Pengguna anonim
Abu Bakar bin Abi Quhafah: Perbedaan antara revisi
→Penentuan Penerus
imported>Hindr |
imported>E.amini |
||
Baris 266: | Baris 266: | ||
==Penentuan Penerus== | ==Penentuan Penerus== | ||
Keterangan-keterangan terkait pemilihan dan pelantikan Umar sebagai penerus, tidak sama seperti keterangan-keterangan pada saat itu. Walaupun dalam kebanyakan hadis ini terdapat ucapan dari konfirmasi Abu Bakar dengan sebagian sahabat seperti [[Abdurrahman bin Auf]] dan [[Sa'ad bin Abi Waqqash]] yang lainnya dan juga istri dan anaknya [[Aisyah]] dan putra-putranya. Dari sekumpulan riwayat ini secara jelas dapat dilihat bahwa Abu bakar sudah memutuskan pelantikan atas Umar untuk menjadi penerusnya; karena semua protes para penasehatnya berkenaan Umar, dijawabnya dengan penolakan.<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-192; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428; Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.425 .</ref> Bukti-bukti lainnya juga yang menunjukkan bahwa Abu bakar sejak dulu memiliki niat demikian, yaitu: | Keterangan-keterangan terkait pemilihan dan pelantikan Umar sebagai penerus, tidak sama seperti keterangan-keterangan pada saat itu. Walaupun dalam kebanyakan hadis ini terdapat ucapan dari konfirmasi Abu Bakar dengan sebagian sahabat seperti [[Abdurrahman bin Auf]] dan [[Sa'ad bin Abi Waqqash]] yang lainnya dan juga istri dan anaknya [[Aisyah]] dan putra-putranya. Dari sekumpulan riwayat ini secara jelas dapat dilihat bahwa Abu bakar sudah memutuskan pelantikan atas Umar untuk menjadi penerusnya; karena semua protes para penasehatnya berkenaan Umar, dijawabnya dengan penolakan.<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-192; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428; Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.425 .</ref> Bukti-bukti lainnya juga yang menunjukkan bahwa Abu bakar sejak dulu memiliki [[niat]] demikian, yaitu: | ||
* [[Peristiwa Saqifah]] dan usulannya untuk kekhalifahan Umar. | * [[Peristiwa Saqifah]] dan usulannya untuk kekhalifahan Umar. | ||
* Menyerahkan kepemimpinan [[salat]] dan perkara pengadilan kepada Umar. Menurutnya salah satu dari dalil-dalil penting akan keutamaan dari yang lainnya adalah kepemimpinan terhadap masyarakat. | * Menyerahkan kepemimpinan [[salat]] dan perkara pengadilan kepada Umar. Menurutnya salah satu dari dalil-dalil penting akan keutamaan dari yang lainnya adalah kepemimpinan terhadap masyarakat. | ||
Baris 272: | Baris 272: | ||
Menurut keterangan Thabari <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 429.</ref> dan Ibnu Hibban <ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192.</ref> Abu Bakar secara pribadi memanggil [[Utsman]] dan berkata: "Tulislah: dengan nama [[Allah swt|Allah]] yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini adalah perjanjian Abu bakar bin Abi Quhafah dengan kaum [[muslimin]], amma ba'd…" Abu Bakar dalam keadaan itu dan di tempat itu hilang kesadarannya dan pingsan, kemudian Utsman atas inisiatif dirinya, ia menulis: "Amma ba'du, aku melantik [[Umar bin Khattab]] sebagai penerusku atas kalian dan aku tidak meninggalkan apa-apa atas kalian kecuali keinginan dalam kebaikan". Ketika Abu Bakar siuman, ia berkata: "Bacalah untukku!". kemudian Utsman membaca apa yang ia tulis. Abu Bakar karena mendengar nama Umar, langsung mengucapkan takbir dan berkata: "Apakah kamu takut jika dalam ketidaksadaranku aku meninggal, dan masyarakat saling berselisih?" Utsman menjawab: "Iya". Dalam riwayat-riwayat Ya'qubi<ref> ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.136, 138.