Ayatullah
Ayatullah (bahasa Arab: آیة الله) artinya tanda Allah, adalah gelar yang digunakan untuk peringkat tertinggi pertama dan kedua yang menunjukkan keilmuan fukaha Syiah. Gelar ini digunakan untuk fukaha derajat pertama sejak awal-awal abad ke-14 H. Sebelum itu laqab Ayatullah hanya digunakan untuk Allamah Hilli. Setelah berdirinya hauzah ilmiah Qom oleh Syekh Abdul Karim Hairi, ulama-ulama besar yang mengajar di tempat tersebut, juga mendapatkan gelar Ayatullah.
Ayatullah dan Ayatullah al-Uzhma
Ayatullah yang artinya tanda Allah dan Ayatullah al-Uzhma yang artinya tanda besar Allah, dalam tradisi Syiah saat ini khususnya di Iran digunakan sebagai gelar untuk fukaha yang masyhur khususnya untuk mereka yang mencapai kedudukan marjaiat. [1] Rasulullah saw menyebut Imam Ali as dalam ungkapan «أَنْتَ کَلِمَةُ اللهِ الْعُلْیا وَآیته الْکُبْری» "Engkau (Ali as) adalah kalimat Allah yang tinggi dan tanda-Nya yang besar"[2]
Amirul Mukminin as memperkenalkan dirinya sebagai Hujjah al-Uzhma dan tanda yang besar.[3]
Sejarah
Gelar Ayatullah pertama kali digunakan Syahid Tsani pada abad ke 10 H untuk menyebut Syahid Awal (w. 786 H/1385). [4] Setelah itu, gelar ini digunakan dalam ijazah (izin mengutip hadis) pada periode Shafawi. Dalam jazah-ijazah yang dikumpulkan oleh Allamah Majlisi yang dituliskan dalam Bihar al-Anwar, Syaraffudin Syulistani [5], Syekh Bahai [6] dan Majlisi Awal [7] dalam surat ijazah yang mereka berikan untuk para muridnya menggunakan gelar Ayatullah, misalnya Allamah Hilli disebut Ayatullah fi al-'Alamin. Pada periode ini juga Abul Qasim Jarfadqani (abad 11 H) menyebut gelar ini untuk Syekh Shaduq (w. 381 H/992). [8]
Sebelum periode Shafawiah gelar-gelar yang digunakan seperti Tsiqah al-Islam, Hujjatul Islam dan juga Ayatullah hanya khusus digunakan untuk beberapa pribadi yang gelar itu tetap melekat padanya secara khusus setelah berabad-abad. Pada abad ke-4 H misalnya, gelar Tsiqah al-Islam hanya khusus digunakan untuk Muhammad bin Ya'qub al-Kulaini dan pada abad ke-7 H gelar Muhaqqiq hanya digunakan untuk Jakfar bin Hasan al-Hilli.
Sampai pada abad ke-14 H, gelar Ayatullah untuk fukaha tidak lazim digunakan. Pada awal-awal abad ini, Mirza Husain Nuri (1254 H/1839-1320 H/1903) menggunakan gelar Ayatullah untuk Sayid Muhammad Mahdi Bahrul Ulum. [9] Sejarawan pada era Revolusi Konstitusional Iran menggunakan gelar Ayatullah untuk Akhund Khurasani, Husain Khalili Tehrani, Syekh Abdullah Mazandarani dan ulama lainnya. [10] Menurut kamus bahasa Dehkhuda, Ayatullah pada masa Revolusi Konstitusional Iran digunakan untuk Sayid Abdullah Bahbahani dan Sayid Muhammad Thabathabai Sanggalji dari kalangan pimpinan revolusi kala itu. [11] Matini menulis, gelar Ayatullah setelah masa Revolusi Konstitusional Iran digunakan untuk ulama-ulama besar namun tidak berdasarkan kriteria khusus. [12]
