Pengafiran Ahli Kiblat

Dari wikishia

Pengafiran Ahli Kiblat (bahasa Arab:تكفير أهل القبلة) atau pengafiran kaum Muslimin ialah menyematkan predikat kafir kepada seseorang atau suatu kelompok dari kaum Muslimin oleh sebagian mereka yang lain. Ada beberapa konsekuensi dari perbuatan ini seperti bolehnya membunuh dan merampas harta orang-orang yang dikafirkan. Kelompok Wahabi dengan pemahaman khusus mengenai beberapa ajaran seperti tauhid, ziarah dan tawassul mengafirkan orang-orang Muslim terkhusus Syiah yang menentang pemikirannya.

Mayoritas ulama Islam meyakini bahwa batas Islam dan kafir adalah pengucapan dua kalimat syahadat (syahadatain) dan mereka tidak membolehkan pengafiran para pengikut mazhab-mazhab Islam. Meskipun demikian, sepanjang sejarah Islam sebagian kaum muslimin senantiasa mengafirkan para pengikut mazhab-mazhab yang berbeda paham dengan dirinya. Pengafiran Imam Ali as pada peristiwa arbitrase oleh Khawarij dan pengafiran Ahlu Riddah pada zaman khalifah pertama adalah contoh-contoh pertama dari pengafiran ahli kiblat.

Setelah itu, sedikit banyak pemikiran ini menyebar di tengah para pengikut mazhab-mazhab Islam dan sejumlah besar orang dibunuh gara-gara alasan ini. Tentu pengafiran tidak terbatas pada ranah mazhab, akan tetapi terkadang sebagian fukaha mengafirkan para filsup dan orang arif yang semazhab dengan mereka. Demikian juga pada fitnah kemakhlukan Alquran, masing-masing dari pendukung teori kemakhlukan dan ke-qadim-an Alquran yang kedua kelompok itu dari Ahlusunah, mengafirkan para pendukung teori lainnya.

Setelah kelompok Wahabi terbentuk, pengafiran ahli kiblat semakin merajalela. Begitu juga atas pengaruh pemikiran kelompok Wahabi dan dukungan mereka terbentuklah berbagai kelompok seperti ISIS yang mengafirkan kaum Muslimin terkhusus Syiah.

Banyak karya-karya tulis mengenai pengafiran yang mayoritasnya ditulis dengan fokus pada pengkritikan terhadap pemikiran ini. Demikian juga telah diselenggarakan konferensi-konferensi untuk mengkritisi pengafiran dan aliran-aliran ekstrim.

Urgensi dan Posisi

Pengafiran adalah satu tema yuridis dan teologis yang mana dalam sejarah Islam karena dinisbatkan kepada sesorang atau satu kelompok dari kaum muslimin, darah dan harta mereka senantiasa dianggap mubah sehingga berujung pada perang dan terbunuhnya sejumlah besar manusia serta kerusakan rumah-rumah.[1] Demikian juga penisbatan kekafiran kepada sebagian pengikut mazhab-mazhab Islam menyebabkan hancurnya sebagian tempat dan bangunan-bangunan yang dihormati mereka. [2] Di abad-abad moderen, dengan menyebar luasnya pemikiran takfiri dan pengafiran muslimin oleh para penganut pemikirin ini, maka kajian tentang takfir semakin semarak dan ditulis beberapa karya tulis[3] serta diselenggarakan konferensi-konferensi.

Definisi dan Macam-Macam Takfir

Takfir berarti mengafirkan kaum muslimin[4] atau menisbatkan kekafiran kepada ahli kiblat. [5] Tentu kekafiran dibagi kepada kekafiran yuridis dan kekafiran teologis. Penisbatan masing-masingnya kepada kaum muslimin menimbulkan konsekuensi-konsekuensi khusus kepada mereka:

