Tajridul I'tiqad (buku)
Pengarang | Khajah Nashiruddin Thusi (w. 672 H/1273) |
---|---|
Bahasa | Arab |
Subyek | Filsafat & Kalam |
Tajrid al-I'tiqad (bahasa Arab: تجرید الاعتقاد) adalah buku dengan pembahasan ilmu teologi (kalam) ditulis dalam bahasa Arab karya Khajah Nashiruddin Thusi (w. 672 H/1273). Salah satu hal terpenting dari buku ini adalah penjelasan dan pembuktian akidah Imamiyah. Menurut Aga Buzurg Tehrani [1] Khajah Nashir Nuri menamai karya ini dengan Tahrir al-Aqāid, namun pada masa kemudian kitab ini diberi nama dengan Tajrid al-I'tiqād, Tajrid al-Aqāid dan Tajrid al-Kalām. [2]
Tajrid al-I'tiqad menjelaskan masalah-masalah teologi Syiah dengan pendekatan filsafat. Beberapa tema yang dikupas di buku ini, selain pembuktian keberadaan Tuhan dan sifat-sifat-Nya, antara lain adalah: pengutusan Nabi Muhammad saw untuk semua manusia, kemukjizatan Alquran, tidak layaknya selain Imam Ali as untuk kekhilafahan setelah Nabi, keunggulan dia atas yang lain,kemaksuman para Imam dan Ma'ad Jasmani.
Tajrid al-I'tiqād adalah buku akidah Syiah yang paling penting dan juga paling singkat. Oleh karenanya, banyak karya yang ditulis dalam menjelaskan atau mengkritiknya. Dalam bibliografi Tajrid al-I'tiqad minimalnya diperkenalkan 231 syarah dan catatan dari ulama Ahlusunnah dan Syiah. Diantaranya: Kasyf al-Murad, karya Allamah al-Hilli dan Tasdid al-Qawaid karya Abdurrahim Isfahani. Menurut Muthahhari, Khajah Nashir dalam buku ini mendekatkan teologi dari ilmu dialektika (jadal) kepada ilmu argumentatif (burhani).
Tujuan Penulisan
Sebagian percaya bahwa Khajah setelah mengkritik kitab al-Muhasshal karya Fakhr al-Razi, menulis Tajrid sehingga orang-orang yang ingin mendapatkan akidah yang hak akan merujuk kitab al-Muhasshal [3] karena Khajah Nashiruddin dalam mukadimah Talkhish al-Muhasshal berkata: "Upaya-upaya besar untuk mencapai kebenaran (haqq) telah hilang dari penelitian dan tidak ada buku yang dapat diandalkan yang mengandung prinsip-prinsip yang pasti, meskipun beberapa kalangan mengira bahwa al-Muhasshal karya Fakhruddin al-Razi mengisi kesenjangan ini, namun hal ini tidak benar dan buku ini berisi banyak pikiran yang tidak dapat diandalkan dan palsu. "[4] Setelah melihat pendapat Fakhruddin al-Razi dalam masalah Imamah, Nashiruddin Thusi menyadari bahwa untuk menjawab akidah Imamiyah maka ia tidak bisa menjawab permasalahan itu dengan sebuah buku dalam tema filsafat, melainkan ia menulis Tajrid al-I'tiqād.
