Lompat ke isi

Zaid bin Imam Musa as

tanpa Kategori
Dari wikishia
(Dialihkan dari Zaid bin Musa Kazhim as)
Zaid bin Musa
Makam yang dikaitkan dengan Zaid al-Nar terletak di pusat Provinsi Diwaniyah, Irak.
Makam yang dikaitkan dengan Zaid al-Nar terletak di pusat Provinsi Diwaniyah, Irak.
PeranPartisipasi dalam pemberontakan Ibn Thabathaba dan Abu al-Saraya
LakabZaid al-Nar
AyahImam Musa al-Kazhim as
WafatSekitar 250 H


Zaid bin Imam Musa as, (bahasa Arab: زيد بن الإمام الكاظم) dikenal dengan sebutan Zaid al-Nar, adalah putra Imam Musa al-Kazhim as dan saudara Imam Ridha as. Zaid berpartisipasi dalam pemberontakan Alawiyyin yang dipimpin oleh Ibnu Thabataba dan Abu al-Saraya di Irak pada tahun 199 H dan tahun 200 Hijriah, yang mengakibatkan penaklukan Basrah. Perilaku kerasnya terhadap pendukung bani Abbasiyah di Basrah menyebabkan ketidakpuasan Imam Ridha as, yang kemudian bersumpah untuk tidak berbicara dengan Zaid. Setelah kematian Abu as-Saraya dan penaklukan Basrah oleh Abbasiyah, Zaid ditangkap dan meninggal di masa pemerintahan Musta'in di Samarra.

Kehidupan

Informasi yang akurat dan lengkap tentang waktu dan tempat kelahiran serta kematian Zaid, serta detail lain tentang kehidupan pribadinya, tidak diketahui dengan pasti. Zaid bin Musa adalah saudara Imam Ridha as dan meninggal sekitar tahun 250 Hijriah, pada masa kekhalifahan Musta'in, di Samarra.[1]


Ketidakpuasan Imam Ridha as

Teguran Imam Ridha as
kepada Zaid:

“Wahai Zaid! Apakah engkau terbuai oleh perkataan orang-orang bodoh dari Kufah yang meriwayatkan bahwa ‘Fatimah menjaga kesuciannya, maka Allah mengharamkan api neraka atas keturunannya’? Perkataan ini hanya khusus untuk Hasan dan Husain. Jika engkau mengira bahwa dengan maksiat kepada Allah, engkau akan masuk surga, sementara ayahmu Musa bin Ja'far as taat kepada Allah dan juga masuk surga, maka engkau lebih mulia di sisi Allah daripada dia! Demi Allah, tidak ada seorang pun yang akan mencapai apa yang ada di sisi Allah kecuali melalui ketaatan, dan engkau mengira bahwa dengan maksiat engkau akan mencapainya. Maka, anggapanmu adalah anggapan yang buruk.”
Zaid berkata: Aku adalah saudaramu dan anak dari ayahmu.
Imam menjawab: “Engkau adalah saudaraku jika engkau taat kepada Allah. Allah mengeluarkan anak Nuh as dari keluarganya ketika dia bermaksiat.”
Uyun Akhbar al-Ridha, jilid 2, hlm. 234.

Beberapa riwayat dari Imam Ridha as menegur Zaid dan mengajaknya untuk menjaga takwa dan menjauhi maksiat.[2] Setelah kekerasannya di Basrah selama pemberontakan Ibnu Thabataba dan Abu al-Saraya, menurut beberapa riwayat, Imam Ridha as berbicara dengan nada tidak suka kepada Zaid dan bersumpah untuk tidak berbicara dengannya.[3]

Partisipasi dalam Pemberontakan Ibnu Thabataba dan Abu Al-Saraya

Sumber-sumber yang membicarakan Zaid hanya menyebutkan perannya dalam pemberontakan Ibnu Thabataba dan Abu al-Saraya di Irak pada tahun tahun 199 dan 200 H. Alasan dan cara dia bergabung dengan pemberontakan ini tidak jelas. Dikatakan bahwa setelah kematian Ibnu Thabataba, ketika Abu al-Saraya dan pengikutnya berbaiat kepada seorang pemuda Alawi bernama Muhammad bin Muhammad bin Zaid, dia menunjuk Zaid bin Musa sebagai gubernur Ahwaz.[4]