  • Kekafiran yuridis atau lahiriyah artinya keluar dari agama Islam. Karena itu, orang muslim yang dianggap kafir secara fikih diperlakukan seperti orang kafir.
  • Kekafiran teologis atau batin artinya keluar dari iman bukan keluar dari Islam. Karena itu, orang Muslim yang dianggap kafir secara teologi diperlakukan selayaknya muslim bukan kafir, misalnya munafik yang lahiriyahnya muslim namun tidak memiliki iman. [6] Imam Khomeini mengatakan, hadis-hadis yang dimuat disebagian sumber referensi Syiah yang menunjukkan kekafiran para penentang mazhab ini, jika hadis-hadis ini diterima, adalah berhubungan dengan kekafiran teologis.[7]

Larangan Pengafiran Ahli Kiblat

Sesuai fatwa fukaha mazhab-mazhab Islam, pengafiran ahli kiblat tidak dibolehkan bahkan menisbatkan kekafiran tanpa dalil kepada kaum muslimin memiliki hukum ta'zir. [8] Menurut keyakinan fukaha, batas kafir dan muslim adalah pengucapan dua kalimat syahadat di lisan dan kepercayaan kepada hari Kiamat (ma'ad). [9] Karena itu, fukaha pada beberapa kasus dimana ada kesalahan pada sebagian keyakinan golongan, mereka tidak mengkafirkan para penganut keyakinan tersebut. [10]

Sejarah Takfir

Sejarah pengafiran ahli kiblat di antara kaum muslimin kembali ke abad pertama hijriah paska meninggalnya Nabi saw. Pada kekhilafahan Abu Bakar, sebagian kelompok menganggap kafir dan murtad orang yang menentang khalifah dan memerangi mereka. Peperangan ini dikenal dengan perang Riddah. [11] Menurut pernyataan Rasul Ja'fariyan, peneliti sejarah Islam (L 1343 S), diantara ahli riddah ada pribadi-pribadi seperti Malik bin Nuwairah adalah muslim dan melaksanakan salat, namun menolak kekhilafahannya Abu Bakar dan menghendaki kekuasaannya Ahlulbait as.[12] Karena itu, mereka tidak mau membayar zakat kepada khalifah sementara dan karena alasan inilah mereka dianggap murtad dan kafir serta dibunuh. [13]

Pada periode pemerintahan Imam Ali as, kaum Khawarij mengkafirkan beliau karena menerima arbitrase. [14] Dengan alasan ini mereka tidak menyertai beliau dalam melanjutkan perang dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. [15] Dan mereka menyulut api perang Nahrawan melawan beliau. [16]

Demikian juga Ja'far Subhani (L 2308 S) di dalam kitab Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal mencatat bahwa pada fitnah kemakhlukan (khalq) Alquran, masing-masing dari penggagas teori kemakhlukan dan ke-qidam-an Alquran yang keduanya berasal dari Ahlusunah, mengkafirkan penggagas teori lainnya. [17] Setelah itu, beberapa kelompok dari kaum muslimin senantiasa dikafirkan oleh pribadi-pribadi atau sebagian dari mereka. Pada abad-abad akhir dengan menyebarnya pemikiran salafi dan wahabi, kaum muslimin khususnya pengikut Syiah dikafirkan oleh para pengikut pemikiran takfir.

Motivasi

Pengafiran kaum muslimin dilakukan dengan berbagai motivasi, diantaranya:

  • Pemahaman menyimpang dan penyimpulan tidak berdasar dari ajaran-ajaran agama: Khawarij dengan pemahaman khususnya dari ayat "Tidak ada hukum selain hukum Allah"[catatan 1] memprotes peristiwa arbitrase pada perang Shiffin dan menganggap Imam Ali as kafir. [18] Demikian juga wahabi dengan pemahaman khusus dari ajaran-ajaran tauhid, syirik, tawassul, tabarruk, mengkafirkan kaum muslimin khususnya muslim Syiah. [19] Muhammad bin Abdul Wahab pendiri wahabiyah (w. 1206 H) menghalalkan penumpahan darah kaum muslimin dan membolehkan pembunuhan mereka gara-gara mereka menjadikan perkara-perakara di atas sebagai wasilah bertaqarub kepada Allah dan menjadikan para nabi dan orang-orang saleh sebagai pemberi syafaat. [20]
  • Keyakinan teologis: Khawarij mengkafirkan kaum muslimin yang melakukan dosa besar. [21] Mereka berdalih dengan ayat "Barang siapa tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, sungguh mereka orang-orang kafir"[22] [23] namun menurut pandangan kaum muslimin, melakukan dosa besar menyebabkan keluar dari iman bukan dari Islam, dan hasilnya adalah bahwa pelakunya orang fasik bukan kafir. [24]Begitu juga dalam fitnah kemakhlukan Alquran, Abul Hasan Arsy'ai[25] dan Ahmad bin Hanbal[26] mengkafirkan orang-orang yang berpendapat bahwa Alquran adalah makhluk. Mu'tazilah juga mengkafirkan orang-orang yang berpendapat bahwa Alquran bukan makhluk (bersifat qadim). [27] Di dalam hadis-hadis Syiah kaum ghulat (orang-orang yang berlebih-lebihan mengenai kepribadian para Imam maksum) dan penganut paham tafwidh (mufawwadhah) dianggap kafir. [28]
  • Fanatisme mazhab: menurut catatan-catatan sejarah, pada beberapa periode, sebagian pengikut mazhab Islam mengkafirkan pengikut mazhab lainnya. Misalnya pada abad ke-8 H pengikut mazhab-mazhab Ahlusunah karena sikap dan perilaku Ibnu Taimiyah mengkafirkan pengikut mazhab Hanbali, dan sebaliknya, Ibnu Hatim Hanbali mengkafirkan semua muslimin (selain hanabilah). [29] Pengafiran ini juga dilakukan oleh para pengikut Ahlusunah kepada Syiah dan sebaliknya. Ibnu Jibrin seorang mufti wahabi dengan menisbatkan beberapa keyakinan kepada Syiah seperti misalnya distorsi (tahrif) Alquran, kekafiran mayoritas sahabat, kenajisan dan kekafiran Ahlusunah serta ghulu kepada Ali as dan putra-putranya, menganggap mereka kafir. [30] Tentu saja Syiah tidak mempunyai keyakinan-keyakinan semacam ini, dan hampir disepakati oleh fukaha Syiah dan Ahlusunah bahwa para pengikut mazhab-mazhab yang lain tidak lah kafir. [31] Dan jika penisbatan kafir ini telah direkam di dalam referensi-referensi, maka itu telah ditakwil dan diartikan dengan kafir teologis. [32]
  • Kajian irfani dan filosofis: sebagian ulama Islam mengkafirkan para filsuf dan arif. Misalnya Ghazali di dalam kitab Tahafut al-Falasifah telah mengkafirkan para filsuf. [33] Begitu juga menurut Sayid Muhammad Baqir Khansari (w. 1313 H), sebagian fukaha mengkafirkan Mulla Sadra karena pernyataan-pernyataannya yang tidak sesuai dengan lahiriyah syariat.[catatan 2][34]

Demikian juga pembuatan fitnah-fitnah oleh penguasa demi ke-eksisan dirinya dan konspirasi-konspirasi musuh-musuh Islam dianggap faktor dan sebab lain dari menyebarnya pemikiran takfiri. [35]

Konsekuensi-Konsekuensi

Telah disebutkan beberapa hasil dari pengafiran ahli kiblat, antara lain adalah:

  • Pembunuhan kaum muslimin: Di dalam sejarah Islam senantiasa terjadi pembunuhan kaum muslimin dalam jumlah yang banyak dengan tuduhan kafir.
  • Pengrusakan peninggalan-peninggalan sejarah dan situs-situs religius: Kaum wahabi menghancurkan tempat-tempat bersejarah dan dihormati oleh kaum muslimin seperti haram dan makan suci para Imam as dengan alasan memerangi kesyirikan.
  • Menunjukkan wajah seram Islam kepada dunia: perilaku kelompok-kelompok takfiri dengan mengatasnamakan Islam menyebabkan para penentang Islam menilai agama ini sebagai agama yang ekstrim dan keras. [36]

Demikian juga pergerakan-pergerakan bersenjata melawan pemerintahan-pemerintahan Islam dan pelemahan mereka, pemecahan diantara negara-negara Islam dan penghalalan kehormatan wanita kaum muslimin yang menjadi tawanan kelompok takfiri, termasuk buah hasil dari takfiri. [37]

