Terjemahan Al-Quran
Terjemahan Al-Qur'an (bahasa Arab: ترجمة القرآن) memiliki arti pengalihan bahasa Al-Qur'an ke dalam bahasa lain. Permasalahan ini merupakan salah satu pembahasan penting dalam Ulumul Qur'an (ilmu-ilmu Al-Qur'an) yang ruang lingkupnya juga meluas sampai menyinggung permasalahan ahkam syariah dan keyakinan Islam.
Banyak yang menganggap penerjemahan Al-Qur'an diperbolehkan dengan alasan adanya peristiwa sejarah pada periode awal Islam dan keharusan menyampaikan risalah Al-Qur'an ke dalam bahasa lain, dan sebaliknya, ada pula yang menentang diperbolehkannya penerjemahan Al-Qur'an, mereka menyandarkan pendapatnya pada beberapa dalil seperti menjaga kemurnian Mukjizat Al-Qur'an dan keunggulan bahasa Arab dibandingkan bahasa lain, sehingga sulit untuk bisa diterjemahkan setara dengan bahasa Al-Qur'an.
Mereka yang membolehkan penerjemahan mengatakan bahwa sejarah penerjemahan Al-Qur'an dimulai pada masa awal periode Islam, seperti keberadaan surat Nabi Muhammad saw kepada para pemimpin di beberapa negara dengan berbagai bahasa. Di wilayah bahasa-bahasa Eropa, awal mula penerjemahan Al-Qur'an dilakukan oleh para pendeta Kristen dengan tujuan menemukan hal untuk dipermasalahkan kandungannya.
Para peneliti percaya bahwa terjemahan Al-Qur'an pertama dalam bahasa Persia berasal dari abad ke-4 Hijriah. Sebagian pihak telah menyusun daftar terjemahan bahasa Persia dalam tiga kategori: terjemahan kuno, terjemahan modern, dan terjemahan mandzûm (dalam bentuk syair puisi).
Terjemahan harfiah (literal), terjemahan bebas dan terjemahan interpretatif adalah beberapa metode penerjemahan Al-Qur'an. Terdapat perbedaan dalam penerjemahan Al-Qur'an, hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam masalah tinjauan fikih, sastra dan teologis.
Pembahasan Penerjemahan Al-Qur'an
Menerjemahkan Al-Qur'an berarti mengalih bahasakan Al-Qur'an ke dalam bahasa lain.[1] Pembahasan penerjemahan Al-Qur'an adalah salah satu masalah yang paling banyak dibicarakan di kalangan umat Islam, dan satu bab khusus didedikasikan untuk tema penting ini di sebagian besar kitab-kitab Ulumul Quran.[2]
Menurut keyakinan umat Islam, Kata-kata dan makna Al-Qur'an diwahyukan dalam bahasa Arab dari Allah swt.[3] Mengingat kesucian yang melekat pada bahasa Arab, ada yang menganggapnya layak untuk menjadi bahasa dan memikul makna wahyu, dan di sisi lain, ada pula yang menganggap makna majas yang digunakan Al-Qur'an terjadi karena keterbatasan bahasa arab dalam memuat makna wahyu.[4] Pembahasan penting seperti mukjizat Al-Qur'an dan Hudus (kebaharuan) dan Qidam (kedahuluan) Al-Qur'an telah membawa ruang lingkup diskusi pada masalah penerjemahan Al-Qur'an juga.[5]
Jenis Terjemahan
Para peneliti Al-Qur'an telah menyajikan berbagai klasifikasi terjemahan Al-Qur'an, di antaranya adalah terjemahan tathbiqi (penyesuaian), interpretatif, harfiah (literal), tematik, atau bebas dan mandzum (puitis):[6]
- Terjemahan Tathbiqi: adalah terjemahan yang menyesuaikan dengan kandungan (kualitas) teks Al-Qur'an ataupun volumenya (kuantitas).
