Mukjizat Al-Qur'an
Mukjizat Al-Qur'an (bahasa Arab:الإعجاز القرآني) bermakna bahwa tidak ada seorang pun manusia yang mampu menulis kitab serupa dengan Al-Qur'an dan ini menjadi tanda bahwa Al-Qur'an diturunkan dari sisi Allah swt. Para ulama Islam meyakini Al-Qur'an sebagai mukjizat terbesar sekaligus menjadi dalil kenabian Nabi Muhammad saw. Persoalan mukjizat Al-Qur'an merupakan bagian dari pembahasan Ulumul Quran dan teologi Islam.
Kaum muslimin meyakini Al-Qur'an sebagai mukjizat dari berbagai aspek seperti kefasihan, keilmuan dan pengetahuan, berita tentang kabar gaib, serta ketiadaan kontradiksi di dalamnya. Al-Qur'an sendiri telah memberikan isyarat terhadap kemukjizatannya, dan melalui enam ayatnya menantang para penentangnya, yakni menantang para penentangnya untuk menghadirkan yang serupa dengannya.
Para cendekiawan muslim telah menulis berbagai kitab seputar tema I'jaz Al-Qur'an (kemukjizatan Al-Qur'an) di antaranya adalah sebagai berikut: Kitab I'jaz Al-Qur'an karya Abu Bakar Baqilani (W. 403 H), kitab I'jaz Al-Qur'an wal kalam fi wujuhihi karya Syekh Mufid (W. 413 H), kitab al-Sharfatu fi I'jaz Al-Qur'an karangan Sayid Murtadha (W. 436 H), dan kitab Dalail al I'jaz karya Abdul Qahir Jurjani (W. 471 H).
Makna Mukjizat Al-Qur'an dan Urgensinya
Kaum muslimin telah meyakini Al-Qur'an sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw.[1] Kemukjizatannya dengan arti bahwa Kitab ini (Al-Qur'an) adalah di luar kemampuan manusia, dari sisi Allah dan tiada satu pun yang bisa menghadirkan kitab seperti Al-Qur'an.[2] Syekh Thusi, dalam buku tafsirnya al-Tibyan meyakini Al-Qur'an sebagai mukjizat Nabi saw terbesar dan yang paling masyhur.[3]
Abu Bakar Baqilani (W. 403 H), seorang ulama Ahlusunah juga menulis tentang pentingnya memperhatikan kemukjizatan Al-Qur'an, meskipun Nabi saw memiliki mukjizat lainnya, tetapi kenabian Nabi saw hanya dapat didasarkan pada kemukjizatan Al-Qur'an, karena mukjizat Nabi lainnya terjadi untuk waktu dan person yang terbatas, sementara Al-Qur'an berada pada setiap zaman dan tidak ada seorang pun yang mengingkarinya.[4]
Tahaddi Al-Qur'an
Tahaddi, dalam ilmu Ulumul Quran[5] dan Teologi Islam[6] bermakna seruan Nabi saw kepada para pengingkar kenabiannya agar menghadirkan hal yang serupa dengan mukjizat-mukjizatnya.[7] Al-Qur'an dalam enam ayatnya telah menantang para penentangnya, di mana jika mereka mengingkari kemukjizatan Nabi saw, maka hendaknya menghadirkan yang serupa dengan hal itu,[8] ayat-ayat inilah yang kemudian disebut sebagai ayat Tahaddi.[9]
Berbagai Pandangan Seputar I'jaz Al-Qur'an
Para cendekiawan muslim berbeda pendapat seputar kemukjizatan Al-Qur'an, khususnya dari segi mana Al-Qur'an dapat ditinjau sebagai Mukjizat. Kebanyakan pendapat-pendapat yang Suyuthi (W. 911 H), peneliti Al-Quran terkemuka Ahlusunah, jelaskan dalam kitabnya al-Itqan adalah pembahasan kemukjizatan Al-Qur'an dari segi sastra bahasa. Tentunya dalam setiap pendapatnya itu, dia jelaskan seputar kemukjizatan Al-Qur'an dari segi sastra bahasa dengan sebuah pandangan tertentu.[10]
Akan tetapi para ulama Islam meyakini Al-Qur'an juga merupakan mukjizat di bidang-bidang lainnya. Seperti contoh: Allamah Thabathabai (W. 1385 HS), seorang mufassir Al-Qur'an, mengatakan kemukjizatan Al-Qur'an selain pada bidang sastra bahasa, juga mencakup pada ilmu dan pengetahuan, pembahasan Nabi saw yang ummi (tidak bisa baca tulis), berita tentang kabar gaib, serta ketiadaan kontradiksi di dalamnya.[11]
Abu Bakar Baqilani juga selain memberikan penekanan pada kemukjizatan sastra bahasa Al-Qur'an, ia memaparkan kemukjizatan Al-Qur'an juga mencakup seputar pemberitaan kabar gaib dan keummian Nabi saw. Muhammad Hadi Ma'rifat (W. 1385 HS), seorang peneliti Al-Qur'an, juga menjelaskan kemukjizatan Al-Qur'an mencakup sastra bahasa, ilmu pengetahuan (sains), dan hukum syariat.[12]