</ref> dan Ibnu Qutaibah<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> tidak ada ucapan tentang ketidaksadaran Abu Bakar dan teks surat perjanjian Abu Bakar dalam dua riwayat ini berbeda dengan sumber-sumber lainnya dan satu dengan yang lainnya juga memiliki perbedaan yang sangat banyak. Teks ini dalam riwayat Ibnu Qutaibah lebih rinci dan mengandung poin ini bahwa aku tidak gaib, dugaan dan harapanku adalah dia seorang yang adil, jika yang nyata adalah sebaliknya (Allah Maha Mengetahui) bahwa aku berniat baik.<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19; lihat juga: Mubarrad, jld.1, hlm.17, dekat dengan kandungan ini.</ref> Ibnu Hibban memuat riwayat dalam bukunya bahwa Abu bakar setelah mendengar teks surat perjanjian dari mulut Utsman dia mendoakannya dan kemudian mengangkat kedua tangnnya ke langit dan berkata: "Ya Allah, tanpa ada perintah dari Nabi-Mu, aku telah memberikannya kekuasaan dan dalam hal ini aku tidak bermaksud apapun kecuali kemaslahatan umat dan pencegahan dari timbulnya fitnah". <ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> Aku ber[[ijtihad]] dengan pendapatku sendiri dan orang terbaik dan terkuat dari mereka telah aku lantik dan sama sekali aku tidak berpihak terhadap Umar.<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192-193.</ref> Dalam riwayat ''[[al-Imāmah wa al-Siyāsah]]'' ada sebuah ungkapan lain dalam ucapan-ucapan Abu Bakar yang ditujukan kepada masyarakat dimana dia berkata: "Jika kalian mau, berkumpullah dan berkonfirmasilah. Siapa saja yang kalian kehendaki maka berikah kekuasaan kepadanya dan jika kalian mau aku berijtihad dengan pendapatku…", kemudian ia menangis dan masyarakat juga menangis dan mereka berkata: "Wahai penerus dan pengganti Nabi Allah, engkau lebih baik dan lebih tahu dari kami…". Lalu dia memanggil Umar dan memberikan surat kepadanya supaya dibacakan di depan masyarakat. Di situlah datang seseorang di jalan Umar seraya bertanya: "Abu Hafs, apa yang tertulis di dalam surat?", Umar menjawab: "Aku tidak tahu, namun apa saja yang tertulis, aku adalah orang pertama yang mendengar dan taat". Orang tadi berkata: "Tetapi demi Allah aku tahu apa isinya, tahun pertama kamu menjadikannya amir(pemimpin) dan tahun ini dia menjadikan kamu amir".<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19-20; bandingkan: Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.199; 200; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428-430; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.425-428.</ref> | Menurut keterangan Thabari <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 429.</ref> dan Ibnu Hibban <ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192.</ref> Abu Bakar secara pribadi memanggil [[Utsman]] dan berkata: "Tulislah: dengan nama [[Allah swt|Allah]] yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ini adalah perjanjian Abu bakar bin Abi Quhafah dengan kaum [[muslimin]], amma ba'd…" Abu Bakar dalam keadaan itu dan di tempat itu hilang kesadarannya dan pingsan, kemudian Utsman atas inisiatif dirinya, ia menulis: "Amma ba'du, aku melantik [[Umar bin Khattab]] sebagai penerusku atas kalian dan aku tidak meninggalkan apa-apa atas kalian kecuali keinginan dalam kebaikan". Ketika Abu Bakar siuman, ia berkata: "Bacalah untukku!". kemudian Utsman membaca apa yang ia tulis. Abu Bakar karena mendengar nama Umar, langsung mengucapkan takbir dan berkata: "Apakah kamu takut jika dalam ketidaksadaranku aku meninggal, dan masyarakat saling berselisih?" Utsman menjawab: "Iya". Dalam riwayat-riwayat Ya'qubi<ref> ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.136, 138.