Lompat ke isi

Abu Bakar bin Abi Quhafah: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 244: Baris 244:
Abu bakar dalam kekhalifahan singkatnya (2 tahun beberapa bulan) banyak dia habiskan dalam peperangan, tidak ada agenda atau sistem penting yang dibangun. Dia demi memperkokoh fondasi-fondasi kekuasaannya berusaha menunjukkan bahwa dia dalam pemerintahannya, mengikuti [[Alquran]] dan [[Sunah]] [[Nabi saw]]. Sebagian tindakan-tindakannya seperti mengirim [[pasukan Usamah]], meski ditentang oleh para [[sahabat]] lain, menegaskan ucapan ini. Tentunya dia setiap kali berbenturan dengan permasalahan yang menuntut kemaslahatan pemerintah, hal itu diselesaikan dengan ijtihad bi ra'yi (pendapatnya). Ibnu Sa'ad dengan menukil dari Ibnu Sirin menulis: Abu Bakar setelah Nabi saw adalah orang yang paling berani melakukan ijtihad bi ra'yi. Abu Bakar berkata: "Aku berijtihad dengan pendapatku sendiri, jika benar itu dari [[Allah swt|Allah]] dan jika salah itu dariku dan aku memohon ampun dari-Nya". <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.177-178.</ref>
Abu bakar dalam kekhalifahan singkatnya (2 tahun beberapa bulan) banyak dia habiskan dalam peperangan, tidak ada agenda atau sistem penting yang dibangun. Dia demi memperkokoh fondasi-fondasi kekuasaannya berusaha menunjukkan bahwa dia dalam pemerintahannya, mengikuti [[Alquran]] dan [[Sunah]] [[Nabi saw]]. Sebagian tindakan-tindakannya seperti mengirim [[pasukan Usamah]], meski ditentang oleh para [[sahabat]] lain, menegaskan ucapan ini. Tentunya dia setiap kali berbenturan dengan permasalahan yang menuntut kemaslahatan pemerintah, hal itu diselesaikan dengan ijtihad bi ra'yi (pendapatnya). Ibnu Sa'ad dengan menukil dari Ibnu Sirin menulis: Abu Bakar setelah Nabi saw adalah orang yang paling berani melakukan ijtihad bi ra'yi. Abu Bakar berkata: "Aku berijtihad dengan pendapatku sendiri, jika benar itu dari [[Allah swt|Allah]] dan jika salah itu dariku dan aku memohon ampun dari-Nya". <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.177-178.</ref>


Meskipun ini adalah hal yang masyhur bahwa Dewan Atha (lembaga pemberian) didirikan pada hari-hari khilafah [[Umar]] <ref> Abu Ubaid, al-Amwāl, hlm.231.</ref>, namun menurut apa yang dimuat dalam berbagai sumber bahwa Dewan Atha sudah ada sejak zaman Abu Bakar. Menurut perkataan Ibnu Sa'ad<ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.213.</ref> dan Ibnu Atsir<ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.422.</ref> baitul malnya dipindahkan ke [[Madinah]], sebelumnya berada di Sunh dan tidak seorang penjaga pun ditempatkan di sana, karena setiap apa saja yang sampai ke sana, langsung dibagikan kepada kaum [[muslimin]] dan tidak tersisa sedikitpun. Setelah dipindahkan di Madinah, baitul mal di diletakkan di rumahnya. Menurut penjelasan Abu Yusuf di awal tahun pertama kekhalifahan Abu bakar, ada sejumlah kekayaan dari Bahrain yang sampai ke baitul mal. Dia memberikannya sedikit kepada beberapa orang yang mana Nabi saw pernah menjanjikan untuk membayar sesuatu kepada mereka, lalu sisanya ia bagikan secara merata kepada semua orang; baik orang besar dan kecil, budak dan bebas, laki-laki dan perempuan yang mana setiap dari mereka mendapatkan tujuh sepertiga dirham. Tahun kemudian juga ada harta yang lumayan banyak sampai ke baitul mal, dibagikan juga secara merata yang setiap orang mendapatkan 20 dirham. Abu Bakar juga dalam hal ini mengamalkan [[sunah]] Rasulullah saw dan usulan sebagian orang yang menginginkan pembagian berdasarkan kemuliaan dan latar belakang serta hal-hal yang demikian, namun ia tolak. <ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.22.</ref> Ibnu Sa'ad berkata: "Setelah ia meninggal, Umar membuka pintu baitul Mal di depan para pembesar dan orang-orang terpercaya yang hadir di sana, di dalamnya tidak ditemukan kecuali satu dinar dalam sebuah kantong yang jatuh terselip".<ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.213; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.422; ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.134-154.</ref>