Teori Sharfah
Teori lainnya yang telah dibahas dalam kemukjizatan Al-Qur'an adalah teori yang disebut dengan teori Sharfah (pengalihan). Berdasarkan teori ini, Al-Qur'an merupakan mukjizat dengan arti bahwa jika seseorang memiliki niatan untuk mencipatakan Al-Qur'an, tuhan sendirilah yang akan mencegahnya. Dengan kata lain, sebenarnya manusia memiliki kemampuan untuk menghadirkan kitab seperti Al-Qur'an, tetapi Allah sendiri yang menghilangkan kemampuan tadi dari para penentangnya.[13]
Menurut perkataan Suyuthi dalam kitabnya al-Itqan, Ibrahim Nadzzam (Abad ke-2 s/d ke-3 H), seorang ulama Ahlusunah, telah menyampaikan teori ini.[14] Sayid Murthada dan Syekh Mufid dua orang ulama Syiah juga menerima teori tersebut.[15] Tapi menurut Muhammad Hadi Ma'rifat, para ulama entah di masa lalu atau masa kini, semuanya menolak teori ini.[16]
Kategori Kemukjizatan Al-Qur'an
Sebagian kategori kemukjizatan Al-Qur'an menurut keyakinan para ulama islam adalah sebagai berikut:
Kemukjizatan Sastra Bahasa Al-Qur'an
Kemikjizatan sastra bahasa Al-Qur'an maksudnya adalah bahwa konteks Al-Qur'an memiliki keiistimewaan tersendiri sehingga penyusunan dan pembentukan Al-Qur'an tidak bisa dilakukan oleh seorang manusia mana pun.[17] Sebagian dari keistimewaan tersebut adalah: penempatan dan penggunaan kata-kata Al-Qur'an yang begitu detail dan cermat, memiliki gaya penulisan yang unik dan tiada tandingan yang mana itu berbeda dengan penulisan syair dan prosa biasa, memiliki kata-kata yang indah dan nada yang menarik.[18]
Pemberitaan Kabar Gaib
Menurut perkataan para ulama islam, Al-Qur'an telah mengabarkan peristiwa-peristiwa masa lalu dan masa yang akan datang di mana sebelumnya tak ada seorang pun yang mengetahui hal itu.[19] Seperti contoh: meceritakan secara detail peristiwa Sayidah Maryam, Nabi Nuh dan banjir bandangnya, dan Nabi Yusuf beserta saudara-saudaranya di mana sebelumnya tidak ada yang mengetahui hal tersebut.[20]
Begitu pula setelah kekalahan Romawi di tangan Persia pada tahun 615 masehi, Al-Qur'an dengan penuh kepastian mengabarkan bahwa Romawi kurang dari sepuluh tahun akan segera mengalahkan Persia dan akhirnya terjadilah hal itu.[21] Contoh lain dari pemberitaan kabar gaib ini seperti prediksi tentang akhir riwayat Abu Lahab, Abu Jahal, dan peristiwa Fathu Mekah yang mana semuanya benar terjadi.[22]
Mukjizat Al-Qur'an dan Sains
Mukjizat Al-Quran dan sains bahwa Al-Qur'an telah menjelaskan beberapa materi seputar sains yang mana pada masa diturunkannya Al-Qur'an, ilmu tersebut bahkan belum terungkap.[23] Materi-materi dalam Al-Qur'an yang sebagian mufasir menisbatkan dan meyakininya sebagai tanda kemukjizatan Al-Qur'an dari segi ilmiah adalah pembahasan seputar rotasi dan revolusi bumi (perputaran bumi pada porosnya serta perputaran bumi mengelilingi matahari), daya grafitasi bumi, berpasangannya segala sesuatu baik itu tumbuhan maupun hewan, dan perputaran planet-planet di dalam tatanan tata surya.[24]
Muhammad Hadi Ma'rifat, seorang peneliti Al-Qur'an, dengan bersandarkan pada ayat "Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"[25] dan penemuan-penemuan ilmiah yang mengatakan bahwa sumber kehidupan adalah dari air, berpendapat ayat tersebut merupakan salah satu kemukjizatan Al-Qur'an dari segi ilmiah.[26]
Kategori Lain Seputar Kemukjizatan Al-Qur'an
Kemukjizatan Al-Qur'an dari segi syariat[27] dan bilangan jumlah[28] merupakan kategori lainnya dalam pembahasan ini di mana sebagian cendekiawan telah memaparkannya.
