Mushaf Utsmani
Mushaf Utsmani (bahasa Arab:المصحف العثماني) adalah salinan Al-Qur'an yang ditulis atas perintah Utsman bin Affan. Mushaf-mushaf Utsmani atau juga disebut dengan mushaf Imam. Alasan mengumpulkan mushaf ini adalah adanya perbedaan salinan dari Al-Qur'an yang ada di antara kaum Muslimin dan perselisihan di antara mereka. Setelah mushaf Utsmani selesai, mereka menghancurkan mushaf-mushaf yang lain atas perintah Utsman. Menurut pandangan yang masyhur, orang-orang yang mengumpulkan mushaf Utsmani adalah 4 orang yang bernama Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash dan Abdurrahman bin Harits.
Para sahabat dan Imam-Imam Syiah tidak menentang penseragaman mushaf-mushaf kepada mushaf Utsmani; tetapi mereka mengkritik cara mushaf ditulis dan beberapa kosa katanya. Menurut para peneliti Ulum Qurani, kesalahan ejaan telah ditemukan dalam mushaf Utsmani. Tentu saja, mereka percaya bahwa ini bukanlah alasan akan terdistorsinya Al-Qur'an; sebab kosakata Al-Qur'an terjaga.
Jumlah mushaf Utsmani yang dilaporkan mulai dari 4 hingga 9 salinan. Setiap mushaf Utsmani dikirim ke salah satu kota terpenting di dunia Islam untuk menjadi acuan dalam bacaan Al-Qur'an. Saat ini, tidak ada salinan dari mushaf-mushaf ini yang sampai ke tangan kita; tetapi salinan Al-Qur'an yang saat ini ada di tangan kaum Muslimin dicetak berdasarkan salinan mushaf-mushaf itu.
Pembentukan Mushaf-mushaf
Mushaf adalah salah satu nama Al-Qur'an yang menurut sumber sumber-sumber sejarah, telah dikenal semenjak periode Abu Bakar.[1] Menurut para ulama Al-Qur'an, penyusunan Al-Qur'an dalam satu versi tidak dilakukan oleh Nabi saw. ayat-ayat dan nama-nama surah Al-Qur'an ditentukan oleh Nabi saw; tetapi pengumpulan Al-Qur'an dalam sebuah salinan tersendiri dan urutan surah-surah dilakukan setelah Nabi saw dan dengan pendapat para sahabat;[2] sehingga setelah Nabi saw wafat masing-masing sahabat mengumpulkan surah-surah Al-Qur'an.[3] Dengan demikian, banyak mushaf terbentuk.[4] Mushaf Ali, mushaf Abdullah bin Mas'ud, mushaf Ubai bin Ka'ab, mushaf Abu Musa Asy'ari dan mushaf Miqdad bin Aswad adalah mushaf Al-Qur'an yang paling terkenal.[5]
Alasan penulisan Mushaf Utsmani
Dikarenakan mutshaf para Sahabat, berbeda dalam urutan surah dan bacaan, ada banyak perbedaan di antara kaum Muslimin mengenai Al-Qur'an. masing-masing kelompok percaya bahwa bacaan Al-Qur'an merekalah yang benar dan bacaan lainnya adalah salah dan palsu.[6] Sayid Muhammad Bagir Hujjati, seorang ulama Al-Qur'an, menukilkan dari Thabari bahwa konflik kaum Muslimin terkadang menimbulkan saling mengkafirkan.[7]
Untuk menyelesaikan persoalan ini, Utsman bin Affan menugaskan kelompok yang beranggotakan 4 orang untuk menyusun satu salinan Al-Qur'an dari salinan-salinan yang ada.[8] Ia juga memerintahkan agar semua Al-Qur'an yang ada di berbagai wilayah Islam untuk dikumpulkan dan dihancurkan.[9]
Waktu Penulisan
Ada perbedaan pandangan terkait waktu pengumpulan mushaf Utsmani. Ibnu Hajar Asqalani, seorang ahli hadis bermazhab Syafi'i abad ke 8 dan 9 H, menganggap hal itu terjadi pada tahun 25 H;[10] tetapi menurut Ibnu Atsir, seorang sejarawan abad ke 6 dan 7 H, hal itu terjadi pada tahun 30 H.[11] Beberapa ulama Al-Qur'an, berdasarkan bukti-bukti yang ada bahwa penulisan Al-Qur'an pada tahun 30 H tidak dapat dibenarkan.[12] Di antara bukti-bukti itu adalah bahwa Sa'id bin Ash, yang termasuk anggota dari kelompok penulis mushaf Utsmani, tidak berada di Madinah dari tahun 30 H hingga tahun 34 H.[13]
menurut mnereka, tahun dimulainya penulisan Al-Qur'an, 25[14] atau akhir 24 dan awal 25 H.[15] dan selesai pada tahun 30 H.[16]
Para Pengumpul
