Lompat ke isi

Ismail bin Imam Ja'far Shadiq as: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hinduwan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 34: Baris 34:
  | Masa Hidup =  
  | Masa Hidup =  
}}
}}
'''Ismail bin Ja'far''' (bahasa Arab: {{ia|اسماعيل‌ بن‌ جعفر}}) (w. 143 atau 145 H) adalah putra sulung [[Imam Ja'far Shadiq as]] yang oleh Ismailiyah dia atau Muhammad putranya diakui sebagai imam setelah Imam Shadiq as. Namun bagi Imamiyah dan juga berdasarkan sejumlah hadis dari Nabi Muhammad saw bahwa Musa bin Ja'far as lah yang menjadi imam setelah Imam Ja'far Shadiq as. Keyakinan pada keimamahan Ismail mengawali perpecahan dan terpisahnya para pengikut Ismail dari Imamiyah yang kemudian dikenal dengan nama firqah Ismailiyah.
'''Ismail bin Ja'far''' (bahasa Arab: {{ia|اسماعيل‌ بن‌ جعفر}}) (w. 143 atau 145 H) adalah putra sulung [[Imam Ja'far Shadiq as]] yang oleh [[Ismailiyah]] dia atau Muhammad putranya diakui sebagai imam setelah Imam Shadiq as. Namun bagi [[Imamiyah]] dan juga berdasarkan sejumlah hadis dari [[Nabi Muhammad saw]] bahwa Musa bin Ja'far as lah yang menjadi imam setelah Imam Ja'far Shadiq as. Keyakinan pada keimamahan Ismail mengawali perpecahan dan terpisahnya para pengikut Ismail dari Imamiyah yang kemudian dikenal dengan nama firqah Ismailiyah.


Mengenai kepribadian Ismail terdapat perbedaan pendapat. Sebagian dengan bersandar pada riwayat meyakini ia memiliki hubungan dengan Syiah Ghulat. Namun [[Ayatullah Khui]] dengan memperhatikan riwayat tersebut dan kaitannya dengan riwayat lain, menyebutkan bahwa Ismail adalah seorang yang mulia dan mendapatkan belas kasihan ayahnya.
Mengenai kepribadian Ismail terdapat perbedaan pendapat. Sebagian dengan bersandar pada riwayat meyakini ia memiliki hubungan dengan Syiah Ghulat. Namun [[Ayatullah Khui]] dengan memperhatikan riwayat tersebut dan kaitannya dengan riwayat lain, menyebutkan bahwa Ismail adalah seorang yang mulia dan mendapatkan belas kasihan ayahnya.


Ismail pada periode kehidupan Imam Shadiq as meninggal dunia dan dimakamkan di [[Pemakaman Baqi]]. Imam Shadiq as turut dalam prosesi penyelanggaraan pemakaman jenasahnya yang dilakukannya secara terbuka dengan maksud untuk disaksikan banyak orang agar syubhat keimamahan dan kebangkitannya menjadi hilang. Demikian pula sesuai dengan riwayat mengenai waktu kematiannya menjadi bantahan pada sebagian Syiah yang meyakininya sebagai imam, bahwa dengan kematiannya dimasa Imam Shadiq as masih hidup menunjukkan bahwa ia bukan imam pelanjut Imam Shadiq as.
Ismail meninggal dunia pada periode kehidupan Imam Shadiq as dan dimakamkan di [[Pemakaman Baqi]]. Imam Shadiq as turut dalam prosesi pemakaman jenazahnya yang dilakukannya secara terbuka dengan maksud untuk disaksikan banyak orang agar syubhat keimamahan dan kebangkitannya menjadi hilang. Demikian pula sesuai dengan riwayat mengenai waktu kematiannya menjadi bantahan terhadap sebagian Syiah yang meyakininya sebagai imam, bahwa dengan kematiannya dimasa Imam Shadiq as masih hidup menunjukkan bahwa ia bukan imam pelanjut Imam Shadiq as.


