Lompat ke isi

Abu Ja'far Al-Isfahani Al-Karani

Dari wikishia

Abu Ja'far Al-Isfahani Al-Karani (212–310 HQ), lebih dikenal sebagai Ahmad bin Alawiyyah, adalah seorang penulis, penyair, dan muhaddits dari kalangan Syiah. Karya syair yang masih tersisa darinya adalah qasidah "Nuniyah", yang ditulis tentang Peristiwa Ghadir Khumm. Ketenarannya dalam hadis berasal dari riwayat karya-karya Ibrahim bin Muhammad Ats-Tsaqfi (wafat 283 HQ). Meskipun riwayatnya termasuk dalam beberapa kitab penting Syiah, seperti Kitab Arba'ah, dan Ibnu Dawud Al-Hilli menyebut namanya di antara ulama terpuji dari generasi akhir, ia tidak secara eksplisit disahkan (tawthiq) oleh para ahli biografi ulama.

Keturunan

Gelar "Karani" yang disebutkan dalam beberapa sumber[1] merujuk pada Karan, salah satu lingkungan kuno Isfahan.[2] Namun, dalam naskah saat ini dari Mu'jam Al-Udaba[3], yang menjadi referensi utama bagi sumber-sumber berikutnya, gelar tersebut tertulis sebagai "Kirmāni". Syekh Thusi menyebut bahwa ia dikenal dengan nama Ibn Aswad,[4] sedangkan Najasyi[5] mencatatnya sebagai Abu Al-Aswad.

Keilmuan

Ilmu Bahasa

Yaqut Al-Hamawi[6] mengutip Hamzah Al-Isfahani yang menyatakan bahwa Ahmad bin 'Alawiyyah sangat mahir dalam ilmu bahasa dan memiliki hubungan dekat dengan Abu Ali Hasan bin Abdullah Al-Lughdah atau Al-Lukdah (wafat 210 HQ), seorang ahli tata bahasa dan linguistik yang tinggal di Baghdad. Namun, pertemuannya dengan Al-Lughdah diragukan, karena tahun wafat Al-Lughdah menunjukkan bahwa mereka tidak mungkin bertemu.

Penulisan dan Puisi

Ahmad bin 'Alawiyyah awalnya bekerja sebagai guru sekolah dasar, tetapi kemudian meninggalkan profesi tersebut dan bergabung dengan lingkaran sastrawan Dalf bin Abi Dalf Al-'Ajli (wafat 265 HQ) dan Ahmad bin Abdul Aziz Al-'Ajli (wafat 280 HQ), dua penguasa besar Isfahan. Ia menjadi penulis dan penyair mereka, mengabdikan pengetahuan dan sastranya untuk melayani mereka.[7] Misalnya, ketika Al-Muwaffaq Al-Abbasi mengirim utusan dari Baghdad kepada Ahmad bin Abdul Aziz Al-'Ajli dengan permintaan agar sebagian pasukannya dikirim untuk membantu, Ahmad bin 'Alawiyyah menanggapi surat itu dengan bait-bait sindiran.[8]

Karya-karya

Karya puisi yang masih tersisa darinya adalah "Nuniyah", yang ditulis tentang Peristiwa Ghadir Khumm. Qasidah ini dikenal dengan nama "Al-Alfiyah" dan "Al-Muhbarah"[9] dan terdiri dari sekitar 830 bait.[10] Lebih dari 200 bait dari qasidah ini dimuat dalam berbagai bagian kitab Manaqib karya Ibnu Syahr Asyub.[11] Muhsin Amin mengumpulkan bait-bait tersebar dari Manaqib Ibnu Syahr Asyub ke dalam A'yān Asy-Syi'ah.[12]

Yaqut Al-Hamawi juga mencatat bait-bait lain dari Ahmad bin 'Alawiyyah:

  • 6 bait pilihan dari qasidah yang memuji Ahmad bin Abdul Aziz Al-'Ajli,
  • 3 bait tentang sindiran terhadap pemain seruling bernama Hamdan,
  • 2 bait tentang musik,
  • 4 bait tentang nasihat,
  • 2 bait tentang penderitaan tua,
  • 3 bait tentang sindiran terhadap Al-Muwaffaq Al-Abbasi.[13]

