Keterjagaan Al-Qur'an dari Penyimpangan

Prioritas: a, Kualitas: b
tanpa link
tanpa navbox
tanpa alih
tanpa referensi
Dari wikishia

Keterjagaan Al-Qur'an dari penyimpangan (bahasa Arab:سلامة القرآن من التحريف) merupakan kepercayaan yang diterima oleh segenap kaum Muslimin. Berdasarkan akidah ini, Al-Qur'an yang berada pada tangan kita pada zaman sekarang ini, merupakan Al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, tidak ada perbedaan dan penyimpangan.

Semua umat Islam sepakat bahwa tidak ada yang ditambahkan ke dalam Al-Qur'an yang ada di kalangan umat Islam. Namun ada perbedaan pendapat mengenai kekurangannya. Sejumlah kecil cendekiawan Muslim berpendapat bahwa ada kekurangan dalam Al-Qur'an. Dalil mereka adalah sekelompok hadis yang dimuat dalam beberapa sumber narasi Sunni dan Syiah. Namun, beberapa Wahabi menisbatkan pandangan adanya penyimpangan (tahrif) Al-Qur'an kepada kelompok Syiah.

Pendapat masyhur di kalangan ulama Syiah adalah bahwa tidak ada tahrif dalam Al-Qur'an baik kelebihan maupun kekurangannya, dan Al-Qur'an yang ada di kalangan umat Islam saat ini adalah Al-Qur'an yang sama yang diturunkan kepada Nabi saw. Mereka menngunakan ayat Hifz, hadis Tsaqalain dan beberapa hadis lain yang diriwayatkan dari para imam maksum as dan dengan beberapa dalil rasional untuk membuktikan bahwa Al-Qur'an tidak ditahrif baik kelebihan atau kekurangan.

Para ulama Syiah juga mengkritisi riwayat-riwayat yang menunjukkan kekurangan, yang dikutip dalam beberapa sumber Sunni dan Syiah, dari sudut pandang jalur periwayatan dan dalilnya, dan mereka berpendapat bahwa mengutip riwayat-riwayat tersebut tidak dapat membuktikan adanya kekurangan dalam Al-Qur'an.

Banyak karya yang ditulis oleh para mufasir, fukaha, dan ulama Syiah dalam menyangkal adanya distorsi terhadap Al-Qur'an, beberapa di antaranya antara lain: Burhan-e Roshan, Al-Burhan 'ala 'Adam Tahrif Al-Qur'an karya Mirza Mahdi Burujerdi dan Shiyanah Al-Qur'an min al-Tahrif yang ditulis oleh Muhammad Hadi Ma'rifat.

Arti Tahrif dan Pembagiannya

Tahrif berarti memutarbalikkan dan mengubah kata dari keadaan aslinya.[1] Berikut adalah beberapa macam tahrif:[2]

Tahrif Lafdzi

Merupakan perubahan dalam kata-kata. Tahrif ini memiliki beberapa macam, yang terpenting diantaranya adalah:[3]

  • Distorsi kelebihan (Tahrif bi al-Ziyadah): Distorsi yang berkaitan dengan Al-Qur'an ini berarti bahwa sebagian dari Al-Qur'an yang kini berada di tangan umat Islam bukanlah Al-Qur'an yang sama dengan yang diturunkan kepada Nabi saw.[4]
  • Distorsi kekurangan (Tahrif bi an-Nuqshan): Ini berarti bahwa Al-Qur'an yang berada di tangan umat Islam saat ini tidak memuat semua yang diwahyukan kepada Nabi saw.[5]

Tahrif Maknawi

Yang dimaksud dengan tahrif atau distorsi maknawi atau isi adalah si pelaku distorsi memiringkan makna kata ke arah yang dikehendakinya dan menyimpang dari makna yang dianut oleh penuturnya.[6] Dengan ungkapan lain, tafsir dan takwil merupakan kata yang muncul diluar makna tersebut.[7]

Pembagian Lain

Pembagian distorsi lainnya adalah tidak tersusunnya surah berdasarkan urutan wahyu (distorsi susunan), konversi suatu kata menjadi sinonimnya (distorsi konversi kata), dan pembacaan kata-kata Al-Qur'an yang bertentangan dengan bacaan umum. (distorsi dalam bacaan).[8]