Menurut teori pertama (kemukjizatan Al-Qur'an dari segi syariat), hukum-hukum dan aturan-aturan yang islam berikan kepada manusia, berbanding terbalik dengan hukum-hukum yang manusia buat, di mana islam telah mengatur seluruh dimensi manusia baik itu dimensi material maupun dimensi maknawi. Islam memberikan jalan untuk kebahagian dan kedamaian dunia yang juga selaras dengan fitrahnya. Oleh sebab itu tiada seorang pun yang bisa mengatur hal demikian, maka diyakini Al-Qur'an turun dari sisi Allah swt.[29]
Sementara untuk kemukjizatan Al-Qur'an dari segi bilangan jumlah mengatakan bahwa jumlah huruf-huruf dan kata-kata yang ada dalam Al-Qur'an memiliki keteraturan yang sedemikian rupa sehingga tidak ada seorang penulis pun yang mampu melahirkan tulisan dengan keteraturan semacam itu, dan hal itu menjadi petunjuk terkait kemukjizatan Al-Qur'an dari segi bilangan jumlah.[30]
Sebagai contoh, dalam Al-Qur'an kata jam «ساعت» digunakan sebanyak jumlah jam dalam sehari semalam, yakni 24 jam. Kata bulan «شهر» disebutkan sesuai dengan banyaknya bulan dalam setahun yaitu 12. Kemudian akar kata sujud «سجده» sebanyak 34 kali disebutkan dalam Al-Qur'an sebagaimana jumlah sujud pada salat-salat wajib dalam sehari.[31] Akan tetapi, cukup banyak yang tidak setuju dengan teori ini.[32]
Daftar Pustaka Mukjizat Al-Qur'an
Sejak berabad-abad dahulu hingga kini, permasalahan kemukjizatan Al-Qur'an telah menjadi topik penulisan oleh para ulama islam.[33] Di antara buku-buku teologi, dijadikan untuk membuktikan kenabian Nabi saw.[34] Begitu juga sebagian dari buku-buku Ulumul Quran bertemakan tentang kemukjizatan Al-Qur'an.[35] Selain itu, ada juga buku kemukjizatan Al-Qur'an yang di terpisah dari pembahasan Ulumul Quran secara umum milik sebagian ulama islam. Contoh buku-buku dalam tema khusus tersebut antara lain:
- I'jaz Al-Qur'an fi Nazmihi wa Ta'lifihi karya Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Wasithi (W. 306 atau 307 H) merupakan seorang teolog terkenal asal Baghdad.[36]
- I'jaz Al-Qur'an karya Ali bin Isa Rummani (W. 384 H), merupakan seorang muktazilah dari Baghdad.[37]
- Bayan I'jaz Al-Qur'an karya Abu Sulaiman Hamd bin Muhammad Khattobi (W. 388 H), seorang ulama ahli hadis Khurasan. Buku ini dan buku sebelumnya telah dicetak dalam kumpulan kitab Tsalasu Rasaila fi I’jaz Al-Qur'an pada tahun 1376 H di Mesir.[38]
- I'jaz Al-Qur'an karya Qadhi Abu Bakr Baqilani (W. 403) di mana kitab ini telah diterbitkan dengan berbagai macam cetakan serta menjadi bahan penelitian oleh para pakar.[39]
- I'jaz Al-Qur'an wa al-kalam fi Wujuhihi karya Syekh Mufid (W. 413 H) seorang fakih, teolog, dan ahli hadis terkenal Syiah.[40]