Ibnu Nadhim juga menyebutkan koleksi puisi Ahmad bin 'Alawiyyah sebanyak 50 lembar, yang kemungkinan merupakan Diwan-nya.[14] Selain itu, Yaqut[15] menyebut sebuah risalah berjudul Risalah Fi Asy-Syaib wa Al-Khasāb yang dikaitkan dengannya. Perlu dicatat bahwa Ahmad bin 'Alawiyyah menciptakan doa-doa dalam gaya doa tradisional, dan Yaqut menyebutkan setidaknya 8 di antaranya.[16] Najasyi[17] juga menyebut sebuah karyanya berjudul Al-I'tiqād fi Al-Ad'iyyah, dan Thusi[18] menyebut Doa Al-I'tiqād sebagai salah satu tulisannya. Muhammad Taqi Majlisi menganggap Doa Al-I'tiqād miliknya mungkin identik dengan Doa 'Adilah.[19] Muhsin Amin[20] juga menganggap kitab Al-I'tiqād yang disebutkan sebagai salah satu referensi Kaf'ami dalam Al-Buldah Al-Amin sebagai Doa Al-I'tiqād Ahmad bin 'Alawiyyah.[21]

Status Periwayatan

Popularitasnya dalam hadis berasal dari riwayat karya-karya Ibrahim bin Muhammad Ats-Tsaqfi (wafat 283 HQ). Riwayatnya termasuk dalam beberapa kitab penting Syiah, termasuk Kitab Arba'ah. Para ahli biografi ulama generasi awal seperti Najasyi dan Syekh Thusi hanya menyebut namanya tanpa memberikan pernyataan yang menunjukkan tawthiq atau pelemahan terhadapnya. Namun, Ibnu Dawud Al-Hilli dari generasi akhir menyebut namanya di antara ulama terpuji.[22] Dalam beberapa penelitian modern, ada indikasi yang dapat disimpulkan bahwa ia adalah orang yang tepercaya (mu'tabar). Beberapa indikasi tersebut meliputi: Nama Ahmad bin Alawiyyah muncul dalam sanad Kamil Az-Ziyarat, dan karena Ibnu Quluwaih telah mengesahkan sanad Kamil Az-Ziyarat, maka ia juga dianggap tepercaya. Para muhaddits besar Qom, seperti Muhammad bin Hasan bin Walid,[23] Sa'd bin Abdullah Al-Ash'ari,[24] meriwayatkan hadis darinya. Mengingat para muhaddits Qom sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadis dari orang yang lemah, hal ini menjadi indikasi kuat bahwa ia tepercaya.[25]

Catatan Kaki

  1. Safadi, Jilid 7, hal. 253; Suyuthi, Jilid 1, hal. 336.
  2. Lihat: Sam'ani, Jilid 5, hal. 45; Khwansari, Jilid 1, hal. 211.
  3. Yaqut, Jilid 4, hal. 72.
  4. Lihat: Rijal, hal. 447; Al-Fihrist, hal. 18.
  5. Najasyi, hal. 18.
  6. Yaqut, Jilid 4, hal. 72.
  7. Yaqut, Jilid 4, hal. 72–73.
  8. Yaqut, Jilid 4, hal. 76–77. Lihat juga: Tha'alibi, Jilid 4, hal. 295.
  9. Ibnu Syahr Asyub, Ma'ālim, hal. 23.
  10. 'Allamah Al-Hilli, hal. 34. Lihat juga: Yaqut, Jilid 4, hal. 76.
  11. Manaqib, Jilid 2, hal. 61, berbagai tempat. Lihat juga: Amini, Jilid 3, hal. 348.
  12. A'yān Asy-Syi'ah, Jilid 3, hal. 23–26.
  13. Yaqut, Jilid 4, hal. 73–77. Lihat juga: Nawaiyri, Jilid 10, hal. 122–123, yang mencantumkan 10 bait tambahan dari puisinya.
  14. Ibnu Nadhim, hal. 192. Lihat juga: GAS, II/634.
  15. Yaqut, Jilid 4, hal. 73.
  16. Yaqut, Jilid 4, hal. 73.
  17. Najasyi, hal. 88.
  18. Rijal, hal. 448.
  19. Lihat: Majlisi, Jilid 14, hal. 37; Nuri, Jilid 1, hal. 93.
  20. Amin, Jilid 3, hal. 22.
  21. Lihat juga: Agha Buzurg, Jilid 2, hal. 224.
  22. Ibn Dawud Al-Hilli, hal. 34.
  23. Thusi, Rijal, hal. 447.
  24. Mufid, hal. 154.
  25. Al-Ghadir, Jilid 3, hal. 348.

