Firkah-Firkah Syiah
Firkah-firkah Syiah (bahasa Arab:فرق الشيعة) adalah cabang-cabang Syiah yang berbeda-beda, yang meskipun memiliki kesamaan keyakinan terkait kepemimpinan langsung Ali bin Abi Thalib as pasca Rasulullah saw namun memiliki perbedaan dalam beberapa isu, seperti perbedaan dalam meyakini berapa jumlah imam maksum. Imamiyah, Zaidiyah dan Ismailiyah adalah diantara beberapa firkah Syiah yang penting dan masih eksis sampai hari ini. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Kisaniyah, Fathahiyah, Waqifiyah, Nawusiyah, dan kelompok-kelompok Ghulat juga termasuk firkah-firkah Syiah, namun kesemuanya ini telah punah dan tidak lagi memiliki pengikut.
Perselisihan mengenai suksesi dan pengangkatan imam, pengaruh keyakinan ghuluw dan penyimpangan dalam menentukan siapa figur al-Mahdi yang dijanjikan dianggap sebagai faktor terpenting munculnya berbagai firkah-firkah dalam tubuh Syiah.
Dari segi jumlah pengikutnya, Imamiyah dianggap sebagai firkah Syiah terbesar yang penyebaran pengikutnya terdapat di negara-negara seperti Iran, Irak, Pakistan, dan Lebanon. Berbagai karya telah ditulis mengenai pengenalan firkah-firkah Syiah. Firaq al-Syiah karya Hasan bin Musa al-Naubakhti adalah salah satu karya tulis tertua mengenai hal ini.
Urgensi
Mengacu pada mazhab Syiah (salah satu dari dua mazhab besar Islam), semua firkah Syiah memiliki persamaan dalam menganut kepercayaan keimamahan Imam Ali as.[1] Pembahasan mengenai firkah-firkah Syiah dari abad-abad pertama Hijriyah telah dijelaskan; kitab Firaq al-Syi'ah karya Hasan bin Musa Naubakhti, pada abad ke-3 dan ke- 4 Hijriyah, ditulis tentang topik ini. Saat ini (abad ke-15 H) di beberapa perguruan tinggi telah berdiri jurusan dan program studi firkah-firkah Syiah.[2]
Firkah-firkah yang Pertama
Sayid Muhammad Husain Thabathabai dalam kitab Syiah Dalam Islam mengatakan bahwa perpecahan pertama dalam mazhab Syiah terjadi setelah syahidnya Imam Husain as pada 61 H; yang pada saat itu mayoritas kaum Syiah mengimani Imamah Imam Sajjad as dan sebagian kecil dari mereka yang dikenal dengan sebutan Kisaniyah menganggap Muhammad bin Hanafiyah putra Imam Ali as yang lain sebagai Imam.[3] Ia juga berpendapat bahwa setelah masa Imam Ridha as hingga masa Imam Mahdi afs, tidak terjadi perpecahan yang berarti, dan jika terjadi peristiwa-peristiwa yang berupa perpecahan, tidak berlangsung lebih dari beberapa hari dan bubar dengan sendirinya.[4] Namun, pendapat sebagian lainnya menyebutkan, kelompok pertama dalam Syiah telah muncul pada akhir-akhir kekhalifahan Utsman dan permulaan kekhalifahan Imam Ali as yang dikenal dengan sebutan Sabaiyah oleh Abdullah bin Saba.[5]
Jumlah Firkah-firkah
Terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah firkah-firkah Syiah. Dalam kitab Farhang-e Syiah, diperkenalkan jumlah firkah Syiah mencapai seratus firkah, yang paling terkenal adalah: Imamiyah, Kisaniyah, Zaidiyah, Ismailiyah, Fatahiyah dan Ghulat.[6]
