Mulla Hadi Sabziwari
Berkas:Mulla-hadi-Sabzawari-4.jpg | |
Informasi Pribadi | |
---|---|
Nama Lengkap | Mulla Hadi Sabzawari |
Terkenal dengan | Asrar • Arif • Hakim |
Lahir | 1212 H/1798 |
Tempat lahir | Sabzawar, Iran |
Tempat tinggal | Sabzawar • Masyhad • Kerman • Isfahan |
Wafat/Syahadah | 1289 H/1872 |
Tempat dimakamkan | Sabzawar |
Informasi ilmiah | |
Guru-guru | Mulla Husain Sabzawari • Muhammad Ibrahim Karbasi • Mulla Ali bin Mulla Jamsyid Mazandarani dll |
Murid-murid | Akhund Khurasani • Mulla Muhammad Kadhim Sabzawari • Syaikh Ali Fadhil Tabti • Syahzade Jenab dll |
Tempat pendidikan | Masyhad • Isfahan |
Karya-karya | Mandzumah • Syarah Mandzumah • Asrar al-Hakim • Ushuluddin dll |
Kegiatan Sosial dan Politik |
Mulla Hadi Sabzawari(bahasa Arab: ملاهادی سبزواري) dikenal dengan "Asrar", hakim, arif, penyair pada masa Qajar dan seorang filosof terbesar pada abad ke-13 yang lahir di Sabzawar dan meninggal pula di sana. Meskipun ia tidak memiliki aliran filsafat sendiri, dan sebagian besarnya merupakan penjelasan-penjelasan tentang pandangan-pandangan Mulla Abdul Razak Lahiji dan Mulla Shadra, namun Mandzumah-nya merupakan paket lengkap tentang mantik dan filsafat serta memiliki kedudukan penting dalam aliran filsafat Shadra. Meskipun ia merupakan pensyarah terpenting dalam filsafat Shadra, namun ia memiliki perbedaan pendapat dengan Mulla Sabzawari dalam beberapa persoalan: misalnya terkait dengan ilmu Tuhan terhadap zat-Nya, bahwa alam amr (perintah) adalah hadits (lawan qadim), perbedaan antara harakat (gerak) dan tahrik (penggerakan), bahwa sebagian ilmu adalah substansi, pandangan tentang "ma'ad jasmani dan ruhani" dan lain sebagainya. Demikian juga dalam masalah pencerapan hal-hal universal, Sabzawari berbeda pandangan dengan Ibnu Sina.
Kitab Mandzumah adalah kitab terpenting karyanya yang di dalamnya dibahas mengenai mantik dan hikmah.
Biografi
Hari lahir dan keluarga
Hakim Sabzawari lahir pada tahun 1212 H di Sabzawar.[1] Masjid, air dan gudang yang tersambung antara yang satu dan lainnya yang terletak di gang "Hamam Hakim" adalah salah satu hasil karyanya yang masih ada. Sebagian harta Mirza Mahdi Tajir ia wakafkan untuk keperluan kaum muslimin bahkan semua pendapatannya ia gunakan untuk memberi makan masyarakat. Ibunda Mulla Hadi, Zinat Hajiyah, adalah seorang perempuan yang berasal dari keluarga taat beragama di Sabzawar. Masjid Jami Muhammad Bayk Sabzawar merupakan karya peninggalan saudara Zainab Hajiyah, paman Mulla Hadi.[2] Ayah angkat Hadi adalah pamannya, Mulla Husain Sabzawar dan membawa Hadi ke Masyhad. Mulla Mahdi, pada tahun 1220 H ketika kembali dari safar haji di Syiraz menderita sakit dan kemudian meninggal.[3]
Pernikahan
Mulla Hadi menikah sebanyak tiga kali. Dengan meninggalnya istri pertamanya, ia beristri lagi dan ketika istri keduanya meninggal dunia sekembalinya dari safar haji, (ketika tinggal selama 3 tahun di Kerman) ia menikah lagi untuk ketiga kalinya di Kerman dengan seorang putri pelayan Madrasah Makshuman.[4]
Keadaan Ekonomi dan Pendapatan
Mulla Hadi memiliki gaya kehidupan secara zuhud. Dinukilkan bahwa meskipun ia memiliki bagian tanah untuk diolah menjadi lahan pertanian, namun ia sibuk bertani dan membagikan hasilnya kepada orang-orang miskin dan para pelajar agama.[5] Mulla Muhammad Haidji, salah seorang muridnya, terkait dengan hal ini berkata: Nafkah Hakim hanya terbatas pada sepasang sapi dan sebidang kebun.[6] Ia mencukupi segala kebutuhannya dengan usaha keras sendirinya dan menyiapkan kebutuhan roti dalam setahunnya dengan usaha bertani yang ia lakukan dan sangat banyak dari makanannya ia siapkan dari sepasang sapi yang dimilikinya.[7]
Kegiatan Sehari-hari