Pandangan Umat Islam tentang Tahrif Al-Qur'an

Menurut Sayid Abul Qasim Khui (w: 1371), karena keharusan agama dan konsensus seluruh umat Islam, maka Tahfif bi Ziyadah, yaitu penambahan kata pada Al-Qur'an, tidak terjadi.[9] Namun, terdapat perbedaan pendapat di kalangan cendekiawan Muslim mengenai Tahrif bi Nuqshan, yaitu penghilangan beberapa kata dan frasa dari Al-Qur'an: sebagian besar cendekiawan Muslim percaya bahwa jenis tahrif ini juga tidak terjadi dalam Al-Qur'an; Sebaliknya, hanya sedikit orang yang percaya hal itu terjadi.[10]

Sayid Khui menulis dalam kitab al-Bayan fi Tafsir al-Qur'an tidak ada perselisihan di kalangan umat Islam tentang adanya Tahrif Maknawi, Sayid Khui juga mengatakan bahwa ada beberapa mazhab korup yang telah menta'wil ayat-ayat Al-Qur'an sesuai dengan pendapat mereka sendiri serta merubah maknanya.[11] Dalam bahasa syariah, tahrif jenis ini disebut Tafsir bi ar-Ra'yi dan dilarang.[12]

Menurut sebagian ulama Al-Qur'an, makna distorsi lainnya, seperti mengubah suatu kata menjadi sinonim dan membaca kata-kata Al-Qur'an yang bertentangan dengan bacaan umum, tidak ditemukan dalam Al-Qur'an.[13]

Pendapat Syiah tentang Tahrif Al-Qur'an

Pandangan populer di kalangan ulama Syiah adalah bahwa tidak ada penyimpangan dalam Al-Qur'an, baik itu tahrif bi ziyadah ataupun yang lainnya. Dan Al-Qur'an yang umum di kalangan umat Islam adalah Al-Qur'an yang sama yang diturunkan Allah swt kepada Nabi saw.[14] Syekh Shaduq dalam kitabnya al-I'tiqad mengatakan bahwa akidah yang diyakini oleh kaum Syiah adalah bahwa Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi saw adalah Al-Qur'an yang sama dengan apa yang ada di tangan masyarakat dan tidak ada yang lebih dari itu, orang-orang yang menisbatkan kepada Syiah bahwa Al-Qur'an yang diturunkan lebih banyak dari Al-Qur'an yang ada saat ini adalah sebuah kebohongan.[15]

Syekh Thusi dalam pengantar Tafsir al-Tibyan mengatakan kesimpulan yang disapat dari mazhab Imamiyyah yang benar adalah tidak ada kekurangan dalam Al-Qur'an, adapun riwayat yang diriwayatkan oleh sumber-sumber Syiah dan Sunni tentang kekurangan Al-Qur'an adalah khabar wahid yang tidak mendatangkan ilmu, dan lebih baik dihindari.[16]

Muhammad Jawad Balaghi (W. 1352 H) juga mengutip dari Muhaqqiq Karaki dalam bukunya Ala ar-Rahman berikut ini: Riwayat yang dikutip oleh orang-orang yang mengatakan bahwa Al-Qur'an tidak lengkap, karena bertentangan dengan dalil-dalil Al-Qur'an, riwayat mutawatir dan juga ijma’, jika tidak memungkinkan untuk menafsirkannya sebaiknya ditinggalkan.[17]

Kasyif al-Ghita (W. 1228 H) adalah salah satu ulama dan ahli hukum Syiah lainnya yang menolak distorsi Al-Qur'an dan berkata: Al-Qur'an yang jelas dan konsensus para ulama dari segala zaman membuktikan fakta ini bahwa tidak ada kekurangan dalam Al-Qur'an dan tidak menerima penentangan segelintir orang. Fakta bahwa Al-Qur'an tidak terdistorsi, menolak makna zhahir hadis-hadis yang menunjukkan makna tahrif.[18]

Tuduhan Tahrif kepada Syiah

Thabarsi (W. 548 H) dalam Majma' al-Bayan mengatakan bahwa sebagian Syi'ah dan kelompok Hashwiyyah (sekte Sunni yang menggunakan zhuhur hadis sebagai tolok ukur kebenaran) menyebutkan beberapa hadis yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an telah dikurangi.[19] Mereka mengatakan bahwa tahrif dan kekurangan ayat-ayat Al-Qur'an didasarkan pada riwayat-riwayat yang diriwayatkan dalam sumber-sumber hadis Syiah[20] dan Sunni.[21][22] Dikatakan juga bahwa sedikit dari kelompok Akhbariyun[23] dengan bersandar pada riwayat-riwayat tersebut percaya bahwa Al-Qur'an yang berada di tangan umat Islam saat ini tidak mencakup semua yang diwahyukan kepada Nabi saw.[24] Hal ini dipercaya yang menyebabkan sebagian Wahhabi mengaitkan kepercayaan pada Tahrif kepada semua Syiah.[25]

