Utsmaniyah
Utsmaniyah adalah (bahasa Arab: العثمانية) sebuah kelompok yang menolak berjanji setia kepada Imam Ali as setelah kematian Utsman. Mereka memutuskan kesetiaan kepada Imam Ali as dan menganggap Muawiyah sebagai khalifah setelah Utsman. Kelompok Utsmaniyah dibentuk dengan tujuan untuk memusuhi dan menentang Imam Ali as dan Ahlulbait as di bidang politik, militer, dan keilmuan. Munculnya istilah Utsmaniyah sebagai kebalikan dari istilah Syiah dapat diketahui pada masa perang Jamal.
Para peneliti berpendapat bahwa di bidang politik dan militer, kelompok Utsmaniyah ikut mendorong dua perang Jamal dan Shiffin untuk melawan Imam Ali as dan syiahnya. Selain itu, ketika kekuasaan politik di tangan Utsmaniyah, selain perang langsung dengan kaum Syiah, mereka melakukan pengutukan terhadap Ahlulbait as, membunuh, memenjarakan, dan mengasingkan kaum Syiah. Keterangan terakhir mengenai keberadaan kelompok ini ada pada abad ke-4 H.
Utsmaniyah telah memberikan pengaruh besar dalam berbagai bidang keilmuan di dunia Islam, termasuk hadis, fikih, teologi dan sejarah. Kecenderungan utama kelompok Utsmaniyah dalam ilmu-ilmu tersebut adalah menghadirkan tafsir baru terhadap Islam berdasarkan pandangan ideologis dan politik kekhalifahan tiga khalifah dan kekhalifahan Muawiyah. Pengkaderan para ulama untuk memusuhi Imam Ali as dan Ahlulbait as dianggap sebagai salah satu ciri penting periode dominasi ilmiah kekuasaan Utsmaniyah.
Utsmaniyah adalah kelompok yang menentang Imam Ali as
Usmaniyah adalah kelompok yang menolak berjanji setia kepada Imam Ali as setelah Utsman terbunuh[1] atau memutuskan kesetiaan mereka kepadanya.[2] Kelompok ini muncul ketika peperangan terjadi antara Imam Ali as dan Muawiyah.[3] Mereka yang bisa disebut Utsmaniyah adalah para sahabat nabi seperti Thalhah, Zubair, Aisyah, dan Muawiyah.[4] Menurut Wilfred Ferdinand Madelung, seorang ilmuwan Islam Modern dan beberapa peneliti sejarah lainnya, ciri terpenting dari pergerakan Utsmaniyah adalah konfrontasinya dengan Imam Ali as[5] dan mereka meyakini kekhalifahan Imam Ali as adalah tidak sah.[6] Utsmaniyah menganggap Muawiyah sebagai khalifah sah setelah Utsman, sedangkan alasan utama mereka adalah kekerabatan Muawiyah dengan Utsman dan prioritasnya sebagai pengganti Utsman.[7]
Dikatakan dalam sejarah bahwa keberadaan kelompok Utsmaniyah hanya memfokuskan pada permusuhan dengan Imam Ali as dan Ahlulbait as di tiga bidang politik, militer dan keilmuan.[8] Menurut Rasul Ja'fariyan, dalam aksi politik, mereka telah berhasil mendorong terjadinya peristiwa peperangan Jamal dan Shiffin untuk melawan Imam Ali as dan Syiahnya.[9] Dalam pandangannya, meskipun kelompok Utsmaniyah ini dapat dikalahkan dalam pertempuran Jamal, tetapi mereka tetap mempertahankan pengaruh Utsmaniyah di Basrah. Setelah pertempuran Shiffin, mereka mendominasi Irak dan membangun wacana Utsmani yang didirikan pada masa kekhalifahan bani Umayyah.[10]
