Lompat ke isi

Hariz bin Utsman Himshi

Prioritas: b, Kualitas: c
tanpa navbox
Dari wikishia

Hariz bin Utsman al-Himshi (bahasa Arab: حریز بن عثمان الحمصی) (Wafat: 163 H) adalah salah satu Muhadits (ahli hadis) dan perawi hadis dari kalangan Ahlusunah, di mana oleh para ulama Syiah dianggap sebagai seorang Nashibi dan musuh Imam Ali as. Menurut Ibnu Hibban, seorang ahli ilmu rijal dari kalangan Ahlusunah, Hariz setiap pagi dan malam Melaknat Imam Ali as sebanyak 70 kali. Selain itu, ia juga dituduh telah menyimpangkan teks Hadis Manzilah untuk menyerang kehormatan Imam Ali.

Sebagian ulama Sunni seperti Ibnu al-Jauzi dan Abu al-Fath Azdi melemahkan kredibilitasnya dan tidak menganggap riwayat hadis darinya sah. Namun, kelompok lain justru menerima ketsiqahan dan hadis-hadisnya serta berusaha memberikan pembelaan terhadap sikap permusuhannya dengan Imam Ali as.

Muhadits Ahlusunah dan Musuh Imam Ali as

Hariz bin Utsman al-Himshi, yang memiliki kunyah Abu 'Aun atau Abu Utsman, adalah seorang Muhadits dan perawi hadis dari kalangan Ahlusunah.[1] Ia hidup pada abad kedua Hijriyah dan berasal dari suku Bani Rahabah, bagian dari kabilah Himyar. Selain dikenal sebagai Rahabi, ia juga dikenal dengan gelar Misyraqi.[2]

Sayid Muhammad Sa'id Hakim, seorang Marja' Taklid Syiah, mencantumkan nama Hariz sebagai salah satu tokoh Nashibi yang dihormati oleh ulama Ahlusunah.[3] Sementara itu, Mamaqani dalam bukunya Tanqih al-Maqal fi 'Ilm al-Rijal menjelaskan bahwa Hariz secara eksplisit disebut sebagai Nashibi oleh ulama Sunni ternama seperti Dzahabi, Ibnu Hajar Asqalani, dan Ibnu Atsir.[4] Dalam laporan-laporan Ahlusunah, ia juga disebut sebagai salah satu pelaknat terhadap Imam Ali as.[5][6] Hariz diketahui pindah dari Syam ke Baghdad pada masa pemerintahan Al-Mahdi al-Abbasi.[7] Menurut Ibnu Hajar Asqalani, Hariz lahir di Hims pada tahun 80 Hijriyah dan meninggal dunia pada tahun 163 Hijriyah.[8]

Buku-buku dan catatan sejarah Ahlusunah mencatat beberapa contoh ekspresi permusuhannya terhadap Imam Ali as. Menurut Ibnu Hibban, seorang ahli ilmu rijal dari kalangan Ahlusunah, Hariz setiap hari melaknat Imam Ali as sebanyak 70 kali di pagi dan sore hari.[9] Dalam laporan lain, ia disebutkan memandang Muawiyah sebagai imamnya melawan Imam Ali as. Berdasarkan kesaksian Ismail bin Ayash, teman perjalanan Hariz melaporkan bahwa ia terus-menerus memaki dan mencaci maki Ali as sepanjang perjalanan dari Mesir hingga Makkah.[10] Lebih lanjut, dalam narasi yang sama, Hariz berkata: "Hadis Manzilah ini yang orang-orang sampaikan tentang Ali dari Rasulullah saw benar adanya, tetapi perawi salah dalam menyampaikannya." Ketika ditanya versi yang benar, ia menjawab: "Engkau bagiku seperti Qarun bagi Musa." Ketika ditanya dari mana ia mendengarnya, ia menjawab bahwa Walid bin Abdul Malik menyampaikannya dari mimbar, dan ia mendengarnya langsung dari Walid. Meskipun demikian, beberapa ulama Ahlusunah menemukan cacat dalam sanad laporan tersebut.[11]