- Terjemahan Harfiah (literal): berarti mengganti dan mengubah setiap kata dan struktur dengan kata dan struktur yang paling mirip dalam bahasa yang dituju dengan Al-Qur'an. Menurut Muhammad Ali Kosha, terjemahan jenis ini di luar kategori terjemahan secara istilah dan sebenarnya masuk dalam kerangka kamus bahasa Al-Qur'an.[7]
- Terjemahan Bebas atau Tematik: Pada jenis ini, penerjemah hanya menuliskan isi dan kandungan ayat sesuai format bahasa yang dituju dan tidak terikat dalam mengadaptasi terjemahan kalimat demi kalimat. Muhammad Hadi Marifat menganggap terjemahan jenis ini adalah terjemahan secara makna, dengan tujuan utamanya adalah menyampaikan makna dalam bentuk dan struktur sebaik mungkin.[8]
- Terjemahan Interpretatif: terjemahan dengan campuran penjelasan dan komentar singkat.
- Terjemahan Mandzum (dalam bentuk syair puisi): Pada penerjemahan jenis ini, makna dan isi ayat disajikan dalam bentuk puisi.[9]
Pro dan Kontra Penerjemahan Al-Qur'an
Terdapat pro dan kontra mengenai terjemahan Al-Qur'an. Penolakan terjemahan Al-Qur'an lebih serius lagi karena adanya dalih terjemahan Al-Qur'an dengan bahasa Turki sebagai pengganti bahasa asli Arab Al-Qur'an atas perintah Mustafa Kemal Atatürk, presiden Turki pada tahun 1923-1938 M.[10] Rasyid Ridha pun, seorang mufasir dari Mesir membuktikan penolakan terjemahan Al-Qur'an dengan penjelasan 15 dalil.[11]
Beberapa alasan pro dan kontra penerjemahan Al-Qur'an adalah sebagai berikut:
Alasan Pendukung Penerjemahan Al-Qur'an
- Adanya pengiriman surat dari Nabi saw kepada para pemimpin di beberapa negara, yang melazimkan beberapa ayat diterjemahkan menurut bahasa yang dituju surat.[12]
- Apa yang telah dilakukan Salman Farsi dalam menerjemahkan sebagian Al-Qur'an.[13]
- Keyakinan Abdullah bin Mas'ud akan substitusi kata-kata Al-Qur'an.[14]
- Terjemahan Al-Qur'an Hasan Basri untuk pendengar berbahasa Persia.[15]
- Universalitas pesan Al-Qur'an dan perlunya mempublikasikannya.[16]
Alasan Penentang Penerjemahan Al-Qur'an
- Kegagalan terjemahan dalam mentransfer esensi mukjizat Al-Qur'an.[17]
- Terjemahan Al-Qur'an dengan bahasa selain Arab dapat merugikan, karena adanya keunggulan bahasa Arab dibandingkan dengan bahasa lain.[18]
- Kegagalan memahami bahasa Al-Qur'an, dengan terjemahan di luar budaya bahasa Arab.[19]
- Kegagalan memahami bahasa Al-Qur'an, dengan terjemahan di luar batas pemikiran dan intelektualitas Arab.[20]
- Adanya kebenaran dan rahasia tersembunyi dalam Al-Qur'an yang berbahasa Arab.[21]
- Ketidaksetaraan bahasa terjemahan dengan sebagian kata dalam Al-Qur'an.[22]
Beberapa pihak berpendapat bahwa terjemahan Al-Qur'an dapat diterima, jika selain makna utama kalimat yang diterjemahkan, makna yang menyertainya pun dipertimbangkan untuk dijelaskan, misalnya jika ada unsur penekanan atau pengkhususan dalam sebuah kalimat, maka hal itu juga harus dialihkan ke bahasa sasaran.[23]
Latar Belakang Penerjemahan Al-Qur'an
Periode pertama penerjemahan Al-Qur'an terjadi di awal-awal masuknya Islam dan dikarenakan adanya kebutuhan yang urgen untuk menyebarkan pesan agama ini kepada non-Arab.[24] Para peneliti mengatakan bahwa terjemahan Al-Qur'an di masa periode pertama terjadi dalam tiga peristiwa utama:
