Lompat ke isi

Kamar Nabi Muhammad saw

tanpa infobox
Dari wikishia

Kamar Nabi Muhammad saw (bahasa Arab: الحجرة النبوية) adalah tempat pemakaman Nabi Muhammad saw, yang juga merupakan tempat tinggalnya bersama Aisyah. Kubah Hijau (Al-Qubbatul Khadra') ditempatkan di atas kamar ini. Kamar Nabi adalah salah satu dari dua kamar yang dibangun di timur Masjid Nabawi untuk Nabi saw. Ukurannya sekitar 4,5×3,5 meter dan memiliki dua pintu; satu mengarah ke masjid dan yang lainnya ke luar. Rumah Sayidah Fatimah as terletak di sisi utara kamar ini. Di rumah inilah Nabi saw jatuh sakit, wafat, dan masyarakat menunaikan salat jenazah atas beliau. Atas saran Imam Ali as, Nabi pun dimakamkan di rumah itu sendiri.

Bagian selatan makam Nabi yang berjarak tiga meter dari pusara.[1]

Setelah Nabi, Abu Bakar dan Umar bin Khattab juga dimakamkan di dalam kamar ini. Imam Hasan as juga berwasiat agar dimakamkan di samping Nabi, tetapi Aisyah dan Bani Umayyah menghalanginya. Dalam renovasi-renovasi berikutnya, Kamar Nabi menjadi bagian dari Masjid Nabawi dan ditempatkan di dalam sebuah Dharih bersama dengan rumah Sayidah Fatimah as. Kamar Nabi sangat dihormati oleh Muslimin dan benda-benda berharga telah dipersembahkan kepadanya, beberapa di antaranya disimpan di dalam makam Nabi.

Pengenalan

Denah interior makam Nabi saw yang mencakup rumah beliau dan rumah Sayidah Fatimah as sebagai bagian darinya.

Kamar Nabi (Arab: الحجرة النبوية الشريفة), yang juga dikenal sebagai Baitun-Nabi[2] dan Kamar Nabi Islam saw, merujuk pada rumah Nabi dan istri beliau, Aisyah.[3] Setelah pembangunan dan penyelesaian Masjid Nabawi, dua kamar dibangun di samping masjid untuk tempat tinggal Nabi dan istri-istrinya: satu untuk Saudah dan satu lagi untuk Aisyah.[4] Namun, Rasul Jafariyan, seorang sejarawan Syiah, menyatakan kemungkinan bahwa Nabi saw dimakamkan di rumahnya sendiri, di bagian yang terletak antara rumah Sayidah Fatimah as dan kamar Aisyah; namun, Aisyah kemudian mengklaim kepemilikan atas bagian tersebut setelah memperoleh kekuasaan selama masa kekhalifahan Umar.[5]

Menurut beberapa riwayat, suku Banu Najjar yang membangun rumah-rumah ini untuk Nabi saw.[6] Rumah-rumah ini terletak di timur Masjid Nabawi,[7] dan Nabi saw tinggal di sana hingga akhir hayatnya.[8]

Dinding timur ke barat kamar ini diperkirakan sekitar 4,5 hingga 5 meter, sedangkan dinding utara ke selatan sekitar tiga setengah meter.[9] Kubah Hijau (Al-Qubbatul Khadra') ditempatkan di atas Kamar Nabi Islam.[10] Kamar Nabi saw memiliki dua pintu; satu menuju Masjid Nabawi dan yang lainnya ke luar.[11]

Rumah Sayidah Fatimah as terletak di belakang Kamar Nabi (di sisi utara).[12] Ada lubang kecil di antara kedua rumah ini[13] yang digunakan Nabi untuk menanyakan kabar putrinya.[14] Pada suatu malam, terjadi perselisihan antara Sayidah Fatimah as dan Aisyah yang membuat Fatimah as sedih, dan atas permintaan Fatimah as, Nabi menutup lubang tersebut.[15]

Pemakaman Nabi

Nabi wafat di Madinah di rumah yang beliau tinggali bersama Aisyah.[16] Atas saran Imam Ali as,[17] masyarakat masuk secara bergiliran ke dalam rumah tersebut dan menunaikan salat atas jenazah beliau.[18] Meskipun ada perdebatan mengenai lokasi pemakaman, akhirnya atas saran Imam Ali as, Nabi saw dimakamkan di tempat beliau wafat.[19]

