Yahya Sinwar
Yahya Sinwar (1962–2024 M) adalah salah satu pemimpin terkemuka gerakan Hamas. Setelah terbunuhnya Ismail Haniyeh, ia terpilih sebagai Ketua Biro Politik Hamas pada 6 Agustus 2024 M/15 Mordad 1403 HS dan memegang jabatan tersebut hingga wafat sebagai syahid. [1] Sinwar dikenal sebagai salah satu perancang utama "Badai Al-Aqsa," yaitu operasi khusus pasukan Hamas di wilayah pendudukan Palestina. [2] Sejak Februari 2017 M, ia juga bertanggung jawab atas pengelolaan Jalur Gaza. [3] Dalam salah satu pernyataannya, Sinwar membandingkan perang antara Israel dan Palestina dengan pertempuran antara pasukan Yazid dan Imam Husain pada tahun 61 H. Ia berkata: "Kita harus melanjutkan jalan yang telah kita tempuh, atau biarkan ini menjadi Karbala yang baru." [4]
Sinwar gugur sebagai syahid pada 16 Oktober 2024 M/25 Mehr 1403 HS dalam pertempuran dengan tentara Israel di kota Rafah, yang terletak di bagian selatan Jalur Gaza. Setelah itu, pasukan Israel membawa jenazahnya ke wilayah pendudukan. Berita tentang kesyahidannya mendapat perhatian luas dan menjadi sorotan utama di berbagai media internasional. [5]
Keterlibatan Sinwar secara langsung dalam pertempuran dengan tentara Israel, meskipun ia menjabat sebagai pemimpin Hamas, serta kesyahidannya dalam pertempuran tersebut, juga menarik perhatian besar di kalangan pengguna media sosial. [6]
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, dalam pesan belasungkawanya menyebut Yahya Sinwar sebagai seorang pejuang heroik dan simbol gemilang perlawanan. Ia memuji Sinwar atas kontribusinya dalam serangan tak terlupakan pada 7 Oktober (Operasi Badai Al-Aqsa), yang dianggap meninggalkan jejak yang tak tergantikan dalam sejarah kawasan ini. Ayatullah Khamenei menggambarkan kehilangan Sinwar sebagai pukulan menyakitkan bagi poros perlawanan, namun menegaskan bahwa kesyahidan Sinwar dan para pemimpin lain tidak akan menghentikan langkah perjuangan mereka. [7] Berbagai kelompok perlawanan, seperti Hizbullah Lebanon, Gerakan Jihad Islam Palestina, Gerakan Perlawanan Islam Nujaba Irak, Gerakan Ansarullah Yaman, dan Hizbullah Irak, mengirimkan pesan belasungkawa atas kesyahidan Sinwar. [8]
Sebagai tanggapan atas seruan Hamas kepada umat Muslim di seluruh dunia untuk menggelar salat jenazah gaib bagi Sinwar, [9] salat jenazah gaib dilaksanakan di berbagai negara untuk menghormatinya. [10]
Yahya Sinwar lahir pada 29 Oktober 1962 M di kamp pengungsi Khan Yunis, yang terletak di selatan Jalur Gaza. Orang tuanya berasal dari Askelon , namun mereka mengungsi setelah Perang 1948 antara Israel dan negara-negara Arab dan juga penjajahan Israel atas tanah Palestina, merekapun terpaksa mengungsi. [11] Sinwar memiliki gelar sarjana dalam bidang Bahasa Arab dari Universitas Islam Gaza. [12]
Pada tahun 1988, ia ditangkap oleh Israel karena dituduh mengorganisir operasi yang mengakibatkan terbunuhnya dua tentara Israel dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Setelah 23 tahun, pada tahun 2011, ia dibebaskan dalam pertukaran tahanan. Selama di penjara, Sinwar mempelajari bahasa Ibrani. Setelah dibebaskan, beberapa pernyataannya dalam bahasa Ibrani yang ditujukan kepada Zionis dipublikasikan. Ia juga menerjemahkan beberapa karya dari bahasa Ibrani ke bahasa Arab. [13]