'Alaihissalam

Prioritas: c, Kualitas: b
tanpa navbox
Dari wikishia

'Alaihissalam (bahasa Arab: عَلَیهِ‌ السَّلام) adalah ucapan doa dan ungkapan penghormatan yang artinya salam atasnya. Ungkapan ini biasanya disebutkan setelah penyebutan nama imam Maksum as, para nabi, dan sebagian dari keturunan Nabi Muhammad saw serta sebagian dari kalangan malaikat.

Dalil dari diperbolehkannya mengirimkan salam kepada para imam dan kaum mukminin adalah surah Al-Baqarah ayat 157, Al-Ahzab ayat 43 dan Al-An'am ayat 54. Dari kumpulan ayat ini disebutkan salam dan salawat dikirimkan untuk seluruh orang-orang yang beriman. Syahid Tsani merekomendasikan penulisan 'alaihissalam setelah penulisan nama imam sebagai adab dan etika penulisan karya-karya ilmiah keilmuan Islam.

Ahlusunah setelah penyebutan nama-nama imam Syiah mereka menuliskan رَضِی اَللهُ عَنْه yang artinya semoga Allah meridhainya. Namun secara khusus untuk Imam Ali as mereka juga menuliskan 'alaihissalam yang mana tidak digunakan untuk khalifah selainnya. Sementara itu, Ibnu Katsir salah satu murid Ibnu Taimiyah meyakini bahwa mengkhususkan doa 'alaihissalam untuk Imam Ali as dan tidak menyebutkannya untuk khalifah yang lain adalah sesuatu yang tidak sepantasnya dilakukan.

Umat Islam Syiah sebagai bentuk pemuliaan dan penghormataan kepada sebagian perempuan Ahlulbait as seperti Sayidah Fatimah, Zainab dan Khadijah penyebutan 'alaihissalam diganti dengan سَلامُ‌ اللهْ‌ عَلَیها (salamullah 'alaiha) dan secara khusus untuk Nabi Muhammad saw digunakan kalimat صَلَّی اللهُ عَلَیهِ وَ آلِه, salam Allah atasnya dan atas keluarganya.

Kalimat 'alaihissalam dalam penulisannya biasa disingkat as dan salamullah 'alaiha disingkat dengan sa.

Penggunaan dan Kalimat Serupa

'Alaihissalam adalah kalimat yang merupakan doa yang artinya salam atau keselamatan untuknya, yang diucapkan atau dituliskan setelah penyebutan dan penulisan nama Imam, para nabi[1] dan sebagian dari keturunan Nabi yang memiliki kedudukan khusus dan istimewa seperi Sayid Abul Fadhl Abbas[2], Ali Akbar as[3] dan Ali Asghar[4] dan juga sebagian dari malaikat seperi malaikat Jibril[5].

Sewaktu dua orang imam atau nabi yang nama-namanya disebut bersamaan maka yang digunakan adalah عَلَیهِمَا السَّلام؛, salam atas keduanya,[6] dan jika lebih dari dua orang maka kalimat yang digunakan adalah عَلَیهِمُ‌ السَّلام salam atas mereka.[7] Umat Islam Syiah setelah penyebutan nama para imam as selain 'alaihissalam, juga menggunakan kalimat lain yang memiliki makna yang sama seperti salamullah 'alaihi, salawatullah 'alaihi,[8], ‘alaihishshalatu wassalam[9] dan juga menggunakan kalimat عَلَیهِ اَفْضَلُ الصَّلاةِ وَ السَّلام sebaik-baiknya salawat dan salam atasnya, dan سَلامُ الله عَلَیهِ آلافُ التَّحِیةِ وَ الثَّنا ribuan salam dan shalawat semoga dilimpahkan atasnya.

