Lompat ke isi

Serangan Wahabi ke Kota Najaf

Prioritas: b, Kualitas: b
Dari wikishia
Serangan Wahabi ke Kota Najaf
WaktuTahun 1216 H-1226 H dan 1340 H
TempatNajaf
TujuanMencapai harta karun makam Imam Syiah, menguasai Irak dan memerangi Syiah
KonsekuensiPembunuhan orang-orang Syiah, Pengepungan Najaf
ReaksiPembunuhan Abdulaziz bin Muhammad (pendiri pemerintahan Wahabi pertama), intensifikasi propaganda ulama Syiah, dan penyebaran Syiah di Irak


Serangan Wahabi ke Kota Najaf (bahasa Arab: هجوم الوهابية على النجف) adalah peristiwa bersejarah yang terjadi pada awal abad ke- 19 dan 20 Masehi (abad 13 dan 14 Hijriyah), berlangsung dalam dua tahap utama. Menurut para peneliti, Wahabi memanfaatkan kelemahan pemerintahan Utsmaniyah dan memulai serangan pertama mereka terhadap makam suci di Irak pada tahun 1801 M/1216 H. Dalam serangan ini, penduduk Najaf, dibawah kepemimpinan ulama terkemuka bernama Syekh Ja'far Kasyif al-Ghita', berhasil bertahan melawan pasukan Wahabi. Setelah satu hari pengepungan dan pertempuran sengit, pasukan Wahabi akhirnya mundur.

Banyak catatan sejarah menunjukkan bahwa Wahabi tetap hadir di wilayah Irak hingga sekitar tahun 1811 M/1226 H, melanjutkan serangan mereka terhadap kota-kota suci seperti Najaf, Karbala, Kufah, serta daerah lainnya di Irak. Serangan-serangan ini menargetkan Najaf, dengan beberapa kali upaya pengepungan. Para ahli sejarah percaya bahwa tujuan utama Wahabi adalah untuk merebut harta benda berharga dari makam-makam imam Syiah dan mendominasi kota penting Baghdad. Selain itu, konflik internal di Najaf serta kelemahan Kekhalifahan Utsmaniyah menjadi faktor penyebab berlanjutnya serangan ini.

Akibat serangan-serangan tersebut, ulama Syiah meningkatkan aktivitas dakwah mereka, dan dukungan finansial kepada makam-makam suci juga semakin meningkat. Pemerintahan Utsmaniyah mencoba meningkatkan keamanan di wilayah tersebut dengan menetapkan suku-kabilah Ahlusunah di sekitar Najaf dan Karbala. Namun, tindakan ini justru membantu penyebaran keyakinan Syiah lebih luas di Irak.

Berdasarkan laporan surat kabar Iran, pada tahun 1921 M/1340 H, kelompok Wahabi pimpinan Faisal bin Dawisy memulai serangan gelombang kedua ke kota Najaf. Namun, serangan ini gagal setelah adanya campur tangan militer Inggris, hal ini dilakukan atas protes pemerintah Irak dan Kementerian Luar Negeri Iran.

Pendahuluan

Peta wilayah yang dikuasai oleh Wahabi pada masa Abdul Aziz dan putranya Saud. Peta ini disusun pada tahun 1811 oleh John Cary (kartografer Inggris, 1754–1835 M). Berdasarkan peta ini, Wahabi pada periode ini tidak hanya menguasai Semenanjung Arab tetapi juga wilayah barat Tigris dan Efrat, dari Teluk Persia hingga utara barat Irak.[1]

Serangan Wahabi terhadap Najaf dimulai pada awal abad ke- 19 Masehi.[2] Peristiwa ini sangat penting karena dampaknya terhadap penyebaran ajaran Syiah di Irak dan penguatan ideologi Wahabi di Semenanjung Arab.[3]

Menurut sejarawan dari Semenanjung Arab, Wahabi berhasil relatif mendapatkan kekuasaan di wilayah Hijaz pada akhir abad ke- 18 M dengan menindas suku-suku lokal dan membentuk pasukan besar yang mencapai 50 ribu orang.[4] Pada tahun 1801 M (1215–1216 H), wabah penyakit menyebar di Baghdad dan beberapa kota di Irak, melemahkan pengaruh Ottoman di wilayah tersebut.[5] Memanfaatkan situasi ini, Saud bin Abdul Aziz (putra pendiri pertama kerajaan Wahabi, 1161–1229 H) [catatan 1] memimpin pasukan untuk menyerang Najaf. Akan tetapi, di tengah perjalanan, mereka bertemu perlawanan dari penduduk Basrah dan kembali ke basis mereka di Nadjd, Arab.[6]

