Filsafat Islam
Filsafat Islam (bahasa Arab: الفلسفة الإسلامية) adalah ilmu yang mengkaji tentang masalah-masalah universal eksistensi, pengetahuan, jiwa, Tuhan dan agama. Ilmu ini bermula dari Yunani kuno. Al-Kindi tercatat sebagai filosof muslim pertama sedangkan al-Farabi sebagai perintis atau pendiri filsafat Islam. Di dalam filsafat Islam terdapat tiga aliran (maktab) penting yaitu; aliran parepatetik (Massya' ), Iluminasi (Isyraq) serta teosofi transenden (Hikmah muta'aliyah).
Al-Farabi, Ibnu Sina, Suhrawardi, Ibnu Rusyd, Mir Damad dan Mulla Sadra merupakan deretan filosof-filosof muslim terpenting. Kitab al-Isyarat wa al-Tanbihat, al-Syifa, Hikmatul Isyraq, al-Qabasat, al-Asfar al-Arba'ah, al-Syawahid al-Rububiyah serta Nihayatul Hikmah adalah di antara teks-teks filsafat Islam paling menonjol.
Filsafat dalam dunia Islam menemui berbagai penentangan. Sebagian penentang filsafat Islam menyebutnya sebagai sekumpulan gagasan-gagasan kufur; sebagian lagi menyebutnya bermanfaat seperti halnya ilmu-ilmu yang lain tetapi dengan keyakinan ini bahwa filsafat tidak mempengaruhi pengetahuan keagamaan kita dan teks-teks suci keagamaan tidak boleh ditafsirkan dengan postulat-postulat yang menjadi pegangan para filosof. Maktab Tafkik (aliran pemilahan atau pemisahan) merupakan aliran pemikiran Syiah paling terkenal yang menentang filsafat.
Esensi Filsafat Islam
Filsafat Islam adalah ilmu yang membahas tentang masalah-masalah universal eksistensi seperti wujud, mahiyah, kausalitas, begitupula tentang ma'rifah (pengetahuan), jiwa, Tuhan serta agama dengan metode rasional dan argumentasi [1]. Yang dimaksud para filosof dengan metode rasional dan argumentasi ialah bahwa masalah-masalah filsafat dibuktikan dengan inferensi-inferensi yang bertumpu pada proposisi-proposisi rasional aksiomatik [2].
Masalah-masalah Filsafat Islam
Masalah-masalah filsafat Islamsecara garis besar dibagi kedalam lima bagian:
- Perkara-perkara umum atau teologi (ilahiyyat) bermakna umum: sifat-sifat umum wujud, wujud independen (mustaqil) dan dependen (rabith), wujud mental (dzihn), bahan-bahan yang tiga (niscaya, mungkin dan mustahil), pewujudan (ja'l), mahiyah, unitas, keragaman, kausalitas, potensi dan aktual, tetap dan kontinyu, subjek (‘alim) dan objek ilmu (ma'lum) serta pengetahuan (‘ilm), sepuluh kategori;
- Studi ketuhanan atau teologi bermakna khusus: pembuktian zat Tuhan, tauhid, pembahasan umum tentang sifat-sifat, pembuktian sifat-sifat Tuhan seperti ilmu, kuasa, hidup, iradah (kehendak), kalam (berbicara), mendengar, melihat serta masalah-masalah yang berpangkal pada masing-masing sifat seperti qadha dan qadhar, lauhul mahfuz, qalam (pena), arasy, kursi, determinisme (jabr) serta pendelegasian (tafwidh) dan juga pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan Tuhan seperti pembuktian alam-alam non-materi, solusi atas masalah keburukan, anugrah (faidh) berketerusan, kebaruan (hudust) alam;
- Ilmu tentang jiwa: defenisi jiwa, pembuktian wujud jiwa, pembuktian kesubstansian jiwa, pembuktian kenonmaterian jiwa, baru dan kekalnya jiwa, daya-daya dan derajat-derajat jiwa, modus relasi antara jiwa dan daya-daya yang dimilikinya, keabadian jiwa setelah mati;
- Epistemologi (teori pengetahuan): bagian ini meliputi pembahasan-pembahasan yang lebih banyak mengemuka dan tersebar dalam kitab-kitab burhan (argumentasi) dan dalam filsafat Islam tidak terkhususkan dalam bentuk pembahasan tersendiri;
- Studi filosofis agama: hakikat kematian, kesalahan konsep ingkarnasi, pembuktian hari Kiamat, alam barzah atau alam mitsal terpisah, hakikat hasyr (pengumpulan di hari akhir), hakikat kiamat, hakikat mizan (timbangan) dan perhitungan, hakikat kebahagiaan dan kesengsaraan, hakikat surga dan neraka, hakikat wahyu, keniscayaan wahyu, masalah kenabian serta kiamat jasmani (ma'ad jasmani) [3].
