Badai Al-Aqsa

tanpa foto
tanpa Kategori
tanpa infobox
tanpa navbox
tanpa alih
Dari wikishia
Artikel ini atau sebagian darinya merupakan liputan terkini. Informasi dapat berubah dengan cepat seiring berjalannya waktu. Laporan awal mungkin tidak akurat dan pembaruan terkini pada artikel ini mungkin tidak mencerminkan semua yang terjadi terkait peristiwa ini.
Operasi Badai Al-Aqsa
Dua Belah PihakHamas-Israel
WaktuSejak 7 Oktober 2023
TempatTanah pendudukan yang dikuasai Israel
SebabPembebasan Palestina
KorbanPihak Israel: Lebih dari 1400 tewas dan 3000 luka-luka, Pihak Palestina: 2600 terbunuh dan lebih dari 9000 orang terluka


Badai al-Aqsa adalah nama operasi militer mengejutkan dan kompleks yang dilakukan Hamas, (kelompok perlawanan Palestina) di Gaza melawan Israel. Operasi ini dilakukan sebagai tanggapan terhadap pendudukan Israel dan kejahatan selama puluhan tahun terhadap warga Palestina. Operasi tersebut dimulai pada 7 Oktober 2023, dan mengakibatkan konflik skala penuh antara Hamas dan Israel, dengan laporan ribuan korban sipil di Gaza.[catatan 1][1]

Latar Belakang Serangan

Lokasi Gaza, Palestina

Muhammad Deif, panglima pasukan militer Hamas Brigade Al-Qassam, merilis sebuah pernyataan video yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dengan mengatakan: “Pendudukan kolonial Zionis menduduki tanah air Palestina kami dan membuat rakyat kami mengungsi, menghancurkan kota-kota dan desa-desa kami, melakukan ratusan pembunuhan dan pembantaian terhadap rakyat kami, pembunuhan anak-anak, wanita dan orang lanjut usia serta penghancuran rumah-rumah warga melanggar semua norma, hukum, dan konvensi hak asasi manusia internasional."[2]

Hamas mengatakan operasi tersebut merupakan pembalasan atas serangan terhadap Masjid al-Aqsa di Yerusalem Timur al-Quds yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap Hamas di Jalur Gaza.[3]

Proses Operasi

Pihak berwenang Israel tampaknya lengah dengan Operasi Badai Al-Aqsa yang dilakukan Hamas pada hari Sabtu. Selain meluncurkan tembakan roket, kelompok perlawanan Palestina juga mengirimkan pejuangnya dari Jalur Gaza ke Israel selatan, di mana mereka menyerang target militer, sempat menguasai beberapa permukiman Israel, dan menyandera puluhan warga sipil dan tentara.[4]

Militer Israel mengatakan pada pukul 10 pagi (07:00 GMT) bahwa pejuang Palestina menembus setidaknya tiga instalasi militer di sekitar perbatasan: penyeberangan perbatasan Beit Hanoon (disebut Erez oleh Israel), pangkalan Zikim, dan markas divisi Gaza di Reim.[5] Akibatnya, doktrin pencegahan Israel telah hancur total.

Akibat

Israel memberlakukan blokade total di Jalur Gaza setelah kelompok militan Islam Hamas mengirim pejuangnya melintasi perbatasan pada Sabtu pagi, di mana mereka membunuh lebih dari 1.300 warga sipil dan tentara Israel. Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap Hamas di Jalur Gaza.[6]

Beberapa pejabat Israel menuduh Iran terlibat dalam serangan mendadak Hamas. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, pada hari Selasa menyatakan bahwa Iran tidak berada di belakang serangan di Israel sambil memuji apa yang disebutnya sebagai kekalahan militer dan intelijen Israel yang “tidak dapat diperbaiki”. Dia juga menambahkan: "Mereka yang mengatakan bahwa peristiwa baru-baru ini adalah ulah orang non-Palestina, sungguh telah salah perhitungan.”[7]

Tanggapan Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang telah mengalami pengepungan dan lumpuh sejak tahun 2007, serta memerintahkan lebih dari 1 juta warga Gaza di jalur utara untuk mengungsi ke jalur selatan.[8]

Setelah berhari-hari melakukan serangan udara, militer Israel memerintahkan warga Palestina di kota Gaza dan sekitarnya untuk pindah ke selatan . Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Jumat memperingatkan bahwa relokasi penduduk Gaza dari utara ke selatan seperti yang diperintahkan oleh militer Israel sangatlah berbahaya. "Memindahkan lebih dari 1 juta orang di zona perang yang padat penduduknya ke tempat yang tidak memiliki makanan, air, atau akomodasi, ketika seluruh wilayah sedang dikepung, sangatlah berbahaya dan dalam beberapa kasus, tidak mungkin dilakukan."[9]

Pada 17 Oktober 2023, Rezim Zionis Israel menyerang Rumah Sakit Al-Ma'madani atau rumah sakit al-Ahli al-Arab di Gaza. Serangan tersebut menyebabkan sedkitnya 500 orang yang tak berdaya kesyahidan dan terluka, terutama wanita dan anak-anak.