Menurut Abu al-Fath Azdi, Hariz meriwayatkan sebuah hadis yang menyebutkan bahwa ketika Nabi saw ingin naik keledai, Ali as membuka sabuk kekang keledai sehingga Nabi saw jatuh ke tanah. Kemudian, Abu al-Fath melemahkan Hariz karena riwayat tersebut.[12] Hariz sendiri menyebutkan bahwa alasan kebenciannya terhadap Imam Ali as adalah karena nenek moyangnya dibunuh oleh Ali as.[13]

Penguatan dan Penglemahan Hariz di Kalangan Ahlusunah

Hariz bin Utsman telah dinilai terpercaya oleh Ahmad bin Hanbal dan beberapa ulama Ilmu Rijal Ahlusunah lainnya.[14] Disebutkan bahwa ulama besar seperti Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, dan lainnya juga merujuk kepada hadis-hadisnya.[15] Namun, beberapa ulama Sunni seperti Ibnu al-Jauzi dan Abu al-Fath Azdi nenilainya lemah karena sikap Nashibinya dan tidak menganggap riwayat hadis darinya sah.[16]

Bukhari, seorang Muhadits ternama Ahlusunah, menyebutkan kemungkinan taubat Hariz dari permusuhannya terhadap Imam Ali as.[17] Beberapa ulama lain mencoba membenarkan sikap Nashibi-nya dengan mengabaikan fakta-fakta negatif tentangnya[18] atau dengan menyangkal kebencian Hariz terhadap Imam Ali as.[19]

Bashar Awwad Ma'ruf, seorang sejarawan Sunni asal Irak dan editor buku "Tahdzib al-Kamal fi Asma' al-Rijal", mengkritik penyematan tsiqah terhadap Hariz karena permusuhannya yang nyata terhadap Imam Ali as, menyebutnya sebagai sesuatu yang tidak berdasar.[20] Muhammad bin Aqil al-'Alawi dalam bukunya "Al-'Atab al-Jamil" menganggap keyakinan beberapa ulama besar Ahlusunah untuk merujuk kepada Hariz sebagai bentuk fanatisme buta.[21]