Meskipun ini adalah hal yang masyhur bahwa Dewan Atha (lembaga pembagian hak dari baitul mal) didirikan pada masa khilafah [[Umar]] <ref> Abu Ubaid, al-Amwāl, hlm.231.</ref>, namun menurut apa yang dimuat dalam berbagai sumber bahwa Dewan Atha sudah ada sejak zaman Abu Bakar. Menurut perkataan Ibnu Sa'ad<ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.213.</ref> dan Ibnu Atsir<ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.422.</ref> baitul malnya dipindahkan ke [[Madinah]], sebelumnya berada di Sunh dan tidak seorang penjaga pun ditempatkan di sana, karena setiap apa saja yang sampai ke sana, langsung dibagikan kepada kaum [[muslimin]] dan tidak tersisa sedikitpun. Setelah dipindahkan di Madinah, baitul mal di diletakkan di rumahnya. Menurut penjelasan Abu Yusuf di awal tahun pertama kekhalifahan Abu bakar, ada sejumlah kekayaan dari Bahrain yang sampai ke baitul mal. Dia memberikannya sedikit kepada beberapa orang yang mana Nabi saw pernah menjanjikan untuk membayar sesuatu kepada mereka, lalu sisanya ia bagikan secara merata kepada semua orang; baik orang besar dan kecil, budak dan bebas, laki-laki dan perempuan yang mana setiap dari mereka mendapatkan tujuh sepertiga dirham. Tahun kemudian juga ada harta yang lumayan banyak sampai ke baitul mal, dibagikan juga secara merata yang setiap orang mendapatkan 20 dirham. Abu Bakar juga dalam hal ini mengamalkan [[sunah]] Rasulullah saw dan usulan sebagian orang yang menginginkan pembagian berdasarkan kemuliaan dan latar belakang serta hal-hal yang demikian, namun ia tolak. <ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.22.</ref> Ibnu Sa'ad berkata: "Setelah ia meninggal, Umar membuka pintu baitul Mal di depan para pembesar dan orang-orang terpercaya yang hadir di sana, di dalamnya tidak ditemukan kecuali satu dinar dalam sebuah kantong yang jatuh terselip".<ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.213; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.422; ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.134-154.</ref>


==Para Ajudan==
==Para Ajudan==
Baris 282: Baris 282:
Ada beberapa riwayat yang menceritakan bahwa Abu Bakar memiliki kemampuan dalam menafsirkan mimpi. Dan salah satu mimpi yang ia tafsirkan adalah mimpi Nabi saw. <ref>Waqidi, ''al-Maghāzi'', jld.1, hlm.507, 544-544; jld.2, hlm.747-936; Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.177.</ref> Waqidi juga mengisyaratkan sebuah riwayat tentang pengetahuan Abu Bakar tentang puisi. <ref>Waqidi, ''al-Maghāzi'', jld.2, hlm.807.</ref> Ibnu Atsir menghitung beberapa [[sahabat]] seperti Umar, Utsman, Ali as, [[Abdurrahman bin Auf]], [[Ibnu Mas'ud]] dan lainnya termasuk di antara para perawi Abu Bakar. <ref> Ibnu Atsir al-Jaziri, ''Usd al-Ghābah'', jld.3, hlm.205.</ref> Namun meskipun ia adalah salah satu dari sedikit orang yang lebih banyak bersama dengan Nabi saw, namun hanya 142 hadis yang diriwayatkan darinya.
Ada beberapa riwayat yang menceritakan bahwa Abu Bakar memiliki kemampuan dalam menafsirkan mimpi. Dan salah satu mimpi yang ia tafsirkan adalah mimpi Nabi saw. <ref>Waqidi, ''al-Maghāzi'', jld.1, hlm.507, 544-544; jld.2, hlm.747-936; Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.177.</ref> Waqidi juga mengisyaratkan sebuah riwayat tentang pengetahuan Abu Bakar tentang puisi. <ref>Waqidi, ''al-Maghāzi'', jld.2, hlm.807.</ref> Ibnu Atsir menghitung beberapa [[sahabat]] seperti Umar, Utsman, Ali as, [[Abdurrahman bin Auf]], [[Ibnu Mas'ud]] dan lainnya termasuk di antara para perawi Abu Bakar. <ref> Ibnu Atsir al-Jaziri, ''Usd al-Ghābah'', jld.3, hlm.205.</ref> Namun meskipun ia adalah salah satu dari sedikit orang yang lebih banyak bersama dengan Nabi saw, namun hanya 142 hadis yang diriwayatkan darinya.