Setelah penyebutan nama istri-istri dan anak-anak perempuan Ahlulbait as[10] seperti Sayidah Fatimah sa[11], Zainab sa[12], Ma'shumah sa[13] dan setelah nama Khadijah istri Nabi[14], Maryam ibu Nabi Isa as[15] dan Asiyah istri Fir'aun[16] menggunakan kalimat salamullah 'alaiha atau 'alaihassalam. Khusus Nabi Muhammad saw menggunakan kalimat صَلَّی اللهُ عَلَیهِ وَ آلِه salam Allah atasnya dan keluarganya sebagai pengganti penguaan 'alaihissalam.[17]

Ahlusunah juga sebagai bentuk penghormatan kepada pada nabi[18] dan sebagian dari malaikat[19] menggunakan kalimat 'alaihissalam. Namun untuk para imam Syiah penyebutan yang digunakan adalah رَضِی اَللهُ عَنْه sebagaimana juga digunakan untuk sahabat-sahabat Nabi yang artinya semoga Allah meridhainya.[20][catatan 1] Khusus untuk Imam Ali as selain menggunakan radhiallahu 'anhu mereka juga menggunakan karramallahu wajhahu (semoga Allah swt memuliakan wajahnya).[21] Pada sebagian kitab Ahlusunah ditemukan penggunaan 'alaihissalam setelah penyebutan nama Imam Ali as.[22] Ibnu Katsir seorang sejarawan dan mufassir Ahlusunah[23] dan Muhammad Shalih al-Munajjadi, salah seorang ulama Salafi[24] berpendapat penulisan 'alaihissalam setelah penulisan nama Imam Ali as dalam kitab-kitab Ahlusunah ditulis oleh penulis ulang kitab bukan oleh penulis aslinya.

Setelah nama Nabi Muhammad saw Ahlusunah terkadang menggunakan kalimat[25] صَلَّی اللهُ عَلَیهِ و سَلَّم, atau صَلَّی اللهُ عَلَیهِ و آله و سلم[26] dan kadang juga cukup dengan[27] علیه‌ السلام.

Sesuai dengan naskah asli kitab al-Irsyad yang ditulis tangan pada tahun 566 H, untuk para Maksumin as ditulis 'alaihissalam.[28]

Hukum dan Falsafah

Syahid Tsani, seorang fakih Syiah abad 10 H dalam etika dan adab menulis karya-karya ilmiah ilmu keislaman mempersyaratkan penulisan 'alahissalam setelah menuliska nama para imam.[29]. Menurut Fakhrul Muhaqqiqin, seorang fakih Syiah abad 8 H menyebutkan para ulama Syiah membolehkan mengirimkan salam dan salawat untuk semua orang-orang mukmin.[30] Namun menurutnya, sebaiknya dan yang lebih sesuai dengan adab adalah pengiriman salam hanya dikhususkan untuk Nabi saw dan para imam as dan tidak digunakan untuk orang-orang mukmin lainnya.[31]

Berbeda dengan Ibnu Katsir, salah satu murid Ibnu Taimiyah[32] dan Abdul Aziz bin Baz seorang mufti Wahabi[33] memberikan pengkhususan lafaz 'alaihissalam untuk Imam Ali as dan tidak memberikan ucapan ini untuk khalifah yang lain (sebagaimana yang ditulis dalam sebagian kitab Ahlusunah) adalah sesuatu yang tidak semestinya dilakukan.

Surah At-Taubah ayat 103[34], surah Al-Baqarah ayat 157, surah Al-Ahzab ayat 43 dan surah Al-An'am ayat 54, juga bisa digunakan sebagai dalil untuk membolehkan pengiriman salam kepada para imam as. Yang mana ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah swt memerintahkan untuk mengirim salam kepada orang-orang beriman.[35]. Demikian pula pada ayat[36] سَلَامٌ عَلیٰ اِلْ یاسِینَ berdasarkan kitab-kitab tafsir[37] dan riwayat-riwayat yang ada[38] yang dimaksud dengan Ali Yasin adalah keluarga Nabi Muhammad saw sehingga juga ayat ini dapat dijadikan dalil.[39]