Menurut beberapa peneliti, dengan berkuasanya perpolitikan Utsmaniyah pada masa bani Umayyah, selain perang langsung dengan kaum Syiah, mereka juga mengutuk dan menghina Ahlulbait as serta membunuh, memenjarakan, dan mengasingkan kaum Syiah juga, begitu juga orang-orang Ahlusunah yang meriwayatkan keutamaan Ahlulbait as.[11] Karena alasan ini, beberapa orang menganggap Utsmaniyah sebagai bagian dari kelompok Nâwâshib (golongan pembenci Ahlulbait as).[12]
Laporan terakhir yang muncul di dalam sumber- sumber sejarah mengenai golongan ini[13] adalah kelompok yang memiliki kecenderungan pandangan Utsmaniyah pada abad keempat Hijriah.[14]
Istilah Utsmaniyah
Munculnya istilah "Utsmaniyah" yang berseberangan dengan istilah Syiah dikaitkan dengan peristiwa perang Jamal.[15] Dalam peristiwa perang Jamal, sebagian prajurit Jamal menyebut para sahabat Imam Ali as sebagai pemeluk “agama Ali".[16] Para peneliti meyakini bahwa pada periode yang sama, istilah "agama Utsman" dimunculkan sebagai lawan dari istilah "agama Ali".[17] Dalam perang Shiffin, beberapa penyair yang hadir di pasukan Syam, menyebut kaum Syam sebagai pemeluk "agama Utsman".[18] Di sisi lain, Rifa'ah bin Syaddâd , salah satu sahabat Imam Ali as, dalam bait syairnya menyatakan bahwa dirinya adalah pengikut "agama Ali".[19]
Penggunaan istilah "agama Utsman" juga pernah diungkapkan dalam peristiwa Asyura oleh tentara Kufah.[20] Para peneliti meyakini bahwa pada periode-periode berikutnya, aliran ini dinamakan sebagai "Utsmaniyah";[21] sebagai sebuah bukti hal tersebut adalah adanya indikasi penggunaan istilah Utsmaniyah sebelum tahun 145 H.[22] Selain itu, dalam beberapa sumber, Utsmaniyah disebutkan sebagai "Syiah Utsmaniyah".[23]
Tinjauan Sejarah
Pejalanan sejarah Utsmaniyah telah dibagi menjadi empat periode:[24]
Kepercayaan terhadap legitimasi kekhalifahan Utsman dan terbunuhnya dalam terzalimi
Ciri khas periode Utsmaniyah pertama adalah keyakinan akan keabsahan kekhalifahan Utsman dan terbunuhnya dalam kondisi terzalimi,[25] tidak sahnya kekhalifahan Imam Ali as karena dianggap ikut serta dalam pembunuhan Utsman,[26] dan perampasan kekhalifahan oleh Imam as tanpa berkonsultasi dengan umat.[27][28] Beberapa peneliti berpendapat bahwa mayoritas dari mereka yang tidak berpartisipasi dalam pemberontakan melawan Utsman adalah mazhab Utsmaniyah ini.[29] Menurut mereka, sampai pada tahun 70 H, pandangan Utsmaniyah merupakan pandangan yang dominan di dunia Islam[30] dan begitu pula masyarakat umum sebagai penganut mazhab ini.[31] Pada periode ini, berkobarnya perang Jamal dan Shiffin,[32] perampasan kekhalifahan Imam Ali as dan berdirinya pemerintahan bani Umayyah,[33] kesyahidan Imam Ali as,[34] kesyahidan Imam Hasan as,[35] pencegahan dimakamkannya di sebelah makam Nabi saw,[36] terjadinya peristiwa Asyura[37] dan tekanan terhadap kaum Syiah[38] dianggap sebagai aksi dan aktivitas politik kelompok Utsmaniyah.
