Lompat ke isi

Khulah Hanafiyah

Dari wikishia

Khulah, dikenal sebagai Khulah Hanafiyah, adalah salah satu istri Imam Ali as dan ibu dari Muhammad bin Hanafiyah. Menurut riwayat Syiah dan Ahlusunah, Rasulullah saw menyarankan atau mengizinkan Imam Ali as untuk menamai anaknya dari Khulah Hanafiyah dengan nama dan kunyah yang sama dengan Nabi Muhammad saw. Sayid Murtadha dan ulama Syiah lainnya menolak klaim bahwa Khulah murtad dan menjadi tawanan pada masa kekhalifahan Abu Bakar, dan menyatakan bahwa dia adalah seorang wanita Muslim merdeka.

Ibnu Syahr Asyub dalam Manaqib meriwayatkan sebuah hadis dari mam Baqir as yang menyatakan bahwa setelah Abu Bakar memberikan Khulah kepada Ali as, Imam menyerahkannya kepada Asma binti Umais, menetapkan mahar, dan kemudian menikahinya. Sumber-sumber Syiah dan Sunni mengonfirmasi pernikahan Ali as dengan Khulah. Dia meninggal pada [[Tahun 35 Hijriah].

Tidak Ada Hubungan antara Pernikahan Imam Ali as dengan Khulah dan Pengakuan terhadap Kekhalifahan Abu Bakar

Beberapa ulama Ahlusunah merujuk pada kisah penerimaan Khulah oleh Imam Ali as sebagai bagian dari rampasan perang pada masa kekhalifahan Abu Bakar, dan menganggapnya sebagai pengakuan Ali as terhadap kekhalifahan Abu Bakar. Mereka berargumen bahwa jika imamah dan kekhalifahan Abu Bakar tidak sah, maka pembagian dan pengelolaan rampasan perang juga tidak sah.[1] Sayid Murtadha (W. 436 H) dan ulama Syiah lainnya menolak klaim bahwa Khulah murtad dan menjadi tawanan, dan menyatakan bahwa dia adalah seorang wanita Muslim merdeka yang diselamatkan oleh Ali as dari orang yang menahannya. Oleh karena itu, mereka tidak melihat hubungan antara pernikahan Imam Ali as dengan Khulah dan pengakuan terhadap kekhalifahan Abu Bakar.[2]

Sumber-sumber Syiah meriwayatkan sebuah hadis dari Imam Baqir as yang, dengan kesaksian Jabir bin Abdullah al-Anshari, menolak klaim bahwa Khulah murtad dan menjadi tawanan.[3] Ibnu Hazm (W. 456 H) dalam bukunya Al-Ihkam fi Usul al-Ahkam menyebutkan bahwa Umar bin Khattab, khalifah kedua, memiliki perbedaan pendapat yang terkenal dengan Abu Bakar, khalifah pertama, mengenai kemurtadan dan penawanan Khulah serta anggota sukunya. Umar menolak keputusan Abu Bakar dan membatalkannya setelah kematian khalifah pertama.[4]

Biografi dan Nasab

Khulah adalah putri Ja'far bin Qais dari suku bani Hanifah.[5] Karena nasabnya berasal dari Hanifah bin Lujaim[6] atau, menurut riwayat lain, dari Hanafiyah bin Lujaim, dia dikenal sebagai Khulah Hanafiyah.[7] Khulah Hanafiyah meninggal pada tahun 35 H.[8] Di Qarah Tepe, Provinsi Diyala, Irak, terdapat sebuah makam yang diyakini sebagai milik Khulah Hanafiyah, meskipun penulis buku Ziarah-ziarah di Irak menyatakan bahwa klaim ini tidak memiliki sumber yang dapat dipercaya.[9]

Anak

Templat:Utama

Anak Imam Ali as dan Khulah dinamai Muhammad bin Hanafiyah, yang juga dikenal sebagai Muhammad bin Ali al-Akbar[10] atau Muhammad al-Akbar bin Ali.[11] Dia memiliki nama dan kunyah yang sama dengan Nabi Islam saw.[12] Menurut riwayat Syiah dan Ahlusunah, Nabi Muhammad saw menyarankan atau mengizinkan Imam Ali as untuk menamai anaknya dari Khulah Hanafiyah dengan nama dan kunyah yang sama dengan Nabi Islam saw[13], dan izin ini hanya diberikan untuknya.[14] Baladzuri, sejarawan abad ketiga, juga menganggap kandungan riwayat-riwayat ini sebagai fakta yang telah terbukti.[15]

Istri Ali as atau Budaknya?

Terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah Khulah Hanafiyah menikah dengan Imam Ali as dan menjadi istrinya atau apakah dia adalah seorang budak dan umm walad. Ibnu Abi al-Hadid juga menyebutkan perbedaan pendapat ini.[16]

Sayid Murtadha berpendapat bahwa Ali as menetapkan mahar untuknya dan menikahinya.[17] Ibnu Syahr Asyub dalam Manaqib dan Quthb Rawandi (W. 573 H) dalam Al-Khara'ij meriwayatkan sebuah hadis dari Imam Muhammad al-Baqir as yang menyatakan bahwa pernikahan Imam Ali as dengan Khulah juga disertai dengan karomah. Dalam riwayat ini, setelah Abu Bakar memberikan Khulah kepada Ali as, Imam menyerahkannya kepada Asma binti Umais. Ali as melalui saudaranya mengajukan permintaan untuk menikahi Khulah, mahar ditetapkan, dan Imam Ali as menikahinya.[18] Ibnu Abi al-Hadid juga menganggap pendapat bahwa Imam Ali as menikahi Khulah sebagai pendapat yang kuat dan terperiksa.[19] Pernikahan Ali as dengan Khulah, selain diriwayatkan oleh Syiah, juga disebutkan oleh Ahlusunah seperti Baladzuri, Ibnu Hajar al-Asqalani, dan Sam'ani.[20]

Pendapat lain menyatakan bahwa Khulah adalah tawanan dan budak atau ummu walad-nya. Baladzuri dan Ibnu Abi al-Hadid menyebutkan bahwa sebagian orang meyakini Khulah ditawan pada masa Nabi Islam saw dan menjadi bagian dari rampasan perang Ali as.[21] Kulaini (W. 329 H]]), dalam Ar-Rasa'il, meriwayatkan sebuah surat dari Ali bin Ibrahim yang menyebutkan kisah penawanan Khulah pada masa hidup Rasulullah (saw).[22]

Sebagian lainnya menganggap Khulah Hanafiyah sebagai tawanan dari Perang Riddah yang ditawan oleh Khalid bin Walid pada masa kekhalifahan Abu Bakar karena penduduknya menolak membayar zakat, murtad, dan mengaku sebagai nabi palsu Musailamah al-Kadzdzab. Abu Bakar kemudian memberikan Khulah Hanafiyah kepada Ali as sebagai bagian dari rampasan perang.[23] Beberapa juga menyebutkan bahwa dia adalah tawanan dari Perang Yamamah yang ditawan pada masa kekhalifahan Abu Bakar.[24]

Sebagian lainnya, berdasarkan riwayat dari Asma binti Umais, menyebutkan bahwa Khulah Hanafiyah adalah tawanan, tetapi bukan dari Perang Riddah atau Yamamah; melainkan Ali as membelinya dari pasar Dzul Majaz, salah satu pasar Arab, saat kembali dari Yaman, dan memberikannya kepada Sayidah Fatimah az-Zahra sa.[25] Menurut Ibnu Kalbi, keyakinan bahwa Khulah ditawan dalam Perang Yamamah adalah keliru, dan dia ditawan oleh sekelompok Arab pada masa kekhalifahan Abu Bakar.[26]

Catatan Kaki

  1. Sam'ani, Al-Ansab, 1408 H, jilid 2, hlm. 281.
  2. Sayid Murtadha, al-Syafi, 1398 H, jilid 4, hlm. 222.
  3. Quthb Rawandi, Al-Khara'ij, 1409 H, jilid 2, hlm. 589-593; Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, 1379 H, jilid 2, hlm. 278.
  4. Ibnu Hazm, Al-Ihkam, Dar al-Afaq al-Jadidah, jilid 6, hlm. 65-66.
  5. Mus'ab bin Abdullah, Nasab Quraisy, Dar al-Ma'arif, hlm. 41.
  6. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, 1410 H, jilid 3, hlm. 14 dan jilid 5, hlm. 67.
  7. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, 1415 H, jilid 54, hlm. 321; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jilid 2, hlm. 200.
  8. Syahrastani, At-Tasmiyat, 1431 H, hlm. 384.
  9. Faqih Bahru al-Ulum dan Khamahyar, Ziarah-ziarah di Irak, Organisasi Haji dan Ziarah, jilid 2, hlm. 233.
  10. Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Beirut, jilid 5, hlm. 154 dan jilid 11, hlm. 628.
  11. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, 1410 H, jilid 5, hlm. 67.
  12. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, 1410 H, jilid 5, hlm. 67-68; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jilid 2, hlm. 200.
  13. Alawi Umari, Al-Majdi, 1380 H, hlm. 196; Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah Ibnu Abi al-Hadid, 1385 H, jilid 1, hlm. 244; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jilid 2, hlm. 200-201; Ibnu Hajar al-Asqalani, Al-Ishabah, 1415 H, jilid 8, hlm. 113.
  14. Alawi Umari, Al-Majdi, 1380 H, hlm. 196.
  15. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jilid 2, hlm. 201.
  16. Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah Ibnu Abi al-Hadid, 1385 H, jilid 1, hlm. 244.
  17. Sayid Murtadha, Tanzih al-Anbiya wa al-A'immah as, 1398 H, hlm. 379-380.
  18. Quthb Rawandi, Al-Khara'ij, 1409 H, jilid 2, hlm. 589-593; Ibnu Syahra Asyub, Manaqib, 1379 H, jilid 2, hlm. 278.
  19. Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah Ibnu Abi al-Hadid, 1385 H, jilid 1, hlm. 244.
  20. Ibnu Hajar al-Asqalani, Al-Ishabah, 1415 H, jilid 8, hlm. 113; Sam'ani, Al-Ansab, 1408 H, jilid 2, hlm. 281; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jilid 2, hlm. 201.
  21. Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah Ibnu Abi al-Hadid, 1385 H, jilid 1, hlm. 244; Baladzuri, Ansab al-Asyraf, 1417 H, jilid 2, hlm. 200.
  22. Ibnu Thawus, Kasyf al-Mahajjah, 1412 H, hlm. 244-245.
  23. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqat al-Kubra, 1410 H, jilid 5, hlm. 67; Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, 1385 H, jilid 1, hlm. 244.
  24. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, 1415 H, jilid 54, hlm. 323; Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, 1427 H, jilid 5, hlm. 55; Mahbuddin Thabari, Dzakhair al-Uqba, 1356 H, hlm. 117; Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Beirut, jilid 5, hlm. 154 dan jilid 11, hlm. 628.
  25. Bukhari, Sir al-Silsilah al-Alawiyah, 1389 H, hlm. 124; Ibnu 'Anbah, 'Umdah ath-Thalib, 1417 H, hlm. 323.
  26. Alawi Umari, Al-Majdi, 1380 H, hlm. 195.