Namun, pada tahun 1216 H, Saud bin Abdul Aziz kembali memimpin serangan ke Irak dan merampas Karbala pada hari Idul Ghadir.[7] Setelah itu, Wahabi melanjutkan serangan mereka ke Najaf dan mengepung kota tersebut.[8] [catatan 2]

Menurut laporan sejarawan, serangan ini berlanjut hingga tahun 1226 H.[10] Tujuan politik Wahabi dari serangan terhadap makam-makam suci adalah untuk mendominasi Baghdad dan seluruh wilayah Irak. Sedangkan tujuan ekonomi mereka adalah untuk merebut harta benda berharga yang diyakini diberikan oleh raja-raja Iran kepada makam-makam imam-imam Syiah.[11]

Selain itu, 120 tahun setelah serangan ini, kelompok lain dari Wahabi pada tahun-tahun 1921 M/1340 H[12] atau 1926 M/1345 H[13] melanjutkan serangan terhadap makam-makam suci.

Peristiwa Serangan Pertama (1216 H)

Sumber sejarah menghubungkan serangan pertama Saud bin Abdul Aziz terhadap makam-makam suci terkait dengan peristiwa penjarahan Karbala pada hari Idul Ghadir tahun 1216 H.[14] Menurut laporan para sejarawan, Ketika penduduk Najaf menyadari kurangnya perlindungan dari pemerintah Utsmani terhadap makam-makam suci, mereka memindahkan harta benda berharga dari Haram Imam Ali as ke Baghdad untuk menghindari penjarahan jika serangan terjadi, seperti yang telah dialami di Haram Nabawi dan Karbala.[15]

Beberapa penduduk berlindung di dalam Haram Imam Ali as, tetapi Syekh Ja'far Kasyif al-Ghitha' (1156–1228 H) mengumpulkan penduduk Najaf untuk mempersiapkan pertahanan. Dia mulai mengumpulkan senjata dan menutup gerbang kota, memperkuat pertahanan dengan batu-batu besar.[16]

Sesuai laporan sejarah, pasukan Wahabi kemudian maju menuju Najaf dan mengepung kota tersebut.[17] Jumlah prajurit Wahabi diperkirakan mencapai antara 12.000 hingga 15.000 orang.[18] Menurut Sejarwan, saat Saud bin Abdul Aziz tiba di belakang tembok Najaf, dia mulai menembaki kota tersebut, menyebabkan lima orang tewas.[19] Menurut beberapa laporan, Wahabi tinggal semalam di luar saat pengepungan Najaf dan keesokan malamnya baru tersebar.[20] Menurut laporan lain, malam itu terjadi pertempuran sengit antara pasukan Wahabi dan penduduk Najaf, yang menyebabkan kematian sekitar 10 orang dari penduduk Najaf[21] dan 700 orang dari pihak penyerang.[22]

Serangan lanjutan ke Najaf hingga 1226 H

Gambaran udara dari Najaf, seratus tahun setelah dimulainya serangan Wahabi ke kota ini. Dalam gambar ini, dinding-dinding kota ini dapat terlihat.

Ensiklopedia Iranica membagi gelombang pertama serangan terhadap Najaf menjadi tiga tahap. Tahap pertama, Wahabi menyerang Najaf pada tahun 1801 M/1216 H dan melakukan pengepungan selama lebih dari satu tahun. Tahap kedua, terjadi pada tahun 1806 M/1220 H atau 1221 H, dan tahap ketiga terjadi pada tahun 1810 M/1225 H.[23] Namun, sumber-sumber dan catatan yang tersisa menyebutkan peristiwa setelah serangan 1216 H terhadap Najaf terjadi pada tahun-tahun 1218 H,[24] 1221 H,[25] 1223 H,[26] dan 1225 H.[27]