Ada berbagai laporan terkait orang atau orang-orang yang bertanggungjawab dalam penulisan mushaf Utsmani. Beberapa orang menganggap hanya Zaid bin Tsabit penanggungjawab tugas ini, sebagian yang lain, memasukkan Sa'id bin Ash dalam tugas ini, dan kelompok lainnya menambahkan Ubai ke keduanya,[17] sebagian juga menyebutkan kelompok 5 orang dan mereka menganggap bahwa 12 orang dari Quraisy dan Anshar sebagi pelaksana tugas itu.[18]
Beberapa orang menganggap bahwa laporan yang paling diakui keabsahannya adalah yang dinukil oleh Anas bin malik, Aslam dan budak yang dibebaskan [[Umar bin Khattab yang mana mereka ikut bekerjasama dengan kelompok penulisan mushaf Utsmani.[19] menurut laporan ini, penulisan Al-Qur'an adalah tanggungjawab kelompok beranggotakan 4 orang yang terdiri Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin Ash dan Abdurrahman bin Harits.[20] Muhammad Hadi Ma'rifat, seorang ulama ilmu Al-Qur'an dan penulis kitab Al-Tamhid fi 'Ulum Al-Qu'ran dalam penjelasannya terkait riwayat 12 orang, menulis: empat orang ini tidak dapat melakukan pekerjaannya sendirian, dan dengan demikian mereka juga meminta bantuan orang lain seperti Abdullah bin Abbas dan Anas bin Malik.[21]
Zaid bin Tsabit adalah pemimpin kelompok itu.[22] Dia berasal dari Anshar dan termasuk orang kepercayaan Utsman dan penanggungjawab Bait al-Mal.[23] Tiga orang lainnya berasal dari Quraysh dan menantu Utsman.[24] Abdullah bin Mas'ud salah seorang sahabat terkemuka nabi saw sangat keberatan dengan pemilihan orang-orang ini. Dia dalam mengkritik kepemimpinan Zaid bin Tsabit atas kelompok itu, berkata: "Penulisan Al-Qur'an diserahkan kepada seseorang yang belum terlahir ketika saya masuk Islam.[25]
Cara Penulisan
Menurut laporan sejarah, mushaf Utsmani ditulis berdasarkan mushaf yang ditulis pada periode Abu Bakar. selain itu, juga mempertimbangkan pada salinan-salinan surah-surah Al-Qur'an yang ditulis pada masa nabi saw dan mushaf Ubai.[26] Utsman memerintahkan kepada anggota kelompok itu apabila ditemukan perbedaan pandangan tentang suatu kata, untuk bertindak sesuai dengan aksen Quraysh, sebab Al-Qur'an diturunkan dengan aksen Quraisy.[27]
Menurut Mahmud Ramyar, penulis kitab Tarikh al-Quran, penulisan mushaf Utsmani dilakukan dengan penuh kehati-hatian.[28] Dia menukil dari Malik bin Abi Amir, para penulis, setiap kali mereka berbeda pandang dalam sebuah ayat, mereka akan meletakkannya di mushaf tersendiri hingga mereka menemukan orang yang telah mendengarnya dari nabi saw dan dipastikan bahwa ayat itu dicatat dengan benar.[29] Razhi Blascher, seorang orientalis Prancis dan penerjemah Al-Qur'an dalam bahasa Prancis: "Tidak diragukan lagi, para penulis mushaf Utsmani memiliki rasa tanggungjawab yang besar dan telah menulisnya dengan sangat teliti dan penuh dengan kehati-hatian.[30]
Kritikan
Muhammad Hadi Ma'rifat mengkritik metode penulisan mushaf. Menurutnya, ada kecerobohan yang sangat jelas, sehingga bayak kesalahan ejaan yang ditemukan dalam mushaf Utsmani.[31] Mushaf-mushaf ini juga tidak pernah dilakukan perbandingan karenany terdapat perbedaan.[32] Ia menukil dari Ibnu Abi Dawud bahwa masyrakat Syam menganggap mushafnya lebih benar dari mushaf Kufah; sebab mushaf Kufah telah dikirim kepada masyarakat kota ini tanpa terlebih dahulu di bandingkan dan di koreksi.[33] Ia juga menukil dari Ibnu Abi Dawud mengatakan bahwa Utsman mendapati kesalahan pada mushaf Utsmani dan mengatakan, "Jika para penutur dari kabilah Hudzail dan para penulis dari kabilah Tsaqif, kesalahan ini tidak akan terjadi.[34]
Cirikhas