Di Sabzawar, menurut perkataan putranya, setiap subuh hari hingga matahari terbit, ia minum dua gelas teh kental. Dan setelah sarapan, dua jam setelah matahari terbit, ia akan pergi ke Madrasah lmiyah Fashihiyah. Hakim sibuk mengajar di sana selama 4 jam dalam sehari. Kemudian ia kembali ke rumah dan setelah melakukan salat dhuhur dan ashar, maka ia akan makan siang, biasanya ia makan siang dengan roti dan doogh (minuman campuran dan yogurt dan air) yang dibuatnya secara encer. Setelah makan siang, ia beristirahat sebentar kemudian mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan, mengurus binatang ternak dan pertaniannya. Kebiasaan hakim adalah ia berjalan kaki santai di halaman rumah selama setengah jam sebelum dan setelah makan. Pada penghujung malam, ia akan pergi ke ruangan khususnya.[8]
Bertemu dengan Nashiruddin Syah
Nashiruddin Syah pergi ke rumah Mulla dan duduk di atas tikar dimana ia mengajar. Ia menginginkan supaya Mulla menulis buku tentang Ushuluddin ke dalam bahasa Persia. Setelah berpamitan, Syah mengirim uang sebanyak 500 ribu toman. Mulla Sabzawari membagikan setengah uang dari jumlah itu kepada para pelajar dan setengah yang lain kepada para fakir miskin dan memberikan dua kali lipat darinya kepada para sayid.[9]
Kitab Raihanah al-Adab yang dinukil dari Nashiruddin Syah sendiri dengan perantara seorang mengisahkan bahwa Syah berhenti di Tabriz ketika ia mengadakan safar ke Eropa. Ketika Syah bertemu dengan salah seorang ulama yang bermukim di sana, dengan bahasa Turki, Syah berkata: (Dalam safar ini, dalam setiap kota yang kami kunjungi, penduduk setempat berkewajiban untuk menjemput, namun Mulla Hadi karena tidak mengenal Syah dan para menterinya, tidak datang menjemput kami, bahkan menemui pun juga tidak. Syah berkata: Aku menerima perilaku ini dan berkata, jika ia tidak mengenalku, maka aku mengenalnya. Setelah menentukan waktu, pada suatu hari, menjelang makan siang dengan hanya dikawal oleh seorang pelayan, Syah pergi ke rumah Mulla untuk makan siang bersama dengan Mulla. Setelah melakukan perdebatan, Syah berkata bahwa Tuhan telah menyempurnakan semua nikmat baginya dan sebagai rasa ungkapan bersyukurnya, sebagaimana bahwa untuk mensyukuri adanya anugerah ilmu, maka ia harus mengajar dan memberi petunjuk/mengarahkan orang lain, maka untuk bersyukur atas karunia harta benda, terlepasnya dari kefakiran, dan bersyukur atas kekuatan, maka ia harus berkhidmat kepada masyarakat. Aku menginginkan supaya aku berkhidmat secara terus menerus kepada Anda sebagai perwujudan rasa syukurku atas karunia kekuasaan ini. Mulla pun menunjukkan ketidakperluannya atas bantuan-bantuan yang ditawarkan. Karena aku mendengar bahwa Anda memiliki lahan pertanian, maka saya mohon sekiranya Anda tidak membayar pajak lahan pertanian tersebut kepada pemerintah dan kami mohon supaya Anda menyetujuinya sebagai tindakan kecil yang bisa saya lakukan. Mulla pun menolak hal itu dan berkata: "Pajak negara setiap propinsi telah ditentukan baik dari sisi jumlah maupun cara pemungutannya dimana meskipun terdapat perubahan-perubahan masalah-masalah kecil maka tidak akan mengganggu sistem tersebut. Namun jika aku tidak membayar pajak, maka mau tidak mau sejumlah pajak yang tidak aku bayarkan harus dibayarkan oleh orang lain dan sangat mungkin sebagian darinya harus dibayarkan oleh para janda atau anak yatim. Tentu saja Tuan yang mulia tidak akan setuju dengan model kebijakan seperti ini bahwa pembebasan pajak bagiku menyebabkan terberatkannya para yatim atau para janda. Disamping itu, negara juga memiliki kewajiban besar dimana pemenuhan kewajiban tersebut dibebankan kepada warganya, oleh itu aku akan tetap membayar pajak dengan keridhaanku".