Berdasarkan catatan Sayid Muhammad Jawad Husaini Amili, [catatan 3] dalam bukunya "Miftah al-Karamah", dia mencatat bahwa pasukan Wahabi pada malam kesembilan bulan Safar 1221 H, sekitar satu jam sebelum fajar, melakukan serangan mendadak terhadap Najaf dan beberapa pasukan mereka berhasil naik ke atas tembok kota. Dia menganggap kota tidak direbut pada tanggal tersebut sebagai "salah satu mukjizat besar Imam Ali as."[29]

Berdasarkan laporan lain, pada tahun 1223 H, Wahabi kembali menyerang Najaf; namun, melihat persiapan pertahanan yang kuat dari penduduk kota tersebut, mereka bergerak ke arah Kufah dan kemudian menuju Karbala.[30] Husaini Amili menulis pada tanggal 9 Ramadan tahun 1225 H bahwa Wahabi telah mengepung Najaf Asyraf dan Haram Imam Husain as, menutup jalur-jalur, dan membunuh 150 orang dari penduduk Najaf yang pergi ke Karbala pada momen Nisfu Syakban saat kembali ke Najaf. Wahabi juga memotong leher sejumlah peziarah di Hillah dan Hasakah pada bulan Ramadhan ditahun tersebut. Menurut laporannya, Wahabi menguasai wilayah dari Kufah hingga dua farsakh dari Karbala.[31] Di tengah peristiwa ini, ada laporan serangan terhadap kota Samara dan Zubair juga.[32]

Penyebab Berulangnya Serangan

Diketahui bahwa Wahabi mendirikan basis di sebuah tempat bernama "Rahbah" (dekat Najaf), di mana mereka membunuh siapa pun yang ditemui dan melemparkan kepala korban ke dalam tembok Najaf.[33] Selain itu, konflik antar suku di Irak, perbedaan pendapat antara gubernur lama dan baru Baghdad,[34] serta persaingan antar kelompok di kota seperti Najaf untuk menguasai kendali atas kota tersebut, juga menjadi penyebab berlanjutnya serangan Wahabi.[35]

Akhir dari Gelombang Pertama Serangan

Menurut catatan sejarawan, serangan Wahabi berlangsung hingga tahun 1225 H.[36] Namun, karena persiapan pertahanan yang kuat di kota-kota Irak, pasukan Wahabi akhirnya kembali ke Nadjd.[37] Pada akhir tahun 1809 M/1224 H, gubernur Utsmani di Baghdad membentuk pasukan dari suku-suku Irak untuk melawan Wahabi. Wahabi melarikan diri ke gurun pasir dan tidak berhasil dalam serangan-serangan berikutnya. Dengan demikian, tekanan Wahabi terhadap Irak berakhir pada tahun 1810 M/1225 H.[38] Menurut laporan lain, Fath Ali Shah Qajar meminta Gubernur Baghdad untuk menghadapi serangan-serangan ini. Meskipun Gubernur Baghdad menyetujui permintaan ini, ia segera meninggal. Kemudian, Fath Ali Shah mengajukan permintaan yang sama kepada Gubernur Utsmani di Mesir, yang kemudian menyerang kaum Wahhabi dan berhasil memukul mundur mereka.[39]

Namun, menurut Husaini Amili dalam laporan terakhirnya (tanggal 17 Jumadil Awwal 1226 H/1811 M), serangan Wahabi masih berlangsung, dengan Najaf tetap dalam kondisi di kepung.[40]

Dampak Gelombang Pertama Serangan terhadap Syiah dan Wahabi

Para ahli sejarah menyatakan bahwa serangan Wahabi ke Karbala dan Najaf pada awal abad ke- 19 M mendorong ulama di kedua kota tersebut untuk meningkatkan aktivitas dakwah mereka guna memperluas jumlah pengikut Syiah di Irak.[41] Serangan ini juga meningkatkan dukungan finansial dari komunitas Syiah kepada 'Atabat 'Aliyat. Contohnya, pembangunan kanal Hindiyyah Najaf pada tahun 1803 M/1218 H, yang dibayarkan oleh keluarga kerajaan Awadh, memberikan sumber air permanen bagi kota tersebut dan secara signifikan meningkatkan populasi Najaf.[42]

Pada dekade setelah serangan ini, Utsmani mencoba meningkatkan keamanan di wilayah tersebut dengan menetapkan suku-suku Sunni di Irak dan mendorong mereka beralih dari nomaden menjadi petani.[43] Menurut para sejarawan, pemukiman suku-suku ini di sekitar Najaf dan Karbala, serta interaksi mereka dengan pusat-pusat Syiah, secara efektif memperluas pengaruh Syiah di Irak.[44]