Menurut Muhammad Hadi Ma'rifat, mushaf Utsmani seperti halnya mushaf-mushaf lain yang ditulis para sahat sebelumnya, urutan surah adalah dari panjang ke pendek. Tentunya, ada beberapa perbedaan dalam hal ini. Contohnya, dalam mushaf-mushaf para sahabat Surah Yunus termasuk di antara surah-surah panjang, karena ia berada diurutan surah ke tujuh atau kedelapan; Adapun pada mushaf Utsmani sebagai ganti surah ini, diletakkan Surah Al-Anfal dan Surah At-Taubah; karena Utsman menganggap kedua surah ini sebagai satu surah dan lebih panjang dari Surah Yunus.[35] Dikatakan: "Ibnu Abbas keberatan dengan Utsman terkait hal ini.[36]
Cirikhas lain dari mushaf Utsmani adalah huruf-huruf mushaf tidak menggunakan titik sebab ia adalah Khat Arab paling awal ;[37] sebagai contoh huruf باء», تاء», یاء» dan «ثاء» semua ditulis tanpa titik dan sama. Begitu juga huruf «جیم», «حاء» dan «خاء» demua ditulis tanpa titik dan dengan cara ini« ح ».[38] Kosakatanya tanpa harakat dan I'rab.[39] Sebagai contoh kata «یُعَلِّمُه» “dia mengajarinya” dan «نَعْلَمُه» “kami mengetahuinya” ditulis serupa.[40] Oleh karena itu, pada masa itu untuk mempelajari Al-Qur'an perlu juga mendengarkannya dari qari Al-Qur'an.[41] Menurut al-Tamhid, kosongnya mushaf dari titik, harakat dan I'rab adalah paling pentingnya penyebab adanya berbagai bacaan Al-Qur'an.[42]
Ada banyak kesalahan ejaan adalah cirikhas lain dari mushaf Utsmani.[43] Menurut Muhammad Hadi Ma’rifat, ada lebih dari 7.000 kesalahan ejaan di dalamnya.[44] Tentunya, ia telah menjelaskan bahwa masalah ini tidak mengurangi keagungan Al-Qur'an; Sebab Al-Qur'an pada hakikatnya, adalah huruf-huruf yang dibacakan , bukan berbentuk tulisan dan huruf-huruf Al-Qur'an tetap terjaga dan dibaca dengan benar.[45]
Jumlah mushaf-mushaf Utsmani
Menurut Jalaludin Suyuthi, seorang ulama Al-Qur'an pada aban ke-9 dan 10 H, memiliki pandangan yang berbeda terkait jumlah salinan yang ditulis oleh kelompok penulis Al-Qur'an.[46] Banyak ulama Al-Qur'an percaya bahwa empat salinan yang ditulis milik Madinah, Kufah, Basrah dan Syam.[47] Menurut Suyuthi, pandangan masyhur terkait jumlah mushaf adalah 5 salinan.[48] Pandangan 6 salinan, 7 salinan, 8 salian dan 9 salinan juga memiliki pendukung.[49]
Muhammad Hadi Ma’rifat dengan menggabungkan laporan Ibnu Abi Dawud dan Ya’qubi, menyimpulkan bahwa jumlah mushaf Utsmani adalah 9 salinan; dengan alasan bahwa Ibnu Abi Dawud berpandangan tentang 7 salinan milik Makkah, Kufah, Basrah, Syam, Bahrain, Yaman dan Madinah, dan Ya’qubi 2 salinan lainnya milik Mesir dan al-Jazirah.[50]
Mushaf Imam
Dalam beberapa sumber ulum al-Quran, di anatara mushaf Utsmani, ada satu mushaf milik Madinah yang disebut sebagai Mushaf Imam;[51] tetapi menurut Ibnu Jazari seorang ahli hadis dan fakih bermazhab Syafi'i pada abad ke 8 dan 9 H, yang dimaksud mushaf imam adalah selain mushaf umum yang digunkakan di Madinah dan juga mushaf yang ada bersama Utsman.[52] Ibnu Katsir salah satu mufasir abad ke-8 H, dalam kitab Fadhail al-Quran bahwa semua mushaf Utsmani adalah mushaf Imam.[53] Menurut al-Tamhid, mushaf Imam adalah mushaf yang dijadikan rujukan saat ada perbedaan di antara mushaf-mushaf yang ada di kota lain.[54]
Kedudukan para Sahabat dan Tabi'in
Para sahabat tidak berbeda pandangan dengan Utsman terkait prinsip penseragaman Al-Qur'an.[55] Dilaporkan dalam konteks cara penulisan Al-Qur'an, hanya Abdullah bin Mas'ud yang menurutnya berselisih sengit secara verbal antara dia dan Utsman. Dia mengangggap bahwa kelompok para pengumpul Al-Qur'an tidak berpengalaman dan menolak memberikan mushafnya kepada Utsman.[56]