Selain Thalhah, Zubair, Muawiyah dan Aisyah, di antara tokoh-tokoh berpengaruh lainnya dari golongan Utsmaniyah pada periode ini adalah Abdullah bin Salam dan Mughirah bin Shu'bah. Mereka berdua tidak berjanji setia kepada Imam Ali as dan melarikan diri ke Suriah untuk bersumpah setia kepada Muawiyah.[39] Di antara kaum Anshar yang mengikuti kelompok ini adalah Hassân bin Tsâbit, Ka'ab bin Malik, Abu Saîd Khudri, Muhammad bin Muslimah, Nu'man bin Bashir dan Zaid bin Tsabit. Sedangkan mayoritas kaum Anshar pada saat itu adalah mereka yang berjanji setia kepada Imam Ali as.[40]
Teori tiga khalifah
Pada periode kedua, yang sejajar dengan periode kaum Marwan, menurut para ulama hadis, khalifah yang sah hanya terbatas pada tiga khalifah.[41] Menurut para peneliti, pada periode ini, Utsmaniyah lebih abstain terhadap kekhalifahan setelah Utsman dan menganggap masa kekhalifahan Imam Ali as sebagai periode fitnah.[42] Menurut para peneliti juga, kelompok Utsmaniyah menganggap sahabat seperti Abdullah bin Umar dan Sa'ad bin Abi Waqqash, yang menghindari untuk terlibat dalam jurang fitnah, sebagai pengikut dan pemeluk mazhab Utsmaniyah.[43]
Pandangan empat khilafah
Pada periode ketiga, mazhab Utsmaniyah didefinisikan sebagai seseorang yang mengimani keutamaan Utsman atas Imam Ali as, dan menganggap setiap khalifah adalah yang terbaik pada masanya, serta menganggap tingkatan derajat keutamaan khalifah yang empat selaras dengan urutan kekhalifahan mereka.[44] Utsmaniyah dalam periode ini banyak menghadapi pertentangan dengan kelompok Syiah politik atau Suni yang cenderung Syiah; Dua kelompok yang menerima Utsman sebagai khalifah keempat setelah Imam Ali as dalam hal keutamaan.[45] Pandangan Utsmaniyah pada periode ini menjadi dasar pijakan berdirinya pandangan tarbi' (teori empat khalifah) pada pertengahan abad ke- 3 H. Dalam hal ini Ahmad bin Hanbal cenderung pada pandangan tersebut.[46]
Dukungan Untuk Bani Umayyah
Menurut sebagian peneliti, dengan selesainya masa para sahabat pengusung mazhab Utsmaniyah pada akhir abad ketiga Hijriah, maka bermuncullah kelompok Utsmaniyah baru yang meyakini keabsahan kekhalifahan Umayyah dan perluasannya di kalangan Bani Umayyah Andalusia.[47] Abu Faraj Isfhâni[48] menyebutkan bahwa kelompok Utsmaniyah di abad ke empat Hijriah memiliki masjid di Kufah dan kaum Syiah menghindari untuk melaksanakan salat di sana.[49]
Pengaruh Utsmaniyah dalam keilmuan Islam
Sejak awal berdirinya, Utsmaniyah dianggap telah berpengaruh dalam berbagai bidang keilmuan di dunia Islam, antara lain hadis, fikih, teologi, dan sejarah.[50] Menurut Rasul Ja'fariyan, sikap dominan kelompok Utsmaniyah di wilayah keilmuan adalah menghadirkan interpretasi baru terhadap Islam, yang didasarkan oleh sikap ideologis, dan pandangan politik ketiga khalifah, serta kekhalifahan Muawiyah.[51] Pengaderan para ahli hadis, fakih, teolog, dan sejarawan yang memusuhi Imam Ali as dan Ahlulbait as dianggap sebagai salah satu ciri penting periode dominasi ilmiah Utsmaniyah.[52]
Hadis dan Fikih
Menurut laporan sejarah, para cendekiawan kelompok Utsmaniyah di bidang hadis dan fikih aktif di pusat-pusat ilmiah paling penting di dunia Islam pada abad-abad pertama Hijriah.[53] Pusat-pusat ini diurutkan berdasarkan prioritasnya sebagai berikut: Madinah, Basrah, Kufah, Mekah, dan Syam.[54]