Beberapa puluh tahun setelahnya, Syekh Abbas al-Qummi (w. 1395 H/1975) menggunakan gelar Ayatullah untuk menyebut sejumlah ulama diantaranya Syekh Murtadha Anshari, Syekh Husain Najafi [13], Sayid Muhammad Hasan Syirazi [14] dan Bahrul Ulum [15]. Selain itu, ia juga menulis dalam kitabnya al-Kuna wa al-Alqab itu dalam banyak tempat menyebut Allamah Hilli dengan gelar Ayatullah. [16]
Matini dalam artikelnya mengenai sejarah singkat gelar-gelar ulama dengan meneliti penggunaan laqab ulama-ulama terkenal dalam kitab Ganjineh Daneshmandan (Harta Karun para Ilmuan) menyebut dengan menetapnya Syekh Abdul Karim Hairi di kota Qom dan mendirikan hauzah ilmiah di kota tersebut menyebabkan menjamurnya penggunaan istilah Ayatullah untuk para mujtahid. [17] Gelar Ayatullah sampai hari ini digunakan untuk para mujtahid sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan dari para pengikutnya. [18]
Catatan Kaki
- ↑ Anwari, Farhang-e Sukhan, jld. 1, hlm. 195; Matini, Bahtsi Darbare-e Sabeqe-e Tarikhi Alqab, hlm. 561
- ↑ Kafizh Rajab Barsi, Masyariq Anwar al-Yaqin, jld. 1, hlm. 81
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 107, hlm. 335.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 105, hlm. 135
- ↑ Majlisi, Biharul Anwar, jld. 107, hlm. 36
- ↑ Majlisi, Biharul Anwar, jld. 106, hlm. 146
- ↑ Majlisi, Biharul Anwar, jld. 107, hlm. 79
- ↑ Majlisi, Biharul Anwar, jld. 107, hlm. 100
- ↑ Nuri, Khatamah Mustadrak al-Wasail, jld. 2, hlm. 44
- ↑ Naraqi, Kasyan dar Janbasy Masyruthah Iran, hlm. 46-47; Nazhim al-Islam Karmani, Tarikh Bidari Iranian (Sejarah Kebangkitan Orang-Orang Iran), hlm. 88; Kasrui, Tarikh Masyruthah Iran, jld. 2, hlm. 371
- ↑ Dehkhuda, Lughatnameh, jld. 1, hlm. 263-265
- ↑ Matini, Bahts Darbare-e Sabaqe-e Tarikhi Alqab, hlm. 584
- ↑ Qomi, al-Kuna wa al-Alqab, jld. 2, hlm. 397
- ↑ Qomi, al-Kuna wa al-Alqab, jld. 3, hlm. 224
- ↑ Qomi, al-Kuna wa al-Alqab, jld. 3, hlm. 158
- ↑ Sebagai contoh: Qomi, al-Kuna wa al-Alqab, jld. 2, hlm. 90, 291 dan jld. 3, hlm. 154
- ↑ Matini, Bahts Darbare-e Sabaqe-e Tarikhi Alqab, hlm. 584-587
- ↑ Rabbani Kurasanggani, Nahad Marja'iyat Syi'ah, hlm. 130
Daftar Pustaka
- Anwari, Hasan. Farhang-e Bozorg Sukhan. Teheran: Entesyarat-e Sukhan, 1390 HS (2011).
- Dekhoda, Ali Akbar. Lughat Nāmeh Dekhodā. Teheran: Danesygah-e Teheran, 1377 HS (1998).
- Kasrawi, Ahmad. Tārīkh-e Masyrūte-ye Irān. Teheran: 1356 HS (1977).
- Majlisi, Muhammad Baqir. Bihār al-Anwār. Beirut: 1403 H.
- Matini, Jalal. Bahtsī darbore-ye Sābeqe-ye Tārīkhiy-e Alqāb wa 'Anāwīn-e 'Ulamā dar Madzhab-e Syī'e. Majalah Iran Nameh. No. 4. 1362 HS (1983).
- Nadzimul Islam Kermani, Muhammad. Tārīkh-e Bīdārī-e Irāniyān. Riset Ali Akbar Sa'idi Sirjani. Teheran: 1362 HS (1983).
- Naraqi, Hasan. Kāsyān dar Junbesy-e Masyrūteye Irān. Teheran: 1355 HS (1976).
- Nuri, Husain. Khātimah al-Mustadrak dar Mustadrak Al-Wasā'il. Qom: Muassisah Alul Bait, 1408 H.
- Qummi, Abbas. Al-Kunā wa al-Alqāb. Teheran: Maktabah ash-Shadr, 1409 H.
- Rabbani Khurasgani, Ali. Nahād-e Marja'iyyāt-e Syi'e wa Naqsy-e Ān dar Tahawwulāt-e Ejtemā'iy-e Irān-e Mu'āsher. Majalah Syi'e Syenāsī. No. 10. 1384 HS (2005).