Jakfar bin Imam Ali al-Hadi as
| Nama lengkap | Ja'far bin Imam Ali al-Hadi |
|---|---|
| Julukan | Abu Abdillah |
| Lakab | al-Kadzdzab • Abu Karrain • Zuqqu al-Khamr |
| Terkenal dengan | Ja'far al-Kadzdzab |
| Afiliasi agama | Islam |
| Garis keturunan | Bani Hasyim |
| Kerabat termasyhur | Imam Hasan Askari as (saudara) |
| Lahir | 232 H/846 |
| Tempat tinggal | Samarra (Irak) • Madinah |
| Meninggal | 271 H/884 |
| Tempat dikuburkan | Di area Haram Askariyain |
| Era | Imam Ali al-Hadi as |
| Aktivitas | Mengaku sebagai Imam pasca syahidnya Imam Ali al-Hadi as |
Ja'far bin Ali (bahasa Arab: جعفر بن علی بن محمد) atau lebih dikenal dengan nama Ja'far al-Kadzdzab (w. 271 H/884) adalah putra Imam al-Hadi as yang dengan mengklaim diri sebagai imam pasca kematian saudaranya Imam Hasan al-Askari as, pengikut Syiah 12 Imam menjulukinya sebagai al-Kadzdzab (sang pendusta).
Untuk menegaskan klaim keimamahannya, Ja'far mengingkari kelahiran Imam Mahdi afs dan ia mengklaim menjadi pewaris Imam Askari as. Ia bermaksud menjadi imam salat mayit atas jenazah Imam Hasan al-Askari as, namun dicegah dan ditolak oleh Imam Mahdi afs.
Pengikut Ja'far dikenal dengan sebutan Ja'fariyah. Dikalangan mereka terjadi perbedaan pendapat mengenai keimamahan Ja'far, apakah setelah Imam Hadi as, atau pengganti Sayid Muhammad dan sebagian lain berpendapat ia adalah pengganti Imam Hasan al-Askari as.
Nasab dan Lakab
Ja'far adalah putra dari imam kesepuluh Imam al-Hadi as dan saudara Imam Hasan al-Askari as, imam kesebelas Syiah.[1]Mengenai tahun kelahirannya tidak tercatat dalam sejarah, namun dengan berdalil Imam Hasan al-Askari adalah saudara tuanya, maka disebutkan ia lahir setelah tahun 232 H/846.[2]Ia meninggal dunia di Samara Irak pada tahun 271 H/884 dan di makamkan di rumah ayahnya. [3]Sekarang, makamnya terletak dalam areal Haram Askariyin.[4]
Disebabkan klaim keimamahan ada padanya, Ja'far dijuluki oleh Syiah 12 Imam dengan al-Kadzdzab (pendusta).[5] Menurut sebuah riwayat, Nabi Muhammad saw memberi lakab al-Kadzdzab kepada yang mengklaim diri secara dusta sebagai imam dan memberi lakab al-Shadiq kepada imam ke-6 Syiah dan menjadikannya terhormat.[6]
Disebutkan pula, alasan ia mendapat julukan al-Kadzzdab, karena pengklaimannya sebagai pewaris imam kesebelas Syiah dan juga mengingkari bahwa Imam Hasan al-Askari as memiliki keturunan. [7]Dengan semua itu, pengikutnya memberikan gelarnya padanya al-Zaki (yang murni).[8]
Kunyah Ja'far adalah Abdullah.[9]Dikarenakan dari beberapa generasi jumlah keturunannya mencapai 120 orang, ia mendapat lakab Abu Karrain (ayah dari banyak anak).[10]
Selain itu ia juga mendapat lakab Zuqqu al-Khamr (زُقُّ الخَمْر) yang artinya wadah anggur sebagai penisbatan atas kegemarannya meminum khamar. [11]Namun sebagian berpendapat, kemungkinan penisbatan tersebut muncul dari pihak musuh antara Syiah 12 Imam dengan pengikut Ja'far,[12]karena dari pihak pengikut Ja'far, mereka juga memiliki pandangan yang buruk kepada Imam Hasan al-Askari as beserta pengikutnya. [13]
Silsilah keluarga Ahlulbait as
|
|---|
Klaim Keimamahan