Abu al-Husain Mullathi, fakih Syafi'i abad ke- 4 H, dalam kitab al-Tanbih wa al-Radd 'ala Ahl al-Hawa wa Bid'ah, telah menghitung jumlah firkah Syiah sebanyak 18 firkah.[7] Abdul Qahir al-Baghdadi (w: 429 H), seorang fakih dan Mutakallim Syafi'i, dalam kitab al-Farq bain al-Firaq menyebutkan yang utama dari firkah-firkah Syiah adalah tiga firkah, yaitu Imamiyah, Kisaniyah dan Zaidiyah.[8] Syahrestani (W. 548 H) dalam kitab al-Milal wa al-Nihal menyebut Syiah terbagi atas lima firkah, yaitu Imamiyah, Zaidiyah, Kisaniyah, Ismailiyah, dan Ghulat.[9] Thabathabai (w: 1402 H) dalam kitab Syiah dar Islam, telah memperkenalkan tiga firkah Imamiyah, Ismailiyah dan Zaidiyah sebagai firkah utama Syiah.[10]
Faktor Pembentuk
Berbagai faktor turut berperan dalam terbentuknya berbagai firkah dalam mazhab Syiah, dan diantara faktor-faktor yang terpenting adalah sebagai berikut:
- Imamah: Menurut Rasul Ja'farian, persoalan Imamah dan perselisihan mengenai suksesi dan pengangkatan Imam adalah sumber pertama munculnya berbagai firkah dalam Syiah.[11] Sebagai contoh, lahirnya Kisaniyah sebagai salah satu firkah dari Syiah. Mereka meyakini bahwa imam setelah kesyahidan Imam Ali as bukanlah Imam Hasan al-Mujtaba as, melainkan Muhammad bin Hanafiyah.[12]
- Pengaruh keyakinan Ghuluw: Di masa periode kehidupan Imam Ali as dan para Imam maksum as lainnya dan bahkan pasca wafatnya mereka, sebagian kaum Syiah memandang mereka memiliki sifat ketuhanan dan mengaitkan atribut-atribut yang berlebihan kepada mereka, dan ini dengan sendirinya dalam sejarah Syiah melahirkan berbagai firkah-firkah ghulat dan para peneliti firkah-firkah menghubungkan firkah-firkah ini dengan Syiah.[13] Misalnya, firkah Sabaiyah, salah satu firkah Ghulat dan pengikut Abdullah bin Saba. Para pengikut firkah ini percaya bahwa Imam Ali as tidak mati dan tidak akan mati, tetapi suatu hari ia pasti akan datang dan setelah di muka bumi dipenuhi dengan kezaliman, ia menyebarkan keadilan.[14]
- Penyimpangan dalam menentukan figur al-Mahdi yang dijanjikan adalah salah satu faktor lain yang menyebabkan terciptanya berbagai firkah di Syiah selama tiga abad pertama.[15]
Firkah-firkah yang Masih Eksis
Firkah Imamiyah, Zaidiyah dan Ismailiyah dianggap sebagai firkah-firkah yang paling terkenal dan mash eksis hingga hari ini di dunia Syiah.[16]
Imamiyah
Imamiyah meyakini bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, Imam Ali as menjadi imam yang telah ditetapkan oleh Allah swt dan menjadi penerus langsung Nabi Muhammad saw. Setelahnya yang menjadi imam adalah Imam Hasan as dan kemudian Imam Husain as dan setelahnya sembilan keturunannya yaitu Imam Sajjad as, Imam Baqir as, Imam Shadiq as, Imam Kazhim as, Imam Ridha as, Imam Jawad as, Imam Hadi as, Imam Hasan Askari as dan Imam Mahdi as.[17]
Menurut Imamiyah, imam kedua belas, yaitu Imam Mahdi as, adalah pembimbing dan penyelamat yang hidup dalam kegaiban dan akan muncul di akhir zaman.[18] Imamiyah meyakini kemaksuman wajib ada pada para imam karena itu Imamiyah meyakini semua para imam adalah individu-individu yang maksum.[19] Menurut mereka, para imam adalah penafsir yang benar dari Al-Qur'an dan sunah Nabi saw.[20]
Ismailiyah
Ismailiyah menurut Muhammad Jawad Masykur (W. 1374 HS), seorang sejarawan dan profesor di Universitas Teheran, dalam buku Culture of Islamic Distinction, adalah nama sebuah firkah yang muncul setelah Imam Shadiq as yang meyakini keimamahan selanjutnya berada pada putra sulungnya yaitu Ismail bin Jafar atau cucunya Muhammad bin Ismail. Mereka percaya.[21] Pada awalnya, Ismailiyah dibagi menjadi dua kelompok: Ismailiyah Khash dan Ismailiyah 'Am.[22] Kelompok Ismailiyah Khash, percaya bahwa Ismail adalah seorang imam pada masa ayahnya namun kemudian gaib, dan dia menjadi imam ketujuh Syiah. Sementara Ismailiyah 'Am meyakini bahwa Ismail meninggal pada masa ayahnya dan sebelum kematiannya, ia menunjuk putranya Muhammad sebagai penggantinya.[23]