Pranala Terkait

Catatan Kaki

  1. Ibnu Abi Hatim al-Razi, "Al-Jarh wa al-Ta'dil", 1271 H-1952 M, jld. 3, hlm. 289; Dzahabi, "Siyar A'lam al-Nubala' ", 1414 H/1994 M, jld. 7, hlm. 79-80.
  2. Ibn Hajar Asqalani, "Tahdzib al-Tahdzib", 1404 H, jld. 2, hlm. 207.
  3. Hakim, "Fi Rihab al-'Aqidah", Dar al-Hilal, jld. 3, hlm. 75.
  4. Mamaqani, "Tanqih al-Maqal", Muassasah Al-Bayt as, jld. 18, hlm. 219-220.
  5. Ibnu Asakir, "Tarikh Dimasyq", 1415 H, jld. 12, hlm. 348.
  6. Ibnu Hajar Asqalani, "Tahdzib al-Tahdzib", Dar al-Fikr, jld. 2, hlm. 209-210.
  7. Ibnu Hajar Asqalani, "Tahdzib al-Tahdzib", 1404 H, hld. 2, hlm. 207.
  8. Ibnu Hajar Asqalani, "Tahdzib al-Tahdzib", 1404 H, jld. 2, hlm. 209.
  9. Ibnu Hajar Asqalani, "Tahdzib al-Tahdzib", 1404 H, jld. 2, hlm. 210.
  10. Muzi, "Tahdzib al-Kamal", 1406 - 1413 H, jld. 5, hlm. 576.
  11. Muzi, "Tahdzib al-Kamal", 1406 - 1413 H, jld. 5, hlm. 577.
  12. Ibnu al-Jauzi, "Al-Dhu'afa' wa al-Matrukun", 1406 H, jld. 1, hlm. 197.
  13. Muzi, "Tahdzib al-Kamal", 1406 - 1413 H, Jilid 5, hal. 575.
  14. Ibnu Abi Hatim al-Razi, "Al-Jarh wa al-Ta'dil", 1271 H/1952 M, jld. 3, hlm. 289; Hakim, "Fi Rihab al-'Aqidah", Dar al-Hilal, jld. 3, hlm. 75; Mamaqani, "Tanqih al-Maqal", Muassasah Al-Bayt as, jld. 18, hal. 219-220.
  15. Ibnu Asakir, "Tarikh Dimasyq", 1415 H, jld. 12, hlm. 353.
  16. Ibnu al-Jauzi, "Al-Dhu'afa' wa al-Matrukun", 1406 H, jld. 1, hlm. 197.
  17. Ibnu Hajar Asqalani, "Tahdzib al-Tahdzib", Dar al-Fikr, jld. 2, hlm. 208 dan 210.
  18. Ibnu Hajar Asqalani, "Tahdzib al-Tahdzib", Dar al-Fikr, jld. 2, hlm. 209-208.
  19. Ibnu Asakir, "Tarikh Dimasyq", 1415 H, jld. 12, hlm. 352-353; Muzi, "Tahdzib al-Kamal", 1406 - 1413 H, jld. 5, hlm. 578-579; Dzahabi, "Siyar A'lam al-Nubala' ", 1414 H/1994 M, jld. 7, hlm. 81.
  20. Muzi, "Tahdzib al-Kamal", 1406 - 1413 H, jld. 5, hlm. 574.
  21. 'Alawi, "Al-'Atab al-Jamil", 1425 H - 2004 M, hlm. 131.

Daftar Pustaka

  • Al-Hakim, Sayid Muhammad Sa'id. "Fi Rihab al-'Aqidah". Tanpa kota: Dar al-Hilal, tanpa tahun.
  • Al-Muzzi, Yusuf bin 'Abd al-Rahman. "Tahdzib al-Kamal fī Asma' al-Rijal". Beirut: Mu'assasah al-Risalah, 1406-1413 H.
  • Al-'Alawi, Sayid Muhammad bin 'Aqil. "Al-'Atab al-Jamil 'ala Ahl al-Jarh wa al-Ta'dil". Disunting oleh: Hasan bin 'Ali al-Saqqaf. Amman: Dar al-Imam al-Nawawi, 1425 H/2004 M.
  • Ibnu Abi Hatim al-Razi, 'Abd al-Rahman bin Mumammad. "Al-Jarh wa al-Ta'dil". Beirut: Dar Ihya' al-Turath al-'Arabi, 1271 H / 1952 M.
  • Ibnu 'Asakir, 'Ali bin al-Hasan. "Tarikh Dimasyq". Beirut: Dar al-Fikr, 1415 H.
  • Ibnu al-Jawzi, 'Abd al-Rahman bin 'Ali. "Al-Du'afa' wa al-Matrukun". Disunting oleh: 'Abdullah al-Qadi. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1406 H.
  • Ibnu Hajar al-'Asqalani, Ahmad bin 'Ali. "Tahdzib al-Tahdzib". Tanpa kota: Dar al-Fikr, 1404 H.
  • Al-Dhahabi, Muhammad bin Ahmad. "Siyar A'lam al-Nubala'". Beirut: Mu'assasah al-Risalah, 1414 H / 1994 M.
  • Al-Mamqanī, 'Abdullāh. "Tanqih al-Maqal fī 'Ilm al-Rijal". jld. 18, Catatan Pinggir: Muhyi al-Din al-Mamqani. Qom: Mu'assasah Al al-Bayt, tanpa tahun.