Abu Bakar tinggal di Sunh (1,6 Km dari masjid Nabi saw) bersama istrinya, Habibah putri Kharijah. Dengan menempati sebuah ruangan yang terbuat dari cabang pohon kurma, tidak lebih dari itu. Hingga 6 atau 7 bulan setelah baiat, ia kemudian datang ke Madinah. Ia datang ke Madinah terkadang dengan berjalan kaki atau naik kuda, dan setelah [[salat Isya']] ia kembali ke keluarganya. Di Sunh ia memerah susu untuk para tetangganya dan mengembala domba-dombanya. Aktifitas ini senantiasa ia lakukan dalam beberapa waktu, bahkan setelah baiat. <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 432; Ibnu Atsir al-Jaziri, ''Usd al-Ghābah'', jld.3, hlm.219; Azham, Asyhar Masyahir al-Islām, hlm.89, nukilan dari Ibnu Asakir.</ref> Masih dalam riwayat-riwayat yang sama, dikatakan bahwa dia dalam beberapa waktu setelah menjadi khalifah dengan mengenakan pakaian yang menutupi kepribadiannya di waktu subuh masih memasarkan bisnisnya. Situasi ini terus berlanjut sampai Abu Ubaidah, pejabat bendahara baitul mal, menetapkan haknya. <ref> Ibnu Sa'ad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.184-185.</ref> Adapun mengenai jumlah gaji Abu Bakar terdapat perbedaan pendapat: dikatakan bahwa ia mendapatkan gaji tetap kira-kira sebatas salah satu dari [[Muhajirin]]: yaitu separuh, atau menurut satu riwayat, sepotong dari satu domba untuk makan sehari-hari dan pakaian musim panas dan musim dingin. Begitu juga ada yang mengatakan sekitar 2500, 6000 dirham dalam setahun. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.179, 180; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 432.</ref>
Abu Bakar tinggal di Sunh (1,6 Km dari masjid Nabi saw) bersama istrinya, Habibah putri Kharijah. Dengan menempati sebuah ruangan yang terbuat dari cabang pohon kurma, tidak lebih dari itu. Hingga 6 atau 7 bulan setelah baiat, ia kemudian datang ke Madinah. Ia datang ke Madinah terkadang dengan berjalan kaki atau naik kuda, dan setelah [[salat Isya']] ia kembali ke keluarganya. Di Sunh ia memerah susu untuk para tetangganya dan mengembala domba-dombanya. Aktifitas ini senantiasa ia lakukan dalam beberapa waktu, bahkan setelah baiat. <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 432; Ibnu Atsir al-Jaziri, ''Usd al-Ghābah'', jld.3, hlm.219; Azham, Asyhar Masyahir al-Islām, hlm.89, nukilan dari Ibnu Asakir.</ref> Masih dalam riwayat-riwayat yang sama, dikatakan bahwa dia dalam beberapa waktu setelah menjadi khalifah, ia masih memasarkan bisnisnya dengan mengenakan pakaian yang menutupi kepribadiannya di waktu subuh. Situasi ini terus berlanjut sampai Abu Ubaidah, pejabat bendahara baitul mal, menetapkan haknya. <ref> Ibnu Sa'ad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.184-185.</ref> Adapun mengenai jumlah gaji Abu Bakar terdapat perbedaan pendapat: dikatakan bahwa ia mendapatkan gaji tetap sebanding dengan seorang [[Muhajirin]]: yaitu separuh, atau menurut satu riwayat, sepotong dari satu domba untuk makan sehari-hari dan pakaian musim panas dan musim dingin. Begitu juga ada yang mengatakan sekitar 2500, 6000 dirham dalam setahun. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.179, 180; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 432.</ref>


==Wafat==
==Wafat==