Ja'far mengklaim sebagai imam pasca wafatnya Imam Hasan al-Askari as.[14]Mengenai ia pengganti imam yang mana, antara pengikutnya terdapat perselisihan pendapat.[15]Ada yang meyakini Ja'far adalah pengganti Imam al-Hadi as[16], ada pula yang berpendapat ia adalah pengganti saudaranya, Sayid Muhammad yang dimasa ayahnya telah meninggal dunia dan berkeyakinan setelah Imam Hadi, Sayid Muhammad adalah imam pengganti Imam al-Hadi as.[17]Sekelompok lainnya berkeyakinan, Ja'far adalah imam pengganti Imam Hasan al-Askari as. [18]
Untuk menguatkan pengklaimannya sebagai imam, Ja'far melakukan berbagai hal, namun oleh Syaikh Mufid disebutkan semua usahanya tersebut tidak ada yang berhasil. [19]Diantara usahanya tersebut adalah sebagai berikut:
- Ia berencana mengimami salat mayit atas jenazah Imam Hasan al-Askari as. Namun oleh Imam Mahdi afs yang saat itu masih kecil, mencegahnya dan ia sendiri yang menjadi imam salat jenazah ayahnya.[20]Sebagian penulis berpendapat, langkah Ja'far ini bertujuan untuk menunjukkan bukti kebenaran atas pengklaimannya sebagai imam.[21]
- Ia berupaya meyakinkan penguasa Abbasiyah untuk menggeledah rumah Imam Hasan al-Askari as untuk menemukan putranya, dan dengan kerjasamanya, seorang pelayan Imam Hasan al-Askari as pun ditahan dan dipenjara.[22]Langkah yang dilakukan Ja'far ini, setelah sebelumnya rombongan dari kota Qom datang ke Samarra untuk bertemu dengan Imam Hasan al-Askari dan setelah mereka mendapat berita mengenai kesyahidan Imam Hasan al-Askari as[23] Ja'far menginginkan dirinyalah yang kemudian diperkenalkan sebagai imam. Syaikh Shaduq berkata, "Mereka (penduduk Qom) setelah melakukan tanya jawab dengan Ja'far meyakini bahwa Ja'far tidak memiliki kelayakan sebagai imam dan mereka mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan yang diajukan dari Imam Mahdi afs." [24]
- Setelah prosesi pemakaman Imam Hasan al-Askari as usai, disaat ibu imam Hasan al-Askari masih hidup, Ja'far mengklaim mewarisi semua harta kekayaan Imam kesebelas Syiah tersebut.[25]Sementara sesuai dengan fikih Syiah, selama salah satu dari kelompok pertama dari ahli waris masih hidup seperti orangtua, maka warisan pada kelompok selanjutnya seperti saudara tidak akan sampai.[26]
- Disebutkan pula, Ja'far bersedia memberikan sejumlah uang setiap tahun kepada penguasa agar memberikan pengakuan atas keimamahannya. [27]
Pandangan Syiah terhadap Ja'far
Disebutkan oleh Syaikh Shaduq, Syiah menguji Ja'far dengan beragam cara.[28]Mereka tidak mempercayai pengklaiman keimamahan Ja'far karena tidak menemukan kelayakan pada diri Ja'far.[29]Mereka untuk membantah klaim Ja'far sebagai imam, menggunakan sebuah hadis yang menolak Fathahiyyah [30]bahwa menurut riwayat tersebut, keimamahan dari dua bersaudara secara bergiliran selain berkenaan dengan Imam Hasan as dan Imam Husain as maka tidak sah. [31]
Kepribadian
Dalam literatur disebutkan bahwa Ja'far seorang pendosa dan fasik. [32]Menurut Syaikh Thusi dalam kitab al-Ghaibah, ketika Ja'far dilahirkan, Imam al-Hadi as telah mengabarkan bahwa ia kelak akan menjadi penyebab kesesatan banyak orang. [33]