- Pengiriman surat kepada para pemimpin beberapa negara oleh Nabi Islam saw yang berisi ayat-ayat Al-Qur'an.[25]
- Terjemahan sebagian Al-Qur'an oleh Salman Farsi.[26] Dikatakan bahwa: Salman Farsi menerjemahkan Bismillahi Rahmanir Rahim dengan be nâme Yazdân Bakhsyayande (dengan nama Yazdan, Yang Maha Penyayang). [27]
- Terjemahan sebagian Surah Maryam dalam bahasa Habasyah, oleh Ja'far bin Abi Thalib.[28]
Penerjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa-bahasa Eropa pada awalnya dilakukan oleh para pendeta dan pemuka agama Kristen. Tujuan mereka pada awalnya adalah untuk menantang Islam dalam isu-isu teologis, mereka menerjemahkan frasa-frasa dari Al-Qur'an.[29] Terjemahan Latin lengkap Al-Qur'an yang pertama disusun pada abad ke-6 Hijriah (12 M).[30]
Al-Qur'an telah diterjemahkan ke banyak bahasa, termasuk bahasa Afrika (seperti Sawahili, Hausa, dan Yoruba), bahasa anak benua India (seperti Urdu dan Bengali), Turki (seperti Azerbaijan dan Istanbul), Cina, dan Jepang.[31]
Sejarah Terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Persia
Menurut Azarnoosh, penulis artikel Tarjamah ha-ye Farsi e Quran (Terjemahan Al-Qur'an Persia) di dalam majalah Dairatul Ma'ârif bazargh-e eslâmi, terjemahan resmi pertama Al-Qur'an ke dalam bahasa Persia dilakukan pada abad ke-4 Hijriah atas permintaan dari Amir Nuh, sang raja dinasti Samani, kepada para ulama pada masanya, yang kemudian terjadi kekeliruan dalam penyebutan sehingga terkenal sebagai terjemahan Thabari.[32]
Hingga abad ke-8 dan adanya terjemahan Tafsir Gazor, belum ada terjemahan yang diterbitkan, dan kurangnya terjemahan ini, menurut sebagian orang, disebabkan oleh serangan Mongol terhadap dunia Islam.[33] Pada abad ke-12 terjadi pertumbuhan dalam penerjemahan yang dimotori oleh terjemahan Fathur Rahman karya Syah Waliyullah Dehlavi[34] yang menurut sebagian orang merupakan salah satu terjemahan Al-Qur'an terbaik karena gaya penulisan dan pengenalan metode penerjemahan.[35] Abad ke-14 dikenal sebagai era gelombang besar dalam penerjemahan Al-Qur'an.[36]
Daftar Al-Qur'an Terjemahan Bahasa Persia
Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Persia telah dibagi menjadi tiga bagian: modern, kuno dan mandzûm:[37]
- Terjemahan kuno (lama): seperti Tarjamah Tafsir Thabari, Ma'âni Kitabullah Ta'ala dan Tafsir Al-Munir Abu Nashr Ahmad bin Muhammad Haddâdi serta terjemahan berirama dua bagian Al-Qur'an oleh penerjemah yang tidak dikenal, yang diterbitkan pada tahun 1353 tahun persia dengan judul Peli Miyân Syi'ri Hijâi va ‘Aruzi Farsi (Jembatan Antara Syair Hijaiyyah dan Puisi Prosodi Persia”.
- Terjemahan modern: yakni terjemahan pada abad ke-14 dan ke-15 Hijriah seperti terjemahan Tahira Safarzadeh, Muhammad Mahdi Foladvand, Makarim Syirazi, Gholam Ali Haddad Adel, Husain Ostadoli, Sayid Ali Mousavi Garmarodi, Husain Ansharian, Ali Asghar Barzi, Abulfazl Bahrampour dan Sayid Kazim Arfa.
- Terjemahan mandzum: seperti terjemahan Mirza Hassan Esfahani (Safi Ali Syah), Omid Majed, Muhammad Shayeq, Sayid Muhammad Alimuhammadi (Musavi Jazayeri).