Syah berkata: "Aku mempersilahkan Mulla untuk makan bersama. Namun Mulla memanggil pelayannya untuk membawakan makanan bagi Syah. Pelayan itupun membawa sebuah nampan kayu yang terdiri dari garam, doogh, dan beberapa lembar roti. Mulla pada awalnya mencium roti itu, dan meletakkannya di atas dahinya kemudian memotong-motong roti tersebut dan menaruh di doogh yang telah ia tuangkan. Sebuah sendok diletakkan di depanku dan berkata silahkan Anda nikmati, roti ini adalah roti halal. Roti yang saya peroleh dari hasil kerja saya di sawah dan kerja keras saya". Syah melanjutkan ceritanya: "Aku pun makan sesendok. Aku melihat bahwa aku kesulitan dalam memakan hidangan itu. Kemudian aku meminta izin dari Mulla untuk menaruk beberapa roti di tisu dan memberikan roti tersebut kepada pelayanku sehingga akan kami berikan kepada salah seorang keluarga kerajaan yang sakit".[10]
Wafat
Sabzawari meninggal pada tiga jam sebelum matahari tenggelam pada 25 Dzulhijjah tahun 1289 S pada usia 77 tahun.[11] Jenazahnya setelah diadakan penghormatan terakhir, dikuburkan di luar Sabzawar (pintu gerbang Nisyabur) yang pada masa sekarang dikenal dengan Falake Zand. Bangunan makam Asrar berada di sisi selatan Meidan Korgar kota Sabzawar. Ruangan dalam kuburan berbentuk skema salib yang telah disekat menjadi ruangan-ruangan. Pembuatan dekorasi, restorasi dan pemugaran sebagian area pemakaman diadakan pada awal-awal tahun 1340 S oleh Anjuman Atsar Meli (Himpunan Peninggalan Nasional Iran). Ubin berwarna-warni yang menutup lantai area pemakaman dan kubah berwarna biru semakin menambah keanggunan pemakaman Mulla Hadi. Bangunan pertama kali makam Mulla Hadi dibangun oleh Yusuf Mastaufi al-Malik pada tahun 1300 H.[12]
Keilmuan
Mulla Hadi sibuk mempelajari ilmu-ilmu agama semenjak usia 8 tahun. Ketika ia berusia 10 tahun ia pergi ke Masyhad untuk melanjutkan mencari ilmu dan setelah belajar ilmu-ilmu naqli selama 13 tahun, pada tahun 1236 ia pergi ke Isfahan dengan maksud untuk mempelajari ilmu-ilmu aqli. Di Isfahan, ia mempelajari fikih selama dua tahun dari Agha Muhammad Ali Najafi, Hikmah selama lima tahun dari Mulla Ismail Darb Kusyeki Isfahani dan selama kira-kira tiga tahun dari Mulla Muhammad Ali Nuri. Setelah ia belajar selama 8 tahun di Isfahan, ia kembali ke Masyhad dan sibuk mengajar di Madrasah Haj Husain. 5 tahun kemudian ia pergi haji bersama dengan istrinya. Sepulang dari haji, sang istri meninggal dunia. Selama beberapa lama (kira-kira tiga tahun) ia menjadi pelayan Madrasah Maksumiyah dan hidup secara tidak dikenal sebagai orang yang menjalankan tazkiyah nafs dan pada kemudian hari ia pergi ke Masyhad dan akhirnya kembali ke Sabzawar, selama 40 tahun ke-2, ia menghabiskan umurnya di sana dan sibuk mengajar filasafat dan menulis kitab.