Dalam sebuah riwayat dari Imam Mahdi afs, sebagai jawaban sebuah surat dari salah seorang Syiah, Ja'far disebutkan tidak mengetahui apa-apa mengenai hukum agama yang bahkan tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk membedakan antara yang halal dengan yang haram (fikih). Dari riwayat ini pula, disebutkan untuk mempelajari ilmu sihir, Ja'far meninggalkan salat selama 40 hari. [34]
Disebutkan pula, Ja'far memihak dan membela Faris bin Hatam, sementara Imam al-Hadi as telah melaknat Faris dan memerintahkan agar Faris dibunuh.[35]
Pertaubatan
Disebutkan sebelum meninggal, Ja'far melakukan taubat.[36]Pendapat tersebut didasarkan dengan adanya surat dari Imam Mahdi afs yang menyebut tindakan Ja'far tidak ubahnya dengan yang dilakukan oleh saudara-saudara Nabi Yusuf as.[37][38]Namun sebagian sependapat dengan perkataan Syaikh Mufid khususnya kaitannya dengan klaim keimamahan Ja'far[39]bahwa maksud Imam Mahdi afs dalam analoginya tersebut hanya untuk menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan Ja'far memiliki latar belakang historis sebagaimana yang dulu juga dilakukan oleh keturunan para Nabi.[40]
Firkah Ja'fariyah
Pengikut Ja'far dalam sejarah dikenal dengan nama Ja'fariyah.[41]Meski demikian sebelumnya nama Ja'fariyah lebih ditujukan kepada pengikut Imam Ja'far al-Shadiq as.[42] Sebutan Ja'fariyah juga ditujukan kepada keturunan Ja'far ath-Thayyar dan juga untuk para pengikut Ja'far bin Harb al-Hamadani (w. 236 H/850) dan pengikut Ja'far bin Mubasysyir al-Tsaqafi (w. 234 H/848).[43]
Fathahiyyah yang meyakini keimamahan dari dua bersaudara itu bisa diterima, membenarkan keimamahan Ja'far.[44] Oleh karena itu, Syaikh Shaduq menggelari Ja'far dengan sebutan Imam Fathahiyyah kedua.[45]
Setelah kematian Ja'far, sebagaian pengikutnya kemudian mengikuti putranya[46], yaitu Abu al-Hasan Ali yang dikenal sebagai pemimpin tertinggi sadar di Bagdad[47]. Sebagian lain berkeyakinan, bahwa keimamahan terbagi antara Abu al-Hasan dengan saudara perempuannya, Fatimah, dan setelah keduanya, keluarga Ja'far yang lain mendapat giliran.[48]Sa'ad bin Abdillah al-Asy'ari menulis sebuah kitab yang membantah keyakinan-keyakinan firkah Ja'fariyah yang berjudul, al-Dhiya' fi al-Radd 'ala al-Muhammadiyah wa al-Ja'fariyah.[49]Ali al-Thahin dikenal sebagai salah seorang pemimpin dari firkah Ja'fariyah. [50]
Keturunan Ja'far disebutkan memiliki hubungan dengan Imam Ridha as, sehingga dijuluki dengan nama Banu al-Ridha[51]atau Ridhawiyyun.[52]Syaikh Mufid mengatakan dimasa ia menyusun karya-karyanya, tidak seorangpun keturunan dari Ja'far yang ia temukan dan tidak bergabung dengan pengikut Syiah 12 Imam.[53]
Sebuah Pandangan
Kitab Thuhr Muthahar ditulis untuk mensucikan nama Ja'far dan membantah klaim penyimpangannya. Penulis kitab menyebut banyak riwayat yang mengutuk Ja'far adalah rekayasa dan buatan. Dalam kitab ini disebutkan bahwa klaim dan pengakuan dusta Ja'far adalah bentuk taqiyah dengan tujuan untuk menjaga keselamatan jiwa Imam Mahdi afs.[54]
Catatan Kaki
- ↑ 'Umari, al-Majdi, hlm. 134-135
- ↑ Husyanggi, Ja'far bin Ali, hlm. 169
- ↑ 'Amri, al-Majdi, 14019 H, hlm. 134-135
- ↑ Qaidan, 'Itbat 'Aliyat Iraq, hlm. 206
- ↑ Ibnu Anbah, 'Umdah al-Thalib, hlm. 180; Nubakhti, Firaq al-Syiah, 1404 H, hlm. 95, cat. kaki 1