Mengenai penganjuran mengirimkan salam untuk para nabi, para ulama bersandar pada ayat-ayat Alquran yang menuliskan penyebutan salam untuk para nabi secara umum[40] dan untuk sebagian nabi yang namanya dituliskan dalam Al-Qur’an[41]. Namun dalam sebuah riwayat dalam kitab al-Amālī Syeikh Shaduq[42] dan kitab Amali Syekh Thusi[43] dianjurkan setelah penyebutan salah satu nama nabi lebih dulu mengirimkan salam untuk Nabi Muhammad saw baru kemudian mengirimkan salam untuk nabi tersebut. Dalam riwayat yang mirip dengan itu, dalam kitab Wasail al-Syi'ah dianjurkan untuk lebih dulu mengirimkan salam untuk Nabi Muhammad saw dan keluarganya, baru kemudian mengirimkan salawat untuk nabi yang lain.[44] Sebagian dari ulama Syiah setelah penyebutan nama para nabi menggunakan lafaz عَلیٰ نَبِیِّنَا وَ آلِهِ وَ علیه‌ السلام yang artinya salam untuk nabi kita dan keluarganya dan untuk nabi (yang kemudian disebutkan namanya).[45]

Metode Penyingkatan

Lafaz 'alahissalam dan salamullah ‘alaiha secara singkatnya ditulis dengan cara as dan sa.[46] Namun sebagian berpendapat penulisan dengan cara disingkat adalah sebuah kesalahan dan bentuk ketidakhormatan kepada Ahlulbait as.[47]

catatan

  1. Menurut Adib Darreh Shufi, sorang ulama Syi'ah abad ke-13, umat Islam Syi'ah menggunakan ungkapan رَضِی اَللهُ عَنْه untuk yang tidak maksum (Nidzam A'raj, Syarh-e Nidzam, Dar al-Hujjah li al-Tsaqafah, Referensi, hlm. 25.