Kedudukan
Tajrid al-I'tiqād dianggap sebagai tonggak dalam sejarah teologi Islam, karena menggunakan pendekatan khusus dalam bidang filsafat dan teologi. Dalam buku itu, Nashiruddin Thusi telah menyatukan aliran filsafat Peripatetik (filsafat masha'i) dan teolog Syiah dan menjadikan antara filsafat dan teologi menjadi dekat di antara ulama Syiah. [5]
Syahid Muthahhari percaya bahwa Khajah Nashiruddin Thusi dengan menyusun buku ini telah mendekatkan teologi dari dialektika (hikmah jadali) menjadi argumentasi (hikmah burhan). [6] Kitab ini adalah contoh untuk kitab-kitab selanjutnya dalam bidang ini dan para teolog, entah itu teolog Asy'ari maupun Muktazilah mengikuti metode-metode yang telah dipakai oleh Khajah Nashiruddin Thusi. [7]
Nashiruddin Thusi mengatakan bahwa kitab karyanya sebagai kitab yang memiliki metode terbaik dan mencakupi semua pendapat dan keyakinan yang membuktikan burhan dengan kuat. [8] Jadi, buku ini berbeda dengan beberapa bukunya yang lain, yang menjelaskan pendapat ulama lainnya seperti karya Ibnu Sina al-Isyārāt wa al-Tanbihāt dalam menyelesaikan permasalahan Syahrestani dan mempertahankan terhadap kritik dari Fakhruraddin Razi; atau Mushari al-Mushari dalam membela pendapat Ibnu Sina terhadap kritik dari Syahrestani, namun kitab ini menjelaskan tentang akidahnya.
Tajrid al-I'tiqād memiliki 6 bagian: Permasalahan-permasalahan umum, dzat Tuhan dan sifat-sifatnya, pembuktian akan adanya Tuhan dan sifat-sifatnya, nubuwwah, Imamah dan Ma'ad.
Setelah Khajah Nashiruddin, ulama-ulama seperti Qadhi Adhuddin Aiji (w. 756) dalam kitab al-Mawāqif dan Taftazani (w. 792) dalam kitab al-Maqāshid mengikuti metode-metode yang telah dilakukan oleh Khajah Nashiruddin. Sebagian pembahasan-pembahasan dalam kitab ini sangat menarik sehingga menjadi salah satu dasar yang penting untuk dapat memahami Hikmah Muta'aliyah (Filsafat Transenden). [9]
Kandungan
Pembahasan Syiah
Yang dituliskan Khajah dalam Tajrid al-I'tiqād sesuai dengan keyakinan Syiah Imamiyah meskipun dalam sebagan kitab-kitabnya seperti Talkhish al-Muhasshal [10] bisa dikatakan mengingkari sebagian akidah Imamiyyah di antaranya bada' dan oleh karenanya para ulama seperti Shadruddin Syirazi (Mulla Shadra) [11] dan Allamah Majlisi [12] mengkritiknya.
Perhatian Khajah terhadap pembahasan imamah Syiah dalam hal-hal seperti usaha untuk mencari dalil atas imamah Imam Ali as, menjelaskan sisi-sisi kelemahan dalam kehidupan khalifah pertama, ketidak ada kelayakan mereka untuk memegang kursi kekhalifahan setelah wafatnya nabi, dalil kuat atas keimamahan Imam Ali as, adanya dalil khusus dan nash atas imamah para Imam dan hukum bagi orang-orang yang mengganggu para Imam [13]menyebabkan sebagian ulama Sunni mengkritik bagian ini dengan sangat keras bahkan tidak memperhatikan sisi keseimbangan dalam mengkritik. [14] Oleh sebab itu, perkataan yang mengatakan bahwa Tajrid Khajah memiliki pengaruh atas Ushul I'tiqadi firkah-firkah selain firkah Syiah Imamiyah tidaklah benar. [15]
Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis dan teolog kitab ini adalah titik penghubung dalam ilmu kalam yang mampu dipadukan oleh Khajah antara filsafat Peripatetik dan teologi Syiah sehingga semakin banyak ilmu filsafat dan teologi Syiah semakin dekat. [16] Dalam pemikiran filsafat tidak benar jika menilai bahwa Khajah pengikut setia Ibnu Sina karena pendapatnya dalam kitab Tajrid banyak yang berseberangan dengan keyakinan Ibnu Sina di antaranya bahwa ia menilai bahwa tempat adalah dimensi bukan permukaan [17] percaya kepada keabadian dunia bukan qidam [18] menilai bahwa dalil-dalil akal yang berbeda tidak benar dan bisa dipermasalahkan [19] percaya bahwa maddah benda mutlak bukan jisim (hyle) dan mengkritik burhan hyle. [20] Demikian juga Khajah sangat tidak setuju dengan adanya pembahasan penghapusan hukuman dan ia juga sangat menentang ulama Mu'tazilah. [21].