- ↑ Shaduq, Kamal al-Din, jld. 1, hlm. 319-20
- ↑ Bahrani, Hilyah al-Abrar, 1411 H, jld. 6, hlm. 90, cat. kaki 3
- ↑ Lih. 'Arsyi, Bulugh al-Maram, hlm. 51
- ↑ Nubakhti, Firaq al-Syiah, hlm. 95, cat. kaki 1
- ↑ Ibnu Anbah, 'Umdah al-Thalib, hlm. 180; Nubakhti, Firaq al-Syiah, hlm. 95, cat. kaki 1
- ↑ Amri, al-Majdi, hlm. 131
- ↑ Sa'idi, Ja'far bin Ali, jld. 1, hlm. 4700
- ↑ Asy'ari, al-Maqalat wa al-Firaq, hlm. 113; Syahristani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 199-200
- ↑ Shaduq, Kamal al-Din, jld. 1, hlm. 319
- ↑ Asy'ari, al-Maqalat wa al-Firaq, hlm. 102-116
- ↑ Asy'ari, al-Maqalat wa al-Firaq, hlm. 101
- ↑ Asy'ari, al-Maqalat wa al-Firaq, hlm. 112
- ↑ Asy'ari, al-Maqalat wa al-Firaq, hlm. 101
- ↑ Lih. Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 337
- ↑ Syaikh Shaduq, Kamal al-Din, jld. 2, hlm. 475
- ↑ Abu al-Husaini, Mahdi az Negah Ahlusunah, hlm. 84
- ↑ Syaikh Shaduq, Kamal al-Din, jld. 2, hlm. 475
- ↑ Syaikh Shaduq, Kamal al-Din, jld. 2, hlm. 475
- ↑ Syaikh Shaduq, Kamal al-Din, jld. 2, hlm. 475
- ↑ Syaikh Shaduq, Kamal al-Din, jld. 2, hlm. 43
- ↑ Nashiruddin al-Thusi, Jawahir al-Faraidh, jld. 1, hlm. 19
- ↑ Syaikh Shaduq, Kamal al-Din, jld. 1, hlm. 43-44
- ↑ Syaikh Shaduq, Kamal al-Din, jld. 2, hlm. 476
- ↑ Lih. Thusi, al-Ghaibah, hlm. 84-85
- ↑ Lih. Thusi, al-Ghaibah, hlm. 84
- ↑ Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 285-286; Shaduq, Kamal al-Din, jld. 2, hlm. 414-417
- ↑ 'Amri, al-Majdi, hlm. 131, 136
- ↑ Thusi, al-Ghaibah, hlm. 226-227
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 50, hlm. 228-231
- ↑ Ibnu Qibah Razi, al-Naqdh, hlm. 200 dinukil dari Sa'idi, Ja'far bin Ali, jld. 1, hlm. 4700
- ↑ Lih. 'Amri, al-Majdi, hlm. 130
- ↑ Syaikh Shaduq, Kamal al-Din, jld. 2, hlm. 484
- ↑ Ibnu 'Anbah, 'Umdah al-Thalib, hlm. 180; Bahrani, Hilyah al-Abrar, jld. 6, hlm. 90; Nubakhti, Firaq al-Syiah, hlm. 95, cat. kaki. 1
- ↑ Syaikh Mufid, al-Fushul al-'Asyarah, hlm. 61-62
- ↑ Sa'idi, Ja'far bin Ali, jld. 1, hlm. 4700
- ↑ Asy'ari, al-Maqalat wa al-Firaq, hlm. 101; Fakhrurazi, I'tiqad Firaq al-Muslimin wa al-Musyrikin, hlm. 43
- ↑ Mudarrisi Thabathabai, Maktab dar Farayand Takamul, hlm. 115 dinukil dari Sa'idi, Ja'far bin Ali, jld. 1, hlm. 4700
- ↑ Sam'ani, al-Ansab, jld. 3, hlm. 290
- ↑ Asy'ari, al-Maqalat wa al-Firaq, hlm. 110
- ↑ Syaikh Shaduq, Ma'ani al-Akhbar, hlm. 65
- ↑ Syahrstani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 200
- ↑ Fakhrurazi, al-Syajarah al-Mubarakah, hlm. 93
- ↑ Syahrstani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 200
- ↑ Najasyi, Rijal al-Najasyi, hlm. 177
- ↑ Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 199-200
- ↑ 'Amri, al-Majdi, hlm. 134
- ↑ Ibnu 'Anbah, 'Umdah al-Thalib, hlm. 180
- ↑ Syaikh Mufid, al-Fushul al-'Asyarah, hlm. 65
- ↑ iqna.ir Thuhr Muthahar dalam pembelaannya pada paman Imam Zaman afs), terbit 12 Juni 2017, diakses pada 5 Desember 2018
Daftar Pustaka
- 'Arsyi, Husain bin Ahmad. Bulugh al-Maram fi Syarh Mask al-Khatam fi Man Tawalli Mulk al-Yaman min Mulk wa Imam. Kairo: Cet. Anastas al-Karmali, 1939
- 'Amri, Ali bin Muhammad. Al-Majdi fi Ansab al-Thalibiyin. Qom: cet. Ahmad Mahdawi Damghani, 1409 H