Serangan ini juga membuat Wahabi menyadari kelemahan Kekhalifahan Utsmani. Akibatnya, mereka memperluas upaya untuk menguasai Hijaz dengan semangat yang lebih besar.[45] Konflik ini juga memperburuk hubungan antara Utsmani dan Wahabi, meningkatkan perlawanan terhadap mereka, menyebabkan kematian Abdul Aziz (ayah Saud), dan akhirnya mengakhiri periode pertama pemerintahan Wahabi pada tahun 1233 H.[46]

Serangan Gelombang Kedua (1921 M/1340 H)

Kelompok pasukan semi-militer Ikhwan pada awal abad dua puluh Masehi

Berdasarkan berita surat kabar Iran pada tahun 1921 M/1340 H, kelompok Wahabi pimpinan Faisal bin Duwaisy (pemimpin militer kaum Salafi Ikhwan di Arab Saudi, 1882–1931 M), setelah beberapa konflik di wilayah Irak, sedang menuju Kota Najaf untuk menghancurkan Haram Imam Ali as.[47] Saat itu, jarak mereka dengan Najaf sekitar 11 Farsakh,[48] dan suara ledakan meriam sudah terdengar di kota tersebut.[49] Ulama dari Karbala kemudian bergerak ke arah Najaf[50] dan Inggris memprotes Pemerintah Arab Saudi, di mana Abdul Aziz bin Saud kemudian menyatakan permintaan maaf atas serangan Wahabi.[51] Surat kabar Iran pada tanggal 21 April tahun tersebut melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri Iran berkomunikasi dengan London dan Baghdad, dan pasukan Inggris yang ditempatkan di Irak mengambil tindakan untuk mencegah serangan Wahabi terhadap Najaf, sehingga masalah ini berakhir.[52]

Dalam sumber lain, serangan Ibnu Duwaisy ke kota-kota Irak dikaitkan dengan tahun-tahun 1926 M/1345 H dan 1927 M/1346 H.[53] Mungkin ini adalah serangan tambahan yang dilakukan olehnya. Otoritas Irak memperingatkan Pemerintah Inggris bahwa jika tidak ada tindakan, mereka akan melakukan pemberontakan bersenjata.[54] Akhirnya, pada bulan Ramadan tahun 1928 M/1346 H, Inggris menggunakan pesawat udara dan pasukan Angkatan Darat Irak untuk menyerang Wahabi dan memaksa mereka mundur.[55]

Catatan

  1. Jangan disalah artikan dengan Saud bin Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud (Saud ke-4, pendiri kerajaan Arab Saudi, 1902 M–1969 M).
  2. Beberapa versi sejarah menyebutkan detail yang berbeda mengenai insiden ini. Misalnya, I'timad al-Saltanah dalam catatan harian pribadinya menyebutkan bahwa insiden ini terjadi satu tahun setelah pembantaian di Karbala, yaitu pada tahun 1217 H.[9] Sementara itu, Sepher dalam Nasikh al-Tawarikh menyebutkan bahwa serangan ke Najaf terjadi sebelum serangan ke Karbala.
  3. Dari beberapa catatan Sayid Muhammad Jawad Husaini Amili dalam buku "Miftah al-Karamah", tampak bahwa pada saat pengepungan dia berada di Najaf, dan laporannya tentang peristiwa ini termasuk dalam laporan langsung dari insiden tersebut.[28]