Tujuan Penulisan Kitab
Kitabnya memiliki enam bab. Dua bab pertama tentang pembahasan filsafat primer karena pembahasan ini merupakan mukadimah dalam pembahasan-pembahasan teologi. Bab-bab tiga sampai enam membahas tentang tema-tema (Tauhid, Nubuwah, Imamah dan Ma'ad)
Bab I: Dalam tiga bagian membahas tentang permasalahan-permasalahan umum seperti sebab dan akibat, wujud dzihni, hadits dan qadim, makna nafs al-Amr, asalat wujud (prinsipalitas wujud) dan pengantar perbuatan ikhtiari.
Bagian II: Memuat enam bagian seperti jauhar (substansi), ‘aradh (aksiden), bagian-bagian jauhar dan ‘aradh.
Bagian III: Pembuktian wajib, pembahasan tentang husn wa qubh aqli (kebaikan dan keburukan akal), qadha, qadar, taklid, dan seterusnya.
Bagian 1V: Pembahasan mengenai Nubuwah umum seperti ishmah, manfaat dan keniscayaan bi'tsah para nabi, nubuwah khusus seperti mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad saw di antaranya tentang Syaqqul Qamar dan kabar gaib.
Bagian V: Pembahasan mengenai imamah. Pembuktian dan keniscayaan imamah dan kaedah luthf, pembuktian ishmah Imam dan dalil-dalil imamah Imam Ali as dan para Imam 12.
Bab Enam
Bab terakhir yang membahas tentang Ma'ad, Ma'ad Jasmani, kebatilan ikhbath, azab kubur, makna iman, makna kafir dan pembahasan-pembahasan lainnya dalam ruang lingkup ini.
Burhan Imkan dan Wujub dalam Kitab Tajrid al-I'tiqad
Eksitensi apabila ia wajib maka idealnya tercapai namun apabila tidak maka meniscayakan daur dan tasalsul. [22]
Karakteristik
- Ciri khas paling menonjol dari kitab ini adalah keringkasan yang luar biasa. Khajah Nashir dalam kitab-kitabnya seperti Qawāid al-Aqāid dan Aushāf al-Asyrāf dan bahkan Syarh Isyārāt dan Asās al-Iqtibās telah menyusun karya-karyanya tersebut dengan sangat ringkas, namun keringkasan kitab Tajrid hingga membuat Syamsuddin Isfahani memasukkan kitab ini ke golongan teka-teki. [23]
Meskipun demikian keringkasan buku itu tidak berdampak terhadap kelengkapannya dan kalimat-kalimat dari buku yang singkat ini tetap merupakan sebuah kitab yang enak dibaca. Kedua faktor kelengkapan dan keringkasan adalah alasan yang paling penting dari perhatian para teolog terhadap buku ini. Kalimat-kalimat yang begitu pendek dan informatif bisa diubah menjadi puisi. Beberapa teolog kontemporer percaya bahwa Hakim Sabzawari memanfaatkan Tajrid al-I'tiqad dalam bukunya Manzhumah. [24]
- Penggunaan istilah-istilah dan kaedah-kaedah filsafat dalam pembuktian masalah-masalah kalam, sebagaimana kebanyakan sifat jamal dan jalal Ilahi berdasarkan asas wujub wujud ba dzat dan berkata:
Dan untuk membuktikan ilmu Ilahi ia memaparkan tiga argumen dimana argumen ke dua dan ketiga berasal dari pembahasan filsafat, sebagaimana yang dikatakan:
- Khajah Thusi sebelum menulis Tajrid al-I'tiqād menulis kitab Tajrid al-Mantiq terlebih dahulu dan ulama-ulama seperti Allamah Hilli (w. 726) mensyarahnya karena tanpa mengenal mantiq (logika) yang merupakan cara berargumen dengan benar tidak mungkin akan mempelajari filsafat dan kalam.