Di Madinah, dari golongan sahabat yang paling dipercaya orang-orang Sunni dan paling dianggap sebagai Utsmaniyah diantaranya[55] Aisyah,[56] Abdullah bin Umar[57] dan Abu Hurairah.[58] Menurut para peneliti, pendekatan yang dominan di kalangan fakih dan ahli hadis ahli hukum Utsmaniyah Madinah adalah narasi Manaqib dan keutamaan tiga khalifah dan permusuhan dengan Imam Ali as.[59] Beberapa dari tujuh fakih Madinah[60][catatan 1] memiliki kecenderungan Utsmaniyah pada tingkat yang berbeda-beda.[61]
Kecenderungan dominan pandangan masyarakat Basrah adalah Utsmaniyah, dan orang-orang seperti[62] Anas bin Malik[63] dan Muhammad bin Sirin (meninggal: 110 H),[64] dianggap sebagai ahli hukum dan ulama hadis Basrah Utsmaniyah yang paling terkenal.[65] Pendekatan dominan para fukaha Utsmaniyah dan ulama hadisnya di Basrah adalah diam dalam menghadapi keutamaan Imam Ali as, tetapi menyebutkan adanya penyimpangan dari Imam as.[66]
Di Kufah, meskipun mayoritas penganut Syiah dan Sunni yang condong ke Syiah, tetapi ahli fiqih dan ahli hadis Usmaniyah, seperti Syaqiq bin Salamah pun (W. 82 H)[67] telah disebutkan dan direkam dalam sejarah.[68] Sebagian dari fukaha dan ahli hadis Mekah seperti Maimun bin Mihrân (W. 116 H),[69] dianggap sebagai ulama Utsmaniyah.[70] Sedangkan di Syam (Suriah) banyak ahli hukum di bawah pemerintahan Umayyah memiliki kecenderungan Utsmaniyah, dan banyak riwayat tentang keutamaan bani Umayyah telah diriwayatkan dari mereka.[71]
Ilmu sejarah
Dalam bidang historiografi, para peneliti menyebutkan adanya "Mazhab Historiografi Utsmaniyah".[72] Mereka percaya bahwa para sejarawan mazhab Usmani yang didukung oleh penguasa Bani Umayyah berusaha menciptakan legitimasi bagi Bani Umayyah dengan memutarbalikkan fakta sejarah.[73] Hal ini menyebabkan kutipan-kutipan para sejarawan Usmani dalam bidang sejarah mempunyai pengaruh yang banyak dan signifikan di dalam dunia Islam.[74]
Ciri-ciri mazhab Utsmaniyah adalah perlawanan terhadap Imam Ali as, dengan cara tidak mengutip keutamaan – keutamaan beliau as dan memalsukan hadis -hadis seperti hadis – hadis dalam mengutuk beliau as, membuat hadis keutamaan Utsman dan bagi sebagian sahabat lainnya serta menentang kaum Anshar, dan juga dengan tidak mengutip keutamaan -keutamaan mereka.[75] Aban bin Utsman dan Saif Ibnu Umar Tamimi termasuk di antara sejarawan aliran historiografi Utsmaniyah.[76] Beberapa peneliti percaya bahwa aliran historiografi Utsmani melemah pada abad ketiga karena bangkitnya sejarawan Syiah.[77]
Ilmu teologi
Salah satu bidang terpenting dari tantangan teologis antara Utsmaniyah dan lawan-lawannya telah dilaporkan dalam Kitab Maqâlât al-Utsmâniyah,[78] yang ditulis oleh Jâhidz (160-255 H). Buku ini menceritakan secara rinci argumen teologi Utsmaniyah yang diperuntukkan untuk melawan teologi Syiah Imamiyah.[79] Di dalam kitab ini, Jâhidz memaparkan argumentasi Utsmaniyah dalam menolak pandangan Syiah Imamiah terhadap permasalahan imamah, urgensitas perlunya nash bagi pembuktian Imam, keunggulan Imam Ali as dan kebenaran Imam Ali as dalam pertempuran Jamal, Shiffin, dan Nahrawan.[80]
Mas'ûdi menyebutkan sebuah buku kelompok Utsmaniyah berjudul al-Barâhîn fi al-Imâmah al-Umawiyîn, yang di dalamnya terdapat pembelaan terhadap Imamah bani Umayyah.[81] Menurut Mas'ûdi, dalam buku ini, kekhalifahan bani Umayyah di Andalusia dianggap sebagai kelanjutan kekhalifahan Utsman dan kekhalifahan bani Umayyah.[82]
Catatan
- ↑ Tujuh ahli fikih sezaman yang tinggal di Madinah dan termasuk Tabiin: Abu Bakar bin Abdurrahman Makhzumi (wafat 94 H), Kharijah bin Zaid Anshari (wafat 99 H), Sa'id bin Musayyab (wafat 91 H), Sulaiman bin Yasar (wafat 107 H), Ubaidullah bin Abdullah Makhzumi (wafat 98 H), Urwah bin Zubair (wafat 94 H), Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar (wafat 108 H).