Zaid, dalam perjalanan ke Ahwaz, dengan bantuan Abbas bin Muhammad al-Ja'fari, gubernur yang ditunjuk oleh Abu al-Saraya, menuju Basrah dan berhasil mengalahkan Hasan bin Ali yang dikenal sebagai Ma'muni, gubernur Abbasiyah di Basra, dan menaklukkan kota itu.[5] Zaid bin Musa kemudian mengusir Abbas bin Muhammad dan menggabungkan Basra ke wilayah kekuasaannya.[6]

Gelar Zaid Al-Nar

Setelah merampas harta penduduk, Zaid memerintahkan untuk membakar rumah-rumah Bani Abbasiyah dan pendukung mereka. Setiap kali salah satu dari mereka dibawa kepadanya, dia memerintahkan untuk membakarnya hidup-hidup. Karena itu, dia dijuluki Zaid an-Nar (Zaid Sang Api).[7][catatan 1]

Penangkapan

Setelah kematian Abu al-Saraya dan penaklukan Basrah oleh pasukan Abbasiyah, Zaid ditangkap.[9] Cara penangkapannya diceritakan dengan berbagai versi. Thabari menyatakan bahwa dia meminta perlindungan, dan Ali bin Abi Sa'id, komandan pasukan Abbasiyah, memberikannya perlindungan.[10] Menurut riwayat lain, dia dikirim ke Baghdad kepada Hasan bin Sahl. Hasan bin Sahl berniat membunuhnya, tetapi karena tidak menerima perintah dari Ma'mun dan salah seorang pejabat istana memperingatkannya tentang konsekuensinya, dia membatalkan niatnya. [butuh referensi]]

Makam yang dikaitkan dengan Zaid al-Nar di Afriz, Qayenat

Zaid tetap dipenjara hingga masa baiat penduduk Baghdad kepada Ibrahim bin Mahdi. Saat itu, pendukung Ma'mun membebaskannya dari penjara dan mengirimnya kepada Ma'mun.[11] Bal'ami menyatakan bahwa Zaid melarikan diri dari penjara Ali bin Abi Sa'id dan bergabung dengan Abdullah, saudara Abu as-Saraya, dan berusaha menaklukkan Basrah, tetapi dia ditangkap dan dikirim ke Baghdad.[12] Di Baghdad, dia dipenjara hingga para pemberontak membebaskannya dan dia bersembunyi.[13] Dalam lanjutan riwayat ini, Bal'ami menyebutkan rencana penduduk Baghdad untuk mengangkat Zaid al-Nar sebagai khalifah.

Riwayat Gardizi juga menunjukkan bahwa Hasan bin Sahl, setelah membunuh Abu as-Saraya, mengirim Zaid kepada Ma'mun.[14] Dikatakan bahwa Ma'mun, sebagai bentuk penghormatan kepada Imam Ridha as, mengirimnya kepada Imam, dan Imam pun menegurnya dengan keras.[15]

Anak-Anak

Menurut beberapa riwayat, dia memiliki 10 putra,[16] tetapi Ibnu 'Inabah menyebutkan bahwa dia memiliki 4 putra bernama Hasan, Husain al-Muhaddits, Ja'far, dan Musa al-Asham, dan menyatakan bahwa keturunannya tersebar di Maghrib, Irak (bani Sha'b, bani Makarim), dan Iran.[17]