Tuduhan tersebut semakin keras terutama setelah terbitnya kitab Fashl al-Khitab karangan Mirza Husain Nuri pada tahun 1292 H.[26] dan hingga saat ini (abad ke-15 H) dianggap sebagai salah satu sumber penisbatan tahrif kepada Syiah.[27] Misalnya, Ihsan Ilahi Zahir, seorang penulis Wahabi asal Pakistan, dalam bukunya yang berjudul Syiah wa Al-Qur'an, setelah mengacu pada kitab Fashl al-Khitab, mengaitkan pandangan adanya tahrif bahkan tahrif bi ziyadah kepada semua ulama Syiah. Ia juga mengatakan bahwa Mirza Husain Nuri bukan satu-satunya ulama Syiah yang percaya pada tahrif Al-Qur'an, bahkan menurut klaimnya semua ulama Syiah memiliki keyakinan seperti itu, hanya saja mereka sedang menyembunyikan keyakinannya dengan taqiyah.[28]

Jawaban Ulama Syiah

Menurut Mirza Mahdi Burujerdi (W. 1347), seorang ahli hukum Syiah dan salah satu murid Syekh Abdul Karim Hairi Yazdi dalam kitab Burhan-e Rosyan; al-Burhan 'ala 'Adam Tahrif al-Qur'an, sebagian besar riwayat tahrif Al-Qur'an, termasuk 188 riwayat dalam kitab Fashl al-Khitab Mirza Husain Nuri, berasal dari kitab Ahmad bin Muhammad Sayari.[29] Abul Qasim Khuii mengatakan bahwa para ulama ilmu Rijal telah mengidentifikasi Sayari sebagai pembohong dan mereka sepakat dengan penyelewengan akidahnya.[30]

Menurut Agha Buzurg Tehrani (W. 1389 H) dalam al-Dzari'ah, kitab Fashl al-Khitab ditentang oleh para ulama Syiah sejak awal penulisannya;[31] sebagaimana dikatakan Muhammad Husaiin Kasyif al-Ghita, yang sezaman dengan penulis buku tersebut, setelah mempelajari buku tersebut, mengeluarkan fatwa haram menerbitkannya.[32] dan banyak karya yang ditulis baik secara independen[33] maupun sebagai tambahan dari diskusi dan karya yang berkaitan dengan tafsir Al-Qur'an.[34] oleh para fukaha, mufasir dan peneliti Al-Qur'an Syiah, sebagai bantahan terhadap buku ini.

Sayid Kamal Haidari, dalam buku berjudul al-Qur'an wa Mashuniyah min al-Tahrif, menyebutkan 32 ulama dari kalangan mufasir, fukaha, dan peneliti Al-Qur'an Syiah terkenal yang menolak segala distorsi terhadap Al-Qur'an.[35] Dalam artikel berjudul Ghalian wa Andisyeh Tahrif-e Qur'an juga mengklaim bahwa dari total jumlah riwayat tentang distorsi Al-Qur'an, sebagian besar (hampir dua pertiga) di antaranya diriwayatkan melalui orang-orang ghuluw.[36]

Dalil-dalil atas Ketiadaan Tahrif

Mereka yang meyakini bahwa tidak ada tahrif dalam Al-Qur'an untuk membuktikan pendapatnya, bersandar kepada beberapa dalil sebagai berikut:

Ayat Dzikr

Menurut para mufasir, yang dimaksud dengan al-dzikra pada ayat انّا نَحنُ نَزَّلنا الذِّکْرَ و اِنّا لَهُ لَحافِظونَ adalah Al-Qur'an yang Allah swt turunkan kepada Nabi Muhammad saw dan Allah Swt memperkenalkan Dirinya sebagai pemelihara dan penjaganya dari segala bentuk penyimpangan.[37]

Riwayat

Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa tidak ada penyimpangan dalam Al-Qur'an.[38] Hadis Tsaqalain adalah salah satu hadis yang digunakan untuk membuktikan bahwa Al-Qur'an tidak dapat dirubah.[39] Berdasarkan riwayat Nabi saw,[40] mematuhi Al-Qur'an adalah mungkin dalam setiap zaman. Sedangkan mempercayai adanya distorsi terhadap Al-Qur'an menyebabkan ketidakmungkinan untuk mematuhinya, dan jika Al-Qur'an dapat dirubah, maka Nabi saw tidak perlu memerintahkan untuk mematuhinya.[41] Juga, dalam beberapa hadis, salah satu cara untuk membedakan hadis yang shahih dan hadis yang tidak benar adalah dengan membandingkannya dengan Al-Qur'an.[42] Jika Al-Qur'an dapat dirubah, maka tidak perlu adanya perintah untuk membandingkan hadis kepadanya.[43]