Ada juga beberapa kutipan terkait perbedaan pandangan beberapa sahabat tentang beberapa kata yang ada pada mushaf Utsmani.[57] sebagai contoh, kata «هَذَانِ» ini dua pada kalimat[58] «إنْ هٰذَانِ لَسَاحِرَان» apabila merujuk pada ilmu grematika Arab harus dalam bentuk[59] «هَذَیْنِ». Oleh karena itu, beberpa orang seperti Aisyah dan Sa'id bin Jubair menganggapnya salah dan membacanya[60] «هٰذَیْنِ». Menurut Thabarsi dalam Majma' al-Bayan, beberapa orang dari 7 qari' Al-Qur'an membancanya[61] «هٰذَیْنِ». Diriwayatkan bahwa Utsman sendiri menganggapnya salah; tetapi ia tidak mengubahnya karena tidak mengubah suatu yang haram menjadi halal dan yang halal menjadi haram.[62]
Dalam Jami' al-Bayan, dikutip dari Imam Ali as disebutkan[63] «طَلْحٍ مَنْضُود» pohon pisang yang buahnya saling bertumpuk[64] sebenarnya «طَلْعٍ مَنْضُود» kumpulan pohon kurma yang padat; tetapi mereka tidak diizinkan untuk mengubahnya.[65]
Pandangan para Imam Syiah
Menurut Muhammad Hadi ma'rifat, para Imam Syiah tidak menolak mushaf Utsmani, oleh karena itu, orang-orang Syiah menganggap yang ada saat ini adalah benar dan lengkap.[66] Suyuthi telah meriwayatkan sebuah hadis dari Imam Ali as, bahwa Utsman telah berkonsultasui dengannya terkait dengan penulisan Al-Qur'an dan dia pun setuju.[67] Juga, menurut hadis yang dikutip dalam Wasail al-Syiah, Imam Shadiq as berkata jauhilah perbiatan ini, kepada orang yang membaca Al-Qur'an bertentangan dengan bacaan yang resmi.[68]
Nasib Mushaf-mushaf
Menurut sumber-sumber sejarah, mushaf-mushaf Utsmani memiliki tempat khusus di kalangan kaum Muslimin dan dirawat dengan penuh kehati-hatian; tetapi, meskipun banyak salinan yang ditulis berdasarkan atasnya,[69] tidak ada informasi yang sampai kepada kita terkait dengan nasib mushaf-mushaf itu sendiri.[70] Penghormatan yang diberikan kepada mushaf Utsmani di kota-kota dan masjid-masjid, sehingga muncul persaingan untuk mendapatkan mushaf Utsmani.[71] Oleh karena itu, selalu ada salinan yang diklaim sebagai mushaf Utsmani;[72] tetapi para peneliti menganggap klaim itu salah dan percaya bahwa tidak ada prasasti dari mushaf-mushaf itu.[73] Sebagai contoh, ada salinan Al-Qur'an yang dikenal sebagai mushaf Samarkand di Toshkent, yangmana di klaim sebagai mushaf dimana Utsman dibunuh di atasnya dan jejak darahnya pun masih ada; tetapi menurut Mahmud Ramyar, meskipun kuno dan kosongnya khat dari titik dan i'rab, tidak menunjukkan itu berasal dari periode Utsman.[74] Ada juga salinan Al-Qur'an di sebuah museum yang berada di Istanbul yang dikaitkan dengan Utsman; tetapi di karenakan mushaf itu memiliki tanda-tanda dikte dan mushaf-mushaf Utmani tidak memiliki tanda-tanda itu, mereka menganggap klaim itu tidaklah benar.[75]
Cetakan Al-Qur'an berdasarkan Mushaf Utsmani
Mushaf-mushaf yang dikirim Utsman ke berbagai negeri Islam, mendapatkan perhatian khusus dari kaum Muslimin. Dalam waktu singkat setelah setelah penulisan mushaf-mushaf Utsmani, banyak sekali salinan yang ditulis berdasarkan atasnya.[76] Berdasarkan laporan Mahmud Ramyar, dari abad ke-2 H orang-orang mewakafkan dirinya untuk menulis Al-Qur'an. Sebagai contoh, Abu 'Amr Syaibani menulis lebih dari 80 salinan dan menempatkannya di Masjid Kufah.[77] Salinan pun menjadi begitu melimpah dimana dalam sebuah kasus pada tahun 403 H, al-Hakim bi Amrillah, khalifah Fathimi Mesir menghibahkan 1298 salinan Al-Qur'an ke Masjid Jami' Atiq dan 814 salinan kepada masjid Thuluni.[78]
Al-Qur'an, yang saat ini ada ditangan kaum Muslimin, dicetak berdasarkan salinan yang telah disalin dari mushaf Utsmani. Al-Qur'an untuk pertama kali dicetak di Italia pada tahun 950 H/1543 M; tetapi dihancurkan atas perintah pemimpin Gereja. Kemudia pada tahun 1104 H/1592 M dan kemudian pada tahun 1108 H/ 1696 M, dicetak di Eropa. Edisi pertama Al-Qur'an diterbitkan oleh kaum Muslimin adalah pada tahun 1200 H, oleh Mula Utsman di St. Petersburg, Rusia.[79] Iran adalah negara Muslim pertama yang mencetak Al-Qur'an, pada tahun 1243 H dan 1248 H, dan membuat dua cetakan batu yang indah. setelah itu, negara-negara Islam lainnya seperti Turki, Mesir dan Irak pun membuat berbagai cetakan Al-Qur'an.[80]
Catatan Kaki
- ↑ Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 426.
- ↑ Suyuthi, al-Itqān, jld. 1, hlm. 202; Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 272-282.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 334.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 334.
- ↑ Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 448.
- ↑ Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 438.
- ↑ Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 438.
- ↑ Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 439 & 440; Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 338 & 339.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 346; Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 440.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 343.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 433; Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 434.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 433; Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 344 & 345.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 344 & 345; Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 433.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 345.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 433 & 435.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 435.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 417.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 419.
- ↑ Lihat: Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 417.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 339; Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 439; Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 417.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 339 & 340.
- ↑ Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 440; Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 339.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 418.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 419.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 339.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 421 & 422.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 421 & 422.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 426.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 426.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 427.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 348.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 348.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 348 & 349.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 349.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 354 & 355.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 355.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 355.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 355.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 355.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 355.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 355 & 356.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 355.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 366.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 386.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 368.
- ↑ Suyuthi, al-Itqān, jld. 1, hlm. 211.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 460.
- ↑ Lihat: Suyuthi, al-Itqān, jld. 1, hlm. 211.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 462.