Faktor Perbedaan Terjemahan
Beberapa peneliti bidang Ulumul Quran telah menyebutkan beberapa penyebab terjadinya perbedaan terjemahan Al-Qur'an, diantaranya adalah:
- Fikih: perbedaan tinjauan fikih Syiah dan Sunni, khususnya pada ayat al-Ahkam.
- Kosakata: Perbedaan dalam memilih padanan kosakata yang sesuai.
- Kata Majemuk: khususnya pada kata majemuk deskriptif, tambahan dan deskriptif-tambahan yang tidak mempunyai struktur yang sama dengan bahasa yang dituju.
- Kalimat dan struktur: terutama pada kalimat majemuk yang kompleks.
- Penghapusan Singkatan: penghapusan huruf, kata benda, kata kerja dan kalimat demi menunjukkan padatnya kandungan dalam banyak ayat.
- Referensi kata ganti: kurangnya kejelasan referensi kata ganti di beberapa ayat.
- Pandangan teologis: perbedaan persepsi teologis, seperti masalah jabr (predestinasi), kemungkinan melihat Tuhan dan masalah kemaksuman.[38]
Terjemahan Al-Qur'an Secara Kolektif
Pada awal abad ke-14 Hijriah, terjemahan bahasa Inggris Muhammad Ali Lahori yang merupakan terjemahan Al-Qur'an yang populer di kalangan ilmiah Mesir pada saat itu, khususnya Universitas al-Azhar, dan berlanjut selama seratus tahun.[39] Pada tahun 1355 Hijriah, Muhammad Mustafa Maraghi, rektor al-Azhar pada saat itu, mengusulkan penerjemahan Al-Qur'an secara kolektif dan resmi ke dalam bahasa Inggris bersama Perdana Menteri Mesir.[40]
Di Iran, beberapa orang berpendapat bahwa perlunya menciptakan terjemahan kolektif bagi penutur bahasa Persia melalui upaya para peneliti Ulumul Quran dan cendekiawan ilmu agama serta dengan dukungan pemerintah.[41]
Hukum Syariat Membaca Terjemahan Al-Qur'an dalam Salat
Para fukaha Syiah sepakat tentang tidak diperbolehkannya membaca terjemahan Al-Qur'an dalam salat.[42] Para fukaha Syafi'i, Hanbali, dan Maliki juga sepakat tentang tidak diperbolehkannya membaca terjemahan ini;[43] tetapi Abu Hanifa telah memperbolehkan membaca Al-Qur'an terjemah di dalam salat.[44] Menurutnya, bahasa Al-Qur'an tidak memiliki kesucian secara zatnya, ditambah lagi bahwa menurut ayat 196 Surah Asy-Syu'ara, kandungan Al-Qur'an dalam bahasa lain juga bisa ditemukan di kitab-kitab suci agama samawi sebelumnya, oleh sebab itu terjemahan Al-Qur'an tidak berbeda dengan Al-Qur'an itu sendiri.[45]
Pranala Terkait
Catatan Kaki
- ↑ Kusya, Tarjume-e Qur'an, hlm. 425.
- ↑ Hasyimi, Tarjume-e Quran (Mabahes-e Nazari), ensiklopedia Jahan-e Eslam, jld. 7, hlm. 77.
- ↑ Izutsu, Khuda Wa Ensan Dar Qur'an, hlm. 193-198.
- ↑ Hasyimi, Tarjume-e Quran (Mabahes-e Nazari), ensiklopedia Jahan-e Eslam, jld. 7, hlm. 73.
- ↑ Lihat: Baghdadi, al-Firaq Bain al-Firaq, hlm. 132.
- ↑ Ma'rifat, Tafsir Wa Mufassiran, jld. 1, hlm. 144-146; Kusya, Tarjume-e Qur'an, hlm. 425; Bi Azar Syirazi, Qur'an-e Natheq, jld. 1, hlm. 229-269.
