Kafir Dzimmi

Prioritas: b, Kualitas: b
tanpa foto
Dari wikishia

Kafir dzimmi (bahasa Arab:الكافر الذمي) adalah orang-orang dari ahli kitab yang tinggal di negara Islam dan berdasarkan aturan Islam, mereka harus membayar jizyah. Menurut syariat Islam, kafir dzimmi harus melakukan kontrak dzimmah dengan penguasa Islam untuk tinggal di negeri Islam dan menikmati hak perlindungan. Maksud dari ahli Kitab disini adalah Yahudi, Nasrani, dan Zoroaster.

Menurut fatwa para fukaha, ahli kitab harus melakukan hal-hal berikut dalam kontrak dzimmah: membayar jizyah, tidak berperang dengan kaum muslim dan membantu musuh mereka, tidak merugikan kaum muslim (dengan melakukan hal-hal seperti mencuri dan memata-matai untuk kepentingan musuh), tidak memperlihatkan di depan umum hal-hal yang diharamkan dalam Islam, tidak membangun tempat peribadatan seperti gereja dan tidak membunyikan lonceng, menerapkan syariat Islam yang diwajibkan bagi mereka. Di sisi lain, Pemerintah Islam harus mengakui kepemilikan harta dan properti mereka dan melindungi hak-hak mereka dalam masyarakat Islam.

Definisi Secara Fikih dan Contohnya

Kafir Dzimmi, kebalikan dari Kafir Harbi, yakni kafir dari golongan ahli kitab yang tinggal di dalam negara Islam dan telah menandatangani kontrak dzimmah dengan pemerintahan Islam.[1] Dzimmah adalah sebuah kontrak atau perjanjian antara masyarakat kafir ahli kitab dengan pemerintahan atau penguasa Islam, dimana setelah menyetujui kontrak tersebut, mereka diperbolehkan untuk tetap pada agama mereka dan mendapatkan hak keamanan dari pemerintah Islam dengan membayar jizyah sebagai imbalan.[2]

Para fukaha menganggap Yahudi, Kristen dan Zoroaster sebagai bagian dari kelompok kafir ahli kitab.[3]

Ketentuan Kontrak Dzimmah

Menurut fatwa para fukaha, dalam akad Dzimmah, ahli kitab harus mematuhi enam hal: membayar jizyah, tidak memerangi umat Islam dan membantu musuh mereka, tidak merugikan umat Islam (dengan melakukan hal-hal seperti mencuri dan memata-matai umat Islam untuk kepentingan musuh), tidak memperlihatkan di depan umum hal-hal yang diharamkan di dalam Islam, tidak membangun tempat peribadatan seperti gereja dan tidak membunyikan lonceng, ikut menjalankan hukum Islam yang diterapkan untuk mereka.[4] Di sisi lain, Pemerintah dan penguasa Islam memberikan kebebasan kepada mereka untuk tetap dalam agama mereka dan tinggal di negeri Islam, serta memiliki hak keamanan dan perlindungan.[5]

Di zaman sekarang, menurut konsep hak kewarganegaraan dalam undang-undang negara dan Konstitusi Republik Islam Iran kontrak dzimmah belum aktif dan tidak bisa dilaksanakan.[6]

Hukum Fiqih

Beberapa hukum fikih yang berkaitan dengan kafir dzimmi adalah sebagai berikut:

  • Kafir dzimmi tidak berhak memasuki masjid orang-orang Islam.[7]
  • Kafir dzimmi dapat melakukan perbuatan yang diperbolehkan dalam agamanya, walaupun tidak diperbolehkan menurut Islam, dengan syarat tidak dilakukannya di depan umum.[8]
  • Jika seorang kafir dzimmi melakukan hal-hal yang dilarang Islam di depan umum, dia akan dihukum menurut hukum Islam.[9]


  • Jika seorang kafir dzimmi melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan dalam agamanya, hakim Islam dapat menghukumnya sesuai dengan aturan Islam atau membiarkannya dihukum berdasarkan hukum agamanya. [10]


