Perjalanan Imam Husain as dari Madinah ke Karbala
Sepeninggal Muawiyah, Imam Husain as tidak membenarkan pemberian baiat kepada Yazid. Dengan maksud memenuhi undangan masyarakat Kufah yang meminta untuk memimpin mereka, Imam Husain berhijrah dari Mekah menuju Kufah. Namun sesampai di Karbala, Imam Husain as harus menghadapi orang-orang yang melanggar janji dan akhirnya gugur syahid pada peperangan yang berkecamuk pada hari Asyura antara dua pasukan. Imam Husain as dan sejumlah penolongnya yang sedikit itu (sekitar 72 orang) gugur sebagai syahid. Adapun orang-orang yang ditinggalkan dari kalangan sahabatnya dan Ahlulbait as ditawan dan dikirim ke Kufah dan Syam (Suriah).
Tidak Membaiat Yazid dan Pelbagai Konsekuensinya
Setelah kematian Muawiyah pada pertengahan Rajab tahun 60 Hijriah, [1] masyarakat memberikan baiat kepada Yazid. [2] Yazid, setelah memegang tampuk kekuasaan tidak mempunyai pikiran kecuali hanya untuk mengambil baiat dari beberapa orang yang tidak berbaiat kepada Muawiyah. [3]
Oleh karena itu, gubernur pada waktu itu yang dijabat oleh Walid bin Utbah bin Abi Sufyan menulis surat dan mengabarkan kematian Muawiyah kepadanya. Bersamaan dengan surat itu, ia menyertakan surat singkat. Surat itu ditujukan kepada Walid. Ia berkata, "Ambillah baiat dari Husain bin Ali as, Abdullah bin Umar, Abdu Rahman bin Abi Bakar dan Abdullah bin Zubair. Jika mereka tidak bersedia memberikan baiat, penggallah kepala mereka." [4]
Sesampainya surat itu, datang pula surat yang berasal dari Yazid dan menegaskan bahwa nama-nama pengikut dan penentang supaya dikirimkan kepadanya. [5] Oleh sebab itu, Walid dan Marwan bermusyawarah. [6] Dengan usulan Marwan bin Hikam mereka dipanggil ke Dar al- Imarah.[7]
Walid mencari Abdu-Rahman bin Umar bin Usman bin Affan menjemput Imam Husain as, Ibnu Zubair menjemput Abdullah bin Umar dan Abdu-Rahman bin Abu Bakar untuk membawanya ke hadapan gubernur Madinah. [8] Imam Husain as bersama dengan 30 pengikut setianya[9] datang ke Dar al-Imarah di Madinah. [10] Walid menyampaikan kabar kematian Muawiyah kepada Imam Husain as dan kemudian membacakan surat yang ditulis oleh Yazid tentang keinginan Yazid tentang baiat yang diberikan oleh Imam Husain as kepadanya. Oleh karenanya Walid ingin supaya Imam Husain membaiat Yazid. Namun Imam Husain as tidak segera memenuhi keinginan itu.
Imam Husain as meminta diberikan kesempatan oleh Walid dan ia pun menyepakatinya. [11] Imam Husain as bersabda kepada Walid, "Apakah kamu akan ridha jika sekiranya aku membaiat Yazid secara sembunyi-sembunyi. Aku kira kamu menginginkan bahwa baiat yang aku berikan harus dilakukan di hadapan masyarakat." Walid berkata, "Tidak, pendapatku juga demikian." [12]
Imam Husain as bersabda, "Oleh itu, bersabarlah sampai hari esok sehingga aku akan memberitahukan pendapatku." [13] Gubernur Madinah pada petang hari, setelah melakukan pertemuan dengan Imam, mengutus seseorang untuk memastikan jawaban Imam Husain as. [14] Imam Husain as meminta kesempatan lagi dan disetujui oleh Walid. [15]Keadaan Madinah tidak lagi aman oleh karenanya, Imam Husain as bermaksud hendak meninggalkan Madinah. [16]Imam Husain as pada malam itu juga, yaitu malam Ahad, dua malam sebelum memasuki bulan Rajab, meninggalkan Madinah dengan tujuan ke Mekah. [17]
Keluar dari Madinah
Imam Husain as bertekad meninggalkan kota Madinah. Pada malam hari beliau pergi ke samping pusara ibunda dan abangnya melaksanakan salat dan kemudian berpamitan lalu kembali ke rumah pada subuh harinya. [18]Pada sebagian literatur yang lain disebutkan bahwa Imam Husain as bermalam di samping pusara datuknya, Rasulullah saw selama dua malam berturut-turut. [19]
Wasiat Imam Husain kepada Saudaranya
Setelah mengetahui rencana perjalanan Imam Husain as yang sudah dekat itu, Muhammad bin Hanafiyah, saudara Imam Husain as, datang menemui Imam Husian as dengan maksud berpamitan kepada beliau. Imam Husain as membacakan surat wasiat yang ditujukan kepadanya, "…Sesungguhnya aku tidak bangkit untuk kepentingan pribadi dan karena hawa nafsu. Tidak juga untuk melakukan kerusakan. Saya melakukan ini demi memperbaiki umat kakekku. Saya ingin melakukan perintah amar makruf dan nahi munkar. Saya ingin mengikuti teladan dari perilaku kakek dan ayahku, Ali bin Abi Thalib as." [20]
Bertolak Menuju Mekah
Imam Husain as pada malam 28 Rajab[21]dan menurut pendapat yang lain pada 3 Sya'ban tahun ke-60 Hijriah [22] bersama dengan 72 orang Ahlulbait dan sahabat setianya meninggalkan Madinah. [23] Yang ikut dalam perjalanan ini selain Muhammad bin Hanafiyah[24] sebagian besarnya adalah keluarga Imam Husain as seperti putra-putranya, saudara-saudaranya, saudari-saudarinya dan para sepupu beliau. [25]Selain dari Bani Hasyim, 21 orang yang merupakan sahabat setia beliau juga ikut dalam rombongan itu. [26] Imam Husain as bersama dengan rombongan keluar dari Madinah dengan memilih jalan asli menuju Mekah, suatu langkah yang tidak disepakati oleh orang-orang dekat Imam Husain as. [27]
Di tengah perjalanan menuju Mekah, Imam Husain as bersama rombongan bertemu dengan Abdullah bin Muthi'. Setelah menempuh perjalanan selama 5 hari, pada tanggal 3 Sya'ban tahun ke-60 Hijriah rombongan Imam Husain as tiba di Mekah[28] dan disambut secara hangat oleh warga Mekah dan melaksanakan haji di Baitul Haram. [29]
Madinah (15 Rajab 60 H, Muawiyah meninggal dunia dan pada 28 Rajab 60 H keluarnya Imam Husain as dari Madinah) Dzu Halifah Milal, Sayalah, Arak Zhaniyah, Zuhah, Inayah, Arj, Lahr, Jamal, Saqiyah, Abwah, Gardanah, Harsyah, Rabigh, Juhfah, Qadid, Khalish, 'Usfan, Marzharan, Mekah Mukarramah. (3 Syaban 60 H, Momen masuknya Imam Husain ke Mekah).
Tibanya Imam Husain as di Mekah
Setelah selama 5 hari menempuh perjalanan dari Madinah akhirnya pada tanggal 3 Syakban tahun 60 H Imam Husain as dan sampai di kota Mekah. [30] Penduduk Mekah dan para peziarah Baitul Haram bergembira atas kabar tentang tibanya Imam Husain as ke kota Mekah. Pagi dan petang warga Mekah mendatangi Imam Husain as. Hal ini memunculkan kekhawatiran Abdullah bin Zubair karena ia berharap bahwa penduduk Mekah akan memberikan baiat mereka kepadanya. Abdullah bin Zubair menyadari sepenuhnya bahwa selama Imam Husain as berada di Mekah, tidak akan ada seorang pun yang berbaiat kepadanya karena kedudukan Imam Husain as menurut warga Mekah sangat tinggi dibandingkan dengan kedudukan putra Zubair. [31]
Surat Masyarakat Kufah dan Ajakan Mereka untuk Revolusi
Tidak lama setelah Imam Husain as memasuki kota Mekah, orang-orang Irak menerima kabar tentang kematian Muawiyah dan mendengar bahwa Imam Husain as dan Ibnu Zubair tidak bersedia untuk memberikan baiat kepada Yazid. Mereka berkumpul di rumah Sulaiman bin Shurad Khuza'i kemudian memutuskan untuk menulis surat kepada Imam Husain as dan mengundang beliau ke Kufah. [32] Kemudian surat itu dibawa oleh Abdullah bin Saba Hamdani dan Abdullah bin Wal. [33]Keduanya menyusul Imam Husain as di Mekah pada tanggal 10 bulan Ramadhan. [34] Dua hari setelah pengiriman surat pertama yang dikirim oleh orang Kufah itu berlalu, surat lain pun telah datang. Kali ini dibawa oleh Mushie Shaidawi, Abdur Rahman bin Abdullah bin Adin Arkhabi dan 'Umarah bin Ubaid Saluli yang membawa 150 surat dan setiap surat terdapat satu sampai 4 tanda tangan. [35] Kandungan semua surat itu adalah keinginan penduduk Kufah supaya Imam Husain as datang ke Kufah. Dua hari setelah itu, sampailah surat yang terakhir kepada Imam Husain as. Surat ini dibawa oleh Hani bin Hani Sabi'i dan Sa'id bin Abdullah Hanafi yang berisi tentang keinginan masyarakat Kufah supaya Imam Husain as datang ke Kufah. [36]
Yang menarik adalah Syabats bin Rabi'i, Hajar bin Abjar yang merupakan pembesar kerajaan Bani Umayah bersama dengan Yazid bin Kharit bin Yazid bin Ruwaim, 'Azarah bin Qais, Amr bin Hajaj Zubaidi dan Muhammad Umair Taimi juga menulis surat yang ditujukan kepada Imam Husain as [37] dan menginginkan supaya Imam Husain datang ke Kufah. [38] Walaupun surat-surat yang sampai kepada Imam Husain as sangat banyak, sedemikian sehingga pada satu hari Imam Husain as menerima surat sebanyak 600 surat yang berasal dari masyarakat Kufah, namun beliau tetap saja memikirkannya secara matang-matang. [39] Setelah itu, surat-surat yang lainnya pun tetap berdatangan sehingga jumlah surat itu mencapai 12.000 surat. [40]Kemudian Imam menulis surat dan surat itu diberikan kepada Hani bin Hani Sabi'i dan Sa'id bin Abdullah Hanafi. [41]
Dalam surat itu tertulis: "Kini, saya mengutus saudara, sepupu, orang tepercaya dari keluargaku dan aku katakan kepada utusanku untuk melaporkan tentang keadaan, pekerjaan dan pendapat kalian. Apabila utusanku berkata bahwa pendapat masyarakat dan tokoh masyarakat di antara kalian sebagaimana yang disampaikan oleh utusan-utusan kalian kepadaku dan yang saya baca dalam surat-surat kalian, maka saya akan segera datang kepada kalian." [42] Oleh itu, Imam Husain menyatakan bahwa kedatangannya ke Kufah adalah karena permintaan penduduk Kufah berdasarkan konfirmasi Muslim bin Aqil.
Utusan Imam Husain as ke Kufah
Imam Husain as mengutus saudara sepupunya, Muslim bin Aqil untuk membawa surat [43] ke Kufah, Irak guna menyelidiki situasi dan kondisi yang terjadi di sana kemudian melaporkannya kepada Imam Husain as. [44] Muslim pada pertengahan bulan Ramadhan secara diam-diam meninggalkan Mekah dan pada tanggal 5 Syawal ia telah sampai di Kufah. [45] Ia tinggal di rumah Mukhtar bin Ubay 'Ubaid Tsaqafi. [46] Gubernur Kufah pada masa itu adalah Nu'man bin Basyir Anshari.