- Al-Sharfatu fi I'jaz Al-Qur'an karya Sayid Murtadha (W. 436 H) seorang teolog, fakih dan ahli ushul terkemuka dari kalangan Syiah.[41]
- Dalail al-I'jaz karya Abdul Qahir Jurjani (W. 471 H) merupakan penyusun pertama ilmu sastra bahasa arab. Buku ini telah beberapa kali dicetak dan juga telah banyak dikaji.[42]
- Al-Risalatu Assyafiah fi I'jaz Al-Qur'an karya Abdul Qahir Jurjani yang juga telah dicetak dalam kumpulan kitab Tsalatsu Rasail fi i’jaz Al-Qur'an.[43]
- Nihayah al-I'jaz fi Dirayah al-I'jaz karya Fakhruddin Razi (W. 606 H).[44]
- I'jaz Al-Qur'an karya Sayid Muhammad Husain Thabathabai. Buku ini merupakan adaptasi dari karya-karya beliau, khususnya al-Mizan pembahasan seputar mukjizat Al-Qur'an.[45]
Begitu pula, telah sangat banyak ditulis buku-buku, makalah-makalah, dan skripsi-skripsi seputar kemukjizatan Al-Qur'an (I'jaz Al-Qur'an). Sebanyak 348 karya telah diperkenalkan terkait hal ini.[46]
Catatan Kaki
- ↑ Lihat: Muthahhari, Majmu'e-e Āsar, jld. 2, hlm. 221; Baqilani, I'jāz al-Qur'ān, hlm. 9.
- ↑ Mutahhari, Majmu'e-e Āsar, jld. 2, hlm. 221.
- ↑ Thusi, at-Tibyān, jld. 1, hlm. 3.
- ↑ Baqilani, I'jāz al-Qur'ān, hlm. 9.
- ↑ Jawahiri, Wakawi-e Melak-e Tahaddi Dar Qur'an Wa Naqd-e Manteq-e Tanazzuli, majalah Pazuhesyha-e Qur'ani, vol. 2, hlm. 112.
- ↑ Tim Penulis, Syarh al-Mushthalahāt al-Kalāmiyyah, hlm. 64.
- ↑ Mu'addab, I'jaz-e Quran Dar Nazar-e Ahl-e Beit, hlm. 17.
- ↑ Khurramsyahi, Danesy Name-e Qur'an Wa Qur'an Pazuhesyi, jld. 1, hlm. 481.
- ↑ Khurramsyahi, Danesy Name-e Qur'an Wa Qur'an Pazuhesyi, jld. 1, hlm. 481.
- ↑ Suyuthi, al-Itqān, jld. 2, hlm. 242.
- ↑ Thabathaba'i, al-Mizan, jld. 1, hlm. 62-68.
- ↑ Ma'rifat, at-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 6, hlm. 34.
- ↑ Suyuthi, al-Itqān, jld. 2, hlm. 241; Ma'rifah, al-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 4, hlm. 137.
- ↑ Suyuthi, al-Itqān, jld. 4, hlm. 241.
- ↑ Lihat: Murtadha, Rasā'il as-Syarīf al-Murtadhā, jld. 2, hlm. 323-327; Syekh Mufid, Awā'il al-Maqālāt, hlm. 63.
- ↑ Ma'rifat, at-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 4, hlm. 180.
- ↑ Ma'rifat, al-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 5, hlm. 15; Subhani, al-Ilāhiyyāt, jld. 3, hlm. 243.
- ↑ Ma'rifat, al-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 5, hlm. 16-17.
- ↑ Lihat: Muthahhari, Majmu'e-e Āsar, jld. 2, hlm. 223; Ma'rifat, at-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 6, hlm. 186.
- ↑ Ma'rifat, at-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 6, hlm. 186.
- ↑ Mutahhari, Majmu'e-e Āsar, jld. 2, hlm. 223.