Thabathabai dalam kitabnya Syiah Dar Islam mengatakan bahwa kedua kelompok ini punah setelah beberapa saat dan kelompok lain yang percaya bahwa Ismail pada masa ayahnya, adalah seorang imam, dan setelah dia, imam tersebut diturunkan kepada putranya Muhammad bin Ismail dan kemudian kepada keturunannya, yang masih bertahan sampai sekarang dan masih memiliki pengikut.[24]
Dikatakan bahwa Ismailiyah memiliki jumlah pengikut terbesar setelah Imamiyah, dan telah terbagi menjadi beberapa sekte berbeda sepanjang sejarah dan tersebar di lebih dari 25 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Utara.[25]
Zaidiyah
Para pengikut Zaid bin Ali dan mereka yang mengimani keimamahannya,[26] dikatakan bahwa mereka meyakini Zaid bin Ali adalah Imam kelima.[27] Syekh Mufid (W. 413 H) pada bagian awal karya ilmiahnya mengatakan bahwa mereka percaya pada keimamahan Imam Ali as, Imam Hasan as, Imam Husain as dan kemudian mereka percaya pada keimamahan Zaid bin Ali.[28] Zaidiyah juga percaya bahwa Imam haruslah keturunan Sayidah Fatimah sa, sehingga siapa pun dari keturunan Sayidah Fatimah sa yang alim, berani dan murah hati serta berani bangkit melawan untuk membela kebenaran, maka dia adalah imam.[29]
Zaidiyah tidak meyakini maksumnya para imam dan juga tidak memiliki keyakinan tentang Raj'ah. Berbeda dengan kelompok Imamiyah yang meyakini adanya nash yang jelas mengenai suksesi Imam Ali as, mereka meyakini bahwa nash yang Nabi Muhammad saw menjelaskan mengenai Imam Ali adalah pesan rahasia, dan Imam Ali as, berdasarkan beberapa alasan, hanya menyampaikan dan menjelaskannya kepada beberapa sahabatnya yang khusus.[30]
Meskipun Zaidiyah meyakini Imam Ali as sebagai penerus langsung Nabi saw, namun mereka juga menerima kekhalifahan tiga khalifah sebelum Imam Ali as sebagai kebijakan yang benar dan sah.[31] Muhammad Jawad Masykur dalam kitab Farhang Firaq-e Islami memperkenalkan 16 sekte sebagai cabang dari Zaidiyah.[32] Tiga sekte Jarudiyah, Sulaimaniyah (pengikut Sulaiman bin Jarir) dan Butriyah (pengikut Hasan bin Saleh bin Hayyi) termasuk di antara sekte utama firkah Zaidiyah.[33]
Firkah-firkah yang Punah
Beberapa firkah Syiah terpenting yang pernah eksis di masa lalu namun kemudian punah adalah:
- Kisaniyah: Adalah kelompok Syiah yang percaya pada keimamahan Muhammad bin Hanafiyah.[34] Syahrestani dalam kitab al-Milal wa al-Nihal menyebutkan,setelah Muhammad bin Hanafiyah, terjadi perselisihan di antara para pengikutnya.[35] Beberapa percaya bahwa Muhammad bin Hanafiyah tidak mati. Dan dia akan kembali lagi dan menyebarkan keadilan di muka bumi.[36] Sebagian lainnya mengatakan bahwa ia wafat dan Imamah dipindahkan darinya kepada putranya Abu Hasyim.[37] Catatan Jawad Masykur menyebutkan, setelah Muhammad bin Hanafiyah, firkah Kisaniyah terpecah menjadi dua belas sekte,[38] yang kesemuanya menganut keyakinan keimamahan Muhammad bin Hanafiyah.[39] Beberapa sekte Kisaniyah dikenal sebagai sekte Ghulat antara lain: Hasyimiyah,[40] Karubiyah,[41] Hamziyah,[42] Bayaniyah,[43] dan Harbiyah.[44]
