Lompat ke isi

Abu Bakar bin Abi Quhafah: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 253: Baris 253:
* [[Utsman bin Abi al-Ash]], pejabat kepengurusan [[Thaif]]
* [[Utsman bin Abi al-Ash]], pejabat kepengurusan [[Thaif]]
* [[Zaid bin Tsabit]] berserta [[Utsamn bin Affan]] menjabat sebagai sekretaris pendataan dan penulisan. <ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.420-421.</ref>
* [[Zaid bin Tsabit]] berserta [[Utsamn bin Affan]] menjabat sebagai sekretaris pendataan dan penulisan. <ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.420-421.</ref>
Menurut riwayat [[Thabari]], penulisan diserahkan kepada Zaid dan penulisan berita diserahkan kepada Utsman.<ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 426.</ref> {{enote|Untuk mengetahui nama-nama lainnya silahkan rujuk: Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'',1387 H., jld.3, hlm.427; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'',1385 H., jld.2, hlm.420-421; ''Tārikh Ya'qubi'', 1379 H., jld.2, hlm.138.}} Abu Bakar setiap kali berhalangan hadir di Madinah, pelaksanaan [[salat]] diserahkan kepada Umar dan seseorang seperti Utsman atau [[Usamah bin Zaid|Usamah]] ia jadikan sebagai pengganti jabatannya di [[Madinah]].<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.182; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 241-247.</ref> Ya'qubi menyebutkan nama-nama para fakih zaman Abu Bakar adalah sebagai berikut: [[Ali as]], Umar bin Khattab, [[Muadz bin Jabal]], [[Ubay bin Ka'ab]], Zaid bin Tsabit, dan [[Abdullah bin Mas'ud]].<ref> ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.138.</ref>
Menurut riwayat [[Thabari]], penulisan diserahkan kepada Zaid dan penulisan berita diserahkan kepada Utsman.<ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 426.</ref> {{enote|Untuk mengetahui nama-nama lainnya silahkan rujuk: Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'',1387 H., jld.3, hlm.427; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'',1385 H., jld.2, hlm.420-421; ''Tārikh Ya'qubi'', 1379 H., jld.2, hlm.138.}} Abu Bakar setiap kali berhalangan hadir di Madinah, pelaksanaan [[salat]] diserahkan kepada Umar dan seseorang seperti Utsman atau [[Usamah bin Zaid|Usamah]] ia jadikan sebagai pengganti jabatannya di [[Madinah]].<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.182; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 241-247.</ref> Ya'qubi menyebutkan nama-nama para fakih zaman Abu Bakar adalah sebagai berikut:
* [[Ali as]]
* [[Umar bin Khattab]]
* [[Muadz bin Jabal]]
* [[Ubay bin Ka'ab]]
* Zaid bin Tsabit
* [[Abdullah bin Mas'ud]].<ref> ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.138.</ref>


==Penentuan Penerus==
==Penentuan Penerus==
Keterangan-keterangan terkait pemilihan dan pelantikan Umar sebagai penerus, tidak sama seperti keterangan-keterangan pada saat itu. Walaupun dalam kebanyakan hadis ini terdapat ucapan dari konfirmasi Abu Bakar dengan sebagian sahabat seperti Abdur Rahman bin Auf dan saad bin Abi Waqqash yang lainnya dan juga istri dan anaknya Aisyah dan putranya, dari sekumpulan riwayat ini secara jelas dapat dilihat bahwa Abu bakar sudah memutuskan pelantikan atas Umar untuk menjadi penerusnya; karena pada semua protes yang dilontarkan oleh para penasehatnya atas Umar dijawabnya dengan penolakan.<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-192; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428; Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.425 .</ref> bukti-bukti lainnya juga yang menunjukkan bawa Abu bakar sejak dulu memiliki niat yang demikian ada di tangan, salah satunya: kejadian Saqifah dan usulannya untuk kekhalifahan Umar; menyerahkan kepemimpinan salat dan perkara pengadilan kepada Umar yang mana menurutnya salah satu dari dalil-dalil penting keunggulan dan keutamaan dari yang lainnya adalah kepemimpinan terhadap masyarakat; pengambilan izin dari Usamah atas tinggalnya Umar di Madinah sebagai teman dan pembantu Khalifah.