Orang-orang Syiah, setelah mengetahui bahwa Muslim telah memasuki kota Kufah, mereka mendekati Muslim dan memberikan baiat mereka kepadanya. Laporan yang sampai menerangkan bahwa terdapat 18.000 orang Kufah berbaiat kepada Muslim. [47]
Abdullah bin Muslim, kemudian Umarah bin Uqabah, lalu Umar bin Sa'ad memberikan laporan kepada Yazid tentang ketidakmampuan Nu'man bin Basyir dalam menjalankan roda pemerintahan di Kufah dan meminta supaya Yazid mengambil langkah-langkah yang tegas dan cepat guna mengatasi permasalahan yang ada di Kufah. [48] Yazid bermusyawarah dengan Sirjun Masihi untuk mengangkat Ubaidillah bin Yizad guna mengelola pemerintahan di Kufah dan Basyrah sekaligus [49] Ubaidillah dengan menyamar memasuki kota Kufah dan setelah memasuki istana (Dar al Imarah) ia memperkenalkan diri kepada semua kalangan. [50]
Ubaidillah berorasi di masjid Kufah akibatnya masyarakat Kufah takut untuk melawannya. Ia sangat kejam terhadap pemimpin kabilah dan sangat keras terhadap orang-orang yang menentangny. [51] Muslim bin Aqil, mendengar bahwa Ubaidillah telah datang ke Kufah dan ceramah serta mengetahui bahwa ia sangat keras dan kejam terhadap pemimpin kabilah, maka ia meninggalkan rumah Mukhtar kemudian berlindung di rumah Hani bin Urwah Muradi. [52] Muslim memberikan surat kepada Abas bin Abi Syabaibi Syakiri untuk disampaikan kepada Imam Husain as. [53] Dalam surat itu diberitakan, "18.000 penduduk Kufah telah berbaiat kepadaku (Muslim). Oleh itu, begitu surat itu sampai, bersegeralah kemari." [54]
Ibnu Ziyad setelah menguasai Kufah secara relatif dengan mengetahui keadaan yang menimpa Muslim, maka ia mengutus budaknya, Ma'qul untuk menyusup ke tengah-tengah pasukan Muslim. [55] Ubaidillah setelah mengetahui tempat persembunyian Muslim, membawa Hani ke istana Dar al-Imarah dengan paksa kemudian memenjarakannya. [56] Dengan tertangkapnya Hani, Muslim memanggil pengikut setianya dengan sebutan "Wahai Penolong Umat" [57]dan dengan 4000 orang mengepung istana Dar al- Imarah. [58]
Ubaidillah meminta kepada sebagian pembesar Kufah seperti Katsir bin Syahab bin Khushain Kharati, Muhammad bin Asy'at, Qa'qa Syaur Dhali, Syabats bin Rab'i Taimimi, Hajar bin Abjar 'Ijli, dan Syimr bin Dzil Jausyan Amiri supaya orang-orang dari kabilah mereka menyebar di sekitar Muslim bin Aqil. Pembesar Kufah ini meminta orang-orang dari kabilahnya ini untuk merayu masyarakat dengan janji harta dan kekayaan penguasa Kufah serta menakut-nakuti mereka bahwa lasykar Syam (Suriah) kini tengah bergerak menuju Kufah. [59]
Dengan adanya ceramah dari pembesar Kufah, secara perlahan sahabat setia Muslim bin Aqil meninggalkannya[60] hingga pada suatu malam hanya tersisa 30 orang yang menyertainya. [61] Setelah mengerjakan salat Maghrib dan Isya, yang tersisa ini pun keluar dari Masjid Kufah, meninggalkan Muslim dan kini tinggal seorang diri. [62]
Muslim yang pada saat itu di tinggal sendirian dan berkelana di sepanjang gang-gang kota Kufah, mencari perlindungan di rumah seorang perempuan bernama Thau'ah. [63] Setelah memadamkan pergerakan Muslim, Ibnu Ziyad pergi ke Masjid. Usai melaksanakan salat, ia menyampaikan pidato. Ibnu Ziyad menginstruksikan supaya masyarakat mencari Muslim dari rumah yang satu ke rumah yang lainnya. [64] Pada saat itu, anak laki-laki Thau'ah[65] yang mengetahui tentang tempat persembunyian Muslim memberitahukan kepada pihak penguasa. Ubaidillah mengutus Muhammad bin Asy'ats bersama dengan 70 orang untuk mendatangi rumah Thau'ah.[66]
Ketika Muslim mengetahui bahwa rumah Thau'ah dikepung, ia pergi ke luar rumah dengan membawa pedang dan terlibat pertempuran sengit dengan mereka. [67] Ia akhirnya menderita luka parah dan ditawan. [68] Setelah ditawan, Muslim meminta kepada Muhammad bin Asy'ab dan Umar bin Sa'ad untuk mengutus seseorang kepada Imam Husain as untuk mengabarkan tentang kejadian ini. [69]
Akhirnya, Muslim pada hari Rabu, 9 Dzul Hijah (Hari Arafah)[70]pada tahun 60 H [71] gugur sebagai syahid setelah dua bulan dan 4 hari tinggal di Kufah. [72] Utusan Muhammad bin Asy'ats dan Umar bin Sa'ad berada di rumah Zubalah dan akhirnya sampai ke rombongan Imam Husain as dan menyampaikan pesan Muslim bin Aqil bahwa warga Kufah tercerai berai (tidak setia) atas baiat yang telah mereka berikan sebelumnya kepada Muslim. [73] Imam Husain as sangat sedih atas kesyahidan Muslim bin Aqil dan Hani bin Urwah.[74]
Perjalanan dari Mekah ke Kufah
Imam Husain as ke Kufah
Berita tentang perjalanan Imam Husain as ke Kufah telah menyebar diantara masyarakat. Abdullah bin Abbas dan Muhammad bin Hanafiyah menghampiri Imam Husain as dan berusaha supaya Imam Husain as mengurungkan niat untuk pergi ke Kufah.
Imam Husain as dan penolong setianya setelah melaksanakan tawaf atas Baitullah dan selepas mengerjakan sa'i antara Shafa dan Marwah siap untuk meninggalkan Mekah. [75]Akhirnya setelah tinggal selama empat bulan dan 5 hari di Mekah, pada hari Selasa, 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyah)[76]Imam Husain as bersama dengan 72 orang[77] dan menurut riwayat yang lain 60 orang dari pembesar serta tokoh-tokoh Kufah, pengikut dan keluarganya meninggalkan Mekah bergerak menuju Kufah. [78]
Gagalnya Utusan Umar bin Sa'id Mencegah Kepergian Imam Husain as
Setelah Imam Husain as dan sahabat setianya meninggalkan Mekah, Yahya bin Sa'id, panglima pasukan Umar bin Sa'ad bin Ash, Gubernur Mekah beserta pasukannya menutup jalan bagi Imam Husain as. Namun Imam Husain as tidak mengindahkan hal itu dan tetap meneruskan perjalanannya. [79]
Rute Perjalanan Imam Husain as dari Mekah ke Kufah
Mekah Mukarramah (8 Dzul Hijah, Imam Husain as meninggalkan Mekah dan pada 15 bulan Ramadhan 60 H mengutus Muslim ke Kufah), Bustan Bani 'Amir, Tan'im, Shifah (pertemuan Imam Husain dengan Farazdaq, penyair). Dzat 'Irq (Pertemuan Imam Husain as dengan Basyar bin Ghalib dan 'Aun bin Abdullah bin Ja'far). Wadi 'Aqiq, Ghamrah, Um Khurman, Salah, Afi'iyah, Ma'dan Fazan, Umq, Saliliyah, Mughitsah Mawan, Nuqrah, Hukaz (Pengutusan Qais bin Musahhar ke Kufah oleh Imam Husain as), Samira, Tuza, Ajfar (Pertemuan antara Imam Husain as dengan 'Abdullah bin Muthi' Adawi dan nasehat Imam Husain as kepadanya supaya kembali ke jalan yang benar), Khuzaimiyah, Zarud (9 Dzul Hijah, bergabungnya Zuhair bin Qain ke rombongan Imam Husain as dan pertemuan dengan anak-anak Muslim dan informasi atas syahadahnya Muslim dan Hani), Tha'labiyah, Bathan, Syuquq, Zubalah (informasi tentang syahadah Qais dan bergabungnya sekelompok kepada Imam Husain as seperti Nafi' bin Hilal), Bathan 'Aqabah (pertemuan Imam Husain as dengan Umar bin Lawazan dan nasihat Imam Husain as kepadanya supaya kembali ke jalan yang benar), Amiyah, Waqashah, Barkah Abumusak, Jabal Dzi Kham (perjumpaan Imam Husain as dengan pasukan Hurr bin Yazid Riyahi), Bidha (khutbah Imam Husain as yang terkenal bagi pengikut setianya dan Hurr), Masaijad, Hamam, Mughitsah, Um Qurun, Udzaib (rute Kufah dari Udzaib ke Qadisiyah dan Khirah, namun Imam Husain as mengubah rute itu dan tiba di Karbala), Qasr Bani Maqatil (pertemuan Imam Husain as dengan Ubaidillah bin Hur Ja'fi dan penolakan ajakan Imam Husain as untuk menolongnya), Qathqathanah. Karbala, Wadi Thif (Hari ke-2 Muharam tahun 61 H masuknya Imam Husain as ke Karbala). [80]
Diutusnya Qais bin Musahhar ke Kufah
Diriwayatkan bahwa karena Imam Husain as sampai di daerah bernama Bathnu al-Ramah, beliau menulis surat untuk orang-orang Kufah [81] dan mengabarkan tentang perjalanannya menuju Kufah. Imam Husain as menyerahkan surat itu kepada Qais bin Musahhar Saidawi. Ketika Qais sampai di Qadisiyyah, sekelompok orang dari tentara bayaran Ibnu Ziyad menghentikan dan menginterogasinya. Qais terpaksa merobek surat Imam Husain as yang dibawanya sehingga pihak musuk tidak mengetahui isi surat itu. Ubaidillah sangat murka dan berteriak dengan lantang, "Aku bersumpah demi Tuhan, Aku sama sekali tidak akan membiarkanmu, kecuali jika kau menyebutkan nama-nama yang ditulis oleh Husain as atau kau memilih untuk naik ke atas mimbar kemudian kau memaki dan mencela ayah dan saudara Husain as! Jika begitu, aku akan membebaskanmu dan jika tidak aku akan membunuhmu!" Qais pun mengabulkan permintaan Ubaidilah dan ia naik ke mimbar namun ia tidak memaki Imam Husain as dan berkata, "Aku adalah utusan Husain bin Ali as, Aku datang untuk menyampaikan pesan imam kepada kalian, penuhilah panggilannya!" Ibnu Ziyad sangat murka kemudian memerintahkan supaya Qais dilemparkan dari atas atap istana Dar al-Imarah. Qais pun menemui syahadah. Tulang-tulangnya hancur dan remuk. [82]
Diutusnya Abdullah bin Yaqthar ke Kufah
Telah diriwayatkan bahwa sebelum mengetahui kabar kesyahadannya Muslim, saudara sepersusuannya, Imam Husain as mengutus Abdullah bin Yaqthar[83] untuk menemui Muslim. Namun ia ditangkap oleh Khasin bin Tamim dan dibawa ke hadapan Ubaidillah bin Ziyad. Ubaidilah memerintahkan supaya Abdullah binYaqthar di bawa ke atap istana Dar al-Imarah supaya ia melaknat Imam Husain as dan ayahnya yang mulia! Ketika putra Yaqthar berada di atas istana ia berbicara kepada masyarakat Kufah, "Wahai kaum Kufah! Aku adalah utusan Husain as putra dari putri Rasulullah Saw. Cepatlah menolongnya dan tinggalkan putra Marjanah." [84]
Ubaidillah dengan menyaksikan hal itu, segera memerintahkan supaya ia cepat ditarik dari atas ke bawah. Ketika ia dalam keadaan sakaratul maut, seorang laki-laki datang dan membunuhnya. [85]
Kabar tentang syahadah Abdullah bin Yaqthar juga tentang kabar kesyahidan Muslim dan Hani diterima Imam Husain as di tempat persinggahan Zabalah. [86]
Duta Imam Husain as di Basrah
Imam Husain menulis surat dan surat itu ditulis oleh sekretaris pribadinya, Sulaiman dan kemudian mengirimkannya kepada pembesar 5 kabilah Basrah (Qabail, 'Aliyah, Bakr bin Wa'il, Tamim, 'Abdul Qais dan Azd). [87] Sulaiman mengirimkan salinan surat Imam Husain as kepada setiap pembesar kabilah atas nama Malik bin Misma' Bakri, Akhnaf bin Qais, Mundzir bin Jarud, Mas'ud bin Amru, Qais bin Haitsam dan Amru bin Ubaidillah bin Ma'mar. [88] Isi surat-surat itu adalah, "…Aku menyeru supaya kalian kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Sesungguhnya Sunnah telah hilang dan bid'ah kini hidup. Jika kalian mendengarkan perkataanku dan mengikuti perintahku, kalian akan kubimbing ke jalan yang benar." [89]
Semua pemimpin kabilah yang menerima salinan surat dari Imam Husain as itu menyembunyikannya kecuali Mundzir bin Jarud karena mengira bahwa hal ini merupakan sikap licik yang dikerjakan oleh Ubaidillah bin Ziyad. [90] Oleh itu, pada malam ketika besoknya Ibnu Ziyad mau pergi ke Kufah, Mundzir melaporkan tentang isi surat itu kepada Ibnu Ziyad. [91] Ubaidillah pun memenggal leher utusan Imam Husain as itu di depan Thalabidah. [92]
Bertemu dengan Pasukan Hur bin Yazid Riyahi
Ubaidillah karena mengetahui bahwa Imam Husain hendak menuju Kufah, mengirim Khushain bin Tamim Tamimi, kepala tentaranya bersama dengan 4000 orang pasukan dikirim ke Qadisiyyah sehingga jarak antara Qadisiyyah, Khaffan, Qutquthaniyah sampai La'la'a dapat diawasi dan orang-orang yang melewati rute itu dapat diketahui dengan mudah. [93] Hur bin Yazid Riyahi merupakan pemimpin dari 1000 orang berkuda yang dikirim oleh Khusain bin Tamim ke daerah yang dimaksud guna menghadang gerakan rombongan Imam Husain.[94]
Hur dan Penutupan Jalan Rombongan
Abu Mikhnaf, yang merupakan salah seorang dari Bani Asad yang menyertai perjalanan itu, mengisahkan, "Karena rombongan Imam Husain as bertolak dari Syaraf maka pada pertengahan hari rombongan itu sampai pada pasukan pelopor dan kaveleri musuh." Kemudian Imam Husain as melanjutkan perjalanan menuju Dzu Husam.[95]
Hur bin Yazid dan pasukannya pada tengah hari berhadap-hadapan dengan Imam Husain as dan penolongnya. Imam Husain as memerintahkan kepada pasukannya supaya memberi minum kepada pasukan hur dan kuda-kudanya. Sahabat setia Imam Husain as pun mematuhi perintah itu dan mereka menghilangkan dahaga pasukan musuh termasuk kuda-kuda mereka.