- Abu al-Hasani, Rahim. Mahdi as az Negah Ahl-e Sunnat. Rawaq Andisyeh, no. 18, Khurdad 1382 HS
- Asy'ari, Sa'ad bin Abdullah. Al-Maqalat wa al-Firaq. Markaz Intisyarat 'Ilmi wa Farhanggi, 1360 HS
- Bahrani, Sayid Hasyim bin Sulaiman. Hilyah al-Abrar fi Ahwal Muhammad wa Alihi al-Athhar 'alaihi al-salam. Qom: Muassasah al-Ma'arif Islamiyah, 1411 H
- Fakhrurazi, Muhammad bin Umar. Al-Syajarah al-Mubarakah fi Ansab al-Thalibyin. Qom: Maktabah Ayatullah al-Mara'asyi al-Najafi, 1419 H
- Fakhrurazi, Muhammad bin Umar. I'tiqadat Firaq al-Muslimin wa al-Musyrikin. Muhammad Zainaham. Kairo: Maktabah Madbuli, 1413 H
- Ibnu 'Anbah Hasani. 'Umdah al-Thalib fi Ansab Al Abi Thalib. Qom: Anshariyan, 1417 H
- Ibnu Qibah Razi. Al-Naqdh 'ala Abi al-Hasan Ali bin Ahmad bin Basyar fi al-Ghaibah. DR. Husain Mudarris Thabathabai. Maktab dar Farayand Takamul: Nazhari bar Tathwur Mabani Fikri Tasayyu' dar Seh Qarn Nukhustin. Terj. Hastim Iyazdpanah, New Jersey, 1375 HS
- Kantor Berita Internasional Alquran. Thuhr Muthahar dar Defa' az 'Amui Imam Zaman afs (Thuhr Muthahar dalam pembelaannya pada paman Imam Zaman afs).Terbit 22 Khurdad 1396 HS, dilihat pada 14 Azar 1397 HS
- Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. Al-Kafi. Editor: Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1407 H
- Majlisi, Muhammad Baqir. Bihar al-Anwar. Beirut: Dar Ahya al-Turats al-'Arabi, 1403 H
- Mudarrisi Thabathabai, Husain. Maktab dar Farayand Takamul: Nazhari bar Tathawwur Mabani Fikri Tasayyu' dar Seh Qarn Nukhustin. Terj. Hasyim Iyazpanah, New Jersey, 1375 HS
- Najasyi, Ahmad bin Ali. Rijal al-Najasyi. Qom: Muassasah al-Nasyr al-Islami al-Tabi'ah li Jama'ah al-Mudarrisin bi Qom al-Masyrafah, 1365 HS
- Nubakhti, Hasan bin Musa. Firaq al-Syi'ah. Beirut: Dar al-Adhwah, Beirut, 1404 H
- Qaidan, Ashghar. 'Atabat 'Aliyat Iraq. Tehran: Masy'ar, 1387 HS
- Sa'idi, Faridah. Ja'far bin Ali dar Danesynameh Jahan-e Islam.
- Sam'ani, Abdul Karim bin Muhammad. Riset: Abdurrahman bin Yahya al-Mu'allimi al-Yamani. Heydarabad: Majlis Dairah al-Ma'arif al-'Utsmaniyah, 1382 H/1962
- Syahristani, Muhammad bin Abdul Karim. Al-Milal wa al-Nihal. Riset: Muhammad Badran. Qom: al-Syarif al-Radhi, 1364 HS
- Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Fushul al-'Asyarah fi al-Ghaibah. Qom: Kongres Syaikh Mufid, 1413 H
- Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Irsyad fi Ma'rifah Hujajillah 'ala al-'Ibad. Editor: Muassasah Al al-Bait. Qom: Kongres Syaikh Mufid, 1413 H
- Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Kamal al-Din wa Tamam al-Ni'mah. Editor: Ali Akbar Ghaffari. Tehran: Islamiyah, 1395 H
- Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali. Ma'ani al-Akhbar. Editor: Ali Akbar Ghaffari. Qom: Daftar Intrisyarat Islami di bawah naungan Jami'ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom, 1403 H
- Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Ghaibah. Editor: 'Ibadallah Tehrani dan Ali Ahmad Nashih. Qom: Dar al-Ma'arifah al-Islamiyah, 1411 H
- Thusi, Nashr al-Din Muhammad bin Muhammad. Jawahir al-Faraidh. Qom: Muassasah Dairah al-Ma'arif Fiqh Islami bar Madzhab Ahl Bait 'alaihimussalam, 1326 H