- ↑ Kusya, Tarjume-e Qur'an, hlm. 425.
- ↑ Ma'rifat, Tafsir Wa Mufassiran, jld. 1, hlm. 144-146.
- ↑ Ma'rifat, Tafsir Wa Mufassiran, jld. 1, hlm. 144-146; Kusya, Tarjume-e Qur'an, hlm. 425.
- ↑ Rasyid Ridha, Tafsīr al-Qur'ān al-Hakīm, jld. 9, hlm. 357-363.
- ↑ Bahadar Zade, Tarjume Paziri-e Qur'an-e Karim, majalah Bayyinat, vol. 24, hlm. 61.
- ↑ Lihat: Ibn Qudamah, al-Mughnī, jld. 1, bagian 2, hlm. 15; Hamidullah, Majmū'ah al-Watsā'iq as-Siyāsiyyah, hlm. 100, 109-110, 135-136, 140.
- ↑ Sarakhsi, Kitāb al-Mabsūth, jld. 1, hlm. 37.
- ↑ Lihat: Fakhrurrazi, at-Tafsīr al-Kabīr, jld. 1, hlm. 213.
- ↑ Muhammad Malayari, Tarikh Wa Farhangg-e Iran, jld. 1, hlm. 26-27.
- ↑ Maibudi, Kasyf al-Asrār, jld. 5, hlm. 226.
- ↑ Zarqani, Manāhil al-'Irfān, jld. 2, hlm. 40-41.
- ↑ Lihat: Jahidz, Kitāb al-Hayawān, jld. 1, hlm. 75-78.
- ↑ Ghazali, Iljām al-'Awām, hlm. 64-66.
- ↑ Annarah, 'Hadats al-Ahdāts, hlm. 62-65.
- ↑ Bahadar Zade, Tarjume Paziri-e Qur'an-e Karim, majalah Bayyinat, vol. 24, hlm. 61.
- ↑ Bahadar Zade, Tarjume Paziri-e Qur'an-e Karim, majalah Bayyinat, vol. 24, hlm. 61.
- ↑ Syathibi, al-Muwāfaqāt, jld. 1, bagian 2, hlm. 51-52.
- ↑ Lihat: Pakatci, Tarjume Syenasi-e Qur'an-e Karim, hlm. 17.
- ↑ Lihat: Ibn Qudamah, al-Mughnī, jld. 1, bagian 2, hlm. 15; Hamidullah, Majmū'ah al-Watsā'iq as-Siyāsiyyah, hlm. 100, 109-110, 135-136, 140.
- ↑ Sarakhsi, Kitāb al-Mabsūth, jld. 1, hlm. 37.
- ↑ Ramyar, Tarikh-e Qur'an, hlm. 653.
- ↑ Muhammad Abu Syu'aisya', Barresi-e Fatwa-e Rasyid Ridha, majalah Tarjuman-e Wahy, vol. 14, hlm. 81.
- ↑ Rahmati, Tarjume-e Qur'an (Be Zabanha-e Digar), ensiklopedia Jahan-e Eslami, jld. 7, hlm. 84.
- ↑ Rahmati, Tarjume-e Qur'an (Be Zabanha-e Digar), ensiklopedia Jahan-e Eslami, jld. 7, hlm. 84.
- ↑ Lihat: Rahmati, Tarjume-e Qur'an (Be Zabanha-e Digar), ensiklopedia Jahan-e Eslami, jld. 7, hlm. 84-95.
- ↑ Azar Nush, Tarjumeha-e Farsi-e Qur'an, ensiklopedia Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami, jld. 15, hlm. 84-86.
- ↑ Rezai Isfahani, Manteq-e Tarjume-e Qur'an, hlm. 57.
- ↑ Azar Nush, Tarjumeha-e Farsi-e Qur'an, ensiklopedia Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami, hlm. 91.
- ↑ Haddad Adil, Tarjume-e Qur'an, hlm. 26-38.