Terbentuknya Kelompok Takfiri

Pada abad akhir, wahabisme dan kelompok-kelompok seperti ISIS yang terbentuk karena pengaruh dan dukungan mereka, telah mengafirkan kaum muslimin dan membunuh serta merampas harta mereka. [38] Mereka menerapkan ayat-ayat yang turun berkenaan dengan orang-orang musyrik dan kafir atas kaum muslimin. [39] Padahal para ulama muslim menentang keras perbuatan ini, dan menurut mereka hanya pengingkaran perkara-perkara yang penting dalam agama atau pengingkaran tauhid dan kenabian lah yang menyebabkan kafirnya kaum muslimin. [40] Ini pun jika pengingkaran dilakukan dengan sadar dan sengaja serta tidak bisa dijelaskan. [41]

Konferensi Internasional

Pada tahun 1393 S telah digelar satu konferensi dengan tema "Kongres Internasional Tentang Aliran-aliran Ekstrim dan Takfiri Menurut Pandangan Ulama Islam" di bawah pengawasan Ayatullah Makarim Syirazi, salah seorang marja' taklid di Qom. Kongres ini dihadiri oleh ulama Syiah dan Sunni dari 80 negara. [42]

Bibliografi

Terkait takfiri dan kritikannya telah ditulis banyak karya tulis. Di dalam kitab "Ketab Shenasiye Takfir" diperkenalkan sekitar 528 karya tulis dalam bahasa Persia dan Arab yang mana 335 dari bilangan ini berupa kitab, 240 berupa artikel, 49 berupa thesis dan empat edisi khusus. [43]

  • Kitab "Aaraa' Ulama al-Muslimin wa Fatawahum fi Tahrimi Takfiri Atbaa'i al-Madzahib al-Islamiyyati" adalah karya Syaikh Fuad Kazim Miqdadi, pendiri Dar al-Tariqrib di Irak. Di dalam kitab ini telah dikaji tentang fatwa-fatwa dan pandangan-pandangan ulama Syiah dan Ahlusunah mengenai larangan pengafiran para pengikut mazahib Islami. Majma' al-Tsaqalain al-Ilmi di Teheran telah mencetak kitab ini pada tahun 2428 H. [44]
  • "Al-Islam wa al-'unf Qiraah fi Zhahirat al-Takfir" karya Husain Ahmad al-Khasyin membahas masalah kekerasan dan takfiri dalam Islam, dan menjelaskan prinsip-prinsip dan barometer-barometer, kemunculan dan bentuk-benyuknya serta kriteria-kriteri takfiri.

catatan

  1. Imam Ali as mengaggap slogan Khawarij ini sebagai perkataan yang benar yang dimaksudkan kebatilan (Nahjul Balaghah, jld. 1, khotbah No. 40)
  2. Khansari mengatakan, perkataan ini secara zahir adalah sebuah istilah yang khusus untuk Mulla Sadra, dan tidak bisa diajadikan bukti atas kekafirannya. (Khansari, Raudhat al-Jannat, jld. 4, hlm. 121