Meskipun masuknya pembahasan dalam pembahasan kalam dari cara mengutarakan pembahasan mantiq dan filsafat telah dikenal sebelum masa Khajah sebagaimana yang ada dalam kitab Yaqut karya Abu Ishaq Ismail bin Nubakht pada abad ke-4 H yang juga menggunakan metode ini, namun metode Muhaqiq dari sisi keluasan pembahasan dan kekomprehensifannya tidak ada yang mendahului dan merupakan metode yang baru. Oleh karena itu, Khajah Nashiruddin dengan menggunakan dasar-dasar teologi Imamiyah dan yang paling penting adalah kaedah 'husn wa qubh aql' dan dalil-dalil filsafat dan demi supaya ulama-ulama seterusnya menggunakan metode yang digunakan Tajrid al-I'tiqād maka ia meneliti pembahasan-pembahasan filsafat dan kemudian memasuki pembahasan-pembahasan kalam.
- Dalam kitab ini, tidak seperti kitab-kitab kalam yang ada sebelumnya, pembahasan tentang ma'ad dibahas setelah pembahasan mengenai nubuwah. Sebelum Khajah pembahasan mengenai permasalahan-permasalahan ma'ad –karena memiliki kaitan pembahasan antara wa'd dan wa'îd (janji dan ancaman) dan juga pahala dan balasan atau sifat-sifat Allah khususnya keadilan Ilahi- sebelum nubuwah dan imamah namun dalam kitab tajrid pembahasan mengenai nubuwah dan imamah tidak memiliki hubungan yang saling berkaitan dengan pembahasan keadilan Ilahi dan perhatian Khajah dalam hal ini tidak seperti para pendahulunya, yaitu lebih berkaitan dengan luthf Ilahi. [25]
Syarah-syarah
Tajrid al-I'tiqād adalah kitab kalam yang paling penting dan singkat yang melingkupi teks-teks Syiah dan karena memiliki karakteristik ini maka semenjak ditulis menjadi perhatian para ulama dari berbagai golongan. Terdapat banyak syarah dan catatan-catatan baik dalam bahasa Persia maupun Arab. [26]
Penilaian pensyarah tentang kitab ini menunjukkan bahwa Khajah dalam langkah-langkah yang ditempuhnya dalam menulis kitab Tajrid al-Itiqād telah berhasil. [27]
Nampaknya syarah pertama kali atas kitab Tajrid adalah muridnya yang paling terkenal: yaitu Allamah Hilli. Syarah ini diberi judul Kasyf al-Murad fi Syarhi Tajrid al-I'tiqād dan sebagian percaya apabila Allamah tidak menuliskan syarah itu, mungkin maksud detail Khajah dari pembahasan ini tidak akan pernah menjadi jelas. [28] Agha Buzurg Tehrani [29] dan Haji Khalidah [30] dan ulama-ulama lain [31] mengenalkan sejumlah syarah-syarah kitab Tajrid. Dalam sebagian syarah dan catatan-catatan membahas mengenai pendapat-pendapat Khajah.
Syarah-syarah yang terkenal dan syarah-syarah yang klasik diantaranya:
- Ta'rid al-I'timad fi Syarh Tajrid al-I'tiqād, karya Syaikh Syamsuddin Muhammad Asfaraini Baihaqi (w. 746)
- Tasdid atau Tasyyid al-Qawāid fi Syarh Tajrid al-Aqāid, terkenal dengan Syarh Qadim karya Syamsuddin Mahmud bin Abdurahman bin Ahmad ‘Ami Isfahani. Karya ini disebut qadim ketika dibandingkan dengan syarah Fadhil Qusychi bukan karena merupakan syarah yang paling klasik sebagaimana yang telah diisyaratkan sendiri oleh pensyarah dalam permulaan syarah Allamah Hilli dan Asfaraini Baihaqi
- Syarah Fadhil Qusychi (w. 879) yang dikenal dengan nama syarah baru
- Syarah Mula Abdul Razaq Lahiji yang disingkat dengan Fayyadh (w. 1051) termasuk syarah yang mutaakhir yang memiliki kekhususan tersendiri dalam hal ketelitian, penjelasan dan penyelarasannya.