Asal Usul
Asal mula filsafat Islamadalah Yunani kuno. Kaum muslim memulai penerjemahan karya-karya filsafat sejak abad ke-2 hijriah. Pada abad ini sebagian besar karya-karya Aristoteles dan para komentator madrasah Iskandariyah serta banyak di antara buku-buku Jalinus dan percakapan-percakapan Plato telah diterjemahkan kedalam bahasa arab [4]. Al-Kindi, filosof muslim pertama, hidup dalam periode ini pula. Dia bersamaan dengan adanya gerakan keilmuan yang muncul akibat penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa arab, pergi ke kota Bagdad dan sangat giat menelaah kitab-kitab Yunani khususnya karya-karya Aristoteles [5].
Problem Penamaan Filsafat Islam
Salah satu di antara problem dan tantangan filsafat Islam ialah terkait dengan penamaannya. Sebagian menyebut nama filsafat Islam sebagai suatu rangkapan yang tidak tepat dan mengatakan, “Metode filsafat dan agama tidak bersesuaian”. Proposisi-proposisi filosofis dibuktikan melalui inferensi-inferensi rasional murni; sementara ajaran-ajaran agama terdapat dalam Al-Qur'an serta riwayat-riwayat dan diterima sebagai ketaatan [6]. Problem dan tantangan ini tidak hanya dihadapi filsafat Islam. Etienne Gilson menulis bahwa sebagian meyakini kemustahilan filsafat Kristen dengan argumen ini pula bahwa konsep semacam ini meniscayakan suatu kontradiksi serta mustahil terwujud [7].
Muhammad Taqi Misbah Yasdi dalam menjawab kritikan ini mengatakan, “Relasi sekecil apapun yang terdapat di antara filsafat dan Islam sudah cukup untuk membenarkan penyematan nama filsafat Islam". Menurut keyakinannya, sebagian masalah-masalah filsafat Islam bersumber dari ajaran-ajaran Islam dan sebagian dari mereka membantu dalam membuktikan masalah-masalah Islam dan relasi sebatas ini telah cukup [8]. Sebagian lainnya guna mengatasi problem ketidaksesuaian rangkapan filsafat Islam mengatakan, “Ajaran-ajaran agama dalam bentuk tertentu mampu mempengaruhi filsafat dengan tetap menjaga rasionalitas filsafat". Menurut keyakinan mereka, Islam telah cukup berpengaruh dalam filsafat Islam dalam bidang-bidang seperti pengarahan masalah-masalah filsafat, merancang permasalahan, menciptakan argumen baru, mengatasi berbagai kesalahan [9].
Aliran-aliran Filsafat di Dunia Islam
Filsafat parepatetik (masyyai), iluminasi (isyraqi) dan teosofi transenden (hikmah muta'aliyah) adalah tiga aliran (maktab) terpenting dalam dunia Islam. Maktab masyyai, aliran pertama filsafat Islam, dipengaruhi oleh Aristoteles, suatu metode yang sepenuhnya menggunakan inferensi rasional. Filosof masyyai yang paling menonjol adalah Ibnu Sina [10]. Berlawanan dengan aliran filsafat ini, filsafat isyraqi menekankan visi spiritual (syuhud) dan sair suluk [11]. Pendiri filsafat Isyraqi adalah Sahabuddin Suhrawardi [12].