</ref> dan Ibnu Qutaibah<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> tidak ada ucapan tentang ketidaksadaran Abu Bakar dan teks surat perjanjian Abu Bakar dalam dua riwayat ini berbeda dengan sumber-sumber lainnya dan satu dengan yang lainnya juga memiliki perbedaan yang sangat banyak. Teks ini dalam riwayat Ibnu Qutaibah lebih rinci dan mengandung poin ini bahwa aku tidak gaib, dugaan dan harapanku adalah dia seorang yang adil, jika yang nyata adalah sebaliknya (Allah Maha Mengetahui) bahwa aku berniat baik.<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19; lihat juga: Mubarrad, jld.1, hlm.17, dekat dengan kandungan ini.</ref> Ibnu Hibban memuat riwayat dalam bukunya bahwa Abu bakar setelah mendengar teks surat perjanjian dari mulut Utsman dia mendoakannya dan kemudian mengangkat kedua tangnnya ke langit dan berkata: "Ya Allah, tanpa ada perintah dari Nabi-Mu, aku telah memberikannya kekuasaan dan dalam hal ini aku tidak bermaksud apapun kecuali kemaslahatan umat dan pencegahan dari timbulnya fitnah". <ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> Aku ber[[ijtihad]] dengan pendapatku sendiri dan orang terbaik dan terkuat dari mereka telah aku lantik dan sama sekali aku tidak berpihak terhadap Umar.<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192-193.</ref> Dalam riwayat ''[[al-Imāmah wa al-Siyāsah]]'' ada sebuah ungkapan lain dalam ucapan-ucapan Abu Bakar yang ditujukan kepada masyarakat dimana dia berkata: "Jika kalian mau, berkumpullah dan berkonfirmasilah. Siapa saja yang kalian kehendaki maka berikah kekuasaan kepadanya dan jika kalian mau aku berijtihad dengan pendapatku…", kemudian ia menangis dan masyarakat juga menangis dan mereka berkata: "Wahai penerus dan pengganti Nabi Allah, engkau lebih baik dan lebih tahu dari kami…". Lalu dia memanggil Umar dan memberikan surat kepadanya supaya dibacakan di depan masyarakat. Di situlah datang seseorang di jalan Umar seraya bertanya: "Abu Hafs, apa yang tertulis di dalam surat?", Umar menjawab: "Aku tidak tahu, namun apa saja yang tertulis, aku adalah orang pertama yang mendengar dan taat". Orang tadi berkata: "Tetapi demi Allah aku tahu apa isinya, tahun pertama kamu menjadikannya amir(pemimpin) dan tahun ini dia menjadikan kamu amir".<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19-20; bandingkan: Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.199; 200; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428-430; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.425-428.</ref> | ||
==Penampilan, Kepribadian dan Aturan Hidup== | ==Penampilan, Kepribadian dan Aturan Hidup== | ||
Abu Bakar adalah seorang yang berawakan tinggi, kurus, wajahnya putih, dengan dahi yang menonjol, matanya cekung dan masuk, pipinya kurus dan janggutnya sedikit dan diwarnai dengan pacar dan terkadang karena banyak warna seakan-akan menjadi kemerah-merahan.<ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.188-191; Ibnu Qutaibah, ''al-Ma’ārif'', hlm.170; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 424.</ref> | Abu Bakar adalah seorang yang berawakan tinggi, kurus, wajahnya putih, dengan dahi yang menonjol, matanya cekung dan masuk, pipinya kurus dan janggutnya sedikit dan diwarnai dengan pacar dan terkadang karena banyak warna seakan-akan menjadi kemerah-merahan.<ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.188-191; Ibnu Qutaibah, ''al-Ma’ārif'', hlm.170; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 424.</ref> |