Salat Pasukan Hur yang diimami oleh Imam Husain as
Ketika tiba salat waktu Zhuhur, Imam memerintahkan kepada muadzinnya, Hajaj bin Masruq Ju'fi untuk mengumandangkan adzan Zhuhur. Hajaj pun mengumandangkan adzan Zhuhur. Sebelum mengerjakan salat Zhuhur, Imam Husain as setelah mengucapkan pujian kepada Allah dan shalawat atas Rasul-Nya, beliau bersabda, "Wahai kaumku! Ini adalah hanya sebuah dalih saja kepada Allah Swt atas kalian. Aku tidak datang memenuhi kalian jikalau surat-surat kalian tidak sampai kepadaku. Utusanmu pun sampai mendatangiku dan mereka memintaku untuk datang menemui kalian. Karena kalian berkata bahwa kami tidak memiliki Imam. Baiklah jika Aku menjadi wasilah bagimu supaya Tuhan menghidayahimu. Oleh itu, jika kalian tetap memegang janji Aku akan datang ke kotamu dan jika kedatanganku tidak membuat kalian senang, baiklah Aku akan kembali." Hur dan pasukannya memilih diam dan tidak berkata-kata sedikit pun. Kemudian Imam Husain as memerintahkan untuk melaksanakan salat Zhuhur. Hur dan pasukannya bermakmum kepada Imam Husain as.[96]
Pada sore hari itu juga Imam Husain as memerintahkan kepada pasukannya untuk bersiap-siap melanjutkan perjalanan. Kemudian beliau keluar dari kemah dan memerintahkan muadzinnya untuk mengumandangkan suara adzan dan supaya kaum mukminin mengerjakan salat Ashar. Selesai mengerjakan salat Ashar Imam berkhutbah di depan penduduk Kufah. Setelah mengucapkan pujian kepada Allah Swt dan shalawat atas Rasul-Nya, beliau bersabda, "Wahai manusia! Jika kalian mengedepankan takwa kepada Allah Swt dan jika mengerti siapakah yang layak memegang hak (untuk memimpin umat), dan (ketahuilah) bahwa kami, Ahlulbait Muhammad Saw, adalah orang lebih layak memimpin kalian daripada mereka yang mengaku layak tetapi sebenarnya tidak memiliki kelayakan dan mereka yang telah menggerakkan kezaliman dan rasa permusuhan (terhadap kami). Jika kalian tidak mengerti hal ini dan hanya memahami kebencian kepada kami, tidak mengetahui hak kami, dan kata-kata kalian sekarang sudah tidak seperti yang kalian katakan dalam surat-surat kalian yang telah datang menyerbuku bersama para utusan kalian, maka aku akan pergi meninggalkan kalian."
Hur bin Yazid berkata, "Aku tidak mengetahui apa-apa yang Anda katakan tentang surat itu." Hur kembali berkata, "Aku bukan termasuk penulis surat itu. Kami hanya bertanggung jawab, begitu kami berhadapan dengan Anda, maka kami harus membawa Anda ke hadapan Ubaidillah bin Ziyad. [97] Imam Husain as bersabda kepada rombongannya, "Kembalilah kalian!" Karena mereka ingin kembali, Hur dan pasukannya menghalanginya. Hur berkata, "Anda harus kami bawa ke hadapan Ubaidillah bin Ziyad."
Imam Husain as bersabda, "Aku bersumpah bahwa aku tidak akan ikut denganmu."
Hur berkata, "Aku tidak bertanggung jawab untuk memerangi Anda, namun aku tidak akan melepaskan tanggung jawab untuk menyertai Anda sampai Kufah. Oleh itu apabila Anda tidak mau mengikutiku, maka pilihlah jalan dimana engkau tidak akan sampai ke Kufah dan tidak pula sampai ke Madinah sehingga Aku akan menulis surat kepada Ubaidillah. Jika Anda mau, tulislah surat untuk Yazid. Sehingga langkah ini akan mendatangkan kedamaian dan keberkahan. Langkah ini menurutku baik dari pada Aku harus berperang denganmu." [98]
Imam Husain Kembali Bergerak
Imam Husain as bergerak dari sisi kiri jalan 'Udzaib dan Qadisiyyah, sedangkan jarak antara mereka hingga Udzaib adalah 38 mil dan Hur juga ikut bergerak dengan Imam Husain as. [99]
Sampainya Utusan Ubaidillah
Setelah waktu shalat Subuh tiba, Imam Husain as berada persinggahan al-Bidhah[100] dan mengerjakan salat Subuh. Kemudian beliau bergerak dengan rombongannya sehingga sampai menjelang tibanya waktu Dhuhur sampai di sebuah tempat bernama Nainawa. [101] Utusan Ubaidillah bin Ziyad membawa surat untuk Hur.
Dalam surat itu Ibnu Ziyad kepada Hurr menulis, "Dengan datangnya surat ini dan utusanku kepadamu, berlaku keraslah kepada Husain as, dan janganlah ia diberi jalan kecuali di padang sahara yang tiada bertepi dan tidak ada air! Perintahkan kepada utusanku bahwa janganlah berpisah darimu sehingga membawa kabar tentang dilaksanakannya perintahku ini. Wassalam." [102] Hurr membacakan surat Ibnuu Ziyad untuk Imam Husain as. Imam bersabda kepadanya, "Biarkan kami berhenti[103]di Nainawa atau Ghadhiriyah." [104]
Hurr berkata, "Tidak mungkin, karena Ubaidilah sebagai pengirim surat ini akan memata-mataiku." "Aku bersumpah demi Tuhan, wahai putra Rasululullah! Aku melihat bahwa setelah ini mereka akan menyulitkan kita. Sekarang perang dengan kelompok ini (Hurr dan pasukannya) lebih mudah bagi kita dari pada berperang dengan kelompok yang datang setelahnya. Aku bersumpah demi jiwaku bahwa setelah ini, pekerjaan kita akan lebih sulit. Aku bersumpah bahwa setelah mereka akan datang sekelompok di mana kita tidak akan mampu berperang melawan mereka." Kata Zuhair memberi pendapat.
Imam Husain bersabda, "Perkataanmu benar, wahai Zuhair! Tapi Aku tidak akan memulai peperangan ini." [105] Zuhair berkata, "Di tempat yang dekat ini dan di pinggir sungai Eufrat terdapat tempat yang sejuk yang mempunyai kekuatan alam karena dari Eufrat kita dapat melihat sekelilingnya kecuali satu tempat." Imam Husain as bertanya, "Apakah nama tempat ini?"
Katanya, "'Aqar." [106] Imam bersabda, "Aku berlindung kepada Tuhan dari Aqar." [107] Karena itu mereka berjalan bersama hingga sampai ke Karbala. Hurr dan pasukannya, berdiri di depan pasukan Imam Husain dan rombongannya dan menghalangi mereka untuk meneruskan perjalanan." [108]
Sampainya Imam Husain as di Karbala
Sebagian besar literatur melaporkan bahwa semenjak hari Kamis, 2 Muharram tahun 61 H diperingati sebagai hari masuknya Imam Husain dan penolongnya ke Karbala.[109] Walaupun demikian, adanya laporan ad-Dinawari tentang masuknya Imam Husain as ke Karbala pada hari Rabu, 1 Muharram[110] juga tidak dapat kita anggap sepele.
Ketika Hurr berkata kepada Imam Husain as, "Berhentilah di sini, karena dekat dengan sungai Eufrat." Imam bertanya, "Apakah nama tempat ini? Mereka menjawab, "Karbala." Imam bersabda, "Di sinilah tempat "karb" (kesedihan) dan "balā" (bencana). Ayahku ketika beliau hendak menuju ke Shiffin, melewati tempat ini dan aku bersama beliau ketika itu. Ayahku berhenti dan bertanya tentang tempat ini. Aku pun mengatakan kepada ayahku nama tempat ini. Kemudian ayahku berkata, "Di sinilah tempat kematian mereka, di sinilah tempat tumpahnya darah." Maka orang-orang pun menanyakan tentang hal ini. Beliau menjawab, "Rombongan dari keluarga Muhammad Saw akan berhenti di sini." [111]
Imam Husain as bersabda, "Di sini adalah tempat kita menaruh kendaraan, bawaan dan perlengkapan dan (di sini adalah) tempat terbunuhnya orang laki-laki kita dan tempat tumpahnya darah-darah kita." [112]
Kemudian Imam Husain memerintahkan supaya mereka menurunkan barang-barang di tempat itu. Hari itu bertepatan dengan hari Kamis, 2 Muharram [113] dan menurut riwayat yang lain bertepatan dengan hari Rabu, 1 Muharram tahun 61 H. [114] Diriwayatkan bahwa setelah berhenti di Karbala, Imam Husain as mengumpulkan anak-anak, saudara-saudara dan keluarganya lalu menatap mereka kemudian menangis. Lalu Imam Husain as bersabda, "Sesungguhnya kita adalah itrah dan keluarga Nabi Muhammad Saw. Mereka mengusir kita dari kota dan tanah kelahiran kita, dan kita tersingkirkan dari haram kakek kita (Nabi Muhammad Saw) dan berkelana kesana kemari. Bani Umayah menganggu kita. Tuhan, ambillah hak-hak kami dari mereka dan tolonglah kami di hadapan orang-orang yang zalim." Kemudian Imam Husain as mengarahkan pandangan beliau kepada para sahabat setianya dan bersabda, "Manusia adalah hamba-hamba dunia. Agama hanyalah penghias bibir semata, mereka akan membela agama selama kehidupan mereka dalam keadaan sejahtera dan apabila kesusahan dan musibah menghampiri mereka, maka orang-orang yang memegang agamanya akan berkurang." [115]
Kemudian Imam membeli bumi Karbala yang mempunyai luas 44 mil dari penduduk Nainawa dan Ghadhariyah dengan harga 60 ribu dirham dan mensyaratkan supaya penduduk setempat membimbing ke kuburan dan menerima peziarah selama 3 hari. [116]
Setibanya Imam Husain as dan penolong setianya di padang Karbala pada tanggal 2 Muharram 61 H[117] Hurr bin Yazid Riyahi menulis surat yang ditujukan kepada Ubaidillah bin Ziyad sehinga Ubaidillah mengetahui tentang kabar sampainya Imam Husain as di Karbala.[118] Dalam surat itu, Ubaidillah menulis surat kepada Imam Husain, Amma Ba'du, Wahai Imam Husain as! Aku tahu perihal sampainya Anda di padang Karbala. Amirul Mukminin, Yazid bin Muawiyah menugaskan kepadaku supaya tidak tidur sekejap pun dan tidak kenyang sedikitpun sehingga engkau akan bergabung dengan Tuhan yang Maha Tahu atau Aku akan memaksa engkau untuk menerima hukum Tuhan dan hukum Yazid bin Muawiyah." Wassalam Diriwayatkan bahwa Imam Husain as setelah membaca surat ini, maka segera membuang surat itu dan bersabda, "Kaum yang mendahulukan keridhaan kaumnya dari pada keridhaan Penciptanya niscaya tidak akan menemui kebahagiaan," Kurir Ibnu Ziyad berkata kepada Imam Husain, "Wahai Aba 'Abdillah, apakah Anda akan menjawab surat itu?" Imam Husain as bersabda, Jawabannya adalah adzab yang pedih dari Allah Swt yang dengan segera akan menimpanya."