Daftar Pustaka

  • Agha Buzurg, Az-Zari'ah.
  • Allamah Al-Hilli, Hasan, Ishbah Al-Asybah, disunting oleh Muhammad Hasun, Qom, 1411 HQ.
  • Amin, Muhsin, A'yān Asy-Syi'ah, Beirut, 1403 HQ.
  • Amini, Abdul Husain, Al-Ghadir, Beirut, 1403 HQ/1983 M.
  • Ibnu Babawaih Muhammad, Masyikhah Al-Faqih, bersama Jilid 4 Faqih Man La Yahduruhu Al-Faqih, disunting oleh Hasan Musawi Khursan, Beirut, 1401 HQ/1981 M.
  • Ibnu Dawud Al-Hilli, Hasan, Rijal, disunting oleh Jalaluddin Muhaqqiq Armoi, Teheran, 1342 HS.
  • Ibnu Quluwaih, Ja'far, Kamil Az-Ziyarat, Najaf, 1356 HQ.
  • Ibnu Nadhim, Al-Fihrist.
  • Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Al Abi Thalib, Qom, Percetakan Ilmiyyah.
  • Ibnu Syahr Asyub, Muhammad, Ma'ālim Al-'Ulama', disunting oleh Muhammad Shadiq Al-Bahrul Ulum, Najaf, 1380 HQ/1961 M.
  • Khwansari, Muhammad, Rawdat Al-Jinan, Qom, 1390 HQ.
  • Kulaini, Muhammad, Al-Kafi, disunting oleh Ali Akbar Ghaffari, Teheran, 1367 HS.
  • Majlisi, Muhammad Taqi, Rawdat Al-Muttaqin, Qom, 1399 HQ.
  • Mamaqani, Abdullah, Tanqih Al-Maqal, Najaf, 1352 HQ.
  • Mufid, Muhammad, Al-Amali, disunting oleh Ustadz Wali dan Ghaffari, Qom, 1403 HQ.
  • Najasyi, Ahmad, Rijal, disunting oleh Musa Syabiri Zanjani, Qom, 1407 HQ.
  • Nawairi, Ahmad, Nihayat Al-Arab, Kairo, Al-Muassasah Al-Misriyyah Al-'Ammah.
  • Nuri, Husain, Mustadrak Al-Wasail, Qom, 1382 HQ.
  • Safadi, Khalil, Al-Wafi bi Al-Wafayat, disunting oleh Ihsan Abbas, Beirut, 1402 HQ/1982 M.
  • Sam'ani, Abdul Karim, Al-Ansab, Beirut, 1408 HQ/1988.
  • Suyuthi, Bughiyat Al-Wu'at, disunting oleh Muhammad Abu Al-Fadhl Ibrahim, Kairo, 1384 HQ/1964 M.
  • Tha'alibi, Abdul Malik, Yatimah Ad-Dahr, Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah.
  • Thusi, Muhammad, Al-Fihrist, Masyhad, 1351 HS.
  • Thusi, Muhammad, Rijal, Najaf, 1380 HQ/1961 M.
  • Thusi, Muhammad, Tahdzib Al-Ahkam, disunting oleh Hasan Musawi Khursan, Beirut, 1401 HQ/1981 M.
  • Yaqut, Udaba.

Pranala Luar

Templat:Penyair Syiah