Catatan Kaki

  1. Agha Shalehi Dkk, Takfir va Barresi Peyamad-haye on dar Jawame'e Eslami, hlm. 95
  2. Agha Shalehi Dkk, Takfir va Barresi Peyamad-haye on dar Jawame'e Eslami, hlm. 105
  3. Nashr Isfahani, Ketabshenasi Takfir, hlm. 258
  4. Fayyumi, di bawah item Takfir
  5. Abdul Mun'im, Mu'jam al-Mushthalahat wa Alfadz al-Fiqhiyyah, jld.1, hlm. 487
  6. Silakan Lihat: Imam Khamaini, Kitab al-Thaharah, 1427 h, jld. 3, hlm. 437-438
  7. Silakan Lihat: Imam Khamaini, Kitab al-Thaharah, 1427 h, jld. 3, hlm. 432
  8. Silakan lihat: Syahuid Tsani, al-Raudhah al-Bahiyyah, 1403 H, jld. 9, hlm. 175; Juzairi, Kitab al-Fiqh 'Ala al-Madzahib al-Arba'ah, 1410 H, jld. 5, hlm. 194-195
  9. Silakan lihat: Imam khamaini, Kitab al-Thaharah, 1427 H, jld. 3, hlm. 437-438
  10. Silakan lihat: Allamah Majlisi, Bihar al-Anwar, 1403 H, jld. 54, hlm. 246-247
  11. Maqdisi, al-Bad'u wa al-Tarikh, jld. 5, hlm. 152
  12. Ja'fariyan, Tarikh Khulafa', 1380 S, jld. 2, hlm. 32
  13. Waqidi, al-Riddah, 1410 H, hlm. 106-107
  14. Subhani, Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal, 1427-1428 H, jld. 5, hlm. 97
  15. Dinawari, al-Akhbar al-Thiwal, 1368 S, hlm. 206
  16. Ya'qubi, Tarikh al-Ya'qubi, jld. 2, hlm. 192-193
  17. Subhani, Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal, 1427-1428 H, jld. 2, hlm. 336
  18. Dinawari, al-Akhbar al-Thiwal, 1367 S, hlm. 206
  19. Silakan lihat: Mughniyah, Hadzihi Hiya al-Wahabiyyah, 1408 H, hlm. 74-76
  20. Muhammad bin Abdul Wahab, Kasyf al-Syubahat, 1418 H, hlm. 7
  21. Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, 1387 H, jld. 1, hlm. 122, 128 dan 135
  22. Q.S. Al-Maidah: 44
  23. Jurjani, Syahr al-Mawaqif, 1325 H, jld. 8, hlm. 334-338
  24. Subhani, Muhadharat fi al-Ilahiyat, 1428 H, hlm. 462
  25. Abul Hasan al-Asy'ari, al-Ibanah, 1397 H, hlm. 89
  26. Ibnu Hanbal, al-Sunnah, 1349 H, hlm. 15
  27. Subahani, Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal', 1427-1428 H, jld. 2, hlm. 336
  28. Hurr Amili, Wasail al-Syi'ah, 1409 H, jld. 28, hlm. 348
  29. Haidar, al-Imam al-Shadiq wa al-Madzahib al-Arba'ah, jld. 1, hlm. 200-202
  30. Ibnu Jibrin, al-Lu'lu al-Makin min Fatawa al-Syeikh Ibnu Jibrin, hlm. 25
  31. Juzairi, kitab al-Fiqh 'ala al-Madzahib al-Arba'ah, 1410 H, jld. 5, hlm. 194-195
  32. Sebagai contohnya, silakan lihat: Imam Khomaini, Kitab al-Thaharah, 1427 H, jld. 3, hlm. 432
  33. Silakan lihat; Ghazali, Tahafut al-Falasifah, 1382, hlm. 94-295
  34. Khansari, Raudhat al-Jannat, 1390 S, jld. 4, hlm. 121
  35. Hasanlu, Zamine-ha va 'Awamele Pidayeshe Takfir dar Meyane mosalmanan va Peyamad-haye on dar Jahane Eslam, hlm. 54
  36. [ https://makhaterltakfir.com/fa/ejlashaview/8789/%da%a9%d9%86%da%af%d8%b1%d9%87-%d8%ac%d9%87%d8%a7%d9%86%db%8c-%d8%ac%d8%b1%db%8c%d8%a7%d9%86%d9%87%d8%a7%db%8c-%d8%a7%d9%81%d8%b1%d8%a7%d8%b7%db%8c-%d9%88-%d8%aa%da%a9%d9%81%db%8c%d8%b1%db%8c-%d8%a7%d8%b2-%d8%af%db%8c%d8%af%da%af%d8%a7%d9%87-%d8%b9%d9%84%d9%85%d8%a7%db%8c-%d8%a7%d8%b3%d9%84%d8%a7%d9%85/ Kongres Internasional Tentang Aliran-aliran Ekstrim dan Takfiri Menurut Pandangan Ulama Islam]
  37. Agha Shalehi Dkk. Takfiri va Barresi Peyamad-haye on dar Jawame'e Eslami, hlm. 100-110
  38. Silakan lihat: Bakhsyi Syaikh Ahmad dan Bahari, Barresi Ideologi Gorohe Takfiri-Wahabi Daulate Eslami Iraq va Sham (DAISH), hlm. 141-144
  39. Agha Shalehi Dkk, Takfir va Barresi Peyamad-haye on dar Jawame'e Eslami, hlm. 97
  40. Sebagai contoh silakan lihat: Rasyid Ridha, Majalah al-Manar, jld. 35, hlm, 573
  41. Silakan Lihat: Rasyid Ridha, Majalah al-Manar, jld. 35, hlm. 573
  42. [ https://makhaterltakfir.com/fa/ejlashaview/8789/%da%a9%d9%86%da%af%d8%b1%d9%87-%d8%ac%d9%87%d8%a7%d9%86%db%8c-%d8%ac%d8%b1%db%8c%d8%a7%d9%86%d9%87%d8%a7%db%8c-%d8%a7%d9%81%d8%b1%d8%a7%d8%b7%db%8c-%d9%88-%d8%aa%da%a9%d9%81%db%8c%d8%b1%db%8c-%d8%a7%d8%b2-%d8%af%db%8c%d8%af%da%af%d8%a7%d9%87-%d8%b9%d9%84%d9%85%d8%a7%db%8c-%d8%a7%d8%b3%d9%84%d8%a7%d9%85/ Kongres Internasional Tentang Aliran-aliran Ekstrim dan Takfiri Menurut Pandangan Ulama Islam]
  43. Nasre Anshari, Ketabshenasi-e Takfir, 1393 S, hlm. 21
  44. Nasre Anshari, Ketabshenasi-e Takfir, 1393 S, hlm. 25