Hikmah muta'aliyah (teosofi transenden) merupakan nama dari sistem filsafat yang dibangun Mulla Sadra. Ia dengan menggabungkan tiga metode rasional (aqli), tekstual (naqli) serta visi spiritual (syuhud) berupaya mengajukan suatu aliran filsafat baru tanpa kelemahan-kelemahan aliran-aliran filsafat sebelumnya. Dalam hikmah muta'aliyah, tiga sumber pengetahuan yaitu; wahyu, akal serta visi spiritual (mukasyafah) terjalin apik. [13]
Filosof-filosof Ternama
Mulla Hadi Sabzawari, filosof terkenal abad ke-13 H dan merupakan komentator (Syarih) penting hikmah muta'aliyah. Al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Suhrawardi, Mulla Sadra, Mulla Hadi Sabzawari, Allamah Thabathabai adalah di antara filosof-filosof terpenting dunia Islam.
Al-Kindi terkenal sebagai filosof pertama dunia Islam. Ia hidup pada abad ke-2 dan ke-3 H dan sangat mengagumi Aristoteles [14]. Abu Nashr Muhammad al-Farabi (260-339 H) disebut sebagai pendiri filsafat Islam dan digelari sebagai guru kedua [15]. Tulisan dan karya-karyanya dalam bidang filsafat merupakan referensi terpenting dalam filsafat Islam [16]. Ibnu Sina (370-428 H) adalah filosof terbesar aliran massyai dalam dunia Islam. Ibnu Rusyd (520-595 H) juga merupakan seorang filosof massyai dan berusaha tetap loyal dengan filsafat Aristoteles. Suhrawardi (549-587 H) dalam filsafat Islam terkenal sebagai Syaikh Isyraq [17] ada empat karya terkenal beliau, yang terpenting di antaranya adalah Hikmatul Isyraq [18].
Mir Damad (w. 1041 H) adalah guru Mulla Sadra. Dikatakan bahwa dialah yang memprakondisikan hikmah muta'aliyah dalam pemikiran Mulla Sadra [19]. Mulla Sadra (w. 1050 H) adalah pendiri hikmah muta'aliyah. Ia memaparkan sistem filsafatnya dalam kitabnya al-Asfar al-Arba'ah[20]
Mulla Hadi Sabzawari (1212-1289 H) merupakan filosof terkemuka abad ke-13 H (19 M) serta komentator dan pengajar terbesar filsafat sadrian[21]. Sayyid Muhammad Husain Thabathabai (1281-1360 S), merupakan ulama Syiah yang paling berpengaruh dalam alam pemikiran dan keagamaan Iran pada abad ke-14 H. Kebanyakan pengajar-pengajar filsafat selanjutnya di hauzah ilmiyah Qom adalah murid-muridnya.
Karya-karya Penting Filsafat
Menurut Murtadha Muthahhari, meskipun filsafat Islam diambil dari filsafat Yunani namun para filosof muslim telah memperluasnya dengan menulis kitab-kitab yang banyak [22]. Tulisan dan karya-karya terpenting kaum muslimin dalam bidang filsafat di antaranya ialah:
- Al-Isyarat wa al-Tanbihat, ditulis oleh Ibnu Sina. Kitab ini berbicara tentang logika (mantiq), filsafat fisika, filsafat teologis, mistisisme (irfan) dan tasawuf [23].
- Al-Syifa, disebut sebagai maha karya Ibnu Sina dan filsafat parepatetik. Kitab ini menjadi perhatian utama para filosof muslim dan diajarkan sejak zaman Ibnu Sina hingga sekarang [24].
- Hikmatul Isyraq, merupakan kitab terpenting Syihabuddin Suhrawardi serta referensi utama filsafat iluminasi [25].
- Qabasat, adalah karya terpenting Mir Damad. Kitab ini berbicara tentang masalah penciptaan serta proses pewujudan (sudhur) alam dari Tuhan [26].