- Fatahiyah: Sebuah kelompok Syiah yang percaya setelah Imam Shadiq as keimamahan jatuh pada putranya yang bernama Abdullah al-Aftah.[45] Menurut catatan Syahristani, Abdullah meninggal 70 hari setelah kesyahidan Imam Shadiq as dan tidak meninggalkan anak.[46] Akibatnya, kepercayaan terhadap Imamah Abdullah Aftah juga berakhir dan sebagian besar pengikutnya percaya pada keimamahan Imam Musa al-Kazhim as.[47]
- Nawusiyah: Suatu firkah Syiah yang meyakini Imam Shadiq as masih tetap hidup dan dengan keyakinan ini mereka percaya bahwa Imam Shadiq as adalah al-Mahdi yang dijanjikan yang akan muncul di akhir zaman.[48]Konon Nawusiyah adalah pengikut Ajlan bin Nawus, seorang penduduk dari Basrah.[49]
- Waqifiyah: Satu kelompok Syiah yang meyakini keimamahan berhenti setelah Imam Musa al-Kazhim as, sehingga mereka mengingkari keimamahan putranya Imam Ali ar-Ridha as.[50] Dinukil dari Kitab Rijal al-Kasyi, ketika Imam Musa al-Kazhim dipenjara, beberapa sahabatnya memiliki harta dari bagian Imam, yang telah mereka ambil, dan ketika berita syahidnya Imam Musa Kazhim sampai kepada mereka, mereka menyangkal kesyahidannya serta keimamahan putranya, Imam Ridha as. Mereka meyakini keimamahan telah terhenti. Oleh karena itu, pengikut sekte ini disebut Waqifiyah.[51]
Firkah-firkah Ghulat
Kaum Ghulat adalah orang-orang yang mengaitkan ketuhanan atau kenabian kepada Imam Ali as dan keturunannya, serta mereka bertindak ekstrem dalam mendeskripsikannya.[52] Terdapat perbedaan pendapat terkait jumlah firkah-firkah Ghulat di dalam kitab-kitab pengenalan terhadap firkah-firkah. Jumlah sekte Ghulat yang paling sedikit disebutkan ada 9 dan yang jumlah terbesar dilaporkan ada 100 sekte.[53] Mereka telah melaporkan seratus di antaranya. Beberapa sekte Ghulat paling terkenal yang dinisbatkan kepada Syiah dan sekarang sudah punah adalah: Sabaiyah (pengikut Abdullah bin Saba), Bayaniyah, Khathabiyah, Basyiriyah, Mufawwidhah. dan Mughiriyah.[54]
Ali Allahi atau Ahl al-Haq adalah juga diantara salah satu dari firkah-firkah Ghulat Syiah. Sampai sekarang, beberapa pengikutnya tinggal di beberapa bagian Iran.[55] Dikatakan bahwa mereka percaya bahwa Allah swt telah memberikan kepemimpinan kepada para nabi, yaitu kenabian, dan sejak zaman Nabi Adam as dan berlanjut sampai Nabi Muhammad saw dan setelahnya sampai ke Imam Ali as dan kemudian ke para imam setelahnya sampai kepada Imam kedua belas.[56] Setelah kegaiban Imam ke- 12, disebutkan kepimpinan (Imamah) ini diberikan kepada para pengikut dan penganutnya yang datang silih berganti.[57]
Kelompok-kelompok yang Menyimpang pada Kegaiban Kecil
Naubakhti dalam kitab Firaq al-Syiah telah menyebutkan hanya dari setelah wafatnya Imam Hasan al-Askari as telah muncul 14 firkah Syiah yang disebabkan perselisihan dalam menentukan siapa imam setelahnya dan siapa Imam Mahdi afs yang dijanjikan.[58] Misalnya ada kelompok yang mengatakan bahwa Imam Hasan Askari tidak meninggal dan dia adalah juga Mahdi al-Qaim yang dinantikan.[59]