Baca Juga: Pembantaian Rumah Sakit Al-Ma'madani

Korban

Jumlah korban jiwa dari tahun 2008-2023

Menurut laporan Israel pada hari Senin ada sekitar 700 orang tewas. Kementerian Kesehatan Israel memperbarui jumlah warga Israel yang terluka dalam kekerasan yang sedang berlangsung, dan mengatakan sejauh ini 2.382 orang dirawat di rumah sakit.[10]

Jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan udara besar-besaran Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 2.329 orang, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada Minggu 15 Oktober. Dalam sebuah pernyataan, kementerian mengatakan jumlah korban luka juga meningkat menjadi 9.042 orang.[11]

Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel secara umum sejauh ini mencapai 1.300 orang sementara jumlah warga Israel yang terluka melebihi 3.400 orang.[12]

Reaksi Internasional

Seorang anak Gaza terbunuh dalam serangan Israel

Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnès Callamard berbicara kepada para pejabat Israel dan mengatakan: "Pihak berwenang Israel harus segera memulihkan pasokan listrik Gaza dan menangguhkan peningkatan pembatasan yang diberlakukan sebagai akibat dari perintah Menteri Pertahanan pada tanggal 9 Oktober 2023 dan mencabut blokade ilegal yang telah berlangsung selama 16 tahun terhadap Jalur Gaza. Hukuman kolektif terhadap penduduk sipil Gaza merupakan kejahatan perang – kejam dan tidak manusiawi. Sebagai kekuatan pendudukan, Israel memiliki kewajiban yang jelas berdasarkan hukum internasional untuk memastikan kebutuhan dasar penduduk sipil Gaza terpenuhi".[13]

Menteri Luar Negeri Cina mengatakan tindakan Israel lebih dari sekadar membela diri dan menyerukan untuk tidak melakukan hukuman kolektif terhadap warga Gaza. Wang Yi mengatakan Cina menentang dan mengutuk semua tindakan yang merugikan warga sipil, karena melanggar hati nurani dasar manusia dan prinsip-prinsip dasar hukum internasional. Dia juga meminta Israel untuk mencabut hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza.[14]

Vladimir Putin, Presiden Rusia, menyatakan perlunya perundingan Palestina-Israel, yang menurut pendapatnya harus menghasilkan pembentukan Palestina merdeka dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur. Dia menyatakan: "Tujuan perundingan adalah penerapan formula 'dua negara' PBB, yang mengatur pembentukan negara Palestina merdeka dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur, dan hidup berdampingan secara damai dan aman dengan Israel." [15]

Demonstrasi Mendukung Gaza

Puluhan ribu pengunjuk rasa melakukan aksi demonstrasi di Timur Tengah dan di beberapa bagian Asia, Eropa, dan Amerika Serikat untuk mendukung Palestina dan mengutuk Israel karena mereka meningkatkan serangannya di Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas seminggu yang lalu.[16]

Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di beberapa ibu kota Timur Tengah pada hari Jumat untuk mendukung warga Palestina di tengah serangan udara Israel di Gaza sebagai pembalasan atas serangan mendadak Hamas.[17] Warga Iran, Irak, Qatar, Yordania, Pakistan, Mesir, Aljazair, Maroko, dan negara-negara Muslim lainnya turun ke jalan mengutuk agresi Israel dan mendukung rakyat Palestina.

Di London, lebih dari 200.000 orang berbaris di jalan-jalan pada hari Sabtu untuk mengutuk kejahatan mengerikan Israel yang dilakukan di Gaza.[18] dan unjuk rasa di Ibu Kota Eropa lainnya diadakan untuk mendukung Palestina.

catatan

  1. Jalur Gaza merupakan wilayah seluas 140 mil persegi (363 km persegi) di sepanjang Laut Mediterania, di timur laut Semenanjung Sinai. Jalur Gaza nukan wilayah biasa, karena merupakan wilayah padat pemukim. Sensus akurat pertama yang dilakukan pada bulan September 1967, menunjukkan bahwa jumlah populasi di sana lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya, oleh United Nations Relief dan Badan Pekerjaan untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) atau Mesir. Dari jumlah tersebut, hampir setengahnya tinggal di kamp pengungsian. Populasi: 1.899.291 (2017). 2.226.544 (perkiraan tahun 2023).

Catatan Kaki

  1. Gaza Strip, site Britannica.
  2. Death came from sea, air and ground: A timeline of surprise attack by Hamas on Israel, site abc News.
  3. Palestinian death toll from Israeli attacks on Gaza reaches 2,329, site Anadolu Agency.
  4. There is nothing surprising about Hamas’s operation, site Aljazeera.
  5. What happened in Israel? A breakdown of how the Hamas attack unfolded, site Aljazeera.
  6. Gaza Strip: devastated by conflict and Israel's economic blockade, site Reuters.
  7. Iran’s Supreme Leader Issues Tehran’s Latest Denial of Involvement in Israel Attacks, site New York Times.
  8. Palestinian death toll from Israeli attacks on Gaza reaches 2,329, site Anadolu Agency.
  9. Relocation of Gaza residents extremely dangerous: UN chief, site Independent.
  10. What happened in Israel? A breakdown of how the Hamas attack unfolded, site Aljazeera.
  11. Palestinian death toll from Israeli attacks on Gaza reaches 2,329, site Anadolu Agency.
  12. Palestinian death toll from Israeli attacks on Gaza reaches 2,329, site Anadolu Agency.
  13. Israel must lift the illegal and inhumane blockade on Gaza, site Amnesty.
  14. FM says Israel’s actions go beyond self-defense, calls to avoid collective punishment of Gaza people, site Global Times.
  15. Putin supports creation of independent Palestine with capital in East Jerusalem, site Ukrainska Pravda.
  16. Tens of thousands rally around the world in support of Israel and Palestinians, site The Guardian.
  17. Thousands protest across the Middle East in support of Palestinians, site France 24.
  18. London: Hundreds of thousands march in support of Gaza, site Middle East Monitor.

Daftar Pustaka