  • Jika dua orang kafir mengadu kepada penguasa Islam, hakim Islam dapat menangani mereka menurut aturan Islam atau mengembalikan mereka pada pengadilan agama mereka sendiri.[11]
  •  Jika seorang muslim membunuh seorang kafir Dzimmi dengan sengaja, maka hukum Kisas tidak berlaku; Kecuali jika muslim tersebut sudah terbiasa melakukan pembunuhan. Dalam kondisi demikian, setelah membayar perbedaan diyat antara orang kafir dan muslim, kisas akan dilaksanakan.[12]
  •  Jika seorang dzimmi kafir membunuh seorang muslim dengan sengaja, dia dan hartanya akan menjadi milik wali orang yang terbunuh, dan mereka bebas untuk membunuhnya atau menjadikannya hamba sahaya.[13]
  •  Kafir dzimmi tidak boleh membangun tempat ibadah di wilayah pemerintahan Islam; Namun tempat ibadah yang ada sebelumnya tidak akan dihancurkan dan mereka dapat menggunakannya.[14]

Hak-hak Kafir Dzimmi Dalam Masyarakat Islam

Kafir dzimmi memiliki hak atas kewajiban dan kontrak dzimmah yang ada dalam masyarakat Islam. Beberapa dari hak-hak tersebut adalah:

  • Mendapatkan hak perlindungan dan keamanan di dalam negara Islam terhadap: harta, jiwa, keyakinan dan kehormatan keluarga, tempat peribadahan, reputasi dan kehormatan non muslim.[15] Bahkan hal-hal seperti khamer dan babi, yang tidak memiliki nilai maliyah (harta) menurut Islam, akan dianggap memiliki nilai maliah selama hal-hal itu berada di tangan mereka, dan jika seorang muslim membinasakannya atau membuat kerugian kepada mereka atas kepemilikan, maka muslim tadi wajib menggantinya.[16]
  • Hak atas peradilan: Dalam masyarakat Islam, hak atas peradilan non-muslim diakui. Mereka dalam melakukan tuntutan hukum mereka, bebas memilih berdasarkan pengadilan aturan agama mereka atau ke pengadilan muslim.[17]
  • Diyat kafir dzimmi: Menurut fatwa masyhur para fukaha, diyat kafir Dhimmi lebih sedikit dari diyat muslim. [18] Akan tetapi, Syekh Shaduq, salah satu ulama abad ke-4 Hijriah, berpendapat bahwa jika kafir dzimmi peduli terhadap syarat-syarat kontrak dzimmah dan berada dalam perlindungan penguasa Islam, maka diat mereka sama dengan diyat orang-orang Islam.[19] Bahkan di zaman sekarang, beberapa fukaha, termasuk Ayatullah Khamenei,[20] Ayatullah Makarim Syirazi[21] dan Ayatullah Ma’rifat[22] menganggap diyat mereka sama dengan diyat muslim.[23]