Menurut Syekh Shaduq dalam Kitab al-I'tiqad, riwayat-riwayat yang diriwayatkan dari para imam maksum as tentang keutamaan surah-surah, pahala membaca Al-Qur'an dan pahala membaca setiap surah,[44] serta tentang riwayat-riwayat yang berkaitan dengan pahala mengkhatamkan Al-Qur'an[45] semuanya menunjukkan bahwa tidak ada distorsi pada Al-Qur'an[46]

Dalil Logis

Menurut Mirza Mahdi Burujerdi, Nabi saw membuat tiga pengakuan setelah pengangkatannya:

  • Pertama, ia diutus untuk seluruh umat manusia.
  • Kedua, semua hukum syariat agama sebelumnya sudah dihapus dan harus beramal sesuai syariatnya.
  • Ketiga, memiliki aspek finalitas dan tidak akan ada lagi rasul atau nabi yang diutus setelahnya.[47]

Berdasarkan hal ini, akal menentukan bahwa Al-Qur'an yang diturunkan Allah swt kepada rasul terakhirnya untuk membimbing umat manusia hingga hari kiamat harus terbebas dari distorsi dan penyimpangan apa pun.[48]

Ada juga yang berpendapat dengan berpegang pada Kaidah Luthf bahwa pengutusan seorang nabi dan penurunan kitab-kitab samawi dari Allah swt yang bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat adalah sebuah luthf dari Allah swt. Al-Qur'an yang merupakan kitab terakhir yang diturunkan sebagai petunjuk umat manusia, berdasarkan kaidah luthf, harus bebas dari segala penyimpangan. Jika ada kelebihan atau kekurangan di dalamnya, maka bertentangan dengan luthf (kasih) Allah swt.[49]

Pandangan Ulama Sunni terkait Tuduhan Tahrif kepada Syiah

Beberapa ulama Ahlusunah megatakan bahwa tidak semua ulama Syiah sepakat tentang adanya tahrif dalam Al-Qur'an.[50] Misalnya, Abul Hasan Asy’ari (W 324 H) dalam Maqalat al-Islamiyin, menisbatkan pandangan tentang adanya kekurangan dalam Al-Qur'an hanya kepada salah satu aliran Syiah dan mengatakan bahwa sebagian Syiah lainnya yang memiliki keyakinan Imamah (Imamiyah) berpendapat bahwa di dalam Al-Qur'an tidak ada kelebihan ataupun kekurangan.[51]

Rahmatullah Dehlawi (W. 1308 H), seorang ulama Sunni asal India, mengatakan dalam kitabnya Izhar al-Haq bahwa sebagian besar ulama Syiah Imamiyah mengatakan bahwa Al-Qur'an terlindungi dari segala bentuk perubahan dan penyimpangan, dan hanya sedikit saja yang memiliki pendapat bahwa terjadi pengurangan dalam Al-Qur'an, yang mana pendapat ini ditolak oleh mereka.[52]

Muhammad Abdullah Daraz (W. 1337), seorang ulama dan mufasir Mesir, dalam bukunya yang berjudul Madkhal ila Al-Qur'an al-Karim, dengan menyebutkan pandangan Syekh Saduq tentang tidak adanya tahrif dalam Al-Qur'an, menyatakan bahwa para Imamiyah percaya bahwa tidak terjadi penyimpangan apapun baik dari segi kekurangan ataupun kelebihan pada Al-Qur'an yang ada di kalangan umat Islam saat ini.[53] Muhammad Muhammad al-Madani (W. 1388 H), seorang ulama Mesir dan salah satu guru besar Universitas al-Azhar, dalam artikelnya yang dimuat di majalah Risalah al-Islam, menulis bahwa di antara ulama Syiah dan ulama Sunni, tidak ada seorangpun yang percaya pada adanya penyimpangan dalam Al-Quran.[54]

Bibliografi

Ketab Syenosi Adam-e Tahrif-e Qur'an (Bibliografi Non-distorsi Al-Qur'an), adalah sebuah judul buku setebal 275 halaman dan berisi lebih dari 500 karya, yang membahas tentang isu non-distorsi Al-Qur'an yang disusun oleh Kazhim Ustadi dan diterbitkan pada tahun 1392 HS oleh Organisasi Haji dan Ziarah.[55]