Catatan Kaki

  1. Peta Arabia, Mesir, dan Abyssinia tahun 1811; geographicus.
  2. Bassworth, "Silsileha-e Islami-e Jadid", 1381 SH, hlm. 232; Ameli, "Miftah al-Karamah", 1419, jld. 17, hlm. 188.
  3. Nakash, The Shi'is of Iraq, hlm. 28–36.
  4. Vassiliev, Sejarah Arab Saudi, hlm. 80.
  5. Al-Tai, Al-Wahabiyyun Khawarij am Sunnah, 1426 H, hlm. 244.
  6. Al-Mahbubah, Madi al-Najaf wa Hadirha, 1406 H, jld. 1, hlm. 326.
  7. Thame, Turath Karbala, 1393 SH, hlm. 116.
  8. Sepher, Nasikh al-Tawarikh, 1353 SH, jld. 1, hlm. 119.
  9. Firmayaniyan, Farq al-Tasannun, 1386 SH, hlm. 642.
  10. Ameli, Miftah al-Karamah, 1419, jld. 22, hlm. 263.
  11. Muhammad Hosseini, "Laporan Pertama Barat tentang Penyerbuan Al Saud dan Wahabi ke Karbala (1216 H)," hlm. 74.
  12. Kalender Sejarah Kontemporer Iran, 1385 SH, jld. 2, hlm. 85; Kalender Sejarah Kontemporer Iran, 1385 SH, jld. 2, hlm. 108.
  13. Amin, Sejarah, Kritik, dan Tinjauan Keyakinan serta Tindakan Wahabi, 1390 SH, hlm. 75.
  14. Tha'me, "Turats Karbala", 1393 HS, hlm. 116.
  15. Al-Tha'i, "Al-Wahabiyyun Khawarij am Sunnah", 1426 H, hlm. 244.
  16. Baraqi, "Hamle-e Wahabiha be Najaf", hlm. 123.
  17. Sepher, "Nasikh al-Tawarikh", 1353 HS, jld. 1, hlm. 119.
  18. Sepher, "Nasikh al-Tawarikh", 1353 HS, jld. 1, hlm. 119; "Bunyanghuzaran Aqaid-e Wahabiyat: Hamle Wahabiha be Najaf Asyraf", hlm. 50.
  19. Al-Mahbubah, "Madhi al-Najaf wa Hadiruha", 1406 H, jld. 1, hlm. 325.
  20. "Bunyanghuzaran Aqaid-e Wahabiyat: Hamle-e Wahabiha be Najaf Asyraf", hlm. 50.
  21. Baraqi, "Hamle-e Wahabiha be Najaf", hlm. 124.
  22. Sepher, "Nasikh al-Tawarikh", 1353 HS, jld. 1, hlm. 119.
  23. Najaf, Iranica.
  24. Bassworts, "Selseleha-e Islami Jadid", 1381 HS, hlm. 232.
  25. Amili, "Miftah al-Karamah", 1419, jld. 17, hlm. 188.
  26. Baraqi, "Hamle-e Wahabiha be Najaf", hlm. 125.
  27. Husaini Amili, "Miftah al-Karamah", 1419 H, jld. 21, hlm. 409.
  28. Husaini Amili, "Miftah al-Karamah", 1419 H, jld. 21, hlm. 409; jld. 17, hlm. 188.
  29. Amili, "Miftah al-Karamah", 1419, jld. 17, hlm. 188.
  30. Baraqi, "Hamle-e Wahabiha be Najaf", hlm. 125.
  31. Amili, "Miftah al-Karamah", 1419, jld. 21, hlm. 409.
  32. Vassiliev, "The History of Saudi Arabia", hlm. 81.
  33. "Bunyanghuzaran Aqaid-e Wahabiyat: Hamle-e Wahabiha be Najaf Asyraf", hlm. 51.
  34. Amili, "Miftah al-Karamah", 1419, jld. 21, hlm. 409.
  35. Najaf, Iranica.
  36. "Bunyanghuzaran Aqaid-e Wahabiyat: Siri dar Tarikh Wahabiyan", hlm. 591.
  37. Sepher, "Nasikh al-Tawarikh", 1353 HS, jld. 1, hlm. 119.
  38. Vassiliev, "The History of Saudi Arabia", hlm. 81.
  39. "BunyanGhuzaran Aqaid-e Wahabiyat: Siri dar Tarikh Wahabiyan", hlm. 58-59.
  40. Amili, "Miftah al-Karamah", 1419, jld. 22, hlm. 263.
  41. Nakash, "The Shi'is of Iraq", hlm. 28.
  42. Najaf, Iranica.
  43. Nakash, "The Shi'is of Iraq", hlm. 27–28.
  44. Nakash, "The Shi'is of Iraq", hlm. 31–36.
  45. Muhammad Husaini, "Nukhustin Ghuzarisyha-e Gharbiyan az Yurisy Al Su'ud wa Wahabiyan be Karbala", hlm. 82.
  46. Bassworth, "Selseleha-e Islami Jadid", 1381 HS, hlm. 232.
  47. "Ruz Syumar Tarikh Mu'ashir-e Iran", 1385 HS, jld. 2, hlm. 85.
  48. "Ruz Syumar Tarikh Mu'ashir-e Iran", 1385 HS, jld. 2, hlm. 85; "Ruz Syumar Tarikh Mu'ashir-e Iran", 1385 HS, jld. 2, hlm. 108.
  49. "Ruz Syumar Tarikh Mu'ashir-e Iran", 1385 HS, jld. 2, hlm. 108.
  50. "Ruz Syumar Tarikh Mu'ashir-e Iran", 1385 HS, jld. 2, hlm. 85.
  51. "Ruz Syumar Tarikh Mu'ashir-e Iran", 1385 SH, jilid 2, hal. 90.
  52. "Ruz Syumar Tarikh Mu'ashir-e Iran", 1385 H, jld. 2, hlm. 108.
  53. Amin, "Tarikhche, Naqd wa Barresi Aqaid wa A'mal-e Wahabiha", 1390 HS, hlm. 75.
  54. Amin, "Tarikhche, Naqd wa Barresi Aqaid wa A'mal-e Wahabiha", 1390 HS, hlm. 75.
  55. Sajadi, "Al Saud", Dairah al-Ma'arif Buzugh-e Islam.