- Al-Asfar al-Arba'ah, adalah karya Mulla Sadra. Ia menjelaskan maktab filsafat barunya yaitu hikmah muta'aliyah, di dalam kitab ini [27].
- Al-Syawahid al-Rububiyah, merupakan di antara karya-karya terpenting Mulla Sadra; lantaran ia memaparkan seluruh pemikiran filsafat secara ringkas di dalam kitab tersebut [28].
- Nihayatul Hikmah, adalah sebuah kitab yang ditulis oleh Sayid Muhammad Husain Thabathabai untuk pengajaran filsafat di jenjang yang lebih tinggi. Ushul Falsafah wa Rawesye Realism merupakan karya yang dihasilkan melalui diskusi-diskusi khusus Sayid Muhammad Husain Thabathabai bersama sebagian pelajar hauzah ilmiyah di Qom [29].
Penentangan kepada Filsafat di Dunia Islam
Dunia Islam menunjukkan beragam reaksi terhadap filsafat. Banyak di antara ulama-ulama Syiah yang menyebut masuknya filsafat Yunani ke dunia Islam atas keinginan Bani Abbas di mana dengan memperkenalkan ilmu-ilmu baru, mereka berupaya mencegah masyarakat untuk merujuk kepada Ahlulbait[30]. Sebagian filosof seperti Sayid Muhammad Husain Thabathabai dan Muhammad Taqi Misbah Yazdi mengakui persoalan ini [31].
Para penentang filsafat Islam memiliki pandangan yang berbeda-beda. Sebagian dari mereka menyebut filsafat sebagai ucapan kekupuran dan menuduh para filosof sebagai kafir; sebagian meyakini bahwa filsafat mengandung gagasan-gagasan kufur, namun lantaran para filosof muslim tidak menyadari hal itu, mereka tidak memvonisnya kafir. Sebagian lainnya dengan pandangan yang lebih moderat, menyebut filsafat bermanfaat sebagaimana ilmu-ilmu lainnya; tetapi mereka berkeyakinan bahwa filsafat tidak berpengaruh kepada pengetahuan keagamaan dan tidak semestinya teks-teks religius ditafsirkan dengan postulat-postulat pemikiran yang menjadi pegangan para filosof[32].
Maktab Tafkik (Aliran Pemilahan)
Maktab tafkik adalah aliran pemikiran Syiah yang paling populer menentang filsafat. Aliran ini menekankan pemilahan atau pemisahan tiga jalan ma'rifat (pengetahuan) yaitu Al-Qur'an, filsafat dan mistisisme (Irfan) serta bertujuan untuk menghindarkan ma'rifat qurani terangkap atau bercampur dengan pemikiran-pemikiran lainnya [33]. Para pemikir maktab tafkik berbeda sikap dalam berhadapan dengan filsafat, pemikir-pemikir terdahulu aliran ini seperti Mirza Mahdi Isfahani dan Mahmud Halabi tidak melihat adanya keselarasan antara filsafat dengan syariat[34]; namun pemikir-pemikir belakangan seperti Sayid Ja'far Sayyidan dan Muhammad Ridha Hakimi tidak manafikan filsafat secara keseluruhan dan menyebut maktab tafkik hanya merupakan pemilahan (pemisahan) di antara berbagai metode[35].
Catatan Kaki
- ↑ Ubudiyat, Aya Falsafeh Islami Darim? (Apakah kita memiliki filsafat Islam?), hlm. 28.
- ↑ Ubudiyat, Aya Falsafeh Islami Darim? (Apakah kita memiliki filsafat Islam?), hlm. 28.
- ↑ Ubudiyat, Aya Falsafeh Islami Darim? (Apakah kita memiliki filsafat Islam?), hlm. 28, 29.
- ↑ Fakhuri, Tarikh Falsafeh Islam dar Jahan-e Islami (Sejarah filsafat Islam dalam dunia Islam), hlm. 333; Muthahari, Majmu-e Atsar, jld. 14, hlm. 458.
- ↑ Corbin, Tarikh Falsafeh Islami (Sejarah filsafat Islam), hlm. 210.