- ↑ Ma'rifat, at-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 6, hlm. 202.
- ↑ Burumand, Barresi Wa Naq-e Taujih-e Ilmi-e E'jaz-e Qur'an, majalah Maqalat Wa Barresiha, vol. 77, hlm. 76-77.
- ↑ Ma'aref, Jaigah-e E'jaz-e Elmi-e Qur'an Dar Tafsir-e Nuwin, majalah Shahife-e Mubin, vol. 37, hlm. 87.
- ↑ QS. al-Anbiyā':30.
- ↑ Ma'rifat, at-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 6, hlm. 35-39.
- ↑ Ma'rifat, at-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 6, hlm. 217.
- ↑ Reza'i Eshfahani, Pazuhesyi Dar E'jaz-e Elmi-e Qur'an, hlm. 220; Nuruzui, Ketabsyenasi-e E'jaz-e Adadi Wa Reyazi-e Qur'an, majalah Ayine-e Pazuhesyi, vol. 27, hlm. 84.
- ↑ Ma'rifat, at-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 6, hlm. 216-217.
- ↑ Yazdani, E'jaz-e Adadi Wa Nazm-e Reyazi-e Qur'an, majalah Keyhan-e Andisye, vol. 67, hlm. 62; Alawi Muqaddam, E'jaz-e Qur'an (2), majalah Payam-e Qur'an, vol. 4, hlm. 26.
- ↑ Yazdani, E'jaz-e Adadi Wa Nazm-e Reyazi-e Qur'an, majalah Keyhan-e Andisye, vol. 67, hlm. 65; Nuruzi, Ketabsyenasi-e E'jaz-e Adadi Wa Reyazi-e Qur'an, majalah Ayine-e Pazuhesyi, vol. 27, hlm. 84; Alawi Muqaddam, E'jaz-e Qur'an (2), majalah Payam-e Qur'an, vol. 4, hlm. 27.
- ↑ Nuruzi, Ketabsyenasi-e E'jaz-e Adadi Wa Reyazi-e Qur'an, majalah Ayine-e Pazuhesy, vol. 27, hlm. 83.
- ↑ Ma'rifat, I'jāz Qur'ān, Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami, jld. 9, hlm. 365.
- ↑ Lihat: Mutahhari, Majmu'e-e Āsar, jld. 2, hlm. 212-223; Subhani, al-Ilāhiyyāt, jld. 3, hlm. 233-436.
- ↑ Lihat: Ma'rifat, at-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān, jld. 5 & 6.
- ↑ Ma'rifat, I'jāz al-Qur'ān, Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami, jld. 9, hlm. 365.
- ↑ Mirza Muhammad, Muqaddame-e Wirastar, hlm. 22-23.
- ↑ Ma'rifat, I'jāz al-Qur'ān, Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami, jld. 9, hlm. 365.
- ↑ Ma'rifat, I'jāz al-Qur'ān, Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami, jld. 9, hlm. 365.
- ↑ Mirza Muhammad, Muqaddame-e Wirastar, hlm. 22-23.
- ↑ Mirza Muhammad, Muqaddame-e Wirastar, hlm. 25.
- ↑ Ma'rifat, I'jāz al-Qur'ān, Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami, jld. 9, hlm. 365.
- ↑ Ma'rifat, I'jāz al-Qur'ān, Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami, jld. 9, hlm. 365.
- ↑ Ma'rifat, I'jāz al-Qur'ān, Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami, jld. 9, hlm. 365.
- ↑ Mirza Muhammad, Muqaddame-e Wirastar, majalah, vol., hlm. 18.
- ↑ Reza'i, Manba' Syenasi E'jaz-e Elmi-e Qur'an, majalah Qur'an Wa Elm, vol. 7, hlm. 198-218.
Daftar Pustaka
- Alawi Muqaddam, Sayid Muhammad. E'jāz-e Qur'ān (2). Majalah Payam-e Qur'an. Vol: 4, 1373 HS/1994.
- Baqilani, Muhammad bin Thayyib. I'jāz al-Qur'ān. Editor Shalah Muhammad Awidhah. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1421 H.
- Burumand, Muhammad Husein. Barresi Wa Naqd-e Taujih-e Elmi-e E'jaz-e Qur'an. Majalah Maqalat Wa Barresiha. Vol: 11, 1381 HS/2022.