Ada juga yang mengatakan bahwa Imam Hasan Askari meninggal, tetapi karena dia tidak mempunyai anak laki-laki, setelah kematiannya, ia kelak akan hidup kembali dan ia adalah juga Mahdi Qaim yang sama.[60] Setelah kematian Imam Hasan Askari as, kelompok lain menyangkal keimamahan putranya Imam Mahdi afs dan mengatakan bahwa setelah Imam Hasan Askari as, saudaranya Ja'far yang menjadi Imam.[61] Syekh Mufid dalam kitab al-Fushul al-Mukhtarah yang menukil dari Naubakhti mengatakan dari ke 14 firkah ini, kecuali dari Imamiyah, semua firkah lainnya telah punah.[62]
Selain itu, orang-orang seperti Hasan Syari'i, Muhammad bin Nasir Numiyari, Ahmad bin Hilal Abartayi dan beberapa lainnya termasuk di antara kaum Syiah yang mengaku sebagai wakil Imam Mahdi as dan membentuk kelompok-kelompoknya sendiri, yang kesemuanya saat ini telah punah.[63]
Populasi dan Sebaran Geografis
Menurut laporan dalam buku Naqsye Jami'yat Musalmanan-e Jahan (Peta Populasi Muslim Dunia) (ditulis: 1393 HS), populasi kaum Syiah di dunia (Imamiyah, Ismailiyah dan Zaidiyah) diperkirakan lebih dari 300 juta orang, yang merupakan seperlima dari total populasi Muslim di dunia.[64] Menurut kantor berita BBC Persia pada tahun 2015, populasi Syiah Ismailiyah diperkirakan mencapai 15 juta orang, yang merupakan kurang dari sepuluh persen Syiah di dunia, dan sebagian besar dari mereka bermukim di India, Pakistan, Afghanistan, Tajikistan, dan sekitar 30.000 orang di Iran. Di Iran sendiri mereka tersebar di provinsi Khurasan, Kerman dan Markazi.[65] Dalam ensiklopedia Britannica di bawah entri "Syiah" disebutkan bahwa hanya Nazariyah, salah satu cabang Ismailiyah yang memiliki jumlah pengikut terbanyak, yaitu mempunyai populasi antara 5 sampai 15 juta orang.[66]
Dikatakan bahwa Zaidiyah adalah yang paling sedikit pengikutnya di antara firkah Syiah yang ada, dan sebagian besar dari mereka tinggal di Yaman sekarang (pada abad ke-15 H); sehingga jumlahnya mencapai setengah dari jumlah penduduk negara ini.[67] hlm. Beberapa dari mereka juga tinggal di Najran, sebuah wilayah di selatan Arab Saudi.[68] Di antara firkah Syiah yang ada, Imamiyah memiliki jumlah pengikut terbesar.[69] Dan kebanyakan dari mereka tinggal di negara-negara seperti: Iran, Irak, Pakistan dan Lebanon.[70]
Bibliografi
Beberapa karya yang ditulis secara mandiri dalam pengenalan firkah-firkah dalam Syiah adalah:
- Kitab Firaq al-Syiah karya Hasan bin Musa Naubakhti. Karya ini merupakan salah satu sumber identifikasi firkah-firkah Syiah hingga akhir abad 3 H. Dalam kitab ini, selain pengenalan firkah-firkah Syiah, juga dibahas secara detail mengenai beberapa firkah-firkah Islam lainnya. Dikatakan bahwa mengingat masa penulisnya sama dengan masa kegaiban Sughra dan perpecahan Syiah pada masa itu, karya ini dianggap sebagai salah satu sumber referensi pertama di bidang ini.[71]
- Kitab Asyenai ba Firaq-e Tasayyu (Pengenal terhadap Firkah-firkah Syiah) yang ditulis oleh Mehdi Farmanian. Kitab ini berisi pendahuluan dan dua puluh pelajaran pengenalan firkah-firkah Syiah, yang disusun sebagai diktat pelajaran. Juga, dua materi pembahasan lainnya dengan judul Firkah-firkah yang menyimpang dan bercabang dari mazhab Syiah dan Firkah-firkah Syiah berdasarkan kitab-kitab terkenal Milal dan Nihal telah dilampirkan di bagian akhir kitab ini.[72]
Catatan Kaki
- ↑ Farmaniyan, Āsyenai ba Firaq-e Syiah, hlm. 21-22.