==Kehidupan dan Keluarga==
==Kehidupan dan Keluarga==
Ismail adalah putra Imam Shadiq as hasil dengan pernikahannya dengan Fatimah cucu Imam Sajjad as.<ref>Syekh Mufid, ''Al-Irsyād,'' jld. 2, hlm. 209.</ref> Tanggal kelahirannya tidak ditemukan dalam catatan sejarah. Namun dengan bersandar pada tahun kelahiran Imam Kazhim as pada tahun 127 H<ref>Thabari, ''Dalā'il Al-Imāmah'', hlm. 303.</ref> atau 128 H<ref>Thabrisi, ''A'lām Al-Warā'', jld. 2, hlm. 6.''</ref> dengan perbedaan usia sebanyak 25 tahun antara Imam Kazhim as dengan Ismail<ref>Abu Hatim Razi, ''Az-Zīnah'', hlm. 288, berdasarkan penukilan Habibi Madzhairi, ''Ismā'īl bin Ja'far'', hlm. 648.</ref> maka diperkirakan ia lahir pada tahun-tahun awal abad kedua [[Hijriyah]].<ref>Habibi Madzhahiri, ''Dāyiratu Al-Ma'ārif Buzurg-e Eslāmi'', jld. 8, hlm. 684.</ref>
Ismail adalah putra Imam Shadiq as hasil dengan pernikahannya dengan Fatimah cucu Imam Sajjad as.<ref>Syekh Mufid, ''Al-Irsyād,'' jld. 2, hlm. 209.</ref> Tanggal kelahirannya tidak ditemukan dalam catatan sejarah. Namun dengan bersandar pada tahun kelahiran Imam Kazhim as pada tahun 127 H<ref>Thabari, ''Dalā'il Al-Imāmah'', hlm. 303.</ref> atau 128 H<ref>Thabrisi, ''A'lām Al-Warā'', jld. 2, hlm. 6.''</ref> dengan perbedaan usia sebanyak 25 tahun antara Imam Kazhim as dengan Ismail<ref>Abu Hatim Razi, ''Az-Zīnah'', hlm. 288, berdasarkan penukilan Habibi Madzhairi, ''Ismā'īl bin Ja'far'', hlm. 648.</ref> maka diperkirakan ia lahir pada tahun-tahun awal abad kedua [[Hijriyah]].<ref>Habibi Madzhahiri, ''Dāyiratu Al-Ma'ārif Buzurg-e Eslāmi'', jld. 8, hlm. 684.</ref>


Ali bin Muhammad Alawi ‘Amri menyebut tahun wafatnya Ismail adalah 138 H.<ref>Umari, ''Al-Majdī'', jld. 1, hlm. 100.</ref> Sementara menurut Tabari, penulis kitab Tarikh Tabari ia masih hidup pada tahun 140 H.<ref>Thabari, ''Tārīkh Al-Umam wa Al-Mulūk'', jld. 7, hlm. 524.</ref> Tahun-tahun 143 H<ref>Zirikli, ''Al-A'lām'', jld. 1, hlm. 311.</ref> dan 145 H<ref>Subhani, ''Farhangg-e Aqayed Wa Mazaheb-e Eslami'', jld. 7, hlm. 296.</ref> disebut-sebut sebagai tahun-tahun kematian Ismail.  
Ali bin Muhammad Alawi 'Amri menyebut tahun wafatnya Ismail adalah 138 H.<ref>Umari, ''Al-Majdī'', jld. 1, hlm. 100.</ref> Sementara menurut Tabari, penulis kitab Tarikh Tabari ia masih hidup pada tahun 140 H.<ref>Thabari, ''Tārīkh Al-Umam wa Al-Mulūk'', jld. 7, hlm. 524.</ref> Tahun-tahun 143 H<ref>Zirikli, ''Al-A'lām'', jld. 1, hlm. 311.</ref> dan 145 H<ref>Subhani, ''Farhangg-e Aqayed Wa Mazaheb-e Eslami'', jld. 7, hlm. 296.</ref> disebut-sebut sebagai tahun-tahun kematian Ismail.  


Keturunan Ismail berlanjut melalui putranya Muhammad dan Ali.<ref>Fakhrurrazi, ''Asy-Syajarah Al-Mubārakah'', hlm. 101.</ref> Muhammad memiliki dua putra dengan nama Ismail Tsani dan Ja'far Akbar.<ref>Fakhrurrazi, ''Asy-Syajarah Al-Mubārakah'', hlm. 101.</ref> Sementara keturunan Ali bin Ismail dilanjutkan oleh putranya yang bernama Muhammad.<ref>Fakhrurrazi, ''Asy-Syajarah Al-Mubārakah'', hlm. 103.</ref>
Keturunan Ismail berlanjut melalui putranya Muhammad dan Ali.<ref>Fakhrurrazi, ''Asy-Syajarah Al-Mubārakah'', hlm. 101.</ref> Muhammad memiliki dua putra dengan nama Ismail Tsani dan Ja'far Akbar.<ref>Fakhrurrazi, ''Asy-Syajarah Al-Mubārakah'', hlm. 101.</ref> Sementara keturunan Ali bin Ismail dilanjutkan oleh putranya yang bernama Muhammad.<ref>Fakhrurrazi, ''Asy-Syajarah Al-Mubārakah'', hlm. 103.</ref>