Berikut adalah beberapa karya terpenting yang ditulis oleh ulama Syiah tentang keterjagaan Al-Qur'an dari penyimpangan:

  • Kasyf al-Irtiyab 'an Tahrif al-Kitab, yang ditulis oleh Syekh Mahmud Tehrani: Dikatakan bahwa ini adalah karya pertama yang ditulis setelah diterbitkannya Fashl al-Khitab dan ditulis sebagai jawaban atas kitab tersebut.[56] Agha Buzurg Tehrani mengatakan bahwa ketika penulis kitab Fashl al-Khitab (Mirza Husain Nuri) mempelajari karya ini, sebagai tanggapan ia menulis sebuah risalah dalam bahasa Farsi dan memerintahkannya untuk diterbitkan bersama kitab Fashl al-Khitab.[57] Dalam risalah tersebut ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tahrif bukan berarti bahwa ada kekurangan atau kelebihan pada Al-Qur'an yang ada pada umat Islam saat ini yang disusun dan dikumpulkan pada zaman Utsman bin Affan. Namun, maksudnya adalah bahwa sebagian dari wahyu ilahi yang diturunkan kepada Nabi saw telah hilang dan tidak tercatat dalam Al-Qur'an yang ada saat ini.[58]
  • Burhan-e Rosyan; Al-Burhan 'ala 'Adam Tahrif Al-Qur'an, ditulis oleh Mirza Mahdi Burujerdi: Dalam buku ini, penulis memaparkan bukti-bukti penolakan terhadap distorsi Al-Qur'an.[59] Ia juga meninjau ulang riwayat-riwayat dalam Fashl al-Khitab yang menunjukkan kekurangan Al-Qur'an dari segi jalur periwayatan maupun isinya.[60] Penulis juga mengemukakan pandangan lebih dari 40 ahli tafsir, ahli hukum dan peneliti Al-Qur'an dalam menolak segala bentuk distorsi pada Al-Qur'an.[61]
  • Shiyanah Al-Qur'an min Al-Tahrif, ditulis oleh Muhammad Hadi Ma'rifat: Buku ini terdiri dari delapan bab dan mencakup topik-topik berikut: definisi leksikal dan terminologis "tahrif", dalil-dalil tidak adanya tahrif Al-Qur'an, pandangan sebagian ulama Syiah yang setuju dengan non-distorsi Al-Qur'an, kesaksian sebagian ulama Ahlusunah tentang kesungguhan Syiah tentang pandangan terkait tahrif Al-Qur'an, Tahrif dalam kitab-kitab Perjanjian, distorsi menurut kelompok Hasyawi, distorsi menurut kelompok Akhbari dan kritik serta tinjauan pandangan penulis terhadap Fashl al-Khitab.[62]