Abu Bakar pada hari Senin, 7 Jumadil Akhir tahun 13 H. yang pada waktu itu hari begitu dingin ia pergi mandi dan setelah itu dia demam dan dirawat dan dia tidak dapat pergi untuk bersama masyarakat melakukan salat. Dalam keadaan sakit ini yang berlangsung selama 15 hari, Umarlah yang menggantikannya salat bersama masyarakat dan orang-orang berkunjung di rumahnya. Ingga pada malam hari Selasa tanggal 22 bulan yang sama, di usia 62 dia meninggal dunia dan memegang tampuk kekhalifahan selama 2 tahun, 3 bulan, 22 hari. <ref> Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.136-137; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.419-420; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-194.</ref> Menurut wasiat Abu Bakar, isterinya Asma yang memandikan jenazahnya dan pada malam itu Umar yang menyolatinya di masjid Nabi dan sesuai dengan wasiatnya kepada Aisyah, dengan bantuan Utsman, Thalhah dan ... ia dikuburkan di samping Nabi saw. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.203, 208,209; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 421-422; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.193-195.</.</ref>
Abu Bakar pada hari Senin, 7 [[Jumadil Akhir]] tahun 13 H/634 ia pergi mandi dimana pada waktu itu hari begitu dingin. Setelah itu dia demam dan dirawat sehingga ia tidak dapat pergi melakukan salat bersama masyarakat. Ketika ia dalam keadaan sakit yang berlangsung selama 15 hari, Umarlah yang menggantikan posisinya sebagai imam [[salat jamaah ]] bersama masyarakat. Dan mulai orang-orangpun mulai menjenguknya. Hingga pada malam hari Selasa tanggal 22 bulan yang sama, di usia 62 dia meninggal dunia dan memegang tampuk kekhalifahan selama 2 tahun, 3 bulan, 22 hari. <ref> Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.136-137; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.419-420; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-194.</ref> Menurut wasiat Abu Bakar, isterinya [[Asma' binti Umais|Asma']] yang memandikan jenazahnya. Pada malam itu Umar yang menyalatinya di [[masjid Nabi]]. Sesuai dengan wasiatnya kepada [[Aisyah]], dengan bantuan [[Utsman]], [[Thalhah]] dan ... ia dikuburkan di samping [[Nabi saw]]. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.203, 208,209; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 421-422; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.193-195.</.</ref>


Dinukil dari Abu Bakar ucapan-ucapan ketika ia dalam keadaan sakit sebuah wasiat, yang sebagian di antaranya berhubungan dengan suksesi Umar dan protes-protes yang dilontarkan kepadanya dan sebagian lainnya berhubungan dengan permasalahan pribadi dan apa yang ia tinggalkan dan penyelesaian dengan baitul mal. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.192-200; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428-430; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-194.</.</ref> Selain ucapan-ucapan ini, dinukil sebuah ucapan yang luar biasa darinya dengan sedikit perbedaan dalam lafaz dan makna dalam beberapa sumber yang untuk mengetahui tentang misterinya di akhir kehidupan dan penjelasan sebagian tentang beberapa peristiwa dalam sejarah Islam memiliki nilai tertentu. Ucapan-ucapannya ini dalam menjawab kata-kata terakhir yang disampaikan Abdurrahman (bin Auf) kepadanya, ia berkata: "Engkau senantiasa baik dan melakukan perbaikan, dengan begitu kamu jangan bersedih atas sesuatu dari dunia," dan Abu Bakar menjawab: "Ya, aku tidak menyesali apa pun tentang dunia kecuali tiga hal yang aku lakukan dan andai saja tidak aku lakukan dan tiga hal yang seandainya jawabannya aku tanyakan kepada Rasulullah. Namun, apa yang aku sukai tapi tidak aku lakukan pertama adalah andai rumah Fatimah sa yang mereka tutup walau dengan tujuan perang melawanku tidak aku buka dan selanjutnya andai Faja’ah Sulami tidak aku bakar atau aku lepaskan, ketiga, andaisaja pada hari Saqifah Bani Sa'idah, kekhalifahan aku campakkan ke leher salah satu dari dua orang ini, Umar dan Abu Ubaidah, yang salah satu dari keduanya Amir dan aku menterinya; ... Adapun tiga hal yang tidak aku lakukan dan andai aku lakukan, yang pertama bahwa Asy’ats bin Qais yang dibawa kepadaku sebagai tawanan, andai aku tidak memenggal lehernya, karena dugaanku dia setiap kali melihat kejahatan dai akan bergegas menolongnya dan yang lainnya andai