Syarah klasik dan kontemporer yang memiliki catatan pinggir dan annotasi penting, diantaranya adalah:
- Khasyiyah Muhaqiq Jurjani (w. 816) merupakan syarah klasik dengan nama Khasyiyah Tajrid [32]
- Khasyiyah klasik, khasyiyah kontemporer dan khasyiyah yang lebih baru, ketiganya merupakan karya Jalaluddin Muhammad Dawani (w. 908). [33] dan dua syarah dari Shadruddin Muhammad Dasytki Syirazi (w. 948). [34] Kumpulan tiga khasyiyah Dawani dan dua khasyiyah Shadruddin terkenal dengan nama "Thabaqāt Jalaliyyah dan Shadriyyah".
Yang menarik adalah bahwa setelah meninggalnya Shadruddin, putranya Mir Ghiyatsuddin Mansur Husaini Dasytki (w. 949) menggantikan ayahnya menjawab persoalah terakhir Dawani dalam khasyiyah yang lain atas Tajrid. [35]
Catatan-catatan pinggir yang ditulis atas syarah baru lebih penting dan menjadi perhatian para ulama baik Syiah maupun Sunni dan menyebabkan perdebatan kalam dan bahkan filsafat. Kitab-kitab yang ditulis untuk mengkritik kitab ini juga banyak. [36]
Cetakan-cetakan yang ada pada saat ini
Tajrid al-I'tiqad pertama kali dicetak pada tahun 1311 bersamaan dengan syarah Allamah Hilli [37] Dari kitab ini telah banyak dicetak kitab-kitab Tajrid, dan diantaranya adalah yang diedit oleh Muhammad Jawad Husaini Jalali yang terbit pada tahun 1407 di Qom. Diantara sekian banyak Kasyf al-Murad bisa disebutkan cetakan Hasan Hasan Zadeh Amuli yang juga diterbitkan pada tahun yang sama di Qom. Kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Persia oleh Abul Hasan Sya'rani.
Bibliografi
Sayid Mahmud Mar'asyi dan Ali Shadrai Khui dengan meneliti naskah tulisan tangan Tajrid al-I'tiqād dan syarah-syarah serta khawashi-khawasyi yang banyak, menyusun bibliografi yang lengkap tentang karya ini. Karya ini diterbitkan oleh Perpustakaan Umum Ayatullah Mar'asyi Najafi dengan judul Ketab Syinasyi Tajrid al-I'tiqād pada tahun 1382.
Catatan Kaki
- ↑ Aga Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld.3 hlm. 353.
- ↑ Fikrat, Fehrest Alifbai, hlm. 104; Manzawi wa Danesy Pazuh, Fehrest Ketab Khaneh Madrasah Sepahsalar, jld.3, hlm. 315, Untuk mengkritik pendapat Agha Buzurg Tehrani silahkan lihat Allamah Hilli, Mukadimah Hasan Zadeh Amuli, Kasyf al-Murad fi Syarh Tajrid al-I'tiqād, hlm. 17-18.
- ↑ Allamah Hilli, Mukadimah Hasan Zadeh Amuli, Kasyf al-Murad fi Syarh Tajrid al-I'tiqād, hlm. 4.
- ↑ Nashiruddin Thusi, Talkhish al-Muhassal, 1359, hlm. 1-2.
- ↑ Ahmdadi, Ijmali az Sair Falsafah Islami, hlm. 224, Dawari, Peidayesy wa Basthe Ilmu Kalam, hlm. 119.
- ↑ Muthahhari, Asyenai ba Ulume Islami, jld.2, hlm. 68.
- ↑ Muthahhari, Asyenai ba Ulume Islami, jld.2, hlm. 57.
- ↑ Allamah Hilli, Muqadimah Hasan Zadeh Amuli, Kasyf al-Murad fi Syarh Tajrid al-I'tiqad, hlm. 20.