- ↑ Guruh-e Tarikh va Firaq-e Tasyayu, universitas Adyan va Mazahib.
- ↑ Thabathabai, Syieh Dar Eslam, hlm. 60.
- ↑ Thabathabai, Syieh Dar Eslam, hlm. 61.
- ↑ Fazai, Tarikh-e Aqaid va Mazahib-e Syieh (bagian pendahuluan), hlm. 9.
- ↑ Khatibi Kusyak dan lain-lain, Farhangg-e Syieh, hlm. 358.
- ↑ Mulatha, al-Tanbih wa al-Rad, hlm. 16.
- ↑ Baghdadi, al-Firqu bain al-Firq, hlm. 38.
- ↑ Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 170.
- ↑ Thabathabai, Syieh dar Eslam, hlm. 61-62.
- ↑ Ja'farian, Athlas Syieh, hlm. 19.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 23.
- ↑ Ja'farian, Athlas Syieh, hlm. 19.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 22.
- ↑ Ja'farian, Athlas Syieh, hlm. 19.
- ↑ Thabathabai, Syieh dar Eslam, hlm. 61; Amin, Farhangnameh Firaqha-e Eslami, hlm. 25.
- ↑ Syekh Shaduq, al-I'tiqadat, hlm. 93; Allamah Hilli, Kasyf al-Murad, hlm. 397.
- ↑ Syekh Shaduq, al-I'tiqadat, hlm. 122; Fadhil Miqdad, Irsyad al-Thalibin, hlm. 377.
- ↑ Allamah Hilli, kasyf al-Murad, hlm. 364; Fadhil Miqdad, Irsyad al-Thalibin, hlm. 332 & 374-375.
- ↑ Untuk contoh silakan lihat ke: Kasyif al-Ghitha', Kasyf al-Ghitha' an Mubhamat al-Syariah al-Gharra' , jld. 1, hlm. 64.
- ↑ Masykur, Farhangg-e Firaq-e Eslami, hlm. 47.
- ↑ Masykur, Farhangg-e Firaq-e Eslami, hlm. 48.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 58; Masykur, Farhangg-e Firaq-e Eslami, hlm. 48.
- ↑ Thabathabai, Syieh dar Eslam, hlm. 62.
- ↑ Daftari, Tarikh va Aqaid-e Ismailiyeh, hlm. 11.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 58; Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 179.
- ↑ Thabathabai, Syieh dar Eslam, hlm. 62.
- ↑ Syekh Mufid, Awail al-Maqalat, hlm. 39.
- ↑ Syekh Mufid, Awail al-Maqalat, hlm. 39; Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 179.
- ↑ Masykur, Farhang-e Firaq-e Eslami, hlm. 215.
- ↑ Hamiduddin, al-Zaidiyah, hlm. 96; Masykur, Farhangg-e Firaq-e Eslami, hlm. 216.
- ↑ Masykur, Farhangg-e Firaq-e Eslami, hlm. 216.
- ↑ Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 183.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 23.
- ↑ Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 37.
- ↑ Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 37.
- ↑ Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 37.
- ↑ Masykur, Farhangg-e Firaq-e Eslam, hlm. 375.
- ↑ Baghdadi, al-Firqu bain al-Firq, hlm. 27.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 30-31; Asy'ari, Maqalat al-Islamiyin, hlm. 20.
- ↑ Khawarizmi, Mafatih al-Ulum, hlm. 49; Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 27.
- ↑ Asy'ari, Maqalat al-Islamiyin, hlm. 56.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 34; Baghdadai, al-Firqu bain al-Firq, hlm. 28; Muqrizi, al-Mawaizh wa al-I'tibar, jld. 4, hlm. 182.
- ↑ Asy'ari, al-Maqalat wa al-Firq, hlm. 28; Asy'ari, Maqalat al-Islamiyin, hlm. 22.