Catatan Kaki

  1. Zirikli, al-A'lam, jilid 3, hlm. 61.
  2. Ibnu Babawaih, 'Uyun Akhbar al-Ridha, hlm. 447, 449-450; Ibnu Khallikan, Wafayat al-A'yan, jilid 3, hlm. 271.
  3. Lihat Ibnu Babawaih, 'Uyun Akhbar al-Ridha, 1404 H, hlm. 448; Ibnu Khallikan, Wafayat al-A'yan, jilid 3, hlm. 271.
  4. Lihat: Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jilid 2, hlm. 548; Azdi, Tarikh al-Maushil, hlm. 335; Abu al-Faraj al-Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 354-355.
  5. Abu al-Faraj al-Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, hlm. 355; Ya'qubi, Tarikh, jilid 2, hlm. 445; Mas'udi, Muruj al-Dzahab, jilid 4, hlm. 322.
  6. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jilid 2, hlm. 549; Ibnu Atsir, jilid 6, hlm. 305.
  7. Abu al-Faraj al-Isfahani, Maqatil al-Thalibiyyin, 1385 H, hlm. 354-355; Gardizi, Tarikh Gardizi, hlm. 173-174; Ibnu Miskawaih, Tajarib al-Umam, 1421 H, jilid 4, hlm. 118; Ibnu Atsir, jilid 6, hlm. 310.
  8. Ibnu Miskawaih, Tajarib al-Umam, 1421 H, jilid 47, hlm. 118.
  9. Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jilid 7, hlm. 123.
  10. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jilid 8, hlm. 535.
  11. Ibnu Babawaih, Uyun Akhbar ar-Ridha, hlm. 448-449; Ibnu Miskawaih, Tajarib al-Umam, jilid 4, hlm. 118.
  12. Ibnu Miskawaih, Tajarib al-Umam wa Ta'aqub al-Himam, 1421 H, jilid 4, hlm. 118.
  13. Bal'ami, Tarikh-nama Thabari, jilid 2, hlm. 1238-1239.
  14. Gardizi, Tarikh Gardizi, hlm. 173.
  15. Ibnu Babawaih, 'Uyun Akhbar al-Ridha, 1404 H, hlm. 259.
  16. Ibnu Hazm, Jamharah Ansab al-Arab, hlm. 64.
  17. Ibnu 'Inabah, al-Fushul al-Fakhriyah, hlm. 140.

Catatan

  1. Dan dia dijuluki demikian karena banyaknya rumah yang dia bakar di Basra. Setiap kali seseorang dari pendukung Abbasiyah dibawa kepadanya, hukumannya adalah membakarnya hidup-hidup...[8]

Daftar Pustaka

  • Abul Faraj Isfahani. Maqaatil ath-Thalibiyyin, edisi Kazhim al-Muzhaffar, Najaf: 1385 HS/1965.
  • Azdi, Yazid bin Muhammad. Tarikh al-Mawsil, Kairo: 1387 H/1967.
  • Bal‘ami. Tarikh Nameh Thabari, edisi Muhammad Roshan, Tehran: 1366 HS.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansab al-Asyraaf, edisi Mahmud Firdaus A‘zham, Damaskus: 1996.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansab al-Asyraaf, penyunting: Suhail Zakkar dan Riyadh al-Zarkali, penerbit: Dar al-Fikr - Beirut: edisi pertama, 1417 H/1996.
  • Gardizi, Abdul Hayy. Tarikh Gardizi, edisi Abdul Hayy Majibi, Tehran: 1363 S.
  • Ibn Babawaih. Uyun Akhbar ar-Ridha, Qom: 1384 H.
  • Ibn Hazm. Jamhrah Ansab al-‘Arab, Beirut: 1403 H/1983.
  • Ibn Khallikan, Ahmad bin Muhammad. Wafayaat al-A’yan, penyunting: Ihsan Abbas, penerbit: Dar Sadr - Beirut: 1990–1994.
  • Ibn Miskawayh. Tijaaraat al-Umam, edisi Abul Qasim Imami, Tehran: 1376 HS.
  • Ibn ‘Inabah. al-Fushul al-Fakhriyyah, edisi Muhaddis Aramavi, Tehran: 1363 H.
  • Shaduq, Muhammad. Uyuun Akhbaar ar-Ridha, koreksi, pengantar, dan catatan: Husain A‘lami, penerbit: Mu’assasah al-A‘lami lil-Mathbu‘at, Beirut: 1404 H/1984.
  • Thabari, Muhammad bin Jarir. Tarikh ath-Thabari, penerbit: Mu’assasah al-A‘lami lil-Mathbu‘at, Beirut: tanpa tahun.
  • Zarkali, Khairuddin, al-A‘laam: Qaamus Taraajim li-Asyhar ar-Rijaal wa an-Nisaa’ min al-‘Arab wa al-Musta‘rabiin wa al-Mustasyriqin, Beirut: Dar al-‘Ilm lil-Malayin, 1980 .