Keterangan-keterangan terkait pemilihan dan pelantikan Umar sebagai penerus, tidak sama seperti keterangan-keterangan pada saat itu. Walaupun dalam kebanyakan hadis ini terdapat ucapan dari konfirmasi Abu Bakar dengan sebagian sahabat seperti [[Abdurrahman bin Auf]] dan [[Sa'ad bin Abi Waqqash]] yang lainnya dan juga istri dan anaknya [[Aisyah]] dan putra-putranya. Dari sekumpulan riwayat ini secara jelas dapat dilihat bahwa Abu bakar sudah memutuskan pelantikan atas Umar untuk menjadi penerusnya; karena semua protes para penasehatnya berkenaan Umar, dijawabnya dengan penolakan.<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.191-192; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428; Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.425 .</ref> Bukti-bukti lainnya juga yang menunjukkan bahwa Abu bakar sejak dulu memiliki niat demikian, yaitu:
* [[Peristiwa Saqifah]] dan usulannya untuk kekhalifahan Umar.
* Menyerahkan kepemimpinan [[salat]] dan perkara pengadilan kepada Umar. Menurutnya salah satu dari dalil-dalil penting akan keutamaan dari yang lainnya adalah kepemimpinan terhadap masyarakat.
* Pengambilan izin dari [[Usamah bin Zaid|Usamah]] atas tinggalnya Umar di [[Madinah]] sebagai asisten Khalifah.
      
      
Menurut keterangan Thabari <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 429.</ref>  dan Ibnu Hibban <ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192.</ref> Abu Bakar secara pribadi memanggil Utsman dan berkata: “Tulislah: dengan nama Allah yang maha pengasih dan  penyayang. Ini adalah perjanjian Abu bakar bin Abi Quhafah dengan kaum muslimin, amma ba’d…” Abu Bakar dalam keadaan itu dan di tempat itu hilang kesadarannya dan pingsan, kemudian Utsman dari dirinya sendiri menulis: “Amma ba’du, aku melantik Umar bin Khattab sebagai penerusku atas kalian dan aku tidak meninggalkan apa-apa atas kalian kecuali keinginan dalam kebaikan”. Ketika Abu Bakar siuman, ia berkata: bacalah untukku. Utsman membaca apa yang ia tulis. Abu Bakar karena mendengar nama Umar, langsung mengucapkan takbir dan berkata: apakah kamu takut jika dalam ketidaksadaranku aku meninggal, dan masyarakat saling berselisih? Utsman menjawab: Iya. Dalam riwayat-riwayat Ya'qubi<ref> ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.136, 138.</ref> dan Ibnu Qutaibah<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> tidak ada ucapan tentang ketidaksadaran Abu Bakar dan teks surat perjanjian Abu Bakar dalam dua riwayat ini berbeda dengan sumber-sumber lainnya dan satu dengan yang lainnya juga memiliki perbedaan yang sangat banyak. Teks ini dalam riwayat Ibni Qutaibah lebih rinci dan mengandung poin ini bahwa aku tidak gaib, dugaan dan harapanku adalah dia seorang yang adil, jika yang nyata adalah sebaliknya (Allah mahatahu) bahwa aku berniat baik.<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19; lihat juga: Mubarrad, jld.1, hlm.17, dekat dengan kandungan ini.</ref> Ibnu Hibban memuat riwayat dalam bukunya bahwa Abu bakar setelah mendengar teks surat perjanjian dari mulut Utsman dia mendoakannya dan kemudian mengangkat kedua tangnnya ke langit dan berkata: Ya Allah, tanpa ada perintah dari Nabi-Mu, aku telah memberikannya kekuasaan dan dalam hal ini aku tidak bermaksud apapun kecuali kemaslahatan umat dan pencegahan dari timbulnya fitnah. <ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> Aku berijtihad dengan pendapatku sendiri dan orang terbaik dan terkuat dari mereka telah aku lantik dan sama sekali aku tidak berpihak terhadap Umar.<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192-193.</ref> Dalam riwayat al-Imamah ada sebuah ungkapan lain dalam ucapan-ucapan Abu Bakar yang ditujukan kepada masyarakat dimana dia berkata: jika kalain mau, berkumpullah dan berkonfirmasilah dan siapa saja yang kalian kehendaki maka berikah kekuasaan kepadanya dan jika kalian mau aku berijtihad dengan pendapatku… kemudian ia menangis dan masyarakat juga menangis dan berkata: Wahai penerus dan pengganti Nabi Allah, engkau lebih baik dan lebih tahu dari kami… lalu dia memanggil Umar dan memberikan surat kepadanya supaya dibacakan di depan masyarakat. Di situlah datang seseorang di jalan Umar sambil berkata: Abu Hafs, apa yang tertulis di dalam surat? Dijawab aku tidak tahu, namun apa saja yang tertulis, aku adalah orang pertama yang mendengar dan taat. Orang tadi berkata: tetapi demi Allah aku tahu apa isinya, tahun pertama kamu menjadikannya amir(pemimpin) dan tahun ini dia menjadikan kamu amir.<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19-20; bandingkan: Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.199; 200; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428-430; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.425-428.</ref>