Kurir itu kembali menemui Ibnu Ziyad dan mengatakan sabda Imam Husain as kepadanya. Ubaidillah pun memerintahkan pasukannya untuk bersiaga dengan senjata siap tempur guna berperang melawan Imam Husain as. [119]
Tibanya Umar bin Sa'ad di Karbala
Umar bin Sa'ad, pada keesokan harinya ketika Imam Husain as sampai di Karbala, yaitu pada hari ke-3 Muharram bersama 4000 orang penduduk Kufah sampai juga di Karbala.[120] Terkait dengan bagaimana sampainya Umar bin Sa'ad di Karbala disebutkan "Ubaidillah bin Ziyad mengangkat Umar bin Sa'ad sebagai panglima pasukan dari 4000 tentara Kufah dan memerintahkan kepadanya untuk menggiring pasukan lawan ke arah Rei dan Dastabi [121] untuk berperang dengan Dalimyani yang menguasai daerah ini.
Ubaidillah juga memginstruksikan supaya pemerintahan Rei juga atas nama Umar bin Sa'ad dan menunjuknya sebagai gubernur di kota itu.
Anak Umar, bersama pasukannya keluar dari Kufah dan mendirikan perkemahan di luar Kufah di suatu tempat bernama, "Hamam A'yun." Ia mempersiapkan untuk pergi ke Rei karena mengetahui bahwa Imam Husain as akan mengadakan perlawanan dan karena Imam Husain as bergerak menuju Kufah, maka Ibnu Ziyad memanggil Umar bin Sa'ad dan memerintahkan kepadanya untuk terlebih dahulu berperang melawan Imam Husain as. Setelah selesai, ia pun bergerak menuju tempat pemerintahannya. Sebenarnya Ibnu Sa'ad tidak suka berperang melawan Imam Husain as. Oleh itu, ia memohon kepada Ubaidillah supaya dirinya dibebaskan dari tanggung jawab ini, namun Ibnu Ziyad mensyaratkan bahwa jika ia mau berlepas diri dari tanggung jawab ini, maka ia harus menyerahkan terlebih dahulu jabatan Gubernur Rei." [122]
Umar bin Sa'ad karena melihat sikap keras Ubaidillah bin Ziyad, berkata, "Baiklah aku akan pergi ke Karbala." [123] Kemudian ia bergerak bersama dengan 4000 pasukan dan pada keesokan harinya ketika Imam Husain as sampai di Nainawa, ia pun sampai di sana. [124]
Permulaan Dialog Imam Husain as dan Umar bin Sa'ad
Umar bin Sa'ad, sekembalinya dari Karbala menginginkan seorang duta dikirim kepada Imam Husain as untuk menanyakan tentang maksud kedatangan Imam Husain as pergi ke Kufah dan apa saja yang diinginkan Imam Husain as. Tanggung jawab ini rencananya diberikan kepada 'Urwah bin Qais dan kepada semua pembesar-pembesar yang menulis surat untuk mengundang Imam Husain. Mereka semua menolak untuk melakukan pekerjaan ini. [125] Kecuali Katsir bin Abdullah menerima tanggung jawab ini dan ia pun pergi ke perkemahan Imam Husain as.
Tapi karena Abu Tsamamah Shaidi menghalangi kedatangan Katsir dengan membawa senjata menuju ke perkemahan Imam Husain as, maka Katsir tidak berhasil dan kembali dengan tangan kosong. [126] Setelah kembalinya Katsir bin Abdullah, Umar bin Sa'ad meminta Qarah bin Qais Khandhali [127] untuk menemui Imam Husain as.
Imam Husain as dalam menjawab pesan Umar bin Sa'ad kepada Qarah menulis, "Penduduk kota Anda telah menulis surat kepadaku bahwa supaya aku datang kemari, sekarang jika mereka tidak menginginkan kehadiranku, maka aku akan kembali." Umar bin Sa'ad pun gembira atas berita ini. [128] Kemudian Umar bin Sa'ad pun menulis surat kepada Ubaidillah bin Ziyad sehingga ia mengetahui perkataan Imam Husain as. [129]Ubaidillah bin Ziyad dalam menjawab surat Umar bin Sa'ad menginginkan pengambilan bai'at dari Imam Husain as dan para pengikutnya kepada Muawiyah. [130]
Beberapa Upaya Ibnu Ziyad untuk Mengirim Pasukan ke Karbala
Setelah Imam Husain as sampai di Karbala, Ubaidillah bin Ziyad mengumpulkan masyarakat Kufah dan membagikan hadiah yang diberikan oleh Yazid kepada pembesar mereka sebanyak 4000 dinar dan 200 ribu dirham dan mengundang mereka untuk menyertai dan menolong Umar bin Sa'ad dalam memerangi Imam Husain as. [131] Ubaidillah bin Ziyad mengangkat Amr dan Harits menjadi pegawai Kufah dan ia setelah diangkat segera meninggalkan Kufah dengan pasukannya. Ia pergi ke Nahilah dan memaksa masyarakat mengikuti mereka. [132] Ia juga mencegah masyarakat untuk bergabung dengan pasukan Imam Husain as dan menguasai jembatan Kufah serta tidak mengizinkan seorang pun melewatinya. [133]
Atas perintah Ubaidillah bin Ziyad, Khusain bin Tamim bersama dengan 4000 personil digiring dari Qadisiyyah sampai Nahilah. [134] Ibnu Ziyad juga memberi tugas kepada Muhammad bin Asy'at bin Qais Kandi, Katsir bin Syahab dan Qa'qa' bin Suwaid untuk memerintahkan supaya masyarakat bersiap-siap berperang melawan Imam Husain as. [135] Ibnu Ziyad juga mengirim Suwaid bin Adurahman Minqari bersama dengan pasukan berkudanya ke Kufah dan memerintahkan kepadanya untuk mencari orang-orang di Kufah yang menolak untuk berperang melawan Aba 'Abdillah supaya dibawa kehadapannya. Suwaid pun melakukan pencarian di Kufah, kemudian ia menangkap seseorang yang berasal dari Syam yang sedang mencari hak warisnya di Kufah dan mengirimnya kehadapan Ibnu Ziyad. Ibnu Ziyad demi menakut-nakuti masyarakat Kufah memerintahkan untuk membunuhnya. Masyarakat yang melihat kejadian itu semuanya bergerak menuju Nahilah. [136]
Dengan berkumpulnya masyarakat di Nahilah, Ubaidillah memerintahkan kepada Hushain bin Namir, Hijar bin Abjar, Syimr bin Dzil Jausyan untuk membantu Ibnu Sa'ad dengan bergabung dengan pasukan mereka di perkemahan. [137] Syimr adalah orang pertama yang melaksanakan perintah Ubaidilah dan bersiap-siap untuk bergerak. [138] Setelah Syimr, Zaid (Yazid) bin Rakab Kallabi dengan 2000 personel, Gushain bin Numair Sakauni dengan 4000 personel, Mushab Mari (Mudhair bin Rahinah Mazani) dengan 3000 orang. [139] Hushain bin Tamim Tahawi dengan 2000 personel [140] dan Nashr bin Harbah (Harasyah) dengan 2000 personel yang berasal dari Kufah bergerak dan bergabung dengan tentara Umar bin Sa'ad. [141]
Kemudian Ibnu Ziyad mengutus seorang laki-laki kepada Syabat bin Rib'i Riyahi dan darinya menginginkan supaya menemui Umar bin Sa'ad. Syabat dengan 1000 personel penunggang kuda bergabung dengan Sa'ad. [142] Setelah Syabats, Hajar bin Abjar dengan 1000 personel penunggang kuda[143] dan setelahnya Muhammad bin Asy'ats bin Qais Kindi dengan 1000 tentara berkuda[144] dan Harits bin Yazid bin Rawim mengikuti Hajar bin Abjar juga dikirim ke Karbala. [145] Ubaidillah setiap harinya, pada pagi dan siang hari mengirim sejumlah pasukan Kufah, dalam sekelompok tentara berjumlah antara 20, 30 dan 50 sampai 100 orang ke Karbala. [146] Sehingga pada tanggal 6 Muharram jumlah tentara pasukan Umar bin Sa'ad mencapai lebih dari 20.000. [147] Di sini, Ubaidillah mengangkat Umar bin Sa'ad sebagai komandan pasukan.
Usaha Habib bin Mazhahir untuk Mengumpulkan Penolong bagi Imam Husain A
Setelah terkumpulan pasukan musuh di Karbala, Habib bin Madhahir Asadi karena mengetahui sahabat setia Imam Husain as yang hanya berjumlah sedikit, ia dengan ijin Imam Husain as secara sembunyi-sembunyi pergi ke kabilah Bani Asad dan meminta oran-orang dari kabilah itu untuk menolong putra Fatimah sa.
Bani Asad bersama dengan Habib bin Madhahir pada malam hari bergerak menuju barak pasukan Imam Husain as di mana pasukan Umar bin Sa'ad dengan dikepalai oleh Azraq bin Harb Saidawi dengan 400 personel berkuda (menurut riwayat yang lain 500 personel berkuda) menutup jalan bagi pasukan Imam Husain as di pinggir sungai Eufrat. Akhirnya kedua pasukan itu saling beradu dan Bani Asad kembali ke rumah mereka. Habib pun kembali kepada Imam Husain sendirian.
7 Muharam dan Penutupan Air
Pada hari ketujuh Muharam, Ubaidillah bin Ziyad dalam surat yang ditujukan kepada Umar bin Sa'ad ingin supaya Imam Husain dan rombongan dipisahkan dari sungai Eufrat sehingga mereka tidak dapat meminum setetes air pun darinya.
Begitu surat itu sampai kepada Umar bin Sa'ad, ia memerintahkan kepada Amru bin Hajjaj sehingga dengan dikawal oleh 500 personel berkuda pergi ke pinggiran sungai Eufrat dan menghalangi Imam Husain dan pasukannya dari meminum air. [148]
Dalam sebagian literatur yang lain disebutkan bahwa setelah penutupan air dan kehausan yang mencekik, Imam Husain as memanggil saudaranya, Abbas bersama dengan 30 orang berkuda, 20 orang berjalan kaki dengan membawa 20 kantong air kemudian mengirim mereka untuk mendapatkan air. Mereka berjalan pada malam hari dan dengan diawali dengan bendera yang dibawa oleh Nafi' bin Hilal Jamali, ia sampai ke tepi sungai Eufrat.
Amru bin Hajjaj Zaidi yang merupakan petugas Hur baru datang dari sungai Eufrat. Ia bangkit menghadapi pengikut Imam Husain as. Sekelompok dari penolong Imam Husain as memenuhi kantong-kantong air itu dan sekelompok yang lainnya seperti Qamar Bani Hasyim (Abul Fadhl Abbas) dan Nafi' bin Hilal sibuk berperang dan melindungi mereka dari serangan musuh supaya air dapat terlindungi dari serangan musuh dan dapat membawa air ke perkemahan. Penolong Imam Husain as pun berhasil membawa air ke perkemahan.[149]
Percakapan Terakhir antara Imam Husain as dan Umar bin Sa'ad
Dengan datangnya pasukan yang silih berganti di perkemahan Umar bin Sa'ad, Imam Husain mengutus Amru bin Qardhah Anshari untuk menemui Umar bin Sa'ad dan memberikan pesan bahwa beliau ingin menemui Umar bin Sa'ad di antara dua perkemahan. Ketika malam tiba, Imam Husain as dan Ibnu Sa'ad, masing-masing dengan disertai oleh 20 personel penunggang kuda bertemu di tempat yang sudah dijanjikan sebelumnya.