Daftar Pustaka

  • Ibnu Abi al-Hadid, Abdul Hamid bin Hibatullah, Syarh Nahj al-Balaghah Ibnu Abi al-Hadid, disunting oleh Muhammad Abul Fadl Ibrahim, Qom, Perpustakaan Ayatullah al-Uzhma Mar'asyi Najafi, 1385 H.
  • Ibnu Hajar al-Asqalani, Ahmad bin Ali, Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, disunting oleh Ali Muhammad Mu'awwadh dan Adil Ahmad Abdul Maujud, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1415 H.
  • Ibnu Hazm, Ali bin Ahmad. Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, disunting oleh Ahmad Muhammad Syakir. Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah, tanpa tahun.
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad. Al-Thabaqat al-Kubra, disunting oleh Muhammad Abdul Qadir Atha, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1410 H.
  • Ibnu Syahr Asyub, Muhammad bin Ali, Manaqib Al Abi Thalib, disunting oleh Muhammad Husain Asytiyani dan Hasyim Rasul
  • Ibnu Thawus, Ali bin Musa, Kasyf al-Mahajjah li Tsimar al-Mahajjah, disunting oleh Muhammad Hassun, Qom, Maktab al-I‘lam al-Islami, 1412 H.
  • Ibnu Asakir, Ali bin Hasan. Tarikh Madinah Dimasyq, disunting oleh Ali Syirazi. Beirut: Dar al-Fikr, 1415 H.
  • Ibnu Anbah, Ahmad bin Ali. Umdah al-Thalib fi Ansab al Abi Talib. Qom: Muassasah Ansahriyyan lit-Tiba'ah wa al-Nasyr, 1417 H.
  • Bukhari, Abu Nashr Sahl bin Abdullah. Sir al-Silsilah al-'Alawiyyah fi Ansab al-Sadah al-'Alawiyyah, disunting oleh Mahdi Raja'i. Qom: Perpustakaan Besar Ayatullah Al-Udzma Mar‘asyi Al-Najafi, 1389 H.
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya. Ansab al-Asyraf, disunting oleh Suhail Zakkar dan Riad al-Zarkali. Beirut: Dar al-Fikr, edisi pertama, 1417 H.
  • Dzahabi, Muhammad bin Ahmad. Siyar A'lam al-Nubala’ . Kairo: Dar al-Hadis, 1427 H.
  • Sam'ani, Abdul Karim bin Muhammad. Al-Ansab, disusun oleh Abdullah Umar. Beirut: Dar al-Jinan, 1408 H.
  • Sayid Murtadha, Ali bin Husain, Tanzih al-Anbiya’ wa al-Aimmah as, disunting oleh Mahdi Mahruzi, dikumpulkan dan diteliti oleh Muhammad Husain Dira’iti, Mashhad, Yayasan Penelitian Islam Astane Quds Razavi, 1398 H.
  • Sayid Murtadha, Ali bin Husain. Al-Syafi fi al-Imamah, disunting oleh Muhammad Husain Dira’iti. Masyhad: Yayasan Penelitian Islam Astane Quds Razavi, 1398 H.
  • Syahrestani, Sayid Ali. Al-Tasmiyat. 1431 H.