[13] Meskipun ia tidak memiliki aliran filsafat dan sebagian besarnya hanya memberikan penjelasan-penjelasan tentang pandangan-pandangan Mulla Abdul Razak Lahiji dan Mulla Shadra, namun Mandzumah-nya merupakan paket lengkap tentang mantik dan filsafat dan memiliki kedudukan penting dalam aliran filsafat Shadra. Muhammad Iqbal menulis: Ia (Mulla Hadi Sabzawari) filosof terbesar masa-masa terakhir di Iran. Filsafat Sabzawari seperti filsafat-filsafat pendahulunya menggabungkan dengan ajaran agama Islam.[14] Profesor Toshihiko Izutsu menulis: Haji Mulla Hadi Sabzawari adalah seorang pemikir yang memiliki karya "Mandzumah dan Syarah Mandzumah". Ia, adalah filosof Iran terbesar pada abad ke-19. Ia juga memiliki peringkat pertama sebagai seorang arif diantara para guru besar pada zamannya.[15]
Sebagian Perbedaan Pemikirannya dengan Shadra dan Ibnu Sina
Mulla Sabzawari dalam beberapa persoalan berbeda pandangan dengan Mulla Sadra; misalnya terkait dengan ilmu Tuhan terhadap zat-Nya, bahwa alam amr (perintah) adalah hadits (lawan qadim), perbedaan antara harakat (gerak) dan tahrik (penggerakan), bahwa sebagian ilmu adalah substansi, pandangan tentang "maad jasmani dan ruhani" dan lain sebagainya. Demikian juga dalam masalah pencerapan hal-hal universal, Sabzawari berbeda pandangan dengan Ibnu Sina.[16]
Karya-karya
- Mandzumah dan Syarah Mandzumah dalam hikmah
- Asrar al-Hakim
- Asrar Ibadah
- Ushuluddin
- Al-Jabr wa al-Ikhtiyar
- Syarah Asfar Shadra Muta'allihin
- Syarah Syawahid al-Rububiyyah Shadra Muta'allihin
- Syarah Mabda wa Ma'ad Shadra Muta'allihin
- Syarah Suyuthi bin Malik
- Syarah Syawariq karya Mulla Abdul Razak Lahiji, dalam bidang filsafat
- Hidayah al-Thalibin dalam bidang kalam
- Al-Nibras fi Asrar al-Asas dalam bidang fikih
- Syarah Doa Sabah
- Miqyas dalam bidang fikih
- Syarah Matsnawi Maula Rumi
- Syarah al-Asma au Syarah Doa al-Jausyan Kabir
- Majmu'ah Rasail Farsi wa Arabi
- Diwan Farsi
- Rahiq, dalam ilmu badi'
- Rah Afrah dalam ilmu badi'
- Muhakimat, tentang bantahan terhadap Syekhiyyah[17]
Para Guru
- Mulla Husain Sabzawari
- Muhammad Ibrahim Karbasi, pengarang Isyarat Ushul
- Pengarang Khasyiyah
- Mulla Ali bin Mulla Jamsyid Mazandarani
- Mulla Ismail Darb Kusyki Mazandarani[18]
Para Murid
Selama masa pendidikannya dibawah bimbingan Mulla Hadi selama tujuh tahun, maka selama tujuh tahun pula murid-muridnya belajar darinya. Mulla Hadi menganggap murid-muridnya telah lulus dalam pelajaran Filsafatnya dan giliran orang lain untuk belajar darinya.[19] Orang-orang yang ingin belajar dari Mulla Hadi harus menyelesaikan pelajaran mukadimah-mukadimah terlebih dahulu seperti syaraf, nahwu, bahasa Arab, mantik, matematika, fikih dan kalam. Orang-orang yang berhasil melalui ujian-ujian ini akan diterima untuk belajar di dalam kelas Mulla Hadi.[20] Sebagian murid-murid Mulla Hadi:
- Akhund Khurasani pengarang Kifayah al-Ushul
- Mulla Muhammad Kadhim Sabzawari
- Syekh Ali Fadhil Tabti
- Syahzade Jenab
- Mirza Husain Mujtahid Sabzawari