Catatan Kaki

  1. Mu'in, Frhangg-e Mu'in, kata «تحریف».
  2. Untuk contoh silakan lihat ke: Khui, al-Burhan fi Tafsir al-Quran, hlm. 197-200; Ma'rifat, Shiyanah al-Quran min al-Tahrif, hlm. 19-21.
  3. Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, jld. 5, hlm. 114.
  4. Khui, al-Burhan fi Tafsir al-Quran, hlm. 200.
  5. Khui, al-Burhan fi Tafsir al-Quran, hlm. 200.
  6. Nashiri, "Muqaddameh" bar Tahrif Napaziri-e Quran, (karya Muhammad Hadi Ma'rifat), hlm. 4.
  7. Ma'rifat, Shiyanah al-Quran min al-Tahrif, hlm. 20; Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, jld. 5, hlm. 114.
  8. Ma'rifat, Shiyanah al-Quran min al-Tahrif, hlm. 20-21.
  9. Khui, al-Burhan fi Tafsir al-Quran, hlm. 200.
  10. Khui, al-Burhan fi Tafsir al-Quran, hlm. 200.
  11. Khui, al-Burhan fi Tafsir al-Quran, hlm. 197.
  12. Untuk contoh silakan lihat ke: Ibnu Abi al-Jumhur, 'Awali al-Laali, jld. 4, hlm. 104; Hur 'Amili, Wasail al-Syiah, hlm. 27, hlm. 202-203; Ma'rifat, Shiyanah al-Quran min al-Tahrif, hlm. 20.
  13. Untuk contoh silakan lihat ke: Zarkesyi, al-Burhan fi Ulum al-Quran, jld. 1, hlm. 256-260;Suyuthi, al-Itqhan fi Ulum al-Quran, jld. 1, hlm. 216-217; Fakhr Razi, al-Tafsir al-Kabir, jld. 1, hlm. 186; Ma'rifat, al-Tamhid fi Ulum al-Quran, jld. 1, hlm. 318.
  14. Khui, al-Bayan fi Tafsir al-Quran, hlm. 200.
  15. Syekh Shaduq, al-I'tiqadat, hlm. 84.
  16. Syekh Thusi, al-Tibyan fi Tafsir al-Quran, jld. 1, hlm. 3.
  17. Balaghi, Ālau al-Rahman, jld. 1, hlm. 26.
  18. Kasyif al-Githa, Kasyf al-Githa an Mubhamat Syari'ah al-Gharra, jld. 3, hlm. 453.
  19. Thabrisi, Majma al-Bayan, jld. 1, hlm 30.
  20. Untuk contoh silakan lihat ke: Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 437, jld. 2, hlm. 633-634; 'Ayyasyi, Tafsir al-'Ayyasyi, jld. 1, hlm. 293.
  21. Untuk contoh silakan lihat ke: Ibnu Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 35, hlm. 133-134 & 305 & 501; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, jld. 1, hlm. 625; Suyuthi, al-Dur al-Mantsur, jld. 6, hlm. 559-560.
  22. Haidari, Quran va Masuniyat az Tahrif, hlm. 56.
  23. Balaghi, Ālau al-Rahman, jld. 1, hlm. 25-26.
  24. Ma'rifat, Shiyanah al-Quran min al-Tahrif, hlm. 171.
  25. Untuk contoh silakan lihat ke: Aqidah al-Syiah al-Imamiah fi al-Quran al-Karim, site alhesn.net.
  26. Ma'rifat, Shiyanah al-Quran min al-Tahrif, hlm. 102; Muaddib, Haddadiyan, Barresi-e Dellali-e Revayat Tahrif Nama dar Ketab-e Kafi, hlm. 32.
  27. Untuk contoh silakan lihat ke: Al-Qaffari, Ushul Mazhab al-Syiah al-Imamiah al-Itsna 'Asyariyah ('Aradh wa Naqd), jld. 1, hlm. 214 & 234.
  28. Dzaher, al-Syiah wa al-Quran, hlm. 111.
  29. Burujerdi, Burhan-e Rosyan; al-Burhan 'ala 'Adam Tahrif al-Quran, hlm. 70.
  30. Khui, al-Bayan fi Tafsir al-Quran, hlm. 226.