Menurut keterangan Thabari <ref> Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 429.</ref>  dan Ibnu Hibban <ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192.</ref> Abu Bakar secara pribadi memanggil [[Utsman]] dan berkata: "Tulislah: dengan nama [[Allah swt|Allah]] yang Maha Pengasih dan  Penyayang. Ini adalah perjanjian Abu bakar bin Abi Quhafah dengan kaum [[muslimin]], amma ba'd…" Abu Bakar dalam keadaan itu dan di tempat itu hilang kesadarannya dan pingsan, kemudian Utsman atas inisiatif dirinya, ia menulis: "Amma ba'du, aku melantik [[Umar bin Khattab]] sebagai penerusku atas kalian dan aku tidak meninggalkan apa-apa atas kalian kecuali keinginan dalam kebaikan". Ketika Abu Bakar siuman, ia berkata: "Bacalah untukku!". kemudian Utsman membaca apa yang ia tulis. Abu Bakar karena mendengar nama Umar, langsung mengucapkan takbir dan berkata: "Apakah kamu takut jika dalam ketidaksadaranku aku meninggal, dan masyarakat saling berselisih?" Utsman menjawab: "Iya". Dalam riwayat-riwayat Ya'qubi<ref> ''Tārikh Ya'qubi'', jld.2, hlm.136, 138.</ref> dan Ibnu Qutaibah<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> tidak ada ucapan tentang ketidaksadaran Abu Bakar dan teks surat perjanjian Abu Bakar dalam dua riwayat ini berbeda dengan sumber-sumber lainnya dan satu dengan yang lainnya juga memiliki perbedaan yang sangat banyak. Teks ini dalam riwayat Ibnu Qutaibah lebih rinci dan mengandung poin ini bahwa aku tidak gaib, dugaan dan harapanku adalah dia seorang yang adil, jika yang nyata adalah sebaliknya (Allah Maha Mengetahui) bahwa aku berniat baik.<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19; lihat juga: Mubarrad, jld.1, hlm.17, dekat dengan kandungan ini.</ref> Ibnu Hibban memuat riwayat dalam bukunya bahwa Abu bakar setelah mendengar teks surat perjanjian dari mulut Utsman dia mendoakannya dan kemudian mengangkat kedua tangnnya ke langit dan berkata: "Ya Allah, tanpa ada perintah dari Nabi-Mu, aku telah memberikannya kekuasaan dan dalam hal ini aku tidak bermaksud apapun kecuali kemaslahatan umat dan pencegahan dari timbulnya fitnah". <ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19.</ref> Aku ber[[ijtihad]] dengan pendapatku sendiri dan orang terbaik dan terkuat dari mereka telah aku lantik dan sama sekali aku tidak berpihak terhadap Umar.<ref> Ibnu Hibban, ''Kitab al-Tsiqāt'', jld.2, hlm.192-193.</ref> Dalam riwayat ''[[al-Imāmah wa al-Siyāsah]]'' ada sebuah ungkapan lain dalam ucapan-ucapan Abu Bakar yang ditujukan kepada masyarakat dimana dia berkata: "Jika kalian mau, berkumpullah dan berkonfirmasilah. Siapa saja yang kalian kehendaki maka berikah kekuasaan kepadanya dan jika kalian mau aku berijtihad dengan pendapatku…", kemudian ia menangis dan masyarakat juga menangis dan mereka berkata: "Wahai penerus dan pengganti Nabi Allah, engkau lebih baik dan lebih tahu dari kami…". Lalu dia memanggil Umar dan memberikan surat kepadanya supaya dibacakan di depan masyarakat. Di situlah datang seseorang di jalan Umar seraya bertanya: "Abu Hafs, apa yang tertulis di dalam surat?", Umar menjawab: "Aku tidak tahu, namun apa saja yang tertulis, aku adalah orang pertama yang mendengar dan taat". Orang tadi berkata: "Tetapi demi Allah aku tahu apa isinya, tahun pertama kamu menjadikannya amir(pemimpin) dan tahun ini dia menjadikan kamu amir".<ref> Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.19-20; bandingkan: Ibnu Saad, ''Thabaqāt al-Kubrā'', jld.3, hlm.199; 200; Thabari, ''Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm. 428-430; Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.425-428.</ref>
==Penampilan, Kepribadian dan Aturan Hidup==
==Penampilan, Kepribadian dan Aturan Hidup==
Pengguna anonim