Catatan Kaki
- ↑ Thabari Tārīkh at-Thabarī, jld. 4, hlm. 429-430.
- ↑ Nasyi' al-Akbar, Masā'il al-Imāmah, hlm. 15-16.
- ↑ Nasyi' al-Akbar, Masā'il al-Imāmah, hlm. 16.
- ↑ Nasyi' al-Akbar, Masā'il al-Imāmah, hlm. 16.
- ↑ Madelung, Ferqeha-e Eslami, hlm. 37.
- ↑ Kheir Khah Alawi & Tim, Ali Wa Khelafat-e Wei Az Negah-e Maktab-e Tarikh Negari-e Usmaniye, Jurnal Tarikh-e Tasyayyu', vol. 87, hlm. 51.
- ↑ Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayyu' Dar Iran, hlm. 40.
- ↑ Muruji Thabasi, Ta'sir-e Tafakkur-e Usmaniye Bar Ibn Taimiyah Dar Taqabul Ba Rawiyan-e Fafayel-e Ahl-e Beit (as), majalah Farhangg-e Zeyarat, vol. 46, hlm. 134-135.
- ↑ Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayyu' Dar Iran, hlm. 40.
- ↑ Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayyu' Dar Iran, hlm. 40.
- ↑ Muruji Thabasi, Ta'sir-e Tafakkur-e Usmaniye Bar Ibn Taimiyah Dar Taqabul Ba Rawiyan-e Fafayel-e Ahl-e Beit (as), majalah Farhangg-e Zeyarat, vol. 46, hlm. 134-135.
- ↑ Ibn Hajar Asqalani, Tahdzīb at-Tahdzīb, jld. 8, hlm. 458.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 231.
- ↑ Abul Farar Isfahani, al-Aghānī, jld. 11, hlm. 167.
- ↑ Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayyu' Dar Iran, hlm. 40.
- ↑ Syekh Mufid, al-Jumal, hlm. 346.
- ↑ Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayyu' Dar Iran, hlm. 40.
- ↑ Manqari, Waq'ah Shiffīn, hlm. 556; Thabari, Tārīkh at-Thabarī, jld. 5, hlm. 43.
- ↑ Thabari Tārīkh at-Thabarī, jld. 6, hlm. 50.
- ↑ Thabari Tārīkh al-Thabarī, jld. 5, hlm. 435.
- ↑ Kheir Khah Alawi & Tim, Ali Wa Khelafat-e Wei Az Negah-e Maktab-e Tarikh Negari-e Usmaniye, Jurnal Tarikh-e Tasyayyu', vol. 87, hlm. 53.
- ↑ Thabari Tārīkh at-Thabarī, jld. 4, hlm. 429-430.
- ↑ Mas'udi, al-Tanbīh Wa al-Isyrāf, hlm. 337.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 227.
- ↑ Thabari Tārīkh at-Thabarī, jld. 4, hlm. 449.
- ↑ Ibn Qutaibah Dainawari, al-Ikhtilāf Fī al-Lafdz, hlm. 54.
- ↑ Ibn Qutaibah Dainawari, al-Ikhtilāf Fī al-Lafdz, hlm. 54.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 227.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 227.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 227.
- ↑ Ja'fariyan, Darshai Darbare-e Feraq-e Eslami, hlm. 215.
- ↑ Ja'fariyan, Tarikh-e Tasyayyu' Dar Iran, hlm. 40.
- ↑ Muruji Thabasi, Ta'sir-e Tafakkur-e Usmaniye Bar Ibn Taimiyah Dar Taqabul Ba Rawiyan-e Fafayel-e Ahl-e Beit (as), majalah Farhangg-e Zeyarat, vol. 46, hlm. 134-135.
- ↑ Kheir Khah & Tim, Usmaniye Wa Syi'e Dar Du Qarn-e Nukhust-e Hejri, majalah Farhangg-e Pazuhesy, vol. 9, hlm. 108.
- ↑ Kheir Khah & Tim, Usmaniye Wa Syi'e Dar Du Qarn-e Nukhust-e Hejri, majalah Farhangg-e Pazuhesy, vol. 9, hlm. 109.