Ilustrasi berdasarkan sumber yang menunjukkan bahwa makam-makam tersebut berada di bagian selatan rumah, sementara Aisyah tinggal di bagian utara kamar.[20]

Setelah meninggalnya Abu Bakar dan Umar, mereka juga dimakamkan di dalam kamar ini. Kepala Abu Bakar diletakkan sejajar dengan bahu Nabi, dan kepala Umar sejajar dengan bahu Abu Bakar.[21] Setelah Umar dimakamkan, Aisyah menarik tirai antara tempat tinggalnya dan area makam.[22] Alasan ini disebutkan karena Umar bukanlah mahram baginya.[23]

Imam Hasan as berwasiat untuk dimakamkan di samping Nabi Muhammad saw dan merasa dirinya lebih layak untuk dimakamkan di sana dibandingkan yang lain.[24] Aisyah, istri Nabi mencegah pemakaman Imam Hasan as di samping Nabi.[25]


Rekonstruksi

Salah satu kereta pengangkut hadiah ke Istanbul. Berdasarkan beberapa laporan, pemerintah Ottoman memindahkan 269 bagian dari benda-benda yang ada di Kamar Nabi ke Istanbul.[26]

Al-Walid bin Abdul Malik, khalifah Umayyah (berkuasa: 86H-96H), merenovasi rumah Nabi dengan batu. Kemudian ia membangun dinding di sekitar kamar yang memiliki lima sisi. Alasan untuk ini adalah agar tidak menyerupai Ka'bah.[27] Perluasan pada masa Walid menyebabkan rumah Nabi saw berada di dalam masjid.[28] Pada tahun Tahun 557H, di sekitar makam Nabi, di bawah tanah, timah cair dituangkan karena kemungkinan infiltrasi oleh orang-orang Kristen yang berencana menyerang melalui Laut Merah, untuk mencegah akses mereka ke makam Nabi saw.[29]

Pada Tahun 668H, Baybars membangun dinding berpagar berbentuk dharih di sekitar bangunan lima sisi itu dalam bentuk persegi panjang dan Rumah Sayidah Fatimah sa juga termasuk di dalamnya.[30] Dalam renovasi ini, kamar Nabi saw dan kamar Sayidah Fatimah sa yang dikelilingi oleh pagar besi, berada di dalam masjid, beberapa meter dari dinding timur masjid.[31]

Di Dalam Kamar

Pada abad ke-7 Hijriah, salah satu penguasa Ismailiyah di Mesir bernama Ibnu Abi Al-Hijjah, menempatkan tirai dengan Surah Yasin tertulis di atasnya, di atas makam Nabi saw.[32] Tradisi ini tetap ada hingga sekarang, dan selalu ada kain yang ditempatkan di atas makam.[33]

Kamar Nabi sangat dihormati, dan Muslimin serta raja-raja memberikan barang-barang berharga sebagai hadiah ke sana.[34] Di antara hadiah-hadiah kuno yang tersisa di sana adalah lampu gantung yang dilapisi emas dan perak, serupa dengan yang ada di dalam Ka'bah.[35]

Sebelum pemerintahan Dinasti Saud, ada puisi dari abad ke-12 H yang memuji Nabi saw, tertulis dengan tinta emas mengelilingi zarih. Setelah pemerintahan Dinasti Saud, beberapa bait puisi tersebut dihapus karena diyakini bahwa beberapa ungkapannya mengandung syirik; meskipun menurut pandangan lain, puisi itu merupakan contoh tawassul yang sah.[36]