- ↑ Ubudiyat, Aya Falsafeh Islami Darim? (Apakah kita memiliki filsafat Islam?), hlm. 30, 31.
- ↑ Gilson, Ruh-e Falsafeh-e Qurun-e Wasathi (Ruh filsafat abad pertengahan), hlm. 7 dan 8.
- ↑ Misbah Yazdi, Falsafeh Islami, Mizgard Falsafeh Syenasi 3, hlm. 13.
- ↑ Ubudiyat, Aya Falsafeh Islami Darim? (Apakah kita memiliki filsafat Islam?), hlm. 32, 33.
- ↑ Muthahari, Majmu-e Atsar, jld. 5, hlm. 1, 148.
- ↑ Corbin, Tarikh Falsafeh Islami; Muthahari, Majmu-e Atsar, jld. 5, hlm. 148-149.
- ↑ Corbin, Tarikh Falsafeh Islami, hlm. 272; Muthahari, Majmu-e Atsar, jld. 5, hlm. 148.
- ↑ Nashr, Mulla Shadra; Ta'alim, hlm. 193-210.
- ↑ Fakhouri, Tarikh Falsafeh dar Jahan-e Islami, hlm. 274-280.
- ↑ Fakhuri, Tarikh Falsafeh dar Jahan-e Islami, hlm. 397-398.
- ↑ Muthahari, Majmu-e Atsar, jld. 5, hlm. 1, 148.
- ↑ Dhiyai, Syihabuddin Suhrawardi Bunyan Ghuzar-e Maktab-e Isyraq (Syihabuddin Suhrawardi peletak dasar aliran Isyraq), hlm. 271.
- ↑ Dhiyai, Syihabuddin Syahrawardi Bunyan Ghuzari Maktab Isyraq (Syihabuddin Suhrawardi peletak dasar aliran Isyraq), hlm. 273-275.
- ↑ Dabasyi dan Fathi, Mirdamad wa Ta'sis Maktab Isfahan (Mirdamad dan pendirian aliran Isfahan), hlm. 28-132.
- ↑ Hairi Yazdi, Daramadi bar Kitab-e Asfar (pengantar kitab Asfar), hlm. 707.
- ↑ Husaini Surki, Negahi Ijmali be Arā' wa Afkar wa Sabk wa Suluk-e Fikri wa Falsafi Mulla Hadi Sabzawari (Menenguk sekilas pandangan, pemikiran, metode, perjalanan pemikiran dan filsafat Mulla Hadi Sabzawari), hlm. 9.
- ↑ Muthahari, Majmu-e Atsar, jld. 5, hlm. 26-32.
- ↑ Malekshahi, Isyarat wa Tanbihat Ibnu Sina, hlm. 57.
- ↑ Gharawiyan, Ilahiyat Syifa wa Syarh An, hlm. 53.
- ↑ Habibi, Daneshname Jahan Islami, jld. 13, hlm. 770.
- ↑ Asynai ba Kitab al-Qabasat, hlm. 111.
- ↑ Hairi Yazdi, Daramadi bar Kitab-e Asfar, hlm. 707.
- ↑ Asytiyani, Muqaddimah al-Syawahid al-Rububiyah, hlm. 5.
- ↑ Khuramsyahi, Muqaddimah Ushul Falsafeh Realisme, hlm. 11.
- ↑ Jaryan Senashi Mukhalifin-e Falsafeh, dimuat di situs Nur, diakses pada 10 Februari 2017.
- ↑ Jaryan Senashi Mukhalifin-e Falsafeh, dimuat di situs Nur, diakses pada 10 Februari 2017.
- ↑ Jaryan Senashi Mukhalifin-e Falsafeh, dimuat di situs Nur, diakses pada 10 Februari 2017.
- ↑ Hakimi, Maktab Tafkik, hlm. 44.
- ↑ Khausrupanah, Jaryan Shenasi Fikri Iran Ma'ashir, hlm. 111.
- ↑ Khausrupanah, Jaryan Shenasi Fikri Iran Ma'ashir, hlm. 118.