- ↑ Mardani, Ferqe-e Usmaniye, site Pajoohe.
- ↑ Hedayat Panah, Baztab-e Tafakkur-e Usmani Dar Waqe'e-e Karbala, hlm. 149; Ja'fariyan, Darshai Darbare-e Feraq-e Eslami, hlm. 216; Ja'fariyan, Syekl Giri-e Mazhab-e Syi'i Wa Usmani Wa Edame-e An Ba Ryi Kar Amadan-e Daulat-e Abbasi, site Historylib.
- ↑ Muruji Thabasi, Ta'sir-e Tafakkur-e Usmaniye Bar Ibn Taimiyah Dar Taqabul Ba Rawiyan-e Fafayel-e Ahl-e Beit (as), majalah Farhangg-e Zeyarat, vol. 46, hlm. 134-135.
- ↑ Thabari Tārīkh at-Thabarī, jld. 4, hlm. 430.
- ↑ Thabari Tārīkh at-Thabarī, jld. 4, hlm. 429-430.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 228-229.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 228-229.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 230.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 231.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 231.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 231.
- ↑ Crone, Usmaniyah, hlm. 231.
- ↑ Abul Farar Isfahani, al-Aghānī, jld. 11, hlm. 167.
- ↑ Abul Farar Isfahani, al-Aghānī, jld. 11, hlm. 167.
- ↑ Kheir Khah Alawi & Tim, Ali Wa Khelafat-e Wei Az Negah-e Maktab-e Tarikh Negari-e Usmaniye, Jurnal Tarikh-e Tasyayyu', vol. 87, hlm. 52; Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 144; Ja'fariyan, Darshai Darbare-e Feraq-e Eslami, hlm. 215.
- ↑ Ja'fariyan, Darshai Darbare-e Feraq-e Eslami, hlm. 216.
- ↑ Muruji Thabasi, Ta'sir-e Tafakkur-e Usmaniye Bar Ibn Taimiyah Dar Taqabul Ba Rawiyan-e Fafayel-e Ahl-e Beit (as), majalah Farhangg-e Zeyarat, vol. 46, hlm. 135.
- ↑ Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 144.
- ↑ Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 144.
- ↑ Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 144-145.
- ↑ Ibn Qutaibah, al-Imāmah Wa as-Siyāsah, jld. 1, hlm. 71-72.
- ↑ Tsaqafi Kufi, al-Ghārāt, jld. 2, hlm. 569.
- ↑ Tsaqafi Kufi, al-Ghārāt, jld. 2, hlm. 569.
- ↑ Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 149-150.
- ↑ Ibn Sa'd, at-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 5, hlm. 136.
- ↑ Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 145-146.
- ↑ Ibn Abd Rabbah Andalusi, al-'Aqd al-Farīd, jld. 6, hlm. 264.
- ↑ Ibn Abi al-Hadid, Nahj al-Balāghah, jld. 4, hlm. 74.
- ↑ Ibn Jauzi, ar-Radd 'Alā al-Muta'asshib al-'Anīd, hlm. 75.
- ↑ Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 150.
- ↑ Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 156.
- ↑ Khatib Baghdadi, Tārīkh Baghdādī, jld. 9, hlm. 271; Hedayat Panah, Baztab-e Tafakkur-e Usmani Dar Waqe'e-e Karbala, hlm. 225-226.
- ↑ Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 157-159.
- ↑ Dzahabi, Sair A'lām an-Nubalā', jld. 6, hlm. 76-77.
- ↑ Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 168-170.
- ↑ Farmaniyan, Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi, majalah Haft Aseman, vol. 39, hlm. 172-177; Ja'fariyan, Darshai Darbare-e Feraq-e Eslami, hlm. 217-220.
- ↑ Kheir Khah Alawi & Tim, Ali Wa Khelafat-e Wei Az Negah-e Maktab-e Tarikh Negari-e Usmaniye, Jurnal Tarikh-e Tasyayyu', vol. 87, hlm. 53.
- ↑ Kheir Khah Alawi & Tim, Ali Wa Khelafat-e Wei Az Negah-e Maktab-e Tarikh Negari-e Usmaniye, Jurnal Tarikh-e Tasyayyu', vol. 87, hlm. 52-53.