- ↑ Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 195-196.
- ↑ Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 196.
- ↑ Syekh Thusi, Ikhtiar Ma'rifah al-Rijal, jld. 2, hlm. 161.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 67; Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld.1, hlm. 197.
- ↑ Subhani, Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal, jld. 7, jlm. 52.
- ↑ Subhani, Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal, jld. 8, jlm. 379.
- ↑ Syekh Thusi, Ikhtiah Ma'rifah al-Rijal, jl. 1, hlm. 493.
- ↑ Syekh Mufid, Tashih al-I'tiqadat, hlm. 131.
- ↑ Untuk contoh silakan lihat ke Shafari Furusyani, Ghaliyan (Chavusyi dar Jaryanha va Barāyandeha), hlm. 61-62.
- ↑ Untuk contoh silakan lihat ke: Asy'ari, Maqalat al-Islamiyin, hlm. 15; Syahrestani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 210; Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 63 & 83.
- ↑ Masykur, Farhangg-e Firaq-e Eslami, hlm. 78.
- ↑ Masykur, Farhangg-e Firaq-e Eslami, hlm. 78-79.
- ↑ Masykur, Farhangg-e Firaq-e Eslami, hlm. 78-79.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 96.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 96.
- ↑ Naubakhti, Firq al-Syiah, hlm. 97.
- ↑ Naubakhti, Firaq al-Syiah, hlm. 97.
- ↑ Syekh Mufid, al-Fushul al-Mukhtarah, hlm. 321.
- ↑ Untuk contoh silakan lihat ke: Syekh Thusi, al-Ghaibah, hlm. 398-399; Shafari Furusyani, Ghaliyan (Chavusyi dar Jaryanha va Barāyandeha), hlm. 133-136.
- ↑ Taqi Zadeh Davari, Naqsye-e Jamiyat-e Musalmanan-e Jahan, hlm. 11.
- ↑ Syiayan-e Ismaili-e Iran; Aqaliyati be dur az Janjal, site bbc.com.
- ↑ Newman, Shiʿi, Britannica.
- ↑ Farmaniyan, Āsyenai ba Firaq-e Tasyayu' , hlm. 101.
- ↑ Farmaniyan, Āsyenai ba Firaq-e Tasyayu' , hlm. 101.
- ↑ Thabathabai, Syieh dar Eslam, hlm. 67.
- ↑ Newman, Shiʿi, Britannica.
- ↑ Masykur, Firq al-Syiah, (bagian kata pengantar), hlm. 9-10.
- ↑ Farmaniyan, Āsyenai ba Firaq-e Tasyayu' , hlm. 7-16.
Daftar Pustaka
- Allamah Hilli, Yusuf bin Muthahar. Kasyf al-Murad. Qom: Yayasan Penerbit Islami, 1413 H.
- Amin, Syarif Yahya. Farhangnameh Ferqehq-e Eslami. Penerjemah: Muhammad Rezha Muvahidi Teheran: Penerbit Baz, 1378 HS.
- Asy'ari Qumi, Sa'ad bin Abdullah. al-Maqalat wa al-Firq. Teheran: Perusahaan Penerbitan Ilmiah dan Kebudayaan, 1361 HS.
- Asy'ari, Abu al-Hasan. Maqalat al-Islamiyin wa Ikhtilaf al-Mushalin. Jerman: Frank-Walter Steinmeier, 1400 H.
- Baghdadi, Abdul Qahir. al-Firqu bain al-Firq. Mesir: Perpustakaan dan penerbit Muhammad Ali Shabih wa Auladuh, 1977 M.
- Daftari, Farhad. Tarikh va Aqaid-e Ismailiyeh. Penerjemah: Fridun Badreh-i, Farzon Ruz. Teheran: 1375 HS.
- Fadhil Miqdad, Miqdad bin Abdullah. Irsyad al-Thalibin ila Nahj al-Mustarsyidin. Qom: Perpustakaan Ayatullah Marasyi Najafi, 1405 H.
- Farmaniyan, Mahdi. Āsyenai ba Firaq-e Tasyayu' . Qom: Pusat Manajemen Hauzah Ilmiah Qom, 1387 HS.