Catatan Kaki

  1. Misykini, al-Mushthalihat al-Fiqh, hlm. 470
  2. Misykini, al-Mushthalihat al-Fiqh, hlm. 280-281
  3. Najafi. Jawahir al-Kalam, 1404, jld. 21, hlm. 227, periset: Hilli, Syaraye al-Islam, 1408 H, jld. 1, hlm. 298: Misykini. Musthalahat al-Fiqh, 1392 S, hlm. 470
  4. Muhaqqiq Hilli. Syareye al-Islam, 1408 H, jld. 1 hlm. 300-301
  5. Mughniyah. Fiqh al-Imam al-Shadiq, 1421 H, jld. 2, hlm. 262
  6. Nashiri Maqdam. Tahavul Padziri Qararda Dzimmah ba Peydayesh Huquq Syahrivandi Mudern
  7. Muhaqiq Hilli. Syareye Islam, 1408 H, jld. 21 , hlm. 286
  8. Muhaqiq Hilli, Syareye al-Islam, 1408 H, jld 1, hlm. 305: Najafi. Jawahir al-kalam, 1404 H, jld. 21, hlm. 317
  9. Muhaqiq Hilli, Syareye al-Islam, 1408 H, jld 1, hlm. 305: Najafi. Jawahir al-kalam, 1404 H, jld. 21, hlm. 317
  10. Muhaqiq Hilli, Syareye al-Islam, 1408 H, jld 1, hlm. 305: Najafi. Jawahir al-kalam, 1404 H, jld. 21, hlm. 318
  11. Syahid Tsani. Masalik al-Afham, 1413 H, jld 110, hlm. 157-158: Muhaqiq Hilli. Syaraye al-Islam, 1408 H, jld. 3, hlm. 67
  12. Najafi. Jawahir al-Kalam, 1404 H, jld. 42, hlm. 151: Muhaqiq Hilli. Syaraye al-Islam, 1408 H, jld. 4, hlm. 196
  13. Sayid Murtadha. Al-Intishar, 1415 H, hlm. 546: Muhaqiq Hilli. Syaraye al-Islam, 1408 H, jld. 4, hlm. 196
  14. Najafi. Jawahir al-Kalam, 1404 H, jld. 21, hlm. 280-282
  15. Azizan. Huquq va Takalif Syahrivandan gair Musalmon dar Jameeh Islami, hlm. 172
  16. Ali Shahi Kel'eh Juqi. Pazuhesh dar Ibaheye Amwal Kafirane Harbi az Negahe Fiqhe Syieh, hlm. 89
  17. Azizan. Huquq va Takalif Syahrivandan gair Musalmon dar Jameeh Islami, hlm. 174-175
  18. Azizan. Huquq va Takalif Syahrivandan gair Musalmon dar Jameeh Islami, hlm. 176
  19. Syekh Shaduq. Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld 4, hlm. 123
  20. Situs WebMarkas Pazuheshhaye Majlis Syuraye Islami, ((qanun Ilhaq yek Tabsareh be Madeh 297 Qanun Mujazate Islami Masub 1370)
  21. Makarim Syirazi. Istiftaat Jadid, 1427 Q, jld. 3 hlm. 453
  22. Ma'rifat. Diyeh ahle Kitab, hlm. 6
  23. Azizan. Huquq va Takalif Syahrivandan gair Musalmon dar Jomeeye Islami hlm.177

Daftar Pustaka

  • Situs Web Markas Pazuhesyhaye Majlis Syuraiye Islami (Qanun Ilhaq yek Tabsareh be Madeh 279) Qanun Mujazate Islami Masub 1370) Tanggal kunjungan: 8 Tir 1400 HS
  • Ali Syahi Qeleh Juqi, Abu al-Fadhl. Pazuhesh dar Amwale Kafiran Harbi az Negahe Fiqh Syieh, Bab Pazuheshaye Fiqh va Huquqe Islami tahun kesepuluh, no 34, musim dingin, 1392 HS
  • Azizan, Mahdi. Huquq va Takalif Syahrivandan gair Musalmon dar Jameeh Islami, bab Hukumate Islami, no. 67, 1392 HS
  • Makarim Syirazi. Istiftaat Jadid , Qom: Intisharah Imam Ali bin Abi Thalib cetakan kedua, 1427 Q
  • Ma'rifat, Muhammad Hadi. Diyeh Ahli Kitab, Majalah Dadrasi, no 11, 1377 HS
  • Mughniyah, Muhammad jawad. Fiqh al-Imam al-Shadiq, Qom: Muasasah Anshariyan, cetakan kedua 1421 Q
  • Muhaqiq Hilli, Ja'far bin Hasan. Syarai al-Islam fi Masail al-Halal wa al-Haram, riset dan editor: Abdul Husain Muhammad ali Buqal, Qom: Ismailiyan, cetakan kedua, 1408 Q
  • Najafi, Muhammad Hasan. Jawahir al-Kalam fi Syarhi Syarai al-Islam, Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, cetakan ketujuh 1404 Q
  • Nashiri Maqdam Husain. Tahavul Paziri Qarardad Dzemmeh ba Peydayesh Huquq Syahrivandi Mudern Majalah Fiqih wa Usul, no 105, 1395 HS
  • Sayid Murtadha, Ali bin Husain. Al-Intishar fi Infiradat al-Imamiyah, editor dan riset Tim Riset Daftar Intisyarat Islami, Qom: Daftar Intisyarat Islami, berafiliasi dengan Jamiah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom, cetakan pertama, 1415 Q
  • Syahid Tsani, Zainuddin. Masalik al-Afham ila Tanqih syarai al-Islam, riset tim Riset Muasasah Ma'arif Islami, cetakan pertama, 1415 Q
  • Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. Man La Yahdhuruhu al-Faqih, Riset dan editor: Ali Akbar Ghifari, Qom: Daftar Intisharat Islami berafiliasi dengan Jamiah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom, cetakan kedua 1413 Q