Catatan Kaki

  1. Dehkhuda, Lughat Name-e Dehkhuda, dibawah kata 'Alaih as-Salām.
  2. Lihat Muhammadi Rey Syahri, Dānesy Nāme-e Amīru al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān, jld. 1, hlm. 185; Mudarrisi & Syusytari Zade, Hazrat-e 'Ali Akbar (AS), hlm. 8.
  3. Lihat Muhammad Rey Sayhri, Guzīde-e Syahādat-e Emām Husein (AS), hlm. 55; Mudarrisi & Syusytari Zade, Hazrat-e 'Ali Akbar, hlm. 8.
  4. Lihat Muhammad Rey Sayhri, Guzīde-e Syahādat-e Emām Husein (AS); Zhahiri, Qashash al-Husain (AS), jld. 1, hlm. 181.
  5. Lihat Muhammad Rey Syahri, Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān, jld. 1, hlm. 130; Mudarrisi & Syusytari Zade, Hazrat-e 'Ali Akbar, hlm. 6.
  6. Anuri, Farhangge Bozorgh-e Sukhan, dibawah kata 'Alaihima as-Salām.
  7. Anuri, ''Farhangge Bozorgh-e Sukhan, dibawah kata 'Alaihim as-Salām.
  8. Nidzham A'raj, Syarh an-Nidzām, hlm. 25.
  9. Anuri, ''Farhangge Bozorgh-e Sukhan, dibawah kata 'Alaihi as-Salawāt wa as-Salām.
  10. Farhangge Bozorgh-e Sukhan, dibawah kata salām Allah 'alaihā.
  11. Lihat Makarim Shirazi, Tafsīr-r Nemune, jld. 11, hlm. 88; Rey Syahri, Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān, jld. 1, hlm. 185.
  12. Lihat Shafi Gulpaighani, Husein (AS) Syahīd-e Agāh wa Rahbar-e Nejāt Bakhsy-e Eslām, hlm. 451; Rey Syahri, Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān, jld. 1, hlm. 166.
  13. Lihat Shafi Gulpaigani, Selsele-e Mabāhes-e Emāmat wa Mahdawiyyat, jld. 2, hlm. 278; Fazeli Muwahhidi Lankarani, Ayin-e Keifari-e Eslām, jld. 1, hlm. 516.
  14. Lihat Rey Syahri, Danesy Nāme-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān, jld. 1, hlm. 223; Shafi Gulpaighani, Asyi'ah min 'Adzhmah al-Imām al-Husain, hlm. 105.
  15. Lihat Rey Syahri, Danesy Name-e Amīr al-Mukminīn (AS) Bar Paye-e Qurān, jld. 7, hlm. 394; Shafi Gulpaigani, Selsele-e Mabāhes-e Emāmat wa Mahdawiyyat, jld. 4, hlm. 190.
  16. Lihat Hasyimi Rafsanjani, Farhangg-e Qurān, jld. 16, hlm. 247; Madzhahiri, Akhlāqiyyāt al-'Alāqah az-Zaujiyyah, hlm. 240.
  17. Dehkhuda, Lughat Name-e Dehkhuda, dibawah kata Shallā Allāh 'Alaihi wa Alihi.
  18. Lihat Zamakhsyari, al-Kassyaf, jld. 1, hlm. 61 & 129; Fakhrurrazi, Tafsir al-Kabīr, jld. 1, hlm. 136.
  19. Lihat Zamakhsyari, al-Kassyaf, jld. 1, hlm. 350; Fakhrurrazi, Tafsir al-Kabīr, jld. 1, hlm. 83 & jld. 22, hlm. 171.
  20. Abu Manshur al-Azhari al-Harawi, az-Zāhir fī Gharīb Alfādz as-Syāfi'ī, hlm. 93; Suyuthi, ad-Durr al-Mantsūr, jld. 4, hlm. 524; Sirhindi, Risālah Radd ar-Rawāfidh, hlm. 4.