Daftar Pusataka

  • Al-Mahbubah, Ja'far bin Baqir. "Madhi al-Najaf wa Hadiruha" Beirut: Dar al-Adhwa', 1406 H/1986 M.
  • Amin, Muhsin. "Tarikhche, Naqd va Barrasi Aqa'id va A'mal-e Wahhabiha". Teheran: Amir Kabir, 1390 HS.
  • Bassworth, Clifford Edmund. "Selseleha-e Islami Jadid: Rahnama-e Ghahsyumari va TabarSyenasi". diterjemahkan oleh Faridun Badre'i. Teheran: Markaz Bazsyenasi-e Islam va Iran, 1381 HS.
  • Baraqi, Sayid Husain; Kermani, Mahdi. "Hamle-e Wahabiha be Najaf", Farhang-e Ziyarat, Edisi 5, Musim Dingin 1389 HS.
  • "Bunyanghuzaran-e Aqa'id-e Wahabiyat/Siri-e dar Tarikh Wahabiyan". Darsha-yi az Maktab-e Islami, Tahun 39, Nomor 8, Bulan Aban 1378 HS.
  • "Bunyanghuzaran-e Aqa'id Wahabiyat: Hamle-e Wahabiha be Najaf Asyraf", Darsha-yi az Maktab-e Islam, Tahun 39, Nomor 9, Bulan Azar 1378 HS.
  • Husaini Amili, Muhammad Jawad bin Muhammad. "Miftah al-Karamah fi Syarh Qawaid al-'Allamah". Qom: Muassasah al-Nasyr al-Islami, 1419 H.
  • Sepher, Muhammad Taqi bin Muhammad Ali. "Nasikh al-Tawarikh". Teheran: Islamiyah, 1353 HS.
  • Sajjadi. "Al Saud". Dairah al-Ma'arif Buzurgh-e Islam". Teheran: Markaz Dairah al-Ma'arif Buzurgh-e Islam, 1374 HS.
  • Tha'i, Najah. "Al-Wahhabiyyun Khawarij am Sunnah". Tanpa Lokasi: Dar al-Mizan, 1426 H/2005 M.
  • Tha'me, Salman Hadi. "Turath Karbala". Teheran: Masy'ar, cetakan Pertama, 1393 HS.
  • Farahani, Hasan; Behbudi, Hidayatullah. "Ruz Syumar-e Tarikh-e Muashir-e Iran". Teheran: Muasasah Muthale'at va Pazuhesyha-e Siyasi, 1385 HS.
  • Farmanian, Mahdi. "Firqah Tasannun". Qom: Nashr Adyan, 1386 HS.
  • Muhammad Husaini, Kamran. "Nukhustin Ghuzarisyha-e Gharbiyan az Yurusy Al Sa'ud va Wahabiyan be Karbala (1216 H)". Miqaat Hajj, Edisi 110, 1398 HS.
  • "Najaf", Iranica.
  • Vassiliev, Alexei. "The History of Saudi Arabia". Saqi, 2013.
  • Nakash, Yitzhak. "The Shi'is of Iraq Paperback" AS: Princeton University Press, 2003 M.