- ↑ Misalnya silahkan lihat: Nashiruddin Thusi, Tajrid al-I'tiqad, hlm. 22-73.
- ↑ Nashiruddin Thusi, Talkhish al-Muhasshal, hlm. 421.
- ↑ Shadruddin Syirazi, Syarah Ushul Kafi, hlm. 378.
- ↑ Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.3, hlm. 123.
- ↑ Nashiruddin Thusi, Tajrid al-I'tiqad, hlm. 367-398.
- ↑ Silahkan lihat: Haji Khalifah, Kasyf Dzunun, jld.1, bagian 346.
- ↑ Islam, cet, 2, Thusi, Nashiruddin. 2.
- ↑ Dairah al-Ma'arif Buzurg Islami, jld.14, madkhal Tajrid al-I'tiqād.
- ↑ Nashiruddin Thusi, Tajrid al-I'tiqād, hlm. 152.
- ↑ Nashiruddin Thusi, Tajrid al-I'tiqād, hlm. 170.
- ↑ Nashiruddin Thusi, Tajrid al-I'tiqād, hlm. 176.
- ↑ Nashiruddin Thusi, Tajrid al-I'tiqād, hlm. 150.
- ↑ Nashiruddin Thusi, Tajrid al-I'tiqād, hlm. 422-424.
- ↑ Tajridul I'tiqad, Maktab al-I'lam al-Islami, Tehran, hlm. 189.
- ↑ Qusyachi, Syarh Tajrid al-Aqaid, hlm. 3, Haji Khalifah, Kasyf Dzunun, a, bag. 346.
- ↑ Rabani Gulpaigani, Ali, Imamiyyah, Kaihan Andisyeh, No. 54, Khurdad dan Tir, 1373 HS.
- ↑ Nashiruddin Thusi, Tajrid al-I'tiqad, hlm. 348-362.
- ↑ Kanturi, Kasyf al-Hijab wa al-Astar ‘an Asma al-kutub wa al-Asfār, hlm. 97.
- ↑ Sebagai contoh lihat Qusyachi, Syarh Tajrid al-Aqaid, hlm. 2.
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld.3, hlm. 353, Allamah Hilli, Muqadimah Hasan Zadeh Amuli, Kasyf fi Syarh Tajrid al-I'tiqad, hlm. 3.
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, al-Dzari'ah, jld.3, hlm. 353-354, jld.6, hlm. 64-70.
- ↑ Haji Khalifah, Kasyf Dzunun, jld.1, bag. 346-351.
- ↑ Silahkan lihat Anwar, Fehrest Nuskheh Khathi Ketab Khaneh Meli, jld.7, hlm. 357, jld.8, hlm. 360-361, jld.9, hlm. 308, jld.10, hlm. 290-291, 297-298; Fadhil, Fehrest Nuskhehhai Khathi, jld.2, hlm. 571, 618-619, jld.3, hlm. 767, 774, 807-808, 864-866, 872, 895; Nuskhehhai Khathi, jld.5, hlm. 3, 22, 37, 211, 213, 299, 594-595, Manzawi wa Danesy Pazuh, Fehrest Kitab Khaneh madrasah Ai Sepahsalar, jld.4, hlm. 175-185.
- ↑ Haji Khalifah, Kasyf Dzunun, jld.1, bag. 347.
- ↑ Fehrest Nuskhehhai Khathi Ketab Khaneh Danesygah Ilahiyat wa Ma'arif Islami, Masyhad, jld.2, hlm. 571, Nuskhehhai Khathi, jld.5, hlm. 594.
- ↑ Husaini, Fehrest Nuskheh hai Khathi, jld.3, hlm. 238-239
- ↑ Silahkan lihat Haji Khalifah, Kasyf al-Dzunun, jld.1, bag. 350
- ↑ Agha Buzurg Tehrani, jld.6, hlm. 64-71.
- ↑ Wandik, Kitab Iktifa al-Qunu' bima huwa Mathbu', hlm. 197.