Imam Husain as hanya disertai oleh saudaranya, Abu Fadhl Abbas dan putranya Ali Akbar. Imam Husain as memerintahkan pengawalnya yang lain untuk menjauh. Ibnu Sa'ad juga hanya meminta anaknya, Khafs dan budaknya untuk menyertainya lalu menyuruh pengawalnya yang lain untuk pergi menjauh.
Dalam pertemuan itu Imam Husain as menasihati Umar bin Sa'ad, "Tinggalkanlah angan-angan dan pikiran keliru ini. Pilihlah jalan yang dapat memperbaiki agama dan duniamu." [150] Umar menampik nasihat itu. Imam Husain as, karena menyaksikan hal ini, beliau berbalik sembari bersabda, "Semoga Tuhan membinasakanmu dan tidak mengampunimu pada hari kiamat. Aku berharap dengan kemurahan Tuhan kamu akan kembali dan tidak akan memakan gandum kota Irak." [151]
Dialog antara Imam Husain as dan Ibnu Sa'ad terus berlanjut, tiga atau empat kali berulang. [152] Pada akhir dialog itu Umar bin Sa'ad dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Ubaidillah bin Ziyad menulis,"…Husain bin Ali as telah berjanji kepadaku bahwa dari mana dia mulai bergerak dari situ pula ia harus kembali atau pergi ke salah satu perbatasan desa kaum Muslimin. Ia akan melaksanakan hak-hak dan kewajiban seperti kaum Muslimin yang lain. Ikut terlibat dalam keuntungan dan kerugian kaum Muslimin, atau pergi ke sisi Yazid terserah apa yang diputuskannya tentangnya dan hal ini menyebabkan keridhaanmu dan kebaikan umat." [153] Setelaah membaca surat itu, Ubaidillah berkata, "Sesungguhnya surat ini berasal dari seorang laki-laki yang mengambil pelajaran dari pemimpinnya dan penyayang bagi kaumnya" (Hampir saja Ubaidillah menerima usulan ini) Syimr bin Dzil Jausyan yang kala itu berada di tengah majelis berdiri dan menghalangi. Kemudian Ubaidillah bin Ziyad memanggil Syimr bin Dzil Jausyan ke arahnya dan berkata, "Bawalah surat ini kepada Umar bin Sa'ad sehingga ia akan berkata kepada Husain as supaya menyerah kepadaku dan apabila mereka menerima, mereka akan dibawa kehadapanku dengan selamat dan apabila mereka menolak, maka kita akan berperang melawan mereka." Apabila (Umar bin Sa'ad) berperang, maka dengarkanlah dan ikutilah ia dan apabila ia menghindari peperangan, maka berperanglah kau melawan Husain as karena pembesar kaum ini adalah kamu. Kemudian tebaslah leher anak Sa'ad dan kirimkan kepalanya kepadaku. [154] Kemudian Ubaidillah menulis surat kepada Umar bin Sa'ad: "…Aku tidak mengutusmu untuk menemui Husain as sehingga kau bertingkah ceroboh dengannya dan aku berharap bagi keselamatan dan kehidupanmu dan menjadi orang yang memberikan syafaat untuknya di hadapanku. Sesungguhnya jika Husain as dan pengikutnya ditebas dengan pedang atas perintahku (dan berbai'at kepada Yazid), bawalah ia kehadapanku dalam keadaan selamat dan apabila tidak, seranglah mereka dan tumpahkan darah mereka kemudian potong-potonglah tubuhnya karena mereka pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti ini.
Apabila Husain as terbunuh, tariklah badannya dengan kuda karena ia adalah pemberontak dan penjahat dan saya kira tidak apa-apa setelah kematiannya diperlakukan seperti ini, tapi aku telah berjanji dengan diriku bahwa apabila aku berhasil membunuhnya, maka aku akan memperlakukannya seperti ini. Oleh itu, jika kau mengerjakan perintah ini, aku akan memberikan upah berupa seorang laki-laki yang akan menjadi pengikut dan mantaatimu. Apabila engkau menolaknya, maka jangan lagi mencampuri urusan dan pasukan kami segera limpahkan tugas itu kepada Syimr bin Dzil Jausyan karena kami menjadikan Syimr sebagai komandan untuk menunaikan tugas kami." Wassalam. [155]
Masuknya Syimr di Karbala
Syimr bin Dzil Jausyan usai Dhuhur hari Kamis, 9 Asyura tahun 61 H setelah melaksanakan salat Ashar dengan membawa instruksi dari Ubaidillah kepadanya datang menghadap Umar bin Saad sampai dan memberikan surat itu kepada Sa'ad. [156] Umar bin Sa'ad berkata kepada Syimr, "Aku sendiri yang bertangung jawab akan masalah ini." [157]
Surat Jaminan Keamanan bagi Anak-anak Ummu Banin
Syimr dan Abdullah bn Abi al-Mahal -sepupu Ummu Banin- meminta surat jaminan keamanan bagi keponakan-keponakan perempuannya dari Ubaidillah. Ubaidillah pun mengabulkan permintaan mereka. [158] Abdullah bin Abi al-Mahal memerintahkan budaknya, Kazman atau 'Irfan untuk membawa surat jaminan keamanan itu ke Karbala. Setelah sampai di Karbala, ia membacakan isi surat jaminan keamanan itu kepada anak-anak Ummu Banin, namun anak-anak Ummu Banin tidak menyetujui hal itu. [159] Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Syimr mengambil surat jaminan keamanan itu dan ia sendiri yang membawa surat itu ke Karbala dan dibawanya ke hadapan Abbbas as dan saudaranya, Abdullah bin Ja'far dan Usman, anak-anak Imam Ali bin Abi Thalib as. [160] Namun Abbas dan saudara-saudaranya menolak surat jaminan keamanan itu secara bersama-sama. [161] Setelah menolak surat jaminan keamanan, turun perintah kepada pasukan Umar bin Sa'ad untuk bersiap-siap perang dan semua pihak musuh menaiki kuda dan pada sore hari, 9 Muharam mereka telah bersiap melawan Imam Husain as dan para penolong setianya. [162]
Tragedi Karbala
Pada akhirnya Ubaidillah bin Ziyad berhasil mengintimidasi dan membuat makar atas penduduk Kufah dan kemudian mengepung Imam Husain as dan penolong setianya yang jumlahnya sangat sedikit itu di Karbala. Mereka semua dibunuh secara kejam di Karbala pada hari Asyura sehingga menemui kesyahidannya. Ubaidillah setelah membunuh Imam Husain as dan penolong setianya, menawan anak-anak dan untuk beberapa lama memenjarakan mereka di Kufah kemudian memberikan surat kepada Yazid bin Muawiyah tentang kabar kesyahidan Imam Husain as dan para sahabat setianya. Berdasarkan surat yang diterima dari Ubaidilah, Yazid ingin supaya para tawanan beserta dengan kepala Imam Husain as dan jasad-jasadnya dibawa ke Damaskus. [163]
Lihat Juga
Catatan Kaki
- ↑ Ibnu Sa'd, Al-Thabaqat al-Kubra, Khamisah 1, hlm. 442; Ahmad bin Yahya al-Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 155; Syaikh Mufid, Al-Irsyād, jld. 2, hlm. 32.
- ↑ Ibnu Sa'd, Al-Thabaqat al-Kubra, Khamisah 1, hlm. 442; Ahmad bin Yahya al-Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 155; Syaikh Mufid, Al-Irsyād, jld. 2, hlm. 32.
- ↑ Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk (Tārikh Thabari), jld. 5, hlm. 338.
- ↑ Abu Mikhnaf Azadi, Maqtal Al-Husain, hlm. 3; Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk (Tārikh Thabari), jld. 5, hlm. 338; Ibnu A'tsam al-Kufi, Al-Futuh, jld. 5, hlm. 9-19; Al-Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizmi, Maqtal al-Husain as, jld. 1, hlm. 180; Ali bin Abi al-Karim Ibnu Atsir, Al-Kāmill fi al-Tārikh, jld. 4, hlm. 14.
- ↑ Syaikh Shaduq, Al-Amāli, hlm. 152; Ibnu A'tsam, Ofset, hlm. 18; Al-Khawarizmi, Ofset, hlm. 185.
- ↑ Abu Mikhnaf, ofset, hlm. 3-4, Al-Dinawari, Ofset, hlm. 227; Al-Thabari, ofset, Hlm. 338-339; Juga silahkan Anda merujuk ke: Ibnu A'tsam, Ofset, hlm. 10; Al-Khararizmi, ofset, hlm. 181; Ibnu Atsir, ofset Hlm. 14.
- ↑ Al-Thabari, ofset, jld 5, hlm. 338-339; Ibnu A'tsam, ofset, hlm. 10; Al-Khawarazmi, ofset, hlm. 181;Ibnu Atsir, ofset, hlm. 14.
- ↑ Al-Dinawari, ofset, hlm. 227; Al-Thabari, ofset, hlm. 339; Ibnu A'tsam, Al-Futuh, ofset, hlm. 11;Ibnu Atsir, ofset, hlm, 14.
- ↑ Ibnu A'tsam, Maqtal Husain as, ofset, hlm. 18; Sayid Thawus, Al-Luhuf, Teheran, Jahan, 1348, hlm. 17.
- ↑ Al-Khawarazmi, Ofset, hlm. 183; Al-Dinawari, Ofset, hlm. 227; Al-Khawarazmi, Ofset, hlm. 183; Ibnu Syahr Asub, Ofset, hlm. 88.
- ↑ Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 33.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 228; Syikh Mufid, Ofset, hlm. 32; Abdurahman bin Ali Ibnu al-Jauzi, Al-Muntazham fi Tārikh al-Umam wa al-Muluk, jld, 5, hlm. 323.
- ↑ Abu Mikhnaf, Ofset, hlm. 5; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 33; Ibnu A'tsam, Maqtal al-Husain as, Ofset, hlm. 19.
- ↑ Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 341; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 34.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 341; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 34.
- ↑ Ibnu A'tsam, Al-Futuh, Ofset, hlm. 19; Al-Khawarazmi, Ofset, hlm. 187.
- ↑ Ahmad bin Yahya al-Baladzuri, Ansāb al-Asyraf, jld. 3, hlm. 160.
- ↑ Ibnu A'tsam, Ofset, hlm. 19-20; Al-Khawarazmi, Ofset, hlm. 187.
- ↑ Ibnu A'tsam, Ofset, hlm. 18-19.
- ↑ Ibnu A'tsam, Ofset, hlm. 21; Al-Khawarazmi, Ofset, hlm. 188-189.
- ↑ Al-Baladzuri, Ofset, hlm. 160; Al-Thabari, Ofset, hlm. 341; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 34.
- ↑ Ibnu A'tsam, Ofset, hlm. 21-22; Al-Khawarazmi, Ofset, hlm. 189.
- ↑ Ibnu A'tsam, Ofset, hlm. 69.
- ↑ Abu Hanifah Ahmad bin Dawud al-Dinawari, Al-Akhbār al-Thiwāl, hlm. 228; Al-Thabari, Ofset, hlm. 341; Ibnu Atsir, Ofset, hlm. 16.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 228; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 152-153.
- ↑ Syaikh Shaduq, Ofset, hlm. 152.
- ↑ Ibnu A'tsam, Ofset, hlm. 22; Al-Khawarizmi, Ofset, hlm. 189.
- ↑ Al-Baladzuri, Ofset, hlm. 160.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 156; Ibn A'tsam, Ofset, hlm. 23; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 36.
- ↑ Ahmad bin Yahya al-Baladzuri, Ansāb al-Asyraf, jld. 3, hlm. 160; Muhammad bin Jarir Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk (Tārikh al-Thabari), jld. 5, hlm. 381, Syaikh Mufid; Al-Irsyād, jld. 2, hlm. 35.