Catatan Kaki

  1. Al-Harbi, "تعرف علی أبرز موجودات وتفاصیل الحجرة النبویة", Al Arabiya.
  2. Al-Anshari, 'Imara wa Tawsi'at Al-Masjid An-Nabawi Al-Syarif 'abra Al-Tarikh, 1996M, hlm. 61.
  3. "الحجرة النبوية. الملائكة يحوفون بالقبر الشريف", Al Madinah.
  4. Pishvai, "Mengapa Nabi Islam dimakamkan di rumahnya sendiri?", Portal Ilmu Pengetahuan Manusia.
  5. Jafariyan, Sirah Rasulullah saw, 1383S, hlm. 683.
  6. Al-Muqrizi, Imta' Al-asma', 1420H, Jilid 1, hlm. 67.
  7. Al-Anshari, 'Amara wa Tawsi'at Al-Masjid An-Nabawi al-Syarif 'Ibret At-Tarikh, 1996M, hlm. 61.
  8. Pishvai, "Mengapa Nabi Islam dimakamkan di rumahnya sendiri?", Portal Ilmu Pengetahuan Manusia.
  9. "الحجرة النبوية، المسجد من الداخل", Panduan Anda ke Madinah An-Nabawiyyah.
  10. Isma'il, "Detail dan Rahasia 'yang hanya sedikit diketahui' tentang Kamar Nabi yang Mulia", Al Arabiya.
  11. Pishvai, "Mengapa Nabi Islam dimakamkan di rumahnya sendiri?", Portal Ilmu Pengetahuan Manusia.
  12. Qa'idan, Panduan Tempat-tempat Keagamaan Makkah Al-Mukarramah dan Madinah, 1390S, hlm. 177.
  13. Al-Saghir, Imam Ali as: Siratuhu wa Qiyadatahu 'ala Dhau' al=Manhaj al-Tahlili 2002M, Jilid 1, hlm. 31.
  14. Samhudi, Wafa' Al-Wafa', 2006M, Jilid 2, hlm. 57.
  15. Sabri Pasha, Ensiklopedia Cermin Dua Makam Suci dan Jazirah Arab, 2004M, Jilid 3, hlm. 262.
  16. Ibnu Al-'Imrani, Al-Inba', 2001M, hlm. 45.
  17. Syekh Mufid, Al-Irsyad, 1413H, Jilid 1, hlm. 188.
  18. Ibnu Sa'd, At-Tabaqat Al-Kubra, 1410H, Jilid 2, hlm. 220.
  19. Muhaddits Arbeli, Kasyf Al-Ghummah, 1421H, Jilid 1, hlm. 19.
  20. "الحجرة النبوية.. قبر الرسول المصطفى وصاحبيه أبوبكر وعمر", Kantor Berita Saudi Arabia.
  21. Al-Anshari, Imara wa Tawsi'at Al-Masjid An-Nabawi ash-Syarif 'abra At-Tarikh, 1996M, hlm. 62.
  22. Al-Anshari, Imara wa Tawsi'at Al-Masjid An-Nabawi ash-Syarif 'abra At-Tarikh, 1996M, hlm. 62.
  23. Al-Anshari, Imara wa Tawsi'at Al-Masjid An-Nabawi ash-Syarif 'abra At-Tarikh, 1996M, hlm. 62.
  24. Syekh Thusi, Al-Amali, 1414H, hlm. 160.
  25. Ya'qubi, Tarikh Al-Ya'qubi, Beirut: Jilid 2, hlm. 225.
  26. آخر الأخبار/العثمانيون-من-قصف-الكعبة-إلى-سرقة-مقتنيات-الحجرة-الشريفة العثمانيون. من قصف الكعبة إلى سرقة مقتنيات الحجرة الشريفة، المدينة.
  27. Al-Anshari, 'Imarah wa Tawsi'at Al-Masjid al-Nabawi al-Syarif 'abra al-Tarikh, 1996M, hlm. 63.
  28. Ibnu Katsir Al-Dimasyqi‏, Al-Bidayah wa An-Nihayah, 1407H, Jilid 9, hlm. 75.
  29. Jafarian, Atsar Islami Makkah wa Madinah, 1387S, hlm. 218.
  30. Jafarian, Atsar Islami Makkah wa Madinah, 1387S, hlm. 243.
  31. Pishva'i, Mengapa Nabi Islam dimakamkan di rumahnya?, Portal Ilmu Pengetahuan Humaniora.
  32. Jafarian, Atsar Islami Makkah wa Madinah, 1387S, hlm. 256.
  33. Ismail, Rincian dan Rahasia "yang sedikit diketahui" tentang Kamar Nabi yang Mulia, Al-Arabiya.
  34. Untuk informasi lebih lanjut lihat: Sabban, Barang-barang Kamar Nabi yang Mulia Menurut Catatan Ottoman Tahun 1326 H
  35. Ismail, Rincian dan Rahasia "yang sedikit diketahui" tentang Kamar Nabi yang Mulia, Al-Arabiya.
  36. Kamar Nabi, bagian dalam masjid، Panduan Anda ke Madinah An-Nabawiyyah.

Daftar Pustaka