- Fazai, Yusuf. Tarikh-e Aqaid va Mazahib-e Syieh. Teheran: Yayasan penerbit Athai, 1371 HS.
- Hamiduddin, Abdullah bin Muhammad. al-Zaidiyah. San'a: Pusat Studi dan Penelitian al-Raed, 1424 H.
- Ja'farian. Rasul. Athlas Syieh. Penerbit Organisasi Geigrafis Angkatan Bersenjata, cet. 1, 1387 HS.
- Kasyif al-Ghitha', Ja'far. Kasyf al-Ghitha' an Mubhammat al-Syariah al-Gharra' . Qom: Kantor Tablighat Islami Hauzah Ilmiah Qom, 1402 H.
- Khathibi Kusyak, Muhammad dan lain-lain. Farhangg-e Syieh. Qom: Zamzam Hedayat, 1386 HS.
- Khawarizmi, Muhammad bin Ahmad Yusuf. Mafatih al-Ulum. Beirut: Dar al-Kutub al-Arabi, tanpa tahun.
- Masykur, Muhammad Jawad. Farhangg-e Firaq-e Eslami. Masyhad: Āstan-e Quds Razavi, 1375 HS.
- Masykur, Muhammad Jawad. Firq al-Syiah (bagian kata pengantar). Teheran: Bunyad Farhangg-e Iran, 1353 HS.
- Mulatha Syafi'i, Muhammad bin Ahmad. al-Tanbih wa al-Rad. Kairo: Perpustakaan Madbuli, 1413 H.
- Muqrizi, Taqiyuddin. al-Mawaizh wa al-I'tibar fi dzikr al-Kutath wa al-Ātsar. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1418 H.
- Newman, Andrew J. Shiʿi. Britannica, Visited in, 25 February 2024.
- Naubakhti, Hasan bin Musa. Firq al-Syiah. Beirut: Penerbit Dar al-Adhwa, tanpa tahun.
- Shafari Furusyani, Ni'matullah. Ghaliyan (Chavusyi dar Jaryanha va Barāyandeha). Masyhad: Āstan-e Quds Razavi, 1378 HS.
- Site bbc.com. Syiayan-e Ismaili-e Iran; Aqaliyati be dur az Janjal. Diakses 29 Urdibehes 1394 HS, dilihat 25 Bahman 1402 HS.
- Site urd.ac.ir. Guruh-e Tarikh va Firaq-e Tasyayu' . Universitas Adyan va Mazahib, dilihat 14 Esfan 1402 HS.
- Subhani, Ja'far. Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal. Qom: Yayasan Imam Shadiq as, 1427 H.
- Syahrestani, Muhammad bin Abdul Karim. al-Milal wa al-Nihal. Qom: Penerbit Syarif Razhi, cet. 3, 1364 HS.
- Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. al-Fushul al-Mukhtarah. Qom: Kongres Syekh Mufid, cet. 1, 1413 H.
- Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Awail al-Maqalat fi al-Mazahib wa al-Mukhtarat. Teheran: Penerbit Universitas Teheran, tanpa tahun.
- Syekh Mufid, Muhammad bin Muhammad. Tashih al-I'tiqadat. Qom: Kongres Syekh Mufid, cet. 2, 1414 H.
- Syekh Shaduq, Muhammad bin Ali. al-I'tiqadat. Qom: Kongres Syekh Mufid, cet. 2, 1414 H.
- Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Ikhtiar Ma'rifah al-Rijal. Masyhad: Yayasan Penerbit Universitas Masyhad, cet. 1, 1409 H.
- Syekh Thusi, Muhammad bin Hasan. Kitab al-Ghaibah. Editor: Abdullah Tehrani dan Ali AHmad Nashih. Qom: Dar al-Ma'arif al-Islamiah, 1411 H.
- Taqi Zadeh Davari, Mahmud. Naqsye-e Jamiyat-e Musalmanan-e Jahan. Qom: Syieh Syenasi, 1393 HS.
- Thabathabi, Sayid Muhammad Husain. Syieh dar Eslam. Qom: Bustan-e Ketab, cet. 5, 1388 HS.