- ↑ Kheir Khah Alawi & Tim, Ali Wa Khelafat-e Wei Az Negah-e Maktab-e Tarikh Negari-e Usmaniye, Jurnal Tarikh-e Tasyayyu', vol. 87, hlm. 53.
- ↑ Kheir Khah Alawi & Tim, Ali Wa Khelafat-e Wei Az Negah-e Maktab-e Tarikh Negari-e Usmaniye, Jurnal Tarikh-e Tasyayyu', vol. 87, hlm. 53.
- ↑ Kheir Khah Alawi & Tim, Ali Wa Khelafat-e Wei Az Negah-e Maktab-e Tarikh Negari-e Usmaniye, Jurnal Tarikh-e Tasyayyu', vol. 87, hlm. 53.
- ↑ Ja'fariyan, Darshai Darbare-e Feraq-e Eslami, hlm. 217.
- ↑ Ansari, Darbare-e Kitāb-'Utsmāniyyah Jāhidzh Wa Radiha-e An, Site Ansari Ketaban.
- ↑ Ansari, Kitāb al-'Utsmāniyyah Jāhidzh Wa Asalat-e Tafakkur-e Syi'i Darbare-e Emamat, site Ansari Ketaban.
- ↑ Ansari, Kitāb al-'Utsmāniyyah Jāhidzh Wa Asalat-e Tafakkur-e Syi'i Darbare-e Emamat, site Ansari Ketaban.
- ↑ Mas'udi, at-Tanbīh Wa al-Isyrāf, hlm. 336.
- ↑ Mas'udi, at-Tanbīh Wa al-Isyrāf, hlm. 336-337.
Daftar Pustaka
- Ansari, Hasan. Kitāb al-'Utsmāniyyah Jāhidzh Wa Asalat-e Tafakkur-e Syi'i Darbare-e Emamat. Site Ansari Ketaban. Diakses tanggal 20 November 2023.
- Ansari, Hasan. Darbare-e Kitāb al-'Utsmāniyyah Jāhidzh Wa Radiyeha-e An. Site Ansari Ketaban. Diakses tanggal 20 November 2023.
- Crone, Patricia. Usmaniye. Penerjemah: Mahdi Farmaniyan. Majalah Pazuhesyname-e Hekmat Wa Falsafe-e Eslami. Vol: 13 & 14, 1384 HS/2005.
- Dzahabi, Muhammad bin Ahmad. Sair A'lām an-Nubalā. Beirut: Yayasan ar-Risalah, 1414 H.
- Farmaniyan, Mahdi. Usmaniyah Wa Ashahb-e Hadis-e Qurun-e Nukhustin Ta Zuhur-e Ahmad bin Hanbal Ba Ta'kid Bar Sair A'lām an-Nubalā'-e Zahabi. Majalah Haft Aseman. Vol: 39, 1387 HS/2008.
- Hedayat Panah, Muhammad Reza. Baztab-e Tafakkur-e Usmani Dar Waqe'e Karbala. Qom: Pazuhesgah-e Hauze Wa Danesygah, 1388 HS/6 November 2009.
- Iabul Faraj Isfahani. Al-Aghānī. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-Arabi, 1415 H.
- Ibn Abd Rabbih Andalusi, Ahmad bin Muhammad. Al-'Aqd al-Farīd. Riset Ali Syiri. Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-Arabi, 1999.
- Ibn Abi al-Hadid, Abdul Hamid bin Hibatullah. Syarh Nahj al-Balāghah. Riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim. Qom: Perpustakaan Ayatullah al-'Udzhma Mar'asyi Najafi, 1404 H.
- Ibn Hajar Asqalani, Ahmad bin Ali. Tahdzīb at-Tahdzīb. Beirut: Dar Shadir.
- Ibn Jauzi, Abdurrahman bin Ali. Ar-Radd 'Alā al-Muta'asshib al-'Anīd. Riset: Muhammad Kazdzhim Mahmudi, 1403 H.
- Ibn Qutaibah Dainawari, Abdullah bin Muslim. Al-Ikhtilāf Fī al-Lafdz Wa ar-Radd 'Alā al-Jahmiyyah Wa al-Musyabbihah. Riset: Umar bin Mahmud Abu Umar. Riyadh: Dar ar-Rayah Li an-Nasyr Wa at-Tauzi', 1412 H.