Anak cucu Ismail kemudian tersebar dibanyak daerah seperti Khurasan, Naisyabur, Samara<ref>Bukhari, ''Sirr al-Silsilah al-'Alawiyyah'', hlm. 36.</ref>, Damaskus<ref>Al-Hamawi, ''Mu'jam Al-Buldān'', jld. 2, hlm. 469.</ref>, Mesir<ref>Al-Hamawi, ''Mu'jam Al-Buldān'', jld. 5, hlm. 142.</ref>, Ahwaz, Kufah, Baghdad<ref>Alawi, ''al-Majdī'', hl,. 103.</ref>. Yaman<ref>Dzahabi, ''Tārīkh al-Islām'', jld. 20, hlm. 37.</ref>, Shaur<ref>Dzahabi, ''Tārīkh al-Islām'', jld. 30, hlm. 309.</ref> Halb<ref>Dzahabi, ''Tārīkh al-Islām'', jld. 14, hlm. 40.</ref> dan Qom<ref>Lihat Nuri, ''Khātimah al-Mustadrak'', jld. 4, hlm. 485.</ref>.
Anak cucu Ismail kemudian tersebar dibanyak daerah seperti Khurasan, Nisyabur, Samara<ref>Bukhari, ''Sirr al-Silsilah al-'Alawiyyah'', hlm. 36.</ref>, Damaskus<ref>Al-Hamawi, ''Mu'jam Al-Buldān'', jld. 2, hlm. 469.</ref>, Mesir<ref>Al-Hamawi, ''Mu'jam Al-Buldān'', jld. 5, hlm. 142.</ref>, Ahwaz, Kufah, Baghdad<ref>Alawi, ''al-Majdī'', hl,. 103.</ref>. Yaman<ref>Dzahabi, ''Tārīkh al-Islām'', jld. 20, hlm. 37.</ref>, Shaur<ref>Dzahabi, ''Tārīkh al-Islām'', jld. 30, hlm. 309.</ref> Halb<ref>Dzahabi, ''Tārīkh al-Islām'', jld. 14, hlm. 40.</ref> dan Qom<ref>Lihat Nuri, ''Khātimah al-Mustadrak'', jld. 4, hlm. 485.</ref>.


==Kepribadian==
==Kepribadian==
Menurut Ayatullah Khui ahli rijal Syiah (1278-1371 HS) mengenai sosok Ismail terdapat dua jenis riwayat. Dalam beberapa riwayat, ia dipuji dan di riwayat lain disebutkan kesalahan-kesalahannya.<ref>Lihat Khu'i, ''Mu'jam Rijāl al-Hadīts'', jld. 3, 124-127.</ref> Berdasarkan riwayat yang kesalahan-kesalahannya disebutkan ia disebut menjalin hubungan dengan Syiah Ghulat seperi Mufadhal bin Umar dan Bassam Shairafi yang dengan adanya hubungan tersebut ia mendapat kecaman dari Imam Shadiq as.<ref>Kissyi, ''Rijāl Al-Kissyī'', hlm. 245; Khu'i, ''Mu'jam Rijāl Al-Hadīts'', jld. 3, hlm. 125.</ref> Begitu juga ia disebut pulang pergi ke tempat pesta yang menyebabkan keraguan tentang otoritas moralnya.<ref>Lihat Shaduq, ''Kamāl al-Dīn'', jld. 1, hlm. 70.</ref> Ayatullah Khui menyebut riwayat-riwayat mengenai kesalahan Ismail memiliki cacat dan kelemahan pada sanadnya sehingga tidak diterima. Sementara riwayat yang memujinya lebih bisa diterima yang dimana pada riwayat-riwayat tersebut disebutkan Ismail adalah sosok yang memiliki kepribadian yang mulia dan mendapatkan belas kasihan ayahnya.<ref>Khu'i, ''Mu'jam Rijāl Al-Hadīts'', jld. 3, 127.</ref>
Menurut Ayatullah Khui ahli rijal [[Syiah]] (1278-1371 HS) mengenai sosok Ismail terdapat dua jenis riwayat. Dalam beberapa riwayat, ia dipuji dan di riwayat lain disebutkan kesalahan-kesalahannya.<ref>Lihat Khu'i, ''Mu'jam Rijāl al-Hadīts'', jld. 3, 124-127.</ref> Berdasarkan riwayat yang kesalahan-kesalahannya disebutkan ia disebut menjalin hubungan dengan Syiah Ghulat seperi Mufadhal bin Umar dan Bassam Shairafi yang dengan adanya hubungan tersebut ia mendapat kecaman dari Imam Shadiq as.<ref>Kissyi, ''Rijāl Al-Kissyī'', hlm. 245; Khu'i, ''Mu'jam Rijāl Al-Hadīts'', jld. 3, hlm. 125.</ref> Begitu juga ia disebut pulang pergi ke tempat pesta yang menyebabkan keraguan tentang otoritas moralnya.<ref>Lihat Shaduq, ''Kamāl al-Dīn'', jld. 1, hlm. 70.</ref> Ayatullah Khui menyebut riwayat-riwayat mengenai kesalahan Ismail memiliki cacat dan kelemahan pada sanadnya sehingga tidak diterima. Sementara riwayat yang memujinya lebih bisa diterima yang dimana pada riwayat-riwayat tersebut disebutkan Ismail adalah sosok yang memiliki kepribadian yang mulia dan mendapatkan belas kasihan ayahnya.<ref>Khu'i, ''Mu'jam Rijāl Al-Hadīts'', jld. 3, 127.</ref>