- ↑ Al-Baladzuri, Ofset, hlm. 156; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 36; Ibnu Atsir, Ofset, hlm. 20, Al-Muwaffaq bin Ahmad Khawarizmi, Maqtal al-Husain as, jld. 1, hlm. 190.
- ↑ Al-Baladzuri, Ofset, hlm. 157-158; Ibn A'tsam, Ofset, hlm. 27-28; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 36-37; Ibn Atsir, Ofset, hlm. 30.
- ↑ Al-Baladzuri, Ofset, hlm. 157-178; Al-Thabari, Ofset, hlm. 352; Ibn A'tsam, Ofset, hlm. 28; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 38; Ibn Atsir, Ofset, hlm. 20.
- ↑ Abu Janifah Ammad Dawud al-Dinawari, Al-Akhbār wa al-Thiwāl, hlm. 229; Al-Baladzuri, Ofset, hlm. 158; Abul Fadai Ismail bin Umar ibn Katsir, Al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 8, hlm. 151.
- ↑ Al-Baladzuri, Ofset, hlm. 158, Al-Thabarai, Ofset, hlm. 352; Ibn A'tsam, Ofset, hlm. 29; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 38.
- ↑ Al-Baladzuri, Ofset, hlm. 158; Al-Thabari, Ofset, hlm. 353; Ibn A'tsam, Ofset, hlm. 29, Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 38.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 353; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 38.
- ↑ Al-Baladzuri, Ofset, hlm. 158-159; Ibn A'tsam, Maqtal al-Husain as, hlm. 37-38.
- ↑ Sayid ibn Thawus, Al-Luhuf, hlm. 24
- ↑ Ibid.
- ↑ Ibnu A'tsam, Al-Futuh, hlm. 37; Al-Thabari, Ofset, hlm. 353; Ahmad bin Abi Ya'qubi al-Ya'qubi, Tārikh al-Ya'qubi, jld. 2, hlm. 241; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 38.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 353; Ibn Atsir, Ofset, hlm. 21.
- ↑ Muhammad bin Jarir Thabarai, Tārikh al-Umam wa al-Muluk (Tārikh Thabari), jld. 5, hlm. 353; Ibn Atsir, Ali bin Abil Kiram, Al-Kiram fi al-Tārikh, jld. 4, hlm. 21.
- ↑ Abu Hanifah Ahmad bin Dawud al-Dinawari, Al-Akhbār al-Thiwāl, hlm. 230; Al-Thabari, Ofset, hlm. 347; Ibn A'tsam, Maqtal al-Husain as, Ofset, hlm. 39; Ibn Atsir, Ofset, hlm. 21.
- ↑ Ali bin Husain al-Mas'udi, Muruj al-Dzahab wa Ma'ādin al-Jawāhir, jld. 3, hlm. 54.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 231; Ahmad bin Yahya al-Baladzuri, Insāb al-Asyrāf, jld. 2, hlm. 77; Al-Thabari, Ofset, jld, 5, hlm. 355.
- ↑ Ibnu Sa'd, Al-Thabāqat al-Kubra, Khamsah 1, hlm. 459; Al-Thabari, Ofset, jld. 5,hlm, 375; Al-Dinawari, Ofset, hlm. 243; Ibn Atsir, Ofset, jld, 4, hlm. 33.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 356; Ibn A'tsam, Ofset, hlm. 35-36; Al-Khawarizmi, Ofset, hlm. 198.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 348; Abu Ali Miskawaih, Tajārib al-Umam, jld. 2, hlm. 41; Ibnu Syahr Asub, Manāqib Ali Abi Thālib, jld. 4, hlm. 91; Ibnu Katsir, Ofset, hlm. 152; Al-Baladzuri, Ofset, jld. 5, hlm. 379.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 232; Al-Thabari, Ofset, hlm. 348; Miskawaih, Ofset, jld. 2, hlm. 41; Abdurahman bin Ali Ibnu Al-Jauzi, Al-Munadham fi al-Tārikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 5, hlm. 325.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 232-233; Al-Thabari, Ofset, hlm. 360; Miskawaih, Ofset, jld. 2, hlm. 42.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 233; Al-Thabari, Ofset, hlm. 348; Ibnu A'tsam, Al-Futuh, hlm. 40.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 375.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 243; Al-Thabari, Ofset, hlm. 375; Ibnu Atsir, Ofset, jld, 4, hlm. 33.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 235-237; Al-Thabari, Ofset, hlm. 362; Ibnu A'tsam, Al-Futuh, Ofset, hlm. 41.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 348-349; Ibnu A'tsam, Al-Futuh, Ofset, hlm. 44; Miskawaih, Ofset, hlm. 45-46; Al-Khawarizmi, Ofset, hlm. 203-204.
- ↑ Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 52, Muruj al-Dhahab, hlm. 58; Miskawaih, Ofset, hlm. 48-49; Ibnu Atsir, Ofset, hlm. 30.
- ↑ Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 52; Muruj al-Dzahab, Ofset, hlm. 58; Miskawaih, Ofset, hlm. 48-49; Ibnu Atsir, Ofset, hlm. 30.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 239; Thabari, Ofset, hlm. 350; Ibn Atsir, Ofset, hlm. 31; Al-khawarizmi, Ofset, hlm. 206-207.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 350; Miskawaih, Ofset, hlm. 49; Al-Khawarizmi, Ofset, hlm. 207.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 239; Syaikh Mufid, Ofset, hlm. 54.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 239; Thabari, Ofset, hlm. 350; Miskawaih, Ofset, jld. 2, hlm. 49.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 350; Kufi, Ibnu A'tsam, Maqtal al-Husain as, hlm. 62; Miskawaih, Abu Ali, Tajārib al-Umam, jld, 2, hlm. 50.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 372-373; Miskawaih, Ofset, jld. 2, hlm. 51-52; Ibnu Atsir, Ofset, hlm. 32.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 240; Thabari, Ofset, hlm. 350; Ibnu A'tsam, Maqtal al-Husain as, Ofset, hlm. 63; Al-Khawarizmi, Ofset, hlm. 208; Al-Mas'udi, Ofset, jld. 3, hlm. 58; Ibnu Atsir, Ofset, hlm. 33-34.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 373; Miskawaih, Ofset, hlm. 52; Ibnu Atsir, Ofset, hlm. 32.
- ↑ Al-Mas'udi, Ofset, hlm. 58; Al-Khawarazmi, Ofset, hlm. 209; Ibnu Atsir, Ofset, hlm. 33-34.
- ↑ Ibnu A'tsam, Al-Futuh, Ofset, hlm. 54-55; Ibnu 'Aida Rabah, Al-'Aqd al-Farid, jld, 5, hlm. 127.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 247.
- ↑ l-Thabari, Ofset, hlm. 381; Al-Mas'udi, Ofset, hlm. 60; Abul Fida Ismail bin Umar Ibnu Katsir, Al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 8, hlm. 158.
- ↑ Al-Thabari, Ofset, hlm. 381; Al-Mas'udi, Ofset, hlm. 60; Ibnu Katsir, Ofset, hlm. 158.
- ↑ Muruj al-Dzahab, Ofset, jld. 3, hlm. 54.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 247-248.
- ↑ Al-Dinawari, Ofset, hlm. 247-248.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 385; Ibnu A'tsam al-Kufi, Al-Futuh, jld. 5, hlm. 69.
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 160; Al-Thabari, Op cit, hlm. 381; Ibnu A'tsam, Maqtal al-Husain, Op cit, hlm. 81.
- ↑ Al-Kufi, Ibnu A'tsam, Al-Futuh, jld. 5, hlm. 69; Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 220; Ali bin Isa Arbeli, Kasyf al-Ghumah, jld. 2, hlm. 43.
- ↑ Ibnu Sa'd, Al-Thabaqāt al-Kubra, Riset: Muhammad Shamil al-Salmi, Khamsih 1, hlm. 451; Ibnu A'tsam, Al-Futuh, Op cit, hlm. 69.
- ↑ Abu Hanifah Ahmad bin Dawud al-Dinawari, Al-Akhbār al-Thiwal, hlm. 244; Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 164, Al-Thabari, Op cit, hlm. 385.
- ↑ Rasul Ja'fariyan, Athlas Syiah, hlm. 66.
- ↑ Al-Dinawari, Ibid, hlm. 245; Al-Baladzuri, Ibid, jld. 3, hlm. 167.
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, jld. 3, hlm. 167; Al-Thabari, Op cit, jld. 3, hlm. 405; Miskawaih, Op cit, jld. 2, hlm. 60.
- ↑ Muhammad al-Samawi, Abshār al-'Ain fi Anshār al-Husain as, hlm. 93.
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, jld. 3, hlm. 168-169, Al-Thabari, Op cit, hlm. 398; Ibnu Atsir, Op cit, jld. 4, hlm. 42.
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, jld. 3, hlm. 169; Al-Thabari, Op cit, hlm. 398; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 43.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 398; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 42.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 357; Al-Kufi, Al-Futuh, Op cit, jld. 5, hlm. 37.
- ↑ Al-Thabari,Op cit; Al-Kufi, Al-Futuh, Op cit, jld. 5, hlm. 37, Al-Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizmi, Maqtal al-Husain as, jld. 1, hlm. 199.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 357; Ibnu Atsir, Op cit, jld. 8, hlm. 157-158.
- ↑ Al-Dinawari, Op cit, hlm. 231; Al-Thabari, Op cit, hlm. 357; Al-Kufi, Al-Futuh, Op cit, jld. 5, hlm. 37, Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 199.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 358.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 358; Al-Kufi, Al-Futuh, Op cit, jld. 5, hlm. 37.
- ↑ Ahmad bin Yahya al-Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 3, hlm. 166; Muhammad bin Jarir Al-Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk (Tārikh Thabari), jld. 5, hlm. 401; Abu Ali Miskawaih, Tajārib al-Umam, jld. 2, hlm. 62; Ali bin Abil Karim Ibnu Atsir, Al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 4, hlm. 41.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, jld, 5, hlm. 401; Miskawaih, Op cit, jld. 2, hlm. 62.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, jld. 5, hlm. 400; Miskawaih, Op cit, jld. 5, hlm. 401; Miskawaih, Op cit, jld. 2; Syaikh Mufid, Al-Irsyād,Op cit, jld, 2, hlm. 77-78; Ali bin Abil Karim Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 46.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 401-402; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 78-79, Ibnu A'tsim al-Kufi, Al-Futuh, jld. 5, hlm. 76; Miskawaih, Op cit, hlm. 62; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 47.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 401-402; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 78-79, Ibnu A'tsim al-Kufi, Al-Futuh, jld. 5, hlm. 76; Miskawaih, Op cit, hlm. 62; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 47.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 402-403; Syaikh Mufid, jld. 2, hlm. 81; Miskawaih, Op cit, hlm. 64; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 48.
- ↑ Al-Dinawari, Abu Hanifah Ahman bin Dawud, Al-Akhbār al-Thiwāl, hlm. 251; Al-Baladzuri, Ibid, jld. 3, hlm. 171; Al-Thabari, Op cit, hlm. 404.
- ↑ Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldān, jld. 1, hlm. 532; Shafi al-Din Abdul Mukmin al-Baghdadi, Marāshid al-Ithila' 'ala al-Asma Amkinah wa al-Baqa', jld. 1, hlm. 243.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 403.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 408; Ibnu Miskawaih, Op cit, hlm. 67; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 51.
- ↑ Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 84; Ibnu Miskawaih, Op cit, hlm. 68; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 52.
- ↑ Al-Hamawi, Yaqut, Op cit, jld. 4, hlm. 183.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 409; Miskawaih, Op cit, hlm. 68; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 52.
- ↑ Al-Hamawi, Op cit, jld. 4, hlm. 136; Farahidi, Khalil bin Ahmad, Kitab al-'Ain, jld. 1, hlm. 149-150.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 409; Miskawaih, Op cit, hlm. 68; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 52.
- ↑ Abdul Razaq al-Musawi al-Muqaram, Maqtal al-Husain as, hlm. 192.
- ↑ Ibnu A'tsam al-Kufi, Al-Futuh, jld. 5, hlm. 83; Syaikh Mufid, Al-Irsyād, jld. 2, hlm. 84; Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk (Tārikh Thabari), jld. 5, hlm. 409; Abu Ali Musa Miskawaih, Tijarah al-Umam, jld. 2, hlm. 68; Ali bin Abil Kiram Ibnu Atsir, Al-Kāmil fi al-Tārikh, hlm. 52; Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Abi Thālib as, jld. 4, hlm. 96.
