, cetakan Ferdinand Wustenfeld, Gottingen. Beirut: Percetakan Ofset, 1964.
- Nasfi, Abdullah bin Muhammad. Tafsir al-Quran al-Jalil, al-Musamma bi Madārik at-Tanzil wa Haqāiq at-Ta'wil. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, tanpa tahun.
- Suhaili, Abdurrahman bin Abdullah. Ar-Raudh al-Anf fi Syarh as-Sirah an-Nabawiyah li Ibni Hisyam. Kairo: percetakan Abdurrahman Wakil, 1387-1390 H/1967-1970. Percetakan Ofset 1410 H/1990.
- Thabari. Jami'.