  31. Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah ila Tashanif al-Syiah, jld. 16, hlm. 231.
  32. Muaddib, Haddaiyan, Barresi-e Dellali-e Revayat Tahrif Nama dar Ketab-e Kafi, hlm. 32.
  33. Untuk contoh silakan lihat ke: Ustadi, Ketabsyenasi-e 'adam-e Tahrif-e Quran, hlm. 19-20.
  34. Untuk contoh silakan lihat ke: Balaghi, Ālau al-Rahman, jld. 1, hlm. 25-29; Khui, al-Bayan fi Tafsir al-Quran, hlm. 220-259.
  35. Haidari, Quran va Masuniyat az Tahrif, hlm. 17-22.
  36. Ahmadi, Ghaliyan va Andisyeh Tahrif-e Quran, hlm. 220.
  37. Untuk contoh silakan lihat ke: Fakhr Razi, al-Tafsir al-Kabir, jld. 19, hlm. 123; Thabthabai, al-Mizan, jld. 12, hlm. 101; Qurthuni, Tafsir al-Qurthubi, jld. 1, hlm. 84; Thabrisi, Majma al-Bayan, jld. 6, hlm. 105; Ibnu 'Asyur, al-Tahrir wa al-Tanwir, jld. 13, hlm. 17.
  38. Untuk contoh silakan lihat ke: Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 286-287 & jld. 2, hlm. 627.
  39. Untuk contoh silakan lihat ke: Syekh Thusi, al-Tibyan fi Tafsir al-Quranjld. 1, hlm. 3-4; Khui, al-Bayan fi Tafsir al-Quran, hlm. 216.
  40. Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 294.
  41. Syekh Thusi, al-Tibyan fi Tafsir al-Quran, jld. 1, hlm. 3-4; Haidari, Quran va Masuniyat az Tahrif, hlm. 44.
  42. Untuk contoh silakn lihat ke: Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 69.
  43. Ma'rifat, Shiyanah al-Quran min al-Tahrif, hlm. 47-48.
  44. Syekh Shaduq, Tsawab al-A'mal wa Iqab al-A'mal, hlm. 100 & hlm. 125-129.
  45. Syekh Shaduq, Tsawab al-A'mal wa Iqab al-A'mal, hlm. 99-104.
  46. Syekh Shaduq, al-I'tiqadat, hlm. 84.
  47. Burujerdi, Burhan-e Rosyan; al-Burhan 'ala 'Adam Tahrif al-Quran, hlm. 12.
  48. Burujerdi, Burhan-e Rosyan; al-Burhan 'ala 'Adam Tahrif al-Quran, hlm. 13.
  49. Thahiri Khurram Abadi, Adam-e tahrif-e Quran, hlm. 73.
  50. Ma'rifat, Shiyanah al-Quran min al-Tahrif, hlm. 73.
  51. Asy'ari, Maqalat al-Islamiyin, hlm. 47.
  52. Dehlawi, Izhar al-Haq,hlm. 354.
  53. Daraz, Madkhal ila Al-Qur'an al-Karim, hlm. 39-40.
  54. Al-Madani, Rajah al-Ba'ts fi Kuliyah al-Syari'ah, hlm. 381.
  55. Ustadi, Ketab Syenasi Adam-e Tahrif-e Quran, hlm. 43.
  56. Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah ila al-Tashanif al-Syiah, jld. 16, hlm. 231.
  57. Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah ila al-Tashanif al-Syiah, jld. 16, hlm. 231.
  58. Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah ila al-Tashanif al-Syiah, jld. 16, hlm. 231-232.
  59. Burujerdi, Burhan-e Rosyan; al-Burhan 'ala 'Adam Tahrif al-Quran, hlm. 9-12.
  60. Burujerdi, Burhan-e Rosyan; al-Burhan 'ala 'Adam Tahrif al-Quran, hlm. 9-12.
  61. Untuk contoh silakan lihat ke: Burujerdi, Burhan-e Rosyan; al-Burhan 'ala 'Adam Tahrif al-Quran, hlm. 106-160.
  62. Ma'rifat, Shiyanah al-Quran min al-Tahrif, hlm. 280.