- ↑ Abu Hanifah, Ahmad bin Dawud al-Dinawari, Al-Akhbār al-Thiwāl, hlm. 53.
- ↑ Abdul Razak al-Musawi al-Muqaram, Maqtal al-Husain, hlm. 192.
- ↑ Sayid bin Thawus, Al-Luhuf ‘ala Qathli al-Thufuf, hlm. 68; Arbili, Op cit, jld. 2, hlm. 47; Ibnu Syahr Asyub, Op cit, jld. 4, hlm. 97.
- ↑ Al-Kufi, Op cit, hlm. 83; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 52; Op cit, Fatal Nisyaburi; Op cit, hlm. 118; Syaikh Mufid, Op cit, Al-Thabari, hlm. 409; Miskawaih, Op cit, hlm. 68; Ibnu Syahr Asyub, Op cit, hlm. 96.
- ↑ Al-Dinawari, Op cit, hlm. 53.
- ↑ Al-Musawi al-Muqaram, Op cit, hlm. 193.
- ↑ Ibid, hlm. 196.
- ↑ Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tārikh al-Umam wa al Muluk (Tārikh Thabari), jld. 5, hlm. 409; Al-Kufi, Ibnu A'tsam, Al-Futuh, jld. 5, hlm. 83; Syaikh Mufid, Al-Irsyād, jld. 2, hlm. 84.
- ↑ Ibnu A'tsam, Op cit, hlm. 84; Al-Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarazmi, Maqtal al-Husain, jld. 1, hlm. 239.
- ↑ Ibnu A'tsam, Op cit, hlm. 85; Al-Khawarizmi, Op cit, jld. 1, hlm. 239; Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Abi Thālib as, jld. 4, hlm. 98.
- ↑ Abu Hanifah Ahmad bin Dawud al-Dinawari, Al-Akhbar wa al-Thiwāl, hlm. 253; Ahmad bin Yahya al-Baladzuri, Insāb al Asyrāf, jld.3, hlm. 176; Al-Thabari, Op cit, hlm. 409, Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 52.
- ↑ Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, jld. 2, hlm. 454.
- ↑ Al-Dinawari, Op cit, hlm. 253; Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 176; Al-Thabari, Op cit, hlm. 409.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 410; Ibnu A'tsam, Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 239-240.
- ↑ Al-Dinawari, Op cit, hlm. 253; Al-Baladzuri, Op cit, jld. 3, hlm. 176; Al-Thabari, Op cit, hlm. 409.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 253; Al-Baladzuri, Op cit, jld. 3, hlm. 176; Al-Thabari, Op cit, hlm. 409.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 410; Ibnu A'tsam, Op cit, hlm. 86-87; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 85; Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 240.
- ↑ Al-Dinawari, Op cit, hlm. 253.
- ↑ Al-Dinawari, Op cit, hlm. 253-254; Al-Thabari, Op cit, hlm. 411; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 85-86.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 411; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 86; Al-Khawarazmi, Op cit, hlm. 241.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 411; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 86.
- ↑ Ahmad bin Yahya al-Baladzuri, Ansāb wa al Asyrāf, jld. 3, hlm. 178; Ibnu A'tsam al-Kufi, Al-Futuh, jld. 5, hlm. 89; Al-Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizi, Maqtal al-Husain as, jld. 1, hlm. 242.
- ↑ Ibnu Sa'd, Op cit, hlm. 466; Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 178. .
- ↑ Ibnu Sa'd, Op cit, hlm. 466.
- ↑ Al-Baladzuri, hlm. 178.
- ↑ Al-Baladzuri, hlm. 179.
- ↑ Abu Hanifah bin Dawud al-Dinawari, Al-Akhbār al-Thiwāl, hlm. 254-255; Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 179.
- ↑ Al-Dinawari, Op cit, hlm. 254; Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 178.
- ↑ Al-Dinawari, Op cit, hlm. 254; Ibnu A'tsam, Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 242.
- ↑ Ibnu A'tsam, Op cit, hlm. 89; Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 242; Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Abi Thālib as, jld. 4, hlm. 98.
- ↑ Ibnu Sa'd, Op cit, hlm. 466.
- ↑ Ibnu A'tsam, Op cit, hlm. 89; Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 242. .
- ↑ Al-Dinawari, Op cit, hlm. 254; Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 178; Ibnu A'tsam, Op cit, hlm. 89; Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 242. .
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 178; Ibnu A'tsam, Op cit, hlm. 89; Al-Khawarzmi, Op cit, hlm. 242.
- ↑ Syaikh Shaduq, Al-Amāli, hlm. 155. .
- ↑ Al-Dinawari, Op cit, hlm. 254; Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 179.
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 179.
- ↑ Ibnu A'tsam, Op cit, hlm. 90; Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 242-243; Sayid bin Thawus, Al-Luhuf, hlm 85; Hilli, Ibnu Nama, Mutsir al-Ahzān, hlm. 50. .
- ↑ Abu Hanifah Ahmad bin Dawud al-Dinawari, Al-Akhbār al-Thiwāl, hlm. 255; Ahmad bin Yahya al-Baladzuri, Insāb al-Asyrāb, jld. 3, hlm. 180; Muhammad Jarir al-Thabari, Tārikh al-Umam wa al-Muluk (Tārikh Thabari), jld. 5, hlm. 412; Syaikh Mufid, Al-Irsyād, jld, 2, hlm. 86.
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 181; Al-Thabari, Op cit, hlm. 412-413; Abul Faraj Isfahani, Maqātal al-Thālibin, hlm. 117-118; Al-Muwaffaq bin Ahmad al-Khawarizmi, Maqtal al-Husain as, jld. 1, hlm. 244.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 413; Ibnu A'tsam al-Kufi, Al-Futuh, jld. 5, hlm. 92-93; Abu Ali Miskawaih, Tajārib al-Umam, hlm. 2, hlm. 70-71; Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 245. .
- ↑ Al-Khawarazmi, Op cit, hlm. 245, dengan perbedaan yang ada di Miskawaih, hlm. 71-72. .
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 414; Miskawaih, Op cit, hlm. 71. .
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 414; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 87; Miskawaih, Op cit, hlm. 71; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 55.
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 182; Al-Thabari, Op cit, hlm. 414; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 89; Miskawaih, Op cit, hlm. 71-72; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 55. .
- ↑ Al-Baldzari, Op cit, hlm. 183; Al-Thabari, Op cit, hlm. 414; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 89; Miskawaih, Op cit, hlm. 71-72; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 55. .
- ↑ Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqāt al-Kubra, Khamisah 1, hlm. 466; Ibnu A'tsam, Op cit, hlm. 94, Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Ali Ami Thalib, jld. 4, hlm. 98. .
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 183; Al-Thabari, Op cit, hlm. 415; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 89; Miskawaih, Op cit, hlm. 73; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 56.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 415; Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 246; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 56.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 415; Ibnu A'tsam, Op cit, hlm. 93-94; Al-Khawarizmi, Op cit, hlm. 246; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 56.
- ↑ Hasani, Ibnu 'Anbah, Umdah al-Thalib fi Insāb Ali Abi Thālib as, hlm. 327; Al-Khawarazmi, Op cit, hlm. 246.
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 184; Al-Thabari, Op cit, hlm. 416; Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 89; Al-Khawarazmi, Op cit, hlm. 249-250; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 56.
- ↑ Al-Baladzuri, Op cit, hlm. 184; Al-Thabari, Op cit, hlm. 416; Syaikh Mufid, Op cit hlm. 89; Al-Khawarazmi, Op cit, hlm. 249; Thabarsi, jld. 1, 454.
- ↑ Al-Thabari, Op cit, hlm. 463; Ibnu Atsir, Op cit, hlm. 84.
Daftar Pustaka
- Ibnu Syahr Asyub, Manāqib Alu Abi Thālib as, jld. 3 dan 4, Qum, Allamah, 1379.
- Ibnu Atsir, Ali bin Abi al-Kiram, Al-Kāmil fi al-Tārikh, Beirut, Dar Shadar, Beirut, 1965, al-Isfahani, Qum, Muasasah al-Nasyr al-Islami, 1419.
- Ibnu A'tsam, Al-Futuh, jld.5, Riset Ali Syiri, Beirut, Dar al-Adhwa', 1991.
- Ibnu al-Jauzi, Abdurahman bin Ali, Al-Muntazham fi Tārikh al-Am wa al-Mulk, Riset Muhammad Abdul Qadir 'Atha dan Musthafa Abdul Qadir 'Atha, jld. 3 dan 5, Beirut, Dar al-Kitab al-Iliyah, 1992.
- Ibnu 'Abdu-Rabih, Al-'Iqd al-Farid, jld. 5, Beirut, Dar al-Kitab al 'Alamiyah, 1404.
- Ibnu Katsir, Abu Fuda Ismail bin Umar, Al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 8, Beirut, Dar al-Fikr. 1986.
- Ibnu al-Faqih, Ahmad bin Muhammad, Al-Buldān, Riset Yusuf al-Hadi, Beirut, 'Alam al-Kitab, Cet. 1, 1996.
- Al-Baladzuri, Ahmad bin Yahya, Ansāb al-Asyraf, jld. 5, Riset Ihsan 'Abas, Beirut, Jami'ah al Mutasyariqin al-Amaniyah, 1979, Ansāb al-Asyraf, jild. 1 dan 3, Riset Muhammad Baqir Mahmudi, Beirut, Dar al-Ta'aruf, Cet. 1, 1977.
- Al-Isfahani, Abul Faraj, Maqatil al-Thālibin, Riset Ah'ad Shaqar, Beirut, Dar al-Ma'rifah. Tanpa Tahun.
- Amin, Sayid Muhsin, Fi Rihāb Aimmah Ahlulbait as, jld. 4, Terjemah Husain Wijdani, Surusy, 1376.
- Al-Baghdadi, Shafi al-Din Abdul Mukmin, Marāshid al-Itthila' 'ala Asma al-Amkinah wa al-Baqā', Riset Ali Muhammad Bajawi, Beirut, Dar al-Ma'rifah, 1945.
- Dāirah al-Ma'ārif Tasyayu’, Di bawah pengawasan Ahmad Shadr Jawadi, Kamran Fani dan Bahaudin Khuramshahi, jld. 2, Cetakan Sazman Dairah al-Ma'arif Tasyayu', Teheran, 1368.
- Dekhuda, Ali Akbar, Lughat Nāmeh Dekhudā, jld, 6, Teheran, 1377.
- Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqāt al-Kubra, Riset Muhammad Shamil al-Salami, Thaif, Maktabah al-Shidiq, 1993.
- Al-Thabaqāt al-Kubra, jld. 1, Riset Muhammad 'Abdul Qadir 'Atha, Beirut, Dar al-Kitab, Cet. 1, 1990.
- Thusi, Tahdzib al-Ahkām, jld. 6, Teheran, Dar al-Kitab al-'Ilmiyah, Cet. 1, 1365.
- Kulaini, Al-Kāfi, Tehran, Dar al-Kitab al-Islamiyah, 1365.
- Al-Mufid, Al-Muqni'ah, Qum, Kongre Syaikh Mufid, 1413.
- Al-Mufid, Al-Irsyād, Terjemah dan Syarah Persia: Muhammad Baqir Sa'idi, Tashih Muhammad Baqir Behbudi, Intisyarat Al-Islamiyah, 1380, Al-Irsyād, jld. 2, Terjemah Muhammad Baqir Khurasani, Islamiyah, 1351, Al-Irsyād, jld, 2, Qum, Kanggere Syaikh Mufid, 1413.
- Al-Mufid, Masār al-Syi'ah, Qum, Konggere Syaikh Mufid, 1413.
- Al-Khawarzami, Al-Muwafaq bin Ahmad, Maqtal al-Husain as, jld. 1, Riset dan Ta'liq Muhammad Musawi, Qum, Maktabah al-Mufid, Tanpa Tahun.
- Danesynāmeh Imām Husain as, Muhammad Rei Syahri, jld. 10, Muhammad Muradi, Qum: Dar al-hadits, 1430/1388.
- Al-Thabari, Muhammad bin Jarir, Tārikh al-Imam wa al-Muluk (Tārikh Thabari), jld. 2, Riset Muhammad Abul Fadzl Abbas, Beirut, Dar al-Tarats, 1967.
- Syahidi, Sayid Ja'far, Tārikh Tahlili Islām, Teheran, Markaz Nasyar Danesygahi, 1390.