Daftar Pustaka
- Asynai ba Kitab-e al-Qabasat, Himat Rezavi, no. 16, 17, 2008.
- Baqiri Khuramdashti dan Fatimah Asgari, Kitab Senashi Jami' Mulla Sadra, Tehran, Yayasan Hikmat Islami Sadra, cet. I, 2000.
- Jaryan Shenasi Mukhalifin-e Falsafeh, dimuat di situs Nur, diakes 10 Februari 2017.
- Hairi Yazdi, Daramadi bar Kitab-e Asfar, Iran Shenasi, no. 16, 1993.
- Habibi, Najafquli, Hikmat al-Isyraq, Danesh Nameh Jahan-e Islami,Tehran, Yayasan Dairatul Ma'arif Islami, cet. I, 2009.
- Hakimi, Muhammad Reza, Maktab-e Tafkik, Qom, Markaz Barresihai Islami, 1995.
- Khausrupanah, Jaryan Shenasi Fikri Iran Mu'ashir, Qom, Ta'lim wa Tarbiyat Islami, cet. III, 2012.
- Dabasyi, Hamid, Mirdamad wa Ta'sis Maktab-e Isfahani, terj. Hasan Fathi dalam Tarikh Falsafe Islami, jld. 3, Sayid Husain Nashr dan Oliver Leaman, Tehran, penerbit: Hikmat, 2008.
- Gilson, Etin, Ruh-e Falsafeh-e Qurun-e Wasathi, terj. Dawudi, Tehran, Syarkat Intisyarat 'Ilmi wa Farhanggi, 2001.
- Husaini Surki, Sayid Muhammad, Negahi Ijmali be Araa wa Afkar wa Sabak wa Suluk Fikri wa Falsafi Mulla Hadi Sabziwari, Furugh Andisyeh, no. 1, 2002.
- Sadruddin Syirazi, Muhammad bin Ibrahim, al-Syawahid al-Rububiyah fi al-Manahij al-Sulukiyah, riset dan mukaddimah oleh Sayid Mustafa Muhaqqiq Damad, Tehran, penerbit: Hikmat Islami Sadra, cet. I, 2004.
- Dhiyai, Husain, Syihabuddin Suhrawardi; Bunyan Ghuzar-e Maktab-e Isyraq, terj. Yusuf Syaqul dan Sima Nurbakhsh dalam Tarikh Falsafe Islami, jld. 2, Sayid Husain Nashr dan Oliver Leiman, Tehran, penerbit: Hikmat, 2008.
- Thabaithabai, Muhammad Husain, Ushul Falsafeh Realism, Qom, Muassasah Bustan Kitab, 2009.
- Ubudiyat, Abdul Rasul, Aya Falsafeh Islami Darim?, Ma'rifat Falsafi, no. 1, 2004.
- Garawiyan, Muhsin, Ilahiyat-e Syifa wa Syarh an, Ayeneh Pezuhesh, no. 11, 1992.
- Fakhuri, Henna dan Jar, Khalil, Tarikh Falsafe dar Jahan-e Islami, terj. Abdul Hamid Ayati, Tehran, 'Ilmi wa Farhanggi, 1995.
- Corbin, Henry, Tarikh Falsafeh Islami, terj. Asadullah Mubsyari, Tehran, Amir Kabir, cet. II, 2007.
- Misbah Yazdi dkk, Falsafeh Islami, Mizgard Falsafeh Shenasi 3, Ma'rifat Falsafi, no. 3, 2011.
- Muthahari, Murtadha, Majmu'-e Atsar Syahid Muthahari, Tehran, Sadra, cet. 14, 2011.
- Maleksyahi, Hasan, Isyarat wa Tanbihat Ibnu Sina, Maqalat wa Barresi-ha, no. 5 dan 6, 1972.
- Nashr, Sayid Husain, Mulla Sadra: Ta'alim, terj. Husain Ghaffari, dalam Tarikh Falsafeh Islami, jld. 3, Sayid Husain Nashr wa Oliver Leiman, Tehran, Intisyarat Hikmat, 2008.