  21. Ibn Katsir, Tafsīr Ibn Katsīr, jld. 3, hlm. 524; Ibn Hajar al-Haitami, al-Fatāwā al-Hadītsiyyah, jld. 1, hlm. 41.
  22. Lihat Mujahid bin Jabr, Tafsīr Mujāhid, hlm. 684; Tsa'labi, Tafsīr ats-Tsa'labī, jld. 1, hlm. 136.
  23. Ibn Katsir, Tafsīr al-Qurān al-'Adzhīm, jld. 6, hlm. 478.
  24. Al-Munajjad, Mauqi' al-Islām Su'āl wa Jawāb, jld. 9, hlm. 101.
  25. Lihat Tsa'labi, Tafsīr ats-Tsa'labī, jld. 8, hlm. 116; Ibn Juzayy al-Kalbi, at-Tashīl li 'Ulūm at-Tanzīl, jld. 2, hlm. 467.
  26. Lihat Tsa'labi, Tafsīr ats-Tsa'labī, jld. 8, hlm. 116; Ibn Juzayy al-Kalbi, at-Tashīl li 'Ulūm at-Tanzīl, jld. 2, hlm. 467.
  27. Lihat Zamakhsyari, al-Kassyāf, jld1, hlm. 2' Fakhrurrazi, Tafsir al-Kabīr, jld. 1, hlm. 175.
  28. Syekh Mufid, al-Irsyād, jld. 1, hlm. 15.
  29. Syahid Tsani, Munyah al-Murīd, hlm. 346 & 347.
  30. Fakhrul Muhaqqiqin, Idāh al-Fawā'id, jld. 1, hlm. 528.
  31. Fakhrul Muhaqqiqin, Idāh al-Fawā'id, jld. 1, hlm. 528.
  32. Ibn Katsir, Tafsīr al-Qurān al-'Adzhīm, jld. 6, hlm. 478.
  33. Bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah, Majmū' Fatāwā wa Maqālāt Mutanawwi'ah, jld. 6, hlm. 399.
  34. Fakhrul Muhaqqiqin, Idāh al-Fawā'id, jld. 1, hlm. 528.
  35. Sanei, Pasukh be Syubahāt Dar Syabha-e Pesyawar, hlm. 33.
  36. QS. Ash-Shaffat:130.
  37. Lihat Muqatil Bin Sulaiman, Tafsīr Muqātil Bin Sulaiman, jld. 3, hlm. 618; Tabarsi, Majma' al-Bayān, jld. 8, hlm. 714.
  38. Kufi, Tafsīr Furāt Kūfī, hlm. 356; Shaduq, al-Āmālī, hlm. 472.
  39. Sanei, Pasukh be Syubahāt Dar Syabha-e Pesyawar, hlm. 33.
  40. QS. Ash-Shaffat:181.
  41. Lihat QS. Ash-Shaffat:79 & 109.
  42. Shaduq, al-Āmālī, hlm. 380.
  43. Thusi, Āmālī, hlm. 424.
  44. Hurr Amili, Wasā'il as-Syī'ah, jld. 7, hlm. 208.
  45. Lihat Shafi Gulpaigani, Muntakhab al-Atsar fī al-Imām ats-Tsānī 'Asyar (AS), jld. 2, hlm. 356; Esytehardi, Haqīqat-e Mu'jeze az Anbiyā' wa A'emme (AS), jld. 1, hlm. 75.
  46. Subhani Tabrizi, Ayin-e Wahhābiyyat, hlm. 274; Mazaheri, Mazhar-e Haq, hlm. 46.
  47. Kazemi, Dalīl-e Estefād-e az Alāyem-e Ekhteshāri Baraye Ta'zīm wa Takrīm-e Emāmān, Site Khabar Online (https://www.khabaronline.ir/news/270266/%D8%AF%D9%84%DB%8C%D9%84-%D8%A7%D8%B3%D8%AA%D9%81%D8%A7%D8%AF%D9%87-%D8%A7%D8%B2-%D8%B9%D9%84%D8%A7%DB%8C%D9%85-%D8%A7%D8%AE%D8%AA%D8%B5%D8%A7%D8%B1%DB%8C-%D8%A8%D8%B1%D8%A7%DB%8C-%D8%AA%D8%B9%D8%B8%DB%8C%D9%85-%D9%88-%D8%AA%DA%A9%D8%B1%DB%8C%D9%85-%D8%A7%D9%85%D8%A7%D9%85%D8%A7%D9%86), diakses tanggal 19 April 2022.