Daftar Pustaka

  • 40 Unwan Ketab-e Konggere-e Zedd-e Takfīr be Panch Zaban -e Zende-e Dunya Chap Syude Ast. Site Hawzah News, diakses tanggal 30 April 2022.
  • Abdul Baqi, Muhammad Fuad. Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfādzh al-Qurān al-Karīm. Kairo, 1364.
  • Abdul Mun'im, Mahmud Abdurrahman. Mu'jam al-Mushthalahāt wa Alfādzh al-Fiqhiyyah. Kairo: Dar al-Fadhilah, 1999.
  • Abul Hasan 'Asy'ari, Ali bin Isma'il. Al-Ibānah 'an Ushūl ad-Diyānah. Riset Fauqiyyah Husain Mahmud. Kairo: Dar al-Anshar, 1397 H.
  • Agha Shalehi, Ali, Khusru Mukmini & Mujtaba Ja'fari & Ali Reza Shabiriyan. Takfīr wa Barresi-e Payamadha-e An Dar Jawame'-e Eslami. Jurnal Muthale'at-e Feqh wa Ushul. Musim kedua. Vol: 25, 1398 HS/2019.
  • Bakhsyi Syekh Ahmad, Mahdi & Behnam Bahari & Peyman Wahhab Pur. Barresi-e Idiology-e Guruh-e Takfiri-Wahhabi Daulat-e Eslami-e Eraq wa Syam (Daesh). Jurnal-e Elmi wa Pazuhesyi-e 'Ulum-e Seyasi Danesygah-e Baqirul 'Ulum. Edisi 165. Vol: 46, 1392 HS/2013.
  • Dabirkhane Konggere-e Jahani Muqabele ba Jaryanha-e Efrati wa Takfīri az Didgah-e Ulamā-e Eslām. Konggere-e Jahani Jaryanha-e Efrati wa Takfīri az Didgah-e Ulama-e Eslam. Site Makhater|Takfir, diakses tanggal 21 April 2022.
  • Dainawari, Abu Hanifah Ahmad bin Dawud. Al-Akhbār Ath-Thiwāl. Riset Abdul Mun'im Amir. Qom: Mansyurat ar-Radhi, 1368 HS/1989.
  • Fayyumi, Ahmad bin Muhammad. Al-Mishbāh al-Munīr fī Gharīb as-Syarh al-Kabīr li ar-Rāfi'ī. Beirut: Dar al-Fikr.
  • Ghazali, Faishal. At-Tafriqah Bain al-Islām wa az-Zindiqah. Damaskus: Riyadh Mushtafa Abdullah, 1417 H.
  • Ghazali, Muhammad bin Muhammad. Tahāfut al-Falāsifah. Teheran, 1382 HS/2003.
  • Hasanlu, Amir Ali. Zaminehā wa Awāmel-e Peydyesy- Takfīr Dar Miyan-e Musalmānān wa Payamadha-e An Dar Jahan-e Eslam. Jurnal Jaryan Syenasyi-e Dini-e Ma'refati Dar Arshe-e Beinul Melal. Vol: 16, 1396 HS/2017.
  • Hurr Amili, Muhammad bin Hasan. Wasā'il as-Syī'ah Ilā Tahshīl Masā'il as-Syī'ah. Qom: Muassese-e Alu al-Bait, 1409 H.
  • Ibn Hanbal, Ahmad. As-Sunnah. Editor Abdullah bin Hasan Al as-Syekh. Mekkah: Al-Maktabah As-Salafiyyah wa Maktabatuha, 1349 H.