- ↑ Haidar Abruwan, Barresi-e Nazarha Wa Nazariyeha Dar Ruikard-e Nuwin Be Pisyine-e Tarikh-e Tarjume-e Qur'an-e Karim, majalah Muthale'at-e Tarjume-e Qur'an Wa Hadis, edisi 7, vol. 13, hlm. 75.
- ↑ Lihat: Yayasan Farhanggi-e Tarjuma-e Wahy.
- ↑ Azim Pur Muqaddam, Tarjume-e Qur'an Wa Awamel-e Ekhtelaf-e Ān, majalah Payam-e Jawedan, vol. 2, hlm. 49-61.
- ↑ Syathir, Qaul as-Sadīd Fī Hukm Tarjumah al-Qur'ān al-Majīd, hlm. 35-36.
- ↑ Mahanna, Dirāsah Haul Tarjumah al-Qur'ān al-Karīm, hlm. 47-54.
- ↑ Lihat: Mujahedeyan, Negahi Be Ba'zi Tarjumeha-e Qur'an-e Karim, majalah Bayyinat, tahun ke-7, vol. 27, hlm. 163.
- ↑ Lihat: Syekh Thusi, Kitāb al-Khilāf, jld. 1, hlm. 343-346; Muhaqqiq Karaki, Jāmi' al-Maqāshid, jld. 2, hlm. 246.
- ↑ Abu Ishaq Syirazi, al-Muhaddzab, jld. 1, hlm. 80.
- ↑ Suyuthi, al-Itqān Fī Ulūm al-Qur'ān, jld. 1, hlm. 377.
- ↑ Marghinani, al-Hidāyah, jld. 1, hlm. 47.
Daftar Pustaka
- Abu Ishaq Syirazi, Ibrahim bin Ali. Al-Muhaddzhab Fī Fiqh al-Imām as-Syāfi'ī. Beirut, 1379 HS/2001.
- Annarah, Muhammad Sulaiman. Hadats al-Ahdāts Fī al-Islām. Al-Iqdām 'Alā Tarjumah al-Qur'ān. Mesir: Percetakan as-Salafiyyah.
- Azar Nush, Azar Tash. Tarjumeha-e Farsi-e Qur'an. Ensiklopedia Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami. Tehran: Markaz-e Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami, 1387 HS/2009.
- Azim Pur Muqaddam, Azim. Tarjume-e Qur'an Wa Awamel-e Ekhtelaf-e An. Majalah Payam-e Jawidan. Vol: 2, 1382 HS/2003.
- Baghdadi, Abdul Qahir bin Thahir. Al-Firaq Bain al-Firaq. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
- Bahar Zade, Parwin. Tarjume Paziri-e Qur'an-e Karim. Majalah Bayyinat. Vol. 24, 1378 HS/1999.
- Bi Azar Zyirazi, Abdul Karim. Qur'an-e Natheq. Tehran: Daftar-e Nasyr-e Farhangg-e Eslami, 1377 HS/1998.
- Fakhrurrazi, Muhammad bin Umar. At-Tafsīr al-Kabīr. Kairo.
- Ghazali, Muhammad bin Muhammad. Al-Jām al-'Ulūm 'An 'Ilm al-Kalām. Beirut: Percetakan Muhammad Mu'tashim Billah Baghdadi, 1406 H.
- Haddad Adil, Ghulam Mu'alla. Tarjume-e Qur'an. Qom, 1388 HS/2009.
- Hamidullah, Muhammad. Majmū'ah al-Watsā'iq as-Siyāsiyyah Li al-'Ahd an-Nabawī Wa al-Khilāf ar-Rāsyidāh. Beirut, 1407 H.
- Hasyimi, Sayyid Ahmad. Tarjume-e Qur'an (Mabahes-e Nazari). Ensiklopedia Jahan-e Eslam. Vo. 7. Tehran: Bunyad-e Dayirah al-Ma'arif Eslami. Cet. 1, 1382 HS/2003.