saja ketika Khalid bin Walid aku kirim ke pertempuran para murtad, aku tetap tinggal di Dzul Qishsah dan siap bertempur dan membantu dan yang ketiga, seandainya saja ketika aku mengirim Khalid ke Syam, aku kirim Umar juga ke Irak sehingga dengan hal itu kedua tanganku ini aku buka di jalan Tuhan. " Kemudian dia membuka tangannya dan menambahkan: Andai saja semuanya itu aku tanyakan kepada Nabi Allah saw bahwa kekhalifahan itu milik siapa sehingga tidak seorangpun yang berperang  atasnya, dan andai aku tanyakan apakah anak perempuan saudara laki-laki dan bibi ddapat mewarisi atau tidak? Karena aku tidak yakin tentang hal ini."<ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 429-431; Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.137; Masudi, ''Muruj al-Dzahab'', jld.2, hlm.308-309; Ibnu Abdu Rabbah, ''al-'Aqd al-Farid'', jld.4, hlm.268-269.</ref>
Dinukil dari Abu Bakar ucapan-ucapan ketika ia dalam keadaan sakit sebagai wasiat, yang sebagian di antaranya berhubungan dengan suksesi [[Umar]], berbagai protes yang dilontarkan kepadanya, sebagian lainnya berhubungan dengan permasalahan pribadi dan apa yang ia tinggalkan dan penyelesaian dengan baitul mal. <ref> Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.192-200; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428-430; Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-194.</.</ref> Selain ucapan-ucapan ini, dinukil sebuah ucapan yang luar biasa darinya dengan sedikit perbedaan dalam lafaz dan makna dalam beberapa sumber yang untuk mengetahui tentang misterinya di akhir kehidupan dan penjelasan sebagian tentang beberapa peristiwa dalam sejarah [[Islam]] memiliki nilai tertentu. Ucapan-ucapannya ini dalam menjawab kata-kata terakhir yang disampaikan Abdurrahman (bin Auf) kepadanya, ia berkata: "Engkau senantiasa baik dan melakukan perbaikan, dengan begitu kamu jangan bersedih atas sesuatu dari dunia," dan Abu Bakar menjawab: "Ya, aku tidak menyesali apa pun tentang dunia kecuali tiga hal yang aku lakukan dan andai saja tidak aku lakukan dan tiga hal yang seandainya jawabannya aku tanyakan kepada Rasulullah. Namun, apa yang aku sukai tapi tidak aku lakukan pertama adalah andai rumah Fatimah sa yang mereka tutup walau dengan tujuan perang melawanku tidak aku buka dan selanjutnya andai Faja’ah Sulami tidak aku bakar atau aku lepaskan, ketiga, andaisaja pada hari Saqifah Bani Sa'idah, kekhalifahan aku campakkan ke leher salah satu dari dua orang ini, Umar dan Abu Ubaidah, yang salah satu dari keduanya Amir dan aku menterinya; ... Adapun tiga hal yang tidak aku lakukan dan andai aku lakukan, yang pertama bahwa Asy’ats bin Qais yang dibawa kepadaku sebagai tawanan, andai aku tidak memenggal lehernya, karena dugaanku dia setiap kali melihat kejahatan dai akan bergegas menolongnya dan yang lainnya andai saja ketika Khalid bin Walid aku kirim ke pertempuran para murtad, aku tetap tinggal di Dzul Qishsah dan siap bertempur dan membantu dan yang ketiga, seandainya saja ketika aku mengirim Khalid ke Syam, aku kirim Umar juga ke Irak sehingga dengan hal itu kedua tanganku ini aku buka di jalan Tuhan. " Kemudian dia membuka tangannya dan menambahkan: Andai saja semuanya itu aku tanyakan kepada Nabi Allah saw bahwa kekhalifahan itu milik siapa sehingga tidak seorangpun yang berperang  atasnya, dan andai aku tanyakan apakah anak perempuan saudara laki-laki dan bibi ddapat mewarisi atau tidak? Karena aku tidak yakin tentang hal ini."<ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 429-431; Ya'qubi, ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.137; Masudi, ''Muruj al-Dzahab'', jld.2, hlm.308-309; Ibnu Abdu Rabbah, ''al-'Aqd al-Farid'', jld.4, hlm.268-269.</ref>
==Abu Bakar dari Lisan Abu Bakar==
==Abu Bakar dari Lisan Abu Bakar==
Pengguna anonim