  • Ibn Jibrin, Al-Lu'lu' al-Makīn min Fatāwā as-Syekh Ibn Jibrīn. Penyusun Abdullah bin Yusuf al-Ajlan. Pengarah Salman bin Abdul Qadir Abu Zaid.
  • Ja'fariyan, Rasul. Tārīkh-e Khulafā. Qom: Dalil, 1380 HS/2001.
  • Jaziri, Abdurrahman. Kitāb al-Fiqh 'alā Madzāhib al-Arba'ah. Beirut, 1410 H.
  • Jurjani, Ali bin Muhammad. Syarh al-Mawāqif. Riset Muhammad Badruddin Na'sani Halabi. Mesir, 1325 H (Offset Qom 1370 HS/1997).
  • Khansari, Sayyid Muhammad Baqir. Raudhah al-Jinān fī Ahwāl al-'Ulamā' wa as-Sādāt. Qom: Isma'iliyan, 1390 HS/2011.
  • Khomeini, Ruhullah. Kitāb at-Thahārah. Teheran: Muassese-e Tanzim wa Nasyr-e Astar-e Emam Khomeini, 1427 H.
  • Majlisi, Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi. Bihār al-Anwār. Beirut, 1403 H.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammd. al-Fushūl al-Mukhtārah min al-'Uyūn wa al-Mahāsin. Qom, 1314.
  • Mughniyah, Muhammad Jawad. Hadzihi Hiya al-Wahhabiyyah. Teheran: Munaddzhamah al-I'lam al-Islami, 1408 H.
  • Muhammad bin Abdul Wahhab. Kasyf sy-Syubhāt. al-Mamlakah al-'Arabiyyah as-Su'udiyyah: Wizarah as-Syu'un wa al-Auqaf wa ad-Da'wah wa al-Irsyad, 1418 H.
  • Muqaddasi, Muthahhar bin Thahir. Al-Bad' wa at-Tārīkh. Maktabah ats-Tsaqafah ad-Diniyyah.
  • Nashr Isfahani, Aba Dzar. Ketabsyenasi-e Takfīr. Qom: Dar al-I'lam li al-Madrasah Ahlil Bait, 1393 HS/2014.
  • Rasyid Ridha dan Tim. Majallah al-Manār.
  • Subhani Tabrizi, Ja'far. Buhūts fī al-Milal wa an-Nihal. Qom: Muassasah an-Nasyr al-Islami, 1427-1428 H.
  • Subhani, Ja'far. Muhādharāt fī al-Ilāhiyyāt. Qom: Entesyarat-e Muassese-e Emam-e Shadeq, 1428 H.
  • Syahid Tsani, Zainuddin bin Ali. Ar-Raudhah al-Bahiyyah fī Syarh al-Lum'ah ad-Damisyqiyyah. Beirut, 1403 H.
  • Syahrestani, Muhammad bin Abdul Karim. Al-Milal wa an-Nihal. Kairo, 1967.
  • Waqidi, Muhammad bin Umar. Ar-Riddah. Risetyahya al-Jaburi. Beirut: Dar al-Gharbi al-Islami, 1410 H.
  • Ya'qubi, Ahmad bin Abi Ya'qubi. Tārīkh Ya'qūbī. Beirut: Dar Shadir.
  • Zaini Dahlan, Sayyid Ahmad. Fitnah al-Wahhābiyyah.