Namun diluar itu, sebagian menyebutkan Ismail memiliki hubungan dengan Khattabiyah yang memiliki peran dalam pembentukan sekte Ismailiyah. Menurut mereka Abu al-Khattab dan Ismail pada masa hidup Imam Shadiq as saling bantu membantu untuk membangun pondasi akidah yang membentuk asas Ismailiyah.<ref>Lewis, ''The Origin Of Isma'ilism'', hlm. 42, berdasarkan penukilan Habibi Madzhahiri, ''Ismā'īl bin Ja'far'', jld. 9, hlm. 650.</ref> Dikatakan tidak ditemukan adanya dalil dan hujjah dari klaim tersebut.<ref>Habibi Madzhahiri, ''Dāyiratu Al-Ma'ārif Buzurg-e Eslami'', jld. 9, hlm. 650.</ref>. Begitu juga Louis Massignon ahli Islam dari Prancis menganggap Abu al-Khattab sebagai bapak spiritual Ismail.<ref>Lihat Al-Badawi, ''Syakhshiyāt Qaliqah,'' hlm. 19, berdasarkan penukilan Habibi Madzhahiri, ''Dāyiratu Al-Ma'ārif Buzurg-e Eslami'', jld. 9, hlm. 649.</ref> Akan tetapi Qadhi Nu'man salah seorang fakih Ismailiyah (283 - 363 H) tidak mengakui adanya peran Abu al-Khattab dalam pembentukan Ismailiyah dan menyebutnya sebagai ahli bid'ah yang mendapat laknat dari Imam Shadiq as.<ref>Qadhi Nu'man, ''Da'ā'im Al-Islām'', jld. 1, hlm. 49-50.</ref>
Namun diluar itu, sebagian menyebutkan Ismail memiliki hubungan dengan Khattabiyah yang memiliki peran dalam pembentukan sekte Ismailiyah. Menurut mereka Abu al-Khattab dan Ismail pada masa hidup Imam Shadiq as saling bantu membantu untuk membangun pondasi akidah yang membentuk asas Ismailiyah.<ref>Lewis, ''The Origin Of Isma'ilism'', hlm. 42, berdasarkan penukilan Habibi Madzhahiri, ''Ismā'īl bin Ja'far'', jld. 9, hlm. 650.</ref> Dikatakan tidak ditemukan adanya dalil dan hujjah dari klaim tersebut.<ref>Habibi Madzhahiri, ''Dāyiratu Al-Ma'ārif Buzurg-e Eslami'', jld. 9, hlm. 650.</ref>. Begitu juga Louis Massignon ahli Islam dari Prancis menganggap Abu al-Khattab sebagai bapak spiritual Ismail.<ref>Lihat Al-Badawi, ''Syakhshiyāt Qaliqah,'' hlm. 19, berdasarkan penukilan Habibi Madzhahiri, ''Dāyiratu Al-Ma'ārif Buzurg-e Eslami'', jld. 9, hlm. 649.</ref> Akan tetapi Qadhi Nu'man salah seorang fakih Ismailiyah (283 - 363 H) tidak mengakui adanya peran Abu al-Khattab dalam pembentukan Ismailiyah dan menyebutnya sebagai ahli bid'ah yang mendapat laknat dari Imam Shadiq as.<ref>Qadhi Nu'man, ''Da'ā'im Al-Islām'', jld. 1, hlm. 49-50.</ref>
Pengguna anonim