Daftar Pustaka

  • Abu Mansur Azhari Harawi, Abu Mansur Muhammad bin Ahmad. Al-Zāhir fī Gharīb Alfādz as-Syāfi'ī. Riset Mas'ad Abdul Hamid Al-Sa'dani. Dar ath-Thala'i'. Dipublikasikan di as-Syamilah tanggal 9 Dzulhijjah, 1431 H.
  • Al-Munajjid, Muhammad Salih. Mauqi' al-Islām Su'āl wa Jawāb. Dipublikasikan di as-Syamilah tanggal 8 Dzulhijjah, 1431 H. Disalin dari internet pada 1430 H.
  • Anuri, Hasan, Farhangg-e Buzurg-e Sukhan. Teheran: Sukhan, 1381 HS/2002.
  • Bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah. Majmū' al-Fatāwā wa Maqālāt. Riset & Pengawas Muhammad bin Sa'ad al-Syuwai'ir. Ri'asah Idarah al-Buhuts al-'Ilmiyyah wa al-Ifta' bi al-Mamlakah al-'Arabiyyah as-Su'udiyyah. Dipublikasikan di as-Syamilah tanggal 8 Dzulhijjah, 1431 H.
  • Dehkhuda, Ali Akbar & Tim. Lughat Nameh. Teheran: Daneshgah-e Teheran, 1390 HS/2011.
  • Dzhahiri, Ali Asghar. Qashash al-Husain. Qom: Payam-e Hujjat, 1386 HS/2007.
  • Esyhtahardi, Ali Panah. Haqīqat-e Mu'jeze az Anbiyā wa A'emme (AS). Qom: Nasyr-e Za'er, 1389 HS/2010.
  • Fadhil Muwahhidi Lankarani, Muhammad. Ayin-e Keifari-e Eslām: Syarh-e Farsi Tahrīr al-Wasīlah (Hudūd). Qom: Markaz-e Feqhi-e A'emme-e Athar (AS), 1390 HS/2011.
  • Fakhrul Muhaqqiqin, Muhammad bin Hasan. Īdāh al-Fawā'id fī Syarh Isykālāt al-Qawā'id. Editor Ali Panah. Esytehardi & Tim. Bimbingan Muhammad Husain Kusyan. Qom: Ismailiyan, 1387 HS/2008.
  • Fakhrurrazi. At-Tafsīr al-Kabīr. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-'Arabi, 1420 H.
  • Farahzad, Habibullah. Aya dar Newsyteha Newesytan-e (ص) be Jaye (صلی الله علیه و اله) Sahīh Ast. Site IQNA, diakses tanggal 19 April 2022.
  • Hasyimi Rafsanjani, Akbar dan Tim Markaz-e Farhangg wa Ma'aref-e Quran. Farhangg-e Qurān: Kelid-e Erhābi be Mauzū'āt wa Mafāhīm-e Qurān-e Karīm. Qom: Bustan-e Ketab, 1385 HS/2006.
  • Hurr Amili, Muhammad bin Hassan. Wasā'il as-Syī'ah. Riset & editor Muassasah Āl al-Bait (AS). Qom: Muassasah Āl al-Bait (AS), 1409 H.
  • Ibn Hajar al-Hatami, Ahmad bin Muhammad. Al-Fatāwā al-Hadītsiyyah. Dar al-Fikr, tanpa tahun.
  • Ibn Juzay Kalbi Gharnati, Abu al-Qasim Muhammad ibn Ahmad. At-Ta'shīl li 'Ulūm at-Tanzīl. Riset Abdullah al-Khalidi. Beirut: Syarikah Dar al-Arqam bin Abi Al-Arqam, 1416 H.
  • Ibn Katsir, Abul Fida Ismail bin Umar. Tafsīr al-Qurān al-'Adzhīm. Dar al-Ma'rifah li at-Thiba'ah wa an-Nasyr, 1420 H.
  • Ibnu Katsir, Ismail bin Umar. Tafsīr Ibn Katsir. Riset Yusuf Abdurrahman al-Mara'asyli. Beirut: Dar al-Ma'rifah li at-Thiba'ah wa an-Nasyr, 1412 H.
  • Kazemi. Dalīl-e Estefāde az Alayem-e Ekhtesari Baraye Ta'zim wa Takrim-e Emaman. Site Khabar Online, diakses tanggal 19 April 2022.
  • Kufi, Furat bin Ibrahim. Tafsīr Furāt al-Kūfī. Riset & editor Muhammad Kazem. Teheran: Wezarat-e Ersyad-e Eslami, 1410 H.
  • Makarim Syirazi, Nasir & Tim Penulis. Tafsir-e Namuneh. Teheran: Dar al-Kutub as-Salamiyye, 1380 HS/2001.
  • Mazahiri, Husain. Mazhar-e Haq. Qom: Muassese-e Farhanggi-e Mutale'ati-e az-Zahra', 1388 HS/2009.