- Mulla Ali Semnani
- Sayid Ahmad Razawi Pishawari Hindi
- Mulla Abdul Karim Quckaki
- Syekh Ibrahim Tehrani terkenal dengan Syekh Muallim
- Mulla Muhammad Shadiq Hakim
- Syekh Muhammad Husain terkenal dengan Jarjis
- Agha Husain bin Mulla Zainal Abidin
- Mirza Ismail yang memiliki julukan Iftikhar al-Hukama Thaliqani
- Mirza Alayanqi terkenal dengan Shadra Ulama Sabzawari
- Sayid Abdul Ghafur Jahrami
- Mirza Husain Imam Jumah Kermani
- Mirza Abu Thalib Zanjani
- Syekh Mulla Ismail Arif Bijnawardi
- Mirza Hasan Hakim, menantu Mulla Hadi
- Wutsuq al-Hukama Sabzawari
- Mulla Ismail bin Ali Asghar Sabzawari
- Mirza Asadullah Sabzawari
- Syekh Ali Asghar Sabzawari
- Fadhil Shad Kharumi Sabzawari
- Mirza Ibrahim Syariatmadar Sabzawari
- Fadhil Mughitsah Sabzawari
- Sayid Abdul Rahim Sabzawari
- Mulla Muhammad Ridha terkenal dengan Rughani
- Mulla Muhammad Shadiq Sabagh Kasyani
- Syekh Muhammad bin Mulla Ismail Kasyani
- Mirza Agha Hakim Darabi
- Mirza Muhammad Yazdi terkenal dengan Fadhil Yazdi
- Mulla Ghulam Husain Syekh Islam
- Mirza Abas Hakim[21]
Lokakarya-Lokakarya
Dibangunnya patung Hakim Sabzawari di Meidan Meli Sabzawar dan diadakannya Lokakarya-Lokakarya pada tahun 1372 dan 1386 S adalah salah satu tindakan-tindakan warga Sabzawari untuk menghormati Mulla Hadi Sabzawari.
Menghormati Hakim Sabzawari
Lokakarya untuk menghormati Hakim Sabzawari, dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Urdibehesyt 1372 di Sabzawar. Lokakarya tersebut diselenggarakan selama tiga hari. Dalam Lokakarya ini terkumpul 130 makalah dan terpilih 27 dari jumlah keseluruhan yang muncul. Pada awal Lokakarya, dibacakan pesan dari Ayatullah Khamenei oleh Muhammad Muhammadi Gulbaigani. Sayid Husain Alamul Huda bertindak sebagai ketua, Ahmad Wahid sebagai sekjen dan Ghulam Tidha A'wani sebagai ketua penyelenggara Lokakarya. Muhammad Taqi Jakfari, Musawi Ardabili, Sayid Ja'far Sajadi dan Sayid Musthafa Muhaqiq Damad berceramah pada hari pertama Lokakarya. Sedangkan Muhammad Legen Hausen, Ghulam Husain Ibrahimi Dinani, Ahmad Ahmadi dan Ghulam Ridha A'wani berorasi pada hari kedua Lokakarya. Pada hari ke-3, dibacakan pesan keluarga Hakim yang dibacakan oleh Mahmud Asrari (cucu Hakim) dan dibentuk forum beranggotakan Aghayan A'wani, Dinani, Wakhid Akhtar, Dehbasyi, Shaini dan Rahmani.[22]
Maulana dan Hakim Sabzawari
Pada tanggal 28 Aban 1386 S diadakan Lokakarya dengan nama Maulana dan Hakim Sabzawari yang diselenggarakan oleh Fakultas Sastra dan Humaniora Universitas Keguruan Sabzawar. Lokakarya ini diselenggarakan karena bertepatan dengan penamaan tahun 2007 sebagai tahun Maulana dunia oleh Unesco. Kaitan Mulla Hakim dengan Matsnawi adalah Mulla Hakim sebagai salah satu pensyarah Matsnawi.[23]
Catatan Kaki
- ↑ Qaziha, Haj Mulla Hadi Sabzawari Az Negah Wa Qalam-e Nashiruddin Syah, majalah Ettela' Resani Wa Ketabdari; Gunjine-e Asnad, vol. 44, hlm. 35.