- Syahidi, Sayid Ja'far, Pas az Panjāh Sāl, Pazuhesye Tazeh Piramune Qiyam Husain as, Teheran, Nasyar Farhangg Islami, 1380, Daftar Nasyar Farhangge Islami, 1380.
- Al-Mas'udi, Ali bin Husain, Al-Tanbih wa al-Asyrāf, Editor: 'Abdullah Ismail al-Shawi, Qahirah, Dar al-Shawi, Tanpa Tahun, Offset Qum, Dar al-Tsaqafah Islamiyah, Tanpa tahun.
- Al-Mas'udi, Ali bin al-Husain, Muruj al-Dzahab wa Ma'adin al-Jawāhir Riset As'ad Daghar, Qum, Dar al-Jahrah, 1409.
- Al-Dinawari, Ibnu Qutaibah, Al-Ma'ārif, Riset Tsarut ‘Akasyah, Qahirah, al-Haiah al-Misyriyah al-Amah lil Kitab, 1992.
- Al-'Asqalani, Ibnu Hajar, Al-Ishābah fi Tamyiz al-Shahābah, jld. 2, Riset Adil Ahmad al-Maujud wa Ali Muhammad Mamudh, Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1995.
- Ja'fariyan, Rasul, Guzideh Hayāt Siyāsi wa Fikri Imāmān Syiah, 1391.
- Sayid Ibnu Thawus, Al-Luhuf ‘ala Qathli al-Thufuf, Dihimpun oleh 'Abd al-Zahra Utsman Muhamad, Qum, Al-Ma'd, 1988.
- Sayid Ibnu Thawus, Al-Tharāif, jld. 1, Qum, Khiyam, 1400.
- Al'amili, Muhammad bin Maki (Syahid Awwal), Al-Durus al-Syar'iah fi Fiqh al-Imāmiyah, jld. 2, Qum, Jamiah Mudarisin, 1417.
- Al-Thabrani, Al-Mu'jam al-Kabir, jld. 3, Riset Hamdi al-majid al-Salafi, Dar Ihya, Al-Turats al-Arabi, Riset Abdurahman bin Yahya al-Mu'allimi al-Yamani, Haidar Abad, Majlis Dairah al-Ma'arif al 'Atsamaniyah, 1962.
- Al-Sam'ani, Al-Ansāb, jld. 8, Riset Abdurahman bin Yahya al-Mu'allimi al-Yamani, Haidar Abad, Majlis Dairah al-Ma'arif al'Utsmaniyah, 1962.
- Ibnu al-Shabagh, Al-Fushul al-Muhimmah fi Ma'rifah al-Aimmah, jld, 2, Riset oleh Sami al-'Azizi, Dar al-Hadits, 1422.
- Al-Bahrani, Yusuf bin Ahmad, Al-Hadāiq al-Nadhirah fi Ahkam al'Itrah al-Thāhirah, jld. 17, Riset Muhammad Taqi Irwani dan 'Abdu Razaq Muqaram, Qum, Jamiah Mudarisin, 1405.
- Al-Bahrani, Abdullah, Al-'Awālim al-Imam al-Husain as, Riset Madrasah al-Imam al-Mahdi Afs, Qum, Madrasah al-Imam-al-Mahdi, 1407.
- Al-Thabari, Ahmad bin 'Abdullah, Dzakhair al-'Uqba, Qahirah, Al-Maktabah al-Qudusi, 1356.
- Al-Thabari (Syiah), Muhammad bin Jarir, Dalāil al-Imāmah, Qum, Dar al-Dzakhair.
- Al-Hilli, Ibnu Nama, Mutsir al-Ahzān, Qum, Madrasah Imam Mahdi Afs, 1406.
- Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 14, Beirut, Dar al-Fikr, 1415.
- Al-Mazi, Tahdzib al-Kamāl, Riset Basyar 'Awad Ma'ruf, jld. 6, Beirut, Libanon, Muasasah al-Risalah, 1985.
- Ibnu Taqtaqi, Al-Fakhri fi al-Ādāb al-Sulthāniyah wa al-Duwal al-Islāmiyah, Riset Abdul Qadir Muhammad Mayu, Beirut, Dar al-Qalam al-Arabi, 1997.
- Al-Thabarsi, I'lām al-Warā bi A'lām al-Hudā, jld. 1, Teheran, Islamiyah, 1390.
- Al-Thabarsi, Abul Fadhl Ali bin Hasan, Misykat al-Anwār, Najaf, Kitabkhaneh Haidariyah, 1385.
- Al-Thabarsi, Ahmad bin Ali, Al-Ihtijāj, Masyhad, Nasyar Murtadha, 1403.
- Ibnu al-Khasyab al-Baghdadi, Tārikh Mawālid al-Aimah (Al-Majmu'ah), Qum, Kitabkhaneh Ayatullah Mar'asyi Najafi, Al-‘Amili, Ibnu Hatim, Al-Dar al-Nadhim, Qum, Jamiah Mudarisin, Tanpa tahun.
- Al-Arbeli. Ali bin Musa, Kasyf al-Ghummah, jld. 1, Tabriz, Maktabah Bani Hasyimi, 1381.
- Rabani Khalkhali, Ali, Cehreh Derakhsyān Imām Husain as, Qum, Maktab al-Husain, 1379.
- Al-Shaduq, Kamāl al-Din wa Tamām al-Ni'mah, Tashih Ali Akbar al-Ghifari, Qum, Muasasah al-Nasyar al-Islami, Muharam al-Haram, 1405-1363.
- Al-Shaduq, Al-Tauhid, Riset: Sayid Hasyom al-Husaini al-Tehrani, Qum, Muasasah al-Nasyr Islami, Tanpa Tahun.
- Al-Shaduq, Al-Khisāl, jld. 1, Qum, Jamiah Mudarisin, 1403.
- Al-Shaduq, Al-Āmāli, Qum, Riset: Qasam Al-Dirasat al-Islamiyah, Muasasah Bi'tsah, 1, 1417.
- Al-Shaduq, Ilal al-Syarā'i, jld. 1, Al-Najaf al-Asyraf, Al-Maktabah al-Haidariyah wa Mathbu'atha, 1385.
- Fatal Naisyaburi, Muhammad bin Hasan, Raudhah al-Wā'izhin, jld. 1, Qum, Rahi, Tanpa Tahun.
- Qumi, Abbas, Muntahā al-Āmāl, jld, 2, Riset Nashir Baqiri Baid Hindi, Qum, Dalil, 1379.
- Malik bin Anas, Al-Muwatthā, Riset Muhammad Fuad 'Abdul Baqi, Beirut, Dar Ihya al Tutats al-Arabi, 1985.
- Muqadas, Yadullah, Baz Pazuhi Tārikh wilādat wa Syahādat Ma'shumān as, Qum, Pazuhisygah Ulum wa Farhang Islami, 1391.
- Mausu'ah Kalimat al-Rasul al-A'zham, jld, 6, Kitāb al-Hasanain as wa Kitāb Ahlulbait as, Mualif Lajnah al-Hadits fi Markaz Abhats Baqir al-Ulum as, Tehran, Nasyar Amir Kabir, 1388.
- Qumi, Ali bin Muhammad, Kifāyah al-Ātsār, Qum, Bidar, 1401.
- Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 36 dan 45, Beirut, Muasasah al-Wafa, 1404.
- Hargusyi Neisyaburi, Abu Sa'id, Syarāf al-Musthafā, jld. 5, Mekah, Dar al-Basyair al-Islamiyah, 1424.
- Hakim Nisyaburi, Al-Mustadrak, jld. 3, Riset Yusuf Abdurahman al-Mar'asyi, Tanpa Tahun.
- Al-Turmudzi, Sunan, jld. 5, Riset Abdurahman Muhammad Utsman, Beirut, Dar al-Fikr, 1983.
- Ibnu Hibban, Shahih, jld 13, Riset Sya'ib Arnau, tth, al-Risalah, 1993
- Al-Dinawari, Ibnu Qutaibah, Al-Imāmah wa al-Siyāsah, Riset Ali Syiri, Beirut, Dar al-Adhwa, Cet. 1, 1990.
- Al-Namiri, Umar bin Syabah, Tārikh al-Madinah al Munāwarah, jld. 3, Qum. Dar al-Fikr, 1368.
- Al-Dzahabi, Tārikh Islām wa Wafayat al-Masyāhir wa al-A'lām, jld. 5, Riset Umar 'Abdul Islam Tadmuri, Beirut, Dar al-Kitab al-Arabi, 1993.
- Al-Muttaqi al-Hindi, 'Alauddin 'Ali, Kanz al-Ummāl fi Sunan al-Aqwāl wa al-Af'āl, jld. 13, Tashih Shafwah al-Saqa, Beirut, Al-Risalah, 1989.
- Khatib, Baghdadi, Tārikh Baghdādi, jld, 1, Beirut, Dar al-Kitab al-'Ilmiyah, 1412.
- Al-Dainawarim Abu Hunaifah Ahmad bin Dawud, Al-Akhbār al-Thiwāl, Riset Abdul Man'am Amir Muraja'ah Jamaludin Syiyal, Qum, Mansyurat Radhi, 1368.
- Al-Dainawari, Abu Hanifah Ibnu Qutaibah, Al-Imāmah wa al-Siyāsah, jld. 1, Riset Ali Syiri, Beirut, Dar al-Adhwa, Cet. 1, 1990.
- Ibnu 'Asakir, Tārikh Madinah Dimasyq, jld, 54, Beirut, Dar al-Fikr.
- Al-Harrani, Hasan bin Sya'bah, Tuhaf al-'Uqul, Qum, Jamiah Mudarisin, 1404.
- Al-Kufi, Ibnu A'tsam, Al-Futuh, Riset Ali Syiri, Beirut, Dar Shadir, Tanpa Tahun.
- Al-Dzahabi, Siyar A'lam al-Nubala, jld. 3, Takhrib Sya'ib Arnuth, Riset Hsan Asad, Beirut, Al-Risālah, Cet. 9, 1993.
- Kasyi, Muhammad bin Umar, Rijāl Kassyi, Masyhad, Danesygah Masyhad, 1348.
- Tamimi Maghribi, Nu'man bin Muhammad, Da'āim al-Islām, jld. 2, Mesir, Dar al-Ma'arif, 1385.
- Al-Kitabi, Fawāt al-Wafiyāt, jld. 2, Riset Ali Muhammad bin Ya'wudhllah dan Adil Ahmad Abdul Maujud, Beirut, Dar al-Kitab Ilmiyah, 2000.
- Al-Thabari, Muhammad bin Jarir, Tārikh al-Umam wa al-Mulk (Tārikh Thabari), jld. 5, Riset Muhammad Abul Fadzl Ibrahim, Beirut, Dar al-Turats, 1967.
- Khaifah bin Khayath, Tārikh Khalifah bin Khayāth, Riset Fawaz, Beirutm Dar al-Kitab Ilmiyah, Cet. 1, 1995.
- Al-Isfahani, Abul Faraj, Al-Aghāni, jld. 17, Beirut, Dar Ihya Tarats Arabi, Cet. 1m 1415.
- Al-Azdi, Abu Mikhnaf, Maqtal al-Husain as, Riset dan Ta'liq Husain al-Ghifaro, Qum, Mathbu'ah al-Ilmiyah, Tanpa Tahun.
- Al-Khawarazmi, Al-Muwaffaq bin Ahmad, Maqtal al-Husain, jld. 1, Riset dan Ta'liq Muhammad al-Samawi, Qum, Maktabah al-Mufid, Tanpa Tahun.
- Miskawaih, Abu 'Ali, Tajārib al-Umam, jld. 2, Riset ABul Qasim Imami, Teheran, Surusy, 1379.
- Al-Samawi, Muhammad, Abshār al-'Ain fi Anshār al-Husain, Riset Muhammad Ja'far al-Thabasi, Markaz al-Darasasat al-Islamiyah lilmamtsali al-Wali al-Faqih fi Hars al-Taurah al-Islamiyah.
- Farahidi, Khalil bin Ahad, Kitāb al-'Ain, jld. 1, Qum, Hijrat, 1409.
- Al-Musawi al-Muqaram, Abdul Razaq, Maqtal al-Husain as, Beirut Dar al-Kitab Islamiyah.
- Muhadits Nuri, Mustadrak al-Wasāil, jld. 8, Qum, Ali Bait (as), 1408.