- Ibn Qutaibah Dainawari, Abdullah bin Muslim. Al-Imāmah Wa as-Siyāsyah. Riset: Ali Syiri. Beirut: Dar ak-Adhwa', 1410 H.
- Ibn Sa'd, Muhammad bin Sa'd. At-Thabaqāt al-Kubrā. Riset: Muhammad Abdul Qadir Atha. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1410 H.
- Ja'fariyan, Rasul. Darshai Darbare-e Feraq-e Eslami. Tehran: Nasyr-e Elm, 1401 HS/2022.
- Ja'fariyan, Rasul. Tarikh-e Tasyayyu' Dar Iran. Tehran: Nasyr-e Elm, 1388 HS/2009.
- Ja'fariyan, Rasul. Syekl Giri-e Mazhab-e Syi'i Wa Usmani Wa Edame-e An Ba Ruikar Amadan-e Daulat-e Abbasi. Site Historylib. Diakses tanggal 6 November 2023.
- Khathib Baghdadi, Ahmad bin Ali. Tārīkh Baghdād. Riset: Mushtafa Abdul Qadir Atha. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1417 H.
- Khayyat, Abdurrahim bin Muhammad. Al-Intishār Wa ar-Radd 'Alā Ibn Rawandī al-Mulhid. Hendrik Samuel Nyberg. Lebanon: Dar Wa Maktabah Bibeliyun, 2004.
- Kheir Khah Alawi, Sayyid Ali & Tim. Usmaniye Wa Syi'e Dar Du Qarn-e Nukhust-e Hejri. Majalah Farhangg-e Pazuhesy. Vol: 9, 1389 HS/2010.
- Kheir Khah Alawi, Sayyid Ali & Tim. Ali Wa Khelafat-e Wei Az Negah-e Maktab-e Tarikh Negari-e Usmaniye. Majalah Tarikh-e Tasyayyu'. Vol: 87, 1399 HS/2020.
- Madelong, Wildfred Ferdinand. Ferqeha-e Eslami. Penerjemah: Abul Qasim Sirri. Tehran: Entesyarat-e Asatir, 1381 HS/2002.
- Manna' al-Qatthan. Manna' bin Khalil. Tārīkh at-Tasyrī' al-Islāmī. Perpustakaan al-Wahbah. Cet. 5, 1422 H.
- Manqari, Nashr bin Muzahim. Waq'ah Shiffīn. Riset: Abdussalam Muhammad Harun. Qom: Perpustakaan Ayatullah al-Mar'asyi Najafi, 1404 H.
- Mardani, Muhammad Muhsin. Ferqe-e Usmaniye. Site Pajoohe. Diakses tanggal 6 November 2023.
- Mas'udi, Ali bin Husain. At-Tanbīh Wa al-Isyrāf. Leiden: Brill, 1893.
- Muruji Thabasi, Muhammad Muhsin. Ta'sir-e Tafakkur-e Usmaniye Bar Ibn Taimiyah Dar Taqabul Ba Rawiyan-e Fafayel-e Ahl-e Beit (as). Majalah Farhangg-e Zeyarat. Vol: 46, 1400 HS/2021.
- Nasyi' al-Akbar, Abdullah bin Muhammad. Masā'il al-Imāmah. Riset: Joseph Fan S. Beirut, 1971.
- Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Al-Jumal (An-Nushrah Li Sayyid al'Itrah Fī Harb al-Bashrah). Riset: Sayyid Ali Mir Syarifi. Qom: Maktab al-I'lam al-Islami, 1413 H.
- Thabari, Muhammad bin Jarir. Tārīkh at-Thabarī (Tārīkh al-Umam Wa al-Mulūk). Riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim. Beirut.
- Tsaqafi Kufi, Ibrahim bin Muhammad. Al-Ghārāt. Riset: Mir Jalaluddin Muhaddits Arumi. Tehran: Anjuman-e Asar-e Melli, 1395 HS/2017.
- Zamakhsyari. Al-Kassāf 'An Haqā'iq Ghawāmidh at-Tanzīl.