- ↑ Lihat: Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 349 & 350.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 350.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 462.
- ↑ Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 461.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 350.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 339.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 343.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 369-373.
- ↑ QS. Thāhā:63.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 369.
- ↑ Tsa'labi, al-Kasyf Wa al-Bayān, jld. 6, hlm. 250.
- ↑ Thabrasi, Majma' al-Bayān, jld. 7, hlm. 24 & 25.
- ↑ Tsa'labi, al-Kasyf Wa al-Bayān 'An Tafsīr al-Qur'ān, jld. 6, hlm. 250.
- ↑ QS. Al-Wā'qiah:29.
- ↑ Terjemahan Fuladwand.
- ↑ Thabari, Jāmi' al-Bayān, jld. 27, hlm. 104.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 342.
- ↑ Ma'rifah, at-Tamhīd, jld. 1, hlm. 341.
- ↑ Hurr Amili, Wasā'il asy-Syī'ah, jld. 4, hlm. 821.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 471.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 465.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 465.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 465 & 468.
- ↑ Lihat: Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 460; Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 465 & 466.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 467.
- ↑ Lihat: Hujjati, Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim, hlm. 460.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 471.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 472.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'ān, hlm. 472.
- ↑ Ma'refat, Pisyine-e Cap-e Qur'an-e Karim, Site Quran ISCA (https://quran.isca.ac.ir/fa/Article/Detail/4333/%D9%BE%DB%8C%D8%B4%DB%8C%D9%86%D9%87-%DA%86%D8%A7%D9%BE-%D9%82%D8%B1%D8%A2%D9%86-%DA%A9%D8%B1%DB%8C%D9%85).
- ↑ Ma'refat, Pisyine-e Cap-e Qur'an-e Karim, Site Quran ISCA (https://quran.isca.ac.ir/fa/Article/Detail/4333/%D9%BE%DB%8C%D8%B4%DB%8C%D9%86%D9%87-%DA%86%D8%A7%D9%BE-%D9%82%D8%B1%D8%A2%D9%86-%DA%A9%D8%B1%DB%8C%D9%85).
Daftar Pustaka
- Al-Qur'ān al-Karīm. Penerjemah Muhammad Mahdi Fuladwand.
- Hujjati, Sayyid Muhammad Baqir. Pazuhesyi Dar Tarikh-e Qur'ān-e Karim. Tehran: Daftar-e Nasyr-e Farhangg-e Eslami. Cet. 5, 1368 HS/1990.
- Hurr Amili, Muhammad bin Hasan. Wasā'il asy-Syī'ah. Qom: Muassasah Āl al-Bait 'Alaihim as-Salām. Cet. 1, 1409 H.
- Ma'refat. Pisyine-e Cap-e Qur'an-e Karim. Site Quran ISCA (https://quran.isca.ac.ir/fa/Article/Detail/4333/%D9%BE%DB%8C%D8%B4%DB%8C%D9%86%D9%87-%DA%86%D8%A7%D9%BE-%D9%82%D8%B1%D8%A2%D9%86-%DA%A9%D8%B1%DB%8C%D9%85).
- Ma'rifah, Muhammad Hadi. At-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān. Qom: Muassasah an-Nasyr al-Islami. Cet. 1, 1412 H.
- Ramyar, Mahmud. Tarikh-e Qur'ān. Tehran: Amir Kabir. Cet. 3, 1369 HS/1991.
- Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman. Al-Itqān Fū 'Ulūm al-Qur'ān. Riset Muhammad Abul Fadhl Ibrahim. Qom: Ar-Radhi-Bidar-Azizi. Cet. 2, 1363 HS/1985.
- Thabari, Muhammad bin Jarir. Jāmi' al-Bayān Fī Tafsīr al-Qur'ān. Beirut: Dar al-Ma'rifah. Cet. 1, 1412 H.
- Thabrasi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayān Fī Tafsīr al-Qur'ān. Tehran: Entesyarat-e Nashir Khusru. Cet. 3, 1372 HS/1994.
- Tsa'labi Nesisyaburi, Ahmad bin Muhammad. Al-Kasyf Wa al-Bayān 'An Tafsīr al-Qur'ān. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-'Arabi. Cet. 1, 1422 H.