- Jawahiri, Sayid Muhammad Hasan. Wakawi-e Melak-e Tahaddi Dar Qur'an Wa Naqd-e Manteq-e Tanazzuli. Majalah Pazuhesyha-e Qur'ani. Vol: 2, 1395 HS/2016.
- Khurramsyahi, Baha'uddin. Danesyname-e Qur'an Wa Qur'an Pazuhi. Tehran: Nasyr-e Nahid-Dustan, 1377 HS/1998.
- Ma'aref, Majid. Jaigah-e E'jaz-e Elmi-e Qur'an Dar Tafsir-e Nuwin. Majalah Shahife-e Mubin. Vol: 37, 1385 HS/2006.
- Ma'rifat, Muhammad Hadi. At-Tamhīd Fī 'Ulūm al-Qur'ān. Qom: Yayasan Eslami-e at-Tamhid, 1388 HS/2009.
- Ma'rifat, Muhammad Hadi. I'jaz al-Qur'ān. Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami. Vol: 9. Tehran: Markaz-e Dayirah al-Ma'arif Buzurg-e Eslami. Cet. 1, 1379 HS/2000.
- Mirza Muhammad, Ali Reza. Muqaddame-e Wirastar. E'jaz-e Qur'an. Tehran: Markaz-e Nasyr-e Farhangg-e Raja, 1362 HS/1983.
- Mu'addab, Sayid Ridha. E'jaz-e Qur'an Dar Nazar-e Ahl-e Beit-e Eshmat Wa Bist Nafar Az Ulama-e Buzug-r Eslam. Qom: Ahsan al-Hadits, 1379 HS/2000.
- Mufid, Muhammad bin Muhammad. Awā'il al-Maqālāt Fī al-Madzhāhib Wa al-Mukhtārāt. Qom: Al-Mu'tamar al-'Alami Li as-Syekh al-Mufīd, 1413 H.
- Muthahhari, Murtadha. Majmu'e-e Asar. Tehran: Entesyarat-e Shadra, 1384 HS/2005.
- Nuruzi, Mujtaba. Ketabsyenasi-e E'jaz-e Adadi Wa Reyazi-e Qur'an. Majalah Ayine-e Pazuhesy. Vol: 27, 1390 HS/2011.
- Reza'i, Husain Reza. Manba' Syenasi-e E'jaz-e Elmi-e Qur'an. Majalah Takhassusi-e Qur'an Wa Elm. Vol: 7, 1389 HS/2010.
- Reza'i-e Esfahani, Muhammad Ali. Pazuhesyi Dar E'jaz-e Elmi-e Qur'an. Rasyt: Ketab-e Mubin. Cet. 5, 1388 HS/2009.
- Sayid Murtadha. Rasā'il asy-Syarīf al-Murtadhā. Riset Sayid Mahdi Raja'i. Qom: Dar al-Qur'an al-Karim, 1405 H.
- Subhani, Ja'far. Al-Ilāhiyyāt 'Alā Hudā al-Kitāb W as-Sunnah Wa al-'Aql. Qom: Markaz-e al-Alami Li ad-Dirasat al-Islamiyyah, 1412 H.
- Suyuthi, Jalaluddin. Al-Itqān Fī 'Ulūmal-Qur'ān. Riset Fawaz Ahmad Zumrali. Beirut: Dar al-Kutub al-'Arabi, 1421 H.
- Thabathaba'i, Sayid Muhammad Husein. Al-Mizān Fā Tafsār al-Qur'ān. Beirut: Yayasan al-A'lami Li al-Mathbu'at. Cet. 2, 1390 H.
- Thusi, Muhammad bin Hasa. At-Tibyān Fī Tafsīr al-Qur'ān. Riset Ahmad Qashir Amili. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-Arabi.
- Tim Penulis. Syarh al-Mushthalahāt al-Kalāmiyyah. Oleh Majma' al-Buhuts al-Islamiyyah. Masyhad: Astane-e Razawiye, 1415 H.
- Yazdani, Abbas. E'jaz-e Adadi Wa Nazm-e Reyazi-e Qur'an. Majalah Keihan-e Andisye. Vol: 67, 1375 HS/1996.