- ↑ Quraisyi Sabzawari, Haj Mula Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 11-12.
- ↑ Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh,'', hlm. 14.
- ↑ Lihat: Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 19; Qaziha, Haj Mulla Hadi Sabzawari Az Negah Wa Qalam-e Nashiruddin Syah, majalah Ettela' Resani Wa Ketabdari; Gunjine-e Asnad, vol. 44, hlm. 35.
- ↑ Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 25, menukil dari Mathla' Syamsy, jld. 3, hlm. 984; Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 23, menukil dari Syarah kehidupan Haj Mulla Hadi Asrar, jld. 6.
- ↑ Mudarris, Raihanah Adab, jld. 2, hlm. 423.
- ↑ Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 25.
- ↑ Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 26-27, menukil dari Mathla' Syams, jld. 3, hlm. 984.
- ↑ Mudarris, Raihānah al-Adab, jld. 2, hlm. 424-425.
- ↑ Mudarris, Raihānah al-Adab, jld. 2, hlm. 424-425.
- ↑ Mulla Hadi Sabzawari.
- ↑ Organisasi Warisan Budaya dan Kerajinan Tangan dan Pariwisata Khurasan.
- ↑ Dāirah al-Ma'ārif Tasyayu, jld. 9, hlm. 71.
- ↑ Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 46, menukil dari Yayasan Hikmat Sabzawari, hlm. 47.
- ↑ Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 1.
- ↑ Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 1.
- ↑ Lihat: Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 48-60.
- ↑ Lihat: Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 61-66.
- ↑ Qadhiya, Ithilā' Resāni wa Ketabdāri, vol. 4, hlm. 34.
- ↑ Qadhiya, Ithila' Resāni wa Ketabdāri, vol. 4, hlm. 34, menukil dari Edward Baron, Yek Sāl darmiyān Irāniyān (Satu tahun diantara orang-orang Iran), Terjemah Dzabihullah Manshuri, Tehran, Kanun Ma'rifat, tanpa tahun, hlm. 147.
- ↑ Lihat: Quraisyi Sabzawari, Haj Mulla Hadi Sabzawari Hakim Farzaneh, hlm. 67 – 75.
- ↑ Muhammadi, Riwāyati Digari, hlm. 201-212.
- ↑ Buletin Lokakarya Maulana dan Hakim Sabzawari, hlm. 112.
Daftar Pustaka
- Dāirah Ma'ārif Tasyayu, Wirastaran, Ahmad Shadr, Kamran Fani, Bahauddin Khuramsyahi, Hikmat, Cet. 4, Teheran, 1390.
- Farakhan Lokakarya Maulana dan Hakim Sabzawari, (Kitab Adabiyat), Khurdad 86, No. 2.
- Qaziha, Fatimah, Haj Mullā Hādi Sabzawāri az Negāh wa Qalam Nashiruddin Syah, (Ithila Rasani wa Ketabdari: Ganjine Asnad), Winter, 1380, vol. 44 dari 32 hingga 43.
- Quraisyi Sabzawari, Sayid Husain, Haj Mullā Hādi Sabzawāri Hākim Farzāne, Markaz Cab Nasyar Sazman Tablighat Islami, Teheran, 1372.
- Muhammadi, Jawad, Riwāyati Digar, Laporan Lokakarya Penghormatan Hakim Sabzawari, Universitas Inqilab, Musim panas dan musim gugur, 1373, no. 98 dan 99.
- Mudarris, Muhammad Ali, Raihanah al-Adab fi Tarājim al-Ma'rufin bil Kunyah au Laqab, Ketab Furusyi Khayam, Teheran, 1369.