  • Mazahiri, Husain. Akhlāqiyyāt al-'Alāqah az-Zaujiyyah. Beirut: Dar at-Ta'aruf li al-Mathbu'at, 1414 H.
  • Mudarrisi, Muhammad Taqi & Muhammad (Amir) Syusytari Zadeh. Hazrat-e Ali Akbar (AS). Teheran: Muhibban al-Husain, 1379 HS/2000.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Irsyād fī Ma'ridah Hujaj Allah 'alā al-'Ibād. Beirut: Muassasah Āl al-Bait (AS) li Ihya' at-Turats, 1416 H.
  • Muhammadi Reysyahri, Muhammad & Tim. Danesy Name-e Amīrul Mukminīn (AS) bar Paye Qurān, Hadīs, wa Tārīkh. Qom: Dar al-Hadits, 1389 HS/2010.
  • Muhammadi Reysyahri, Muhammad & Tim. Guzide-e Syahādat Name-e Emām Husein (AS) bar Paye-e Manābe' Mu'tabar. Qom: Dar al-Hadits, 1391 HS/2012.
  • Mujahid bin Jabr, Abul Hajjaj Qurasyi Makhzumi. Tafsīr Mujāhid. Riset Muhammad Abdussalam Abu an-Nail. Mesir: Dar al-Fikr al-Islami al-Haditsah, 1410 H.
  • Muqatil bin Sulaiman, Abul Hasan bin Bashir Azdi Balkhi.Tafsīr Muqātil bin Sulaimān. Riset Abdullah Mahmud Syahatah. Beirut: Dar Ihya' at-Turats, 1423 H.
  • Nizam A'raj Neisyaburi. Syarh an-Nidzhām 'ala as-Syāfiyah. Riset Muhammad Zaki Ja'fari. Qom, Dar al-Hujjah li ats-Tsaqafah.
  • Sa'di, Muslihuddin. Bustan. Editor Muhammad Ali Furughi. Teheran: Quqnus, 1366 HS/1987.
  • Sahrandi, Ahmad bin Abdul Ahad Umari Faruqi. Risālah Radd ar-Rawāfidh. Dipublikasi di as-Syamilah tanggal 12 Syaban, 1432 H.
  • Sane'i, Nayrah Sadat. Pasukh be Syubhāt-e dar Syabha-e Pesyawar. Teheran: Masy'ar, 1385 HS/2006.
  • Shaduq, Muhammad bin Ali. Al-Āmālī. Teheran: Ketabci, 1376 HS/1997.
  • Shafi Gulpaigani, Lutfullah. 'Asyi'ah min 'Adzhmah al-Imām al-Husain (AS). Qom: Maktab Ayatillah Ayatullah Shafi Gulpaigani, 1434 H.
  • Shafi Gulpaigani, Lutfullah. Husain (AS) Syahīd-e Āgah wa Rahbar-e Nejātbakhsy-e Eslām. Masyhad: Muassese-e Nasyr wa Tabligh, 1366 HS/1987.
  • Shafi Gulpaigani, Lutfullah. Muntakhab al-Atsar fī al-Imam ats-Tsānī 'Asyar. Qom: Maktabah Ayatillah ash-Shafi al-Gulpaigani, 1422 H.
  • Shafi Gulpaigani, Lutfullah. Selsele-e Mabāhes-e Emāmat wa Mahdawiyyat. Qom: Daftar-e Nasyr-e Asar-e Ayatullah Shafi Gulpaigani, 1391 HS/2012.
  • Subhani Tabrizi, Ja'far. Ayin-e Wahhābiyyat. Teheran: Masy'ar, 1386 HS/2007.
  • Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr. Al-Durr al-Mantsūr. Beirut: Dar al-Fikr. Dipublikasikan di as-Syamilah tanggal 8 Dzulhijjah, 1431 H.
  • Syahid Tsani, Zainuddin bin Ali. Munyah al-Murīd fī Adāb al-Mufīd wa al-Mustafīd. Riset & Editor Ridha Mukhtari. Qom: Maktab al-I'lam al-Islami, 1409 H.
  • Syubairi Zanjani, Musa. Taudhīh al-Masā'il. Qom: Markaz-e Feqhi-e Emam Muhammad Baqir (AS) Wabaste be Daftar-e Ayatullah Syubairi Zanjani, 1397 HS/2000.
  • Tabarsi, Fadl bin Hasan. Majma' al-Bayān. Editor & riset Sayyid Hasyim Rasuli Mahallati & Sayyid Fazlullah Yazdi Tabataba'i. Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1408 H.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan. Al-Āmālī. Riset dan editor Muassasah al-Bi'tsah. Qom, 1414 H.
  • Zamakhyhari, Mahmud bin Amr. Al-Kassyāf 'an Haqā'iq Ghawāmidh at-Tanzīl. Beirut: Dar al-Kitab al-'Arabi, 1407 H.