- Heidari Abrawan, Zahra. Barresi-e Nazarha Wa Nazariyeha Dar Ruikardi-e Nuwin Be Pisyine-e Tarikh-e Tarjume-e Qur'an-e Karim. Majalah Muthale'at-e Tarjume-e Qur'an Wa Hadis. Edisi 7. Vol: 13, 1399 HS/2020.
- Ibn Qudamah. Al-Mughnā. Kairo: Perpustakaan Ibn Taimiyah.
- Jahidz, Amrun bin Bahr. Kitāb al-Hayawān. Mesir: Percetakan Abdus Salam Muhammad Harun, 1385-1389 H.
- Ma'rifat, Muhammad Hadi. Tafsir Wa Mufassiran. Qom: Entesyarat-e Tamhid.
- Mahanna, Ahmad Ibrahim. Dirāsah Haul Tarjumah al-Qur'ān al-Karīm. Kairo: Dar al-Kutub.
- Maibudi, Rasyiduddin. Kasyf al-Asrār Wa 'Iddah al-Abrār. Riset: Ali Asghar Hekmat. Tehran: Entesyarat-e Amir Kabir, 1371 HS/1992.
- Muhammad Abu Syu'aisya', Muhammad Ali. Barresi-e Fatwa-e Rasyid Ridha Dar Maured-e Tarjume-e Qur'an-e Majid. Penerjemah: Abbas Imam. Tarjuman-e Wahy, 1382 HS/2003.
- Muhammadi Malayari, Muhammad. Tarikh Wa Farhangg-e Iran Dar Dauran-e Enteqal Az Asr-e Sasani Be Asr-e Eslami. Tehran, 1372 HS/1993.
- Muhaqqiq Karaki, Ali bin Husain. Jāmi' al-Maqāshid Fī Syarh al-Qawā'id. Qom, 1408-1411 H.
- Mujahediyan, Sayyid Mujtaba. Negahi Be Barkhi Tarjumeha-e Qur'an-e Karim. Majalah Bayyinat. Tahun ke-7. Vol: 27, 1379 HS/2000.
- Murghinani, Ali bin Abi Bakr. Al-Hidāyah Syarh Bidāyah al-Mubtadi'. Perpustakaan al-Islamiyyah.
- Pakatci, Ahmad. Tarjume Syenasi-e Qur'an-e Karim. Tehran: Entesyarat-e Danesygah-e Emam Shadeq, 1392 HS/2013.
- Rahmati, Muhammad Kazim. Tarjume-e Qur'an (Be Zabanha-e Digar). Ensiklopedia Jahan-e Eslam. Vol. 7. Tehran: Bunyad-e Dayirah al-Ma'arif Eslami. Cet. 1, 1382 HS/2003.
- Ramyar, Mahmud. Tarikh-e Qur'an. Tehran: Amir Kabir. Cet. 3, 1369 HS/1990.
- Rasyid Ridha, Muhammad. Tafsīr al-Qur'ān al-Karīm (Tafsīr al-Manār). Mesir, 1366 HS/1987.
- Rezai Isfahani, Muhammad Ali. Manteq-e Tarjume-e Qur'an. Qom: Markaz-e Beinul Melali-e Tarjume Wa Nasyr al-Mushtafa, 1391 HS/2012.
- Sarakhsi, Muhammad bin Ahmad Syamsul A'immah. Kitāb al-Mabsūth. Beirut, 1406 H.
- Suyuthi, Abdurrahman bin Abi Bakr. Al-Itqān Fī 'Ulūm al-Qur'ān. Kairo: Percetakan Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, 1967.
- Syathibi, Ibrahim bin Musa. Al-Muwāfaqāt Fī Ushūl as-Syarī'ah. Beirut, 1411 H.
- Syathir, Muhammad Mushtafa. Al-Qaul as-Sadīd Fī Hukm Tarjumah al-Qur'ān al-Majīd. Kairo, 1355 H.
- Thusi, Muhammad bin Hasan. Kitāb al-Khilāf. Qom, 1407-1417 H.
- Zarqani, Muhammad Abdul Adzhim. Manāhil al-'Irfān Fī 'Ulūm al-Qur'ān. Beirut, 1412 H.