Daftar Pustaka

  • Agha Buzurg Tehrani, Muhammad Muhsin. al-Dzari'ah ila Tashanif al-Syiah. Qom: Penerbit Ismailiyan, 1408 H.
  • Ahmad bin Hanbal, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad. Musnad Ahmad. Kairo: Penerbit Dar al-Hadits, 1416 H.
  • Ahmadi, Muhammad Hasan. Ghaliyan va Andisyeh Tahrif-e Quran. Jurnal Ulum-e Hadis, vol. 2, Syahrivar 1389 HS.
  • Al-Madani, Muhammad bin Muhammad. Rajah al-Ba'ts fi Kuliyah al-Syari'ah. Majalah Risalah al-Islam, vol. 44, Rabiul Awal, 1379 HS.
  • Al-Qafari, Nashir bin Abdillah. Ushul Mazhab al-Syiah al-Itsna al-'Asyariah ('Aradh wa Naqd). Arab Saudi: Penerbit Dar al-Nashr, cet. 1, 1414 H.
  • Asy'ari, Abu al-Hasan. Maqalat al-Islamiyin. Jerman: Perancis Steis, 1400 H.
  • Ayyasyi, Muhammad bin Mas'ud. Tafsir al-Ayyasyi. Teheran: Penerbit al-Mathba'ah al-Ilmiah, 1380 H.
  • Balaghi, Muhammad Jawad. Ālau al-Rahman fi Tafsir al-Quran. Qom: Penerbit Bunyad Bi'tsat, cet. 1, 1420 H.
  • Burujerdi, Mahdi. Burhan-e Rosyan; al-Burhan 'ala 'Adam Tahrif al-Quran. Tehera n: Penerbit Buzar Jamhari, cet. 1, 1375 H.
  • Daraz, Muhammad Abdullah. Madkhal ila al-Quran al-Karim. Kuwait: Penerbit Dar al-Kalam, 1404 H.
  • Dehlawi, Rahmatullah. Izhar al-Haq. Beirut: Penerbit Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1413 H.
  • Fakhr Razi, Muhammad bin Umar. al-Tafsir al-Kabir. Beirut: Penerbit Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1420 H.
  • Haidari, Sayid Kamal. Quran va Masuniyat az Tahrif. Teheran: Penerbit Masy'ar, 1392 HS.
  • Hur Amili, Muhammad bin Hasan. Wasail al-Syiah. Qom: Penerbit Muasasah Ālulbait, 1416 H.
  • Ibnu Abi al-Jumhur, Muhammad bin Zain al-Abidin. 'Awali al-La'ali. Riset: Mujtaba Iraqi, tanpa tempat, tanpa penerbit, 1403 H.
  • Ibnu 'Asyur, Muhammad Thahir. al-Tahrir wa al-Tanwir. Beirut: Muasasah al-Tarikh al-Arabi, 1421 H.
  • Ibnu Majah, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah. Beirut: Penerbit Dar Ihya al-Kutub al-Arabiah, tanpa tahun.
  • Ilahi, Dzaher. al-Syiah wa al-Quran. Lahore: Penerbit Idarah Tarjuman al-Sunah, tanpa tahun.
  • Kasyif al-Ghitha, ja'far. Kasyf al-Ghitha an Mubhamat Syari'ah al-Gharra. Qom: Penerbit Daftar Tabligat Islami Hauzah Ilmiah Qom, 1420 H.
  • Khui, Abu al-Qasim. al-Burhan fi Tafsir al-Quran. Qom: Penerbit Muasasah Ihya Atsar al-Imam al-Khui, tanpa tahun.
  • Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. al-Kafi. Teheran: Penerbit Dar al-Kutub al-Islamiah, 1407 H.
  • Ma'rifat, Muhammad Hadi. al-Tamhid fi Ulum al-Quran. Qom: Penerbit Muasasah Farhanggi Intisyarati al-Tamhid, 1428 H.
  • Ma'rifat, Muhammad Hadi. Shiyanah al-Quran min al-Tahrif. Qom: Penerbit Muasasah Farhanggi Intisyarati al-Tamhid, 1428 H.
  • Ma'rifat, Muhammad Hadi. Tahrif Napaziri-e Quran (Shiyanah al-Quran min al-Tahrif). Penerjemah Ali Nashiri. Teheran: Penerbit Intisyarat Samte, 1379 HS.
  • Muaddib, Sayid Ridha dan Abdul Ridha Haddadiyan. Barresi-e Dellali-e Revayat Tahrif Nama dar Ketab-e Kafi. Majaalah Hadis Pazuhi, vol. 2, musim gugur dan musim dingin, 1388 HS.
  • Muin, Muhammad. Farhangg-e Muin. Teheran: Penerbit Ketab Rah-e Nu, 1381 HS.
  • Nashiri, Ali. Muqaddameh bar Tahrif Napaziri-e Quran (Shiyanah al-Quran min al-Tahrif). Karya Muhammad Hadi Ma'rifat. Teheran: Penerbit Intisyarat Samte, 1379 HS.
  • Qurthubi, Syamsuddin. Tafsir al-Qurthubi. Beirut: Penerbit Dar Ihya al-Tuarts al-Arabi, 1420 H.
  • Rasyid Ridha, Muhammad. Tafsir al-Manar. Mesir: Penerbit Al-Haiah al-Mishriyah al-'Ammah li al-Kitab, 1990 M.
  • Site alhesn.net. [https://alhesn.net/play/11548 Aqidah al-Syiah al-Imamiah fi al-Quran al-Karim. Dilihat 20 Esfan 1402 HS.
  • Suyuthi, Abdul Rahman bin Abi Bakar. al-Dur al-Mantsur. Beirut: Penerbit Dar al-Fikr, 1414 H.
  • Suyuthi, Abdul Rahman bin Abi Bakar. al-Itqan fi Ulum al-Quran. Mesir: Penerbit Al-Haiah al-Mishriyah al-'Ammah li al-Kitab, 1394 H.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. al-I'tiqadat. Qom: Kongres Syekh Mufid, cet. 2, 1414 H.
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. Tsawab al-A'mal wa Iqab al-A'mal. Penerbit: Dar al-Syarif al-Eazhi li al-Nashr, 1406 H.
  • Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. al-Tibyan fi Tafsir al-Quran. Beirut: Penerbit Dar Ihya al-Turats al-Arabi, tanpa tahun.
  • Thabathabai, sayid Muhammad Husain. al-Mizan fi Tafsir al-Quran. Qom: Penerbit Intisyarat Ismailiyan, 1363 HS.
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan. Majma' al-Bayan. Beirut: Penerbit Muasasah al-A'lami li al-Mathbu'at, 1415 H.
  • Thahiri Khurram Abadi, Sayid Hasan. Adam-e Tahrif-e Quran. Penerbit Bustan-e Ketab, 1385 HS.
  • Ustadi, Kazhim. Ketab Syenasi Adam-e Tahrif-e Quran. Teheran: Penerbit Sazman Haj va Ziyarat, tanpa tahun.
  • Zarkesyi, Abu Abdillah. al-Burhan fi Ulum al-Quran. Beirut: Penerbit Dar Ihya al-Kutub al-Ilmiah, 1376 H.