Daftar Pustaka
- Abdulah Anwar. Fehrest Naskhe Khathi Ketabkhaneh Melli. Teheran: 1384-1399 H.
- Ahmad Ahmadi. Ijmali az Seir Falsafah Islami ba'daz Ibnu Rusyd, di Majalah Falsafeh dar Iran, Majmu'ah Maqālāt Falsafi, Tehran, Hikmat, 1399 H.
- Ahmad Husaini. Fehrest Nuskheh-hai Khathi Ketabkhaneh Umumi Khadhrat Ayatullah Uzhma Najafi Mar'asyi. Qom: 1385-1395 H.
- Ali bin Muhammad Qusychi. Syarh Tajrid al-Aqāid. Teheran: cet. Sanggi, 1324 H.
- Ali Naqi Munzawi dan Muhammad Danesy Pazuh. Fehrest Ketab Khaneh Madrasah Ali Sepahsalar. Tehran: 1340 HS.
- Ali Naqi Munzawi dan Muhammad Danesy Pazuh. Fehrest Ketab Khaneh Madrasah Ali Sepahsalar. Tehran: 1346 HS.
- Edwardon Daik. Kitab Iktifa al-Qunu' bima huwa Mathbu'. Mesir: cet. Muhammad Ali Bablawi, 1313 H/1896. Qom: cet. Offset, 1409 H.
- Hadi bin Mahdi Sabzawari. Asrār al-Hukm. Teheran: cet. Haji Muhammad Farzad, 1402 H.
- Haji Khalifah, Musthafa bin abdullah. Kasyf az-Zhunun an Asami al-Kutub wa al-Funun. Pengantar Sayid Syihabuddin Marasyi. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, tanpa tahun.
- Hasan bin Yusuf Allamah Hilli. Kasyf al-Murād fi Syarh Tajrid al-I'tiqād. Qom: cet. Hasan Hasan Zade Amuli, 1407 H.
- I'jaz Husain bin Muhammad Quli Kanturi. Kasyf al-Hijab wa al-Āstār an Asma al-Kutub wa al-Asfār. Qom: 1409 H.
- Mahmud Fadhil.Fehrest Nuskheh-hai Khathi Ketab Khaneh Danesygah Ilahiyat wa Ma'ārif Islami Masyhad. Teheran: 1396-1402 H.
- Mas'ud bin Umar Taftazani. Syarah al-Maqāshid. Kairo: cet. Abdurahman Umairah, 1409 H/1989. Qom: cet. Offset, 1411-1412 H.
- Muhammad Fikrat. Fehrest Alifbai Kutub Khathi Ketabkhaneh Markazi Astan Quds Radhawi. Masyhad: 1410 H.
- Muhammad Ibrahim Shadruddin Syirazi. Syarh Ushul Kafi. Teheran: cet. Sanggi, 1433 H.
- Muhammad Taqi Mudaris Radhawi. Ahwāl wa Ātsār Khajah Nashruddin Thusi. Teheran: 1395 H.
- Murtadha Muthahhari. Asyenai ba Ulum Islami. Teheran: 1410 H.
- Nashiruddin Thusi, Muhammad bin Muhammad. Tajrid al-I'tiqād di dalam Kasyf al-Murad fi Syarh Tajrid al-I'tiqād, karya Allamah Hilli. Qom: cet, Hasan Hasan Zadeh Amuli, 1407 H.
- Nasiruddin Thusi, Muhammad bin Muhammad. Talkhis al-Muhashal. Teheran: cet. Abdullah Nurani 1400 H.
- Nuskhehhai Khathi, Nasyariyah Ketab Khaneh Markazi Danesygah Tehran , jld.5. Di bawah pengawasan Muhammad Nadzar Muhammad Taqi Danesy Pazuh. Tehran: 1387 H.
- Ridhai Dawari. Peidayesy wa Basth Ilme Kalam, di Majalah Falsafah dar Iran, Majmu'ah Maqālāt Falsafi.