Lompat ke isi

Aghakhaniah

Dari wikishia

Aghakhaniah adalah sisa-sisa sekte Ismailiyah Nizari yang saat ini meyakini kepemimpinan Karim al-Huseini, yang dikenal sebagai Agha Khan IV. Mereka menganggap diri mereka sebagai keturunan imam Nizari. Pertama kali Fath Ali Syah Qajar (1211-1250 HQ) memberikan gelar Agha Khan kepada Hasan Ali putra Khalilullah, imam Nizariyah. Agha Khan setelah berselisih dengan Qajariyah, meninggalkan Iran dan pergi ke Afghanistan dan kemudian India. Di sana ia memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Inggris dan dengan dukungan mereka ia memperluas kegiatannya. Sejauh ini tiga orang dari keturunannya telah mencapai kepemimpinan Ismailiyah. Keluarga Agha Khan setelah kemerdekaan India berimigrasi ke Eropa. Saat ini para pengikut sekte Aghakhaniah tersebar di banyak negara; kebanyakan dari mereka tinggal di anak benua India, Afghanistan, Asia Tengah dan kelompok lain di Eropa, Amerika Utara dan Afrika.

Sejarah Aghakhaniah

Setelah serangan Hulagu Khan Mongol ke Iran pada tahun 654 HQ, dan hancurnya benteng-benteng Nizariyah, sisa-sisa mereka tersebar di berbagai daerah dan untuk waktu yang lama hidup dalam keadaan Taqiyyah. Pada abad ke-9 Hijriah, kaum Nizari yang tinggal di Anjudan dekat Mahallat memasuki tahap kebangkitan kembali agama. Para imam Nizari yang menganggap diri mereka sebagai keturunan Rukn al-Din Khurshah, pada periode ini dengan mengirim perwakilan meningkatkan hubungan mereka dengan Ismailiyah di bagian lain dunia dan memperkuat basis sosial dan politik mereka. Pada masa pemerintahan Zandiyah, Mirza Abolhassan Khan, imam Nizari, adalah penguasa Kerman tetapi dengan naiknya Muhammad Khan Qajar ia dicopot dari posisi ini dan pergi ke desa Kahak di Qom.[1] Setelah kematiannya pada tahun 1192 HQ, putranya Khalil Syah menjadi imam Nizari dan memindahkan tempat tinggalnya ke Yazd. Ia dalam perselisihan agama di Yazd atas hasutan Mirza Muhammad Ja’far Sadr al-Mamalek, salah seorang ulama kota Yazd, dibunuh oleh sekelompok lawan.[2]

Aghakhan I

Aghakhan I


Putra Khalil Syah, Hasan Ali bersama ibunya pergi ke Tehran untuk menuntut keadilan dan Fath Ali Syah Qajar menyambut mereka dengan hangat. Ia menikahkan salah satu putrinya dengan Hasan Ali. Dengan dukungan Fath Ali Syah Qajar, Hasan Ali mencapai kedudukan tinggi dan dari pihak Qajariyah menerima gelar Aghakhan.Templat:Kutip diperlukan Aghakhan, setelah kematian Fath Ali Syah, atas perintah putranya, Muhammad Syah, diangkat menjadi penguasa Kerman, tetapi beberapa waktu kemudian dicopot dan karena beberapa gerakan dicurigai oleh Shah dan berlindung di benteng Bam. Hasan Ali kemudian datang ke Tehran dan bertahann di tempat suci Syah Abdul Azim dan akhirnya diampuni oleh Shah dan pergi ke Mahallat. Pada tahun 1256 HQ/1219 HS ia bergerak menuju Kerman dan menyebarkan desas-desus bahwa ia telah ditunjuk sebagai penguasa wilayah ini oleh Shah.[3] tetapi klaim tersebut dibantah oleh Teheran dan Agha Khan terpaksa berperang dengan pasukan pemerintah Kerman. Pertempuran dengan pasukan pemerintah untuk menguasai Kerman berlangsung sekitar 14 bulan tetapi tidak membuahkan hasil dan pada akhirnya, Agha Khan terpaksa melarikan diri ke Afghanistan dan di sana dengan dukungan pemerintah Inggris yang sebelumnya mendukung pemberontakannya, pergi ke Sindh, di HS/1881 M dan dimakamkan di kebun Hasanabad di India.

Agha Khan II


Agha Khan II

Setelah kematian Agha Khan I, putranya Ali Shah (1246-1302 HQ) mengambil alih kepemimpinan para pengikut ayahnya dan dikenal sebagai Agha Khan II. Ia adalah anggota Dewan Legislatif Bombay dan memimpin Masyarakat Persatuan Islam.Templat:Kutip diperlukan

Agha Khan III

Agha Khan III bersama putra dan cucu-cucunya


Sultan Muhammad dengan gelar Agha Khan III pada tahun 1302 H/1886 M diangkat menjadi imam. Ia memiliki banyak kegiatan di politik dalam negeri India dan juga di arena global dan merupakan sosok yang dikenal. Di India, ia melakukan konsultasi dengan para pejabat Inggris untuk memperbaiki kondisi umat Islam. Ia berperan dalam pendirian Liga Muslim dan dari tahun 1906 hingga 1913 M adalah ketua pertama partai ini.[4] Agha Khan III adalah anggota Dewan Legislatif Kerajaan India (1902-1904) dan pendiri Konferensi Muslim Seluruh India (1928-1929). Pada tahun 1934 M. ia diangkat menjadi anggota Dewan Penasihat Britania. Ia sebagai perwakilan India berpartisipasi dalam konferensi pengurangan senjata di Jenewa pada tahun 1932 M. dan sebagai utusan senior India di Liga Bangsa-Bangsa pada dekade 1930-an M. Pada tahun 1937 M. ia terpilih sebagai ketua Liga Bangsa-Bangsa.[5]

Agha Khan IV

Karim al-Husseini, Agha Khan IV


Setelah kematian Agha Khan III, pada tahun 1957 Masehi, cucunya yang berusia 20 tahun bernama Karim al-Husseini, yang dikenal sebagai Agha Khan IV, menjadi pemimpin sekte Ismailiyah. Ia adalah imam warisan ke-49 Ismaili. Agha Khan IV lahir pada tanggal 13 Desember 1936 di kota Jenewa. Tahun-tahun awal masa kecilnya dihabiskan di Nairobi, ibu kota Kenya, dan pada tahun 1959 M ia lulus dari Universitas Harvard dengan gelar sarjana di bidang Sejarah Islam.[6]

Agha Khan IV menyesuaikan sistem administrasi kompleks komunitas Ismaili, yang didirikan oleh kakeknya, dengan dunia baru. Ia adalah salah satu orang terkaya di dunia yang pendapatan tahunannya diperkirakan 150 juta dolar per tahun.[7]

Kaum Syiah Aghakhaniah Kontemporer

Kaum Ismailiyah Agha Khaniah saat ini tersebar di sekitar 25 negara di dunia dan terutama tinggal di India, Pakistan, Afghanistan, Tajikistan dan Pamir Cina dan juga ada di negara-negara Afrika, Eropa dan Amerika Utara. Sejak tahun 1970 M sejumlah Ismailiyah telah beremigrasi ke Barat dan menetap di negara-negara seperti Kanada, Amerika Serikat dan Inggris. Beberapa juga hadir di negara-negara pantai Teluk Persia seperti Iran, Oman dan Bahrain.

Pusat Ismailiyah Aghakhaniah di Dusyanbe

Pusat Ismailiyah Agha Khaniah terletak di Tajikistan. Pusat ini diresmikan pada tahun 2009 M di ibu kota Tajikistan, kota Dushanbe. Mengenai jumlah orang yang menganut agama ini di Tajikistan, tidak banyak informasi yang tersedia, tetapi populasi mereka diperkirakan sekitar 200 ribu orang yang sebagian besar tinggal di wilayah Pamir dan kota Dushanbe. Kaum Ismailiyah Tajikistan karena kondisi selama pemerintahan Komunis dan aturan Taqiyyah, telah menjauh dari adat istiadat dan keyakinan mereka dan kaum muda Ismaili umumnya tidak banyak tahu tentang agama dan ajaran mereka. Oleh karena itu, organisasi Ismailiyah melakukan upaya yang luas untuk memperkenalkan para pengikut sebelumnya dan merekrut orang baru yang disebut mustajib.[8]

Keyakinan Kaum Ismailiyah Aghakhani

Menurut kaum Ismailiyah Aghakhani, kepemimpinan (imamah) memiliki empat tingkatan berikut:

  1. Imam Muqim: Orang yang membangkitkan nabi yang berbicara dan ini adalah tingkatan imamah tertinggi dan disebut juga (Rabb al-Waqt).
  2. Imam Asas: Wasi dan penerus nabi yang silsilah imam yang menetap dalam keturunannya berlanjut.
  3. Imam Mustaqir: Orang yang menentukan imam setelahnya.
  4. Imam Mustauda: Yang bertindak atas nama Imam Mustaqir untuk melaksanakan urusan keimaman dan tidak memiliki hak untuk menentukan imam setelahnya, ia juga disebut Na'ib al-Imam.

Juga, cara penentuan imam menurut Ismailiyah Aghakhani ada dua hal: warisan dan nash (penunjukan) dari Imam Mustaqir. Ajaran lahiriah Ismailiyah tidak jauh berbeda dengan keyakinan Syiah Dua Belas Imam dan hukum syariat Islam yang sama seperti Shalat dan Puasa, Khums dan Zakat, dan lain-lain. Kaum Ismailiyah dalam shalat setelah membaca surah Al-Fatihah membaca doa ini: "Sajadtu wajhi ilaika wa tawakkaltu 'alaika, minka quwwati wa anta 'ismati ya Rabb al-'Alamin Allahumma shalli 'ala Muhammad al-Mustafa wa 'ala 'Aliyyin al-Murtada wa 'ala al-A'immah al-Athhar wa 'ala Hujjat al-Amr Shahib al-Zaman wa al-'Asr Imamuna al-Hadir al-Maujud Maulana Shah Karim al-Huseini Allahumma laka sujudi wa ta'ati" Dalam organisasi keagamaan Ismailiyah, orang yang baru percaya disebut mustajib,[9] kemudian tingkatan ma'zun, setelah itu da'i, dan pada akhirnya hujjat, bab dan imam. Kepemimpinan dalam Ismailiyah bersifat turun temurun.

Artikel Terkait

Templat:Kolom-mulaiNizariyahIsmailiyahBatiniah

Khoja

Catatan Kaki

  1. Syamim, Iran dar Doreh Saltanat-e Qajar, hlm. 136.
  2. Syamim, Iran dar Doreh Saltanat-e Qajar, hlm. 136-137.
  3. E'temad al-Saltaneh, Tarikh-e Montazam-e Naseri, 3, hlm. 1649-1650; Khurmuji, Haqayeq al-Akhbar-e Naseri, jilid 2, hlm. 29-30
  4. Farahani, Ruzshomar-e Tarikh-e Mo'aser-e Iran, jilid 1, hlm. 417; Da'erat al-Ma'aref-e Bozorg-e Islami, jilid 1, hlm. 464
  5. Morteza Ashrafi, Gozaresh-e Rahbordi-ye Vaziat-e Shi'ian-e Asiya-ye Margazi, 1394 SH.
  6. Sa'i, Muhsin, Agha Khan Mahallati va Ferqeh-ye Esma'iliyeh, Tehran, 1329, hlm. 13 hingga 58
  7. Asadi, Majid, Tajikestan Esmaili, Farhang-e Naghz, 1389, juga Morteza Ashrafi, Goftogu ba Motrab Motrab Af, Doktoray-e Hoquq, Karmand-e Markaz-e Esma'iliyan-e Tajikestan, Majma'-e Jahani-ye Ahl-e Bayt (A), Gorooh-e Motale'at-e Rahbordi, Farvardin Mah 1394
  8. Ashrafi, Gozaresh-e Rahbordi-ye Vaziat-e Shi'ian-e Asiya-ye Margazi, 1394 SH.
  9. Sa'i, Muhsin, Aghakhan Mahallati va Ferqeh-ye Isma'iliyeh, Tehran, 1329, hlm. 13-58

Daftar Pustaka

  • E‘temad al-Saltanah, Muhammad Hasan Khan, Tārīkh-i Muntaẓam-i Nāsirī, Muhaqqiq: Muhammad Ismā‘īl Riḍvānī, Dunyā-yi Kitāb, 1367 HS.
  • Khurmuji, Muhammad Ja‘far, Tārīkh-i Qājār, Haqāyiq al-Akhbār-i Nāsirī, Musahhih: Husain Khadīv Jam, Tehran, Zavvār, 1344 HS.
  • Daftar-i Tablīghāt-i Islāmī Qom, Musalmānān va Tashkīlāt-i Mazhabī dar Tājikistān, Pigāh-i Hawzah (053), Jild-i 1.
  • Sunnathā va Rusūm-i Mazhabī-yi Ismā‘īliyyān-i Badakhshān, Māhnāmah-yi Chashm-andāz, Bunyād-i Andīshah, Shumārah-yi 11, Bahman 1376.
  • Syamim, Ali Asghar, Iran dar Dawrah-yi Saltanat-i Qājār, Tehran, Bihzād, 1387 HS.
  • Farahani, Hasan, Rūzshumār-i Tārīkh-i Mu‘āsir-i Īrān, Tehran, Mu’assasah-yi Muṭāla‘āt va Pazhūhesyhā-ye Siyāsī, 1385 HS.
  • Majid Asadi, Tajikan-i Ismā‘īlī, Farhang-i Naghz, 1389 HS.
  • Muhsin Sa‘i, Aghakhan Mahallati va Firqah-yi Ismā‘īliyyah, Tehran, 1329 HS.
  • Murtaḍha Asyrafi, Guzāresh-i Rāhburdī-yi Vaz‘iyyat-i Syī‘iyān-i Āsiyā-yi Margzī, Gurūh-i Muṭāla‘āt-i Rāhburdī-yi Majma‘-i Jahānī-yi Ahli Bait alaihimussalam, 1394 Sh.
  • Murtadha Asyrafi, Guftegū bā Muṭrab Muṭrab Af, Dukturā-yi Huqūq, Kārmand-i Markaz-i Ismā‘īliyyān-i Tājikistān, Majma‘-i Jahānī-ye Ahli Bait alaihimussalam, Gurūh-i Muṭāla